Dua buah mangkuk soto dengan dua gelas es jeruk dibiarkan begitu saja di meja. Kedua orang yang memesan sedang berkutat dengan pikiran masing-masing. Bingung ingin mengatakan apa dan mereka berdua saling menahan mulutnya untuk tidak mengatakan sepatah kata karena mereka kira orang di depannya ingin mengatakan sesuatu duluan.
“Jadi ini kita mau makan atau staring contest?”
Jake langsung tersadar dari lamunannya, “ah iya, aku asik sama pikiran aku sendiri.”
Oceanna memakan soto nya duluan, “Jake aku mau minta maaf, harusnya aku bisa ngomong baik-baik sama kamu.”
“Aku juga, harusnya aku ngertiin mau kamu bukan mau aku. But there's something different about you, eh gak tau deh.”
Oceanna menatap Jake bingung, “apa yang beda?”
“Aku gak tau yang beda kamu atau kita.”
“Kita beda kenapa?” Oceanna menghentikan kegiatan makan nya dan menunggu jawaban Jake.
“Akhir-akhir ini kita sering banget berantem, dan setiap kita baikan. Kamu pasti beda, dan aku gak tau itu perbedaan yang bagus atau enggak,” kata Jake sambil menambahkan sesendok sambal ke mangkuknya.
“Jadinya yang beda aku atau kita?”
Jake menggelengkan kepalanya, “enggak itu bukan kamu, tapi kita yang beda.”
So they both felt the same thing for the past few weeks. Mereka mulai menjauh dan melakukan kegiatan mereka sendiri-sendiri. Mereka belum menemukan titik temunya, akan ketemu atau tidaknya saja mereka gak yakin.
“Jake, are we okay?”
“Of course we are. Kalo kita berantem kayaknya sekarang lagi diem-dieman.”
“No, bukan kita berantem atau enggak. I mean are we okay, our relationship.”
Jake mengaduk-aduk soto nya dengan rasa bimbang di hati, “aku gak tau sama maksud kamu Ce.”
“You know what I mean, I know we both feel the same thing. Kita makin lama makin ngejauh ya Jake?”
“Oce...” kata Jake dengan suara lembutnya. “Kita lagi makan soto, aku gak mau nangis sedih pas lagi makan soto.”