luciouva

Dua buah mangkuk soto dengan dua gelas es jeruk dibiarkan begitu saja di meja. Kedua orang yang memesan sedang berkutat dengan pikiran masing-masing. Bingung ingin mengatakan apa dan mereka berdua saling menahan mulutnya untuk tidak mengatakan sepatah kata karena mereka kira orang di depannya ingin mengatakan sesuatu duluan.

“Jadi ini kita mau makan atau staring contest?”

Jake langsung tersadar dari lamunannya, “ah iya, aku asik sama pikiran aku sendiri.”

Oceanna memakan soto nya duluan, “Jake aku mau minta maaf, harusnya aku bisa ngomong baik-baik sama kamu.”

“Aku juga, harusnya aku ngertiin mau kamu bukan mau aku. But there's something different about you, eh gak tau deh.”

Oceanna menatap Jake bingung, “apa yang beda?”

“Aku gak tau yang beda kamu atau kita.”

“Kita beda kenapa?” Oceanna menghentikan kegiatan makan nya dan menunggu jawaban Jake.

“Akhir-akhir ini kita sering banget berantem, dan setiap kita baikan. Kamu pasti beda, dan aku gak tau itu perbedaan yang bagus atau enggak,” kata Jake sambil menambahkan sesendok sambal ke mangkuknya.

“Jadinya yang beda aku atau kita?”

Jake menggelengkan kepalanya, “enggak itu bukan kamu, tapi kita yang beda.”

So they both felt the same thing for the past few weeks. Mereka mulai menjauh dan melakukan kegiatan mereka sendiri-sendiri. Mereka belum menemukan titik temunya, akan ketemu atau tidaknya saja mereka gak yakin.

“Jake, are we okay?”

“Of course we are. Kalo kita berantem kayaknya sekarang lagi diem-dieman.”

“No, bukan kita berantem atau enggak. I mean are we okay, our relationship.”

Jake mengaduk-aduk soto nya dengan rasa bimbang di hati, “aku gak tau sama maksud kamu Ce.”

“You know what I mean, I know we both feel the same thing. Kita makin lama makin ngejauh ya Jake?”

“Oce...” kata Jake dengan suara lembutnya. “Kita lagi makan soto, aku gak mau nangis sedih pas lagi makan soto.”

“So I guess it doesn't go well?”

Jake kembali ke ruangan Oceanna setelah mengantar Mba Claudia dan anak-anaknya untuk pulang dan beristirahat di apartement Oceanna. Her sister actually wanted to stay but I don't think her kids would love it staying here.

“Ya, seperti biasa. Tapi ini salah aku juga sih, udah gede rawat diri sendiri aja gak bisa.”

Jake duduk di samping Oceanna, “besok jangan diulangin lagi ya cantik.”

Oceanna tersenyum tipis dan berkata, “Jake aku minta maaf ya kalo selama ini ngerepotin kamu.”

“It's okay Ce, don't think about it. Aku gak pernah ngerasa direpotin,” kata Jake sambil mengupas buah apel yang dibelikan mamanya kemarin.

“Tapi aku ngerasa jadi beban buat kamu, buat semuanya. Like ugh it's so frustrating, aku masih kayak anak kecil aja.”

Jake menyudahi amarah Oceanna dan memberikannya sepotong apel, “makan, minum obat terus tidur gih.”

Oceanna mengambil sepotong apel dari tangan Jake, “how's your essay going?”

Jake memakan sepotong apel di tangannya, “I'm doing okay, I already know what I'm going to write about.”

“Jake, just go home. Think about your essay, write about it, find ideas to write about. It's much more worth it daripada nungguin aku disini.”

“Oce...” kata Jake dengan lembut. “We've talked about it, I'm okay. I just can't leave you alone here okay?”

“Your dad is so going to be mad at me when you didn't get it because of me.”

Jake tertawa kecil, “he actually likes you and planning to have more beach trips in the future.

Oceanna tersenyum, really thought she did a bad first impression on his family. Oceanna bahkan sudah menyiapkan mentalnya jika suatu ketika orang tua sang pacar tidak menyukai dirinya dan mengomeli dirinya habis-habisan. Oceanna definitely watch too much sinetron when she was young.

“Loh malah senyum-senyum sendiri, tidur Ce.” Jake menyelimuti dirinya dan membuka laptopnya. “Selamat tidur Oce, dan semangat untuk Jake.”

Oceanna menatap Jake dan tertawa, “semangat Jake, hati-hati nanti ada yang nemenin.”

“Gajadi semangat Jake tapi selamat tidur Jake,” Jake segera mematikan laptopnya dan menutup mukanya dengan selimut. “Ce aku beneran takut, ini tidur nyalain lampu aja ya?”

“Oke itu pacar lu jalan kesini, that's my cue to go. Gua ada di warkop ya Ce sama gengnya Shaka. Kalo mau pulang bareng gua, chat aja.”

Mara lalu berjalan meninggalkan Oceanna di pinggir parkiran dengan dua rapot di tangan. Mara memang anti sekali dengan membawa barang-barang.

“Hi,” his under-eye bags looks darker than before. He doesn't smile like usual. For almost 3 years of spending time with Jake, Oceanna has never seen Jake looking this tired than ever.

“Begadang berapa hari kamu Jake?” Oceanna is asking him a question but doesn't look him in the eyes. “Oiya, congrats on being the first.”

“Kalo ngajak aku ngomong, liat mata aku dong.”

Oceanna higher her gaze and sees his eyes. She misses looking at those eyes. The eyes that have given her hope a long time ago. “Duduk yuk.”

Jake menarik Oceanna untuk duduk di bawah sebuah pohon yang cukup rindang. “Kamu udah sembuh Ce?”

“Udah.”

“Kamu udah makan belum? Cari makan aja yuk,”

“Gantian dong nanya nya, kamu terus yang nanya. How's your essay going?”

“Dikit lagi selesai, and I've been staying up late for almost a week I guess?”

Oceanna membuka tas kecilnya dan mengeluarkan sebuah cereal bar. “Nih, i know you haven't had breakfast.”

Jake mengambil cereal bar nya dari tangan Oceanna, “padahal aku kan yang beliin ini buat kamu biar gak lupa makan.”

“Gantian, it doesn't have to be always you, Jake.”

“Ce aku gak tau mau ngomong kapan. Tapi pendaftaran university nya Juni and i have to do an essay,” kata Jake pelan. “Udah sih aku mau bilang gitu doang.”

Oceanna mengangguk, “udah kamu kerjain?”

“Udah sih tapi baru seperempat. Oiya, mama mau kesini, papa juga kayaknya,” kata Jake sambil mengerjakan essay di laptopnya.

“Jake, I really don't mean to be rude or anything. You know that you don't have to be here 24/7 right? I mean I'm really okay by myself. Cause you definitely have something more important to do daripada ngejagain aku yang kerjaannya muntah doang.”

Jake menatap Oceanna bingung, “kok kamu ngomong gitu Ce?”

“Ya aku kerjaannya ngerepotin kamu doang. Dan kamu sebenernya juga sibuk tapi masih nyempetin waktu buat diribetin sama aku.”

“Aku gak diribetin sama kamu Oceanna, not at all. Aku masih gak tau kenapa kamu masih mikir kalo aku ngerasa direpotin. I don't. Udah jangan dibahas lagi ya cantik? Kamu istirahat aja gih.”

I really don't know who's good and who's not. Oceanna doesn't want to be a burden yet Jake loves her for the way she is, all the good and bad. She wanted to arise for and he wanted to watch her. She's overwhelmed and once again, Jake doesn't want her to feel bad for anything yet he made her feel bad unintentionally.

Tadi pagi saat diperiksa suster, suhunya kembali normal dan sekarang kembali naik. Oceanna masih merasakan gejala mual dan rasa sakit di bagian perut yang susah dijelaskan.

Terdengar suara langkah kaki yang cukup keras dari tempat tidur Oceanna. Dan terlihat kakaknya, yang sedang menggandeng Loka, keponakan Oceanna. Oceanna langsung mendudukan tubuhnya dan siap memeluk keponakan kesayangannya.

“Lokaaaaa,” Oceanna membuka tangannya lebar-lebar karena Loka naik ke tempat tidur Oceanna.

Tidak lama, Jake masuk dengan Aretha yang sedang digendong di bahunya, dan menggandeng Akash di tangan satunya. “Salim dulu sama kakak Oce gih.”

“Halo, cantik, ganteng. Kangen akuuuu.”

Aretha yang sehabis menyalimi tangan Oceanna langsung meminta Jake untuk menggendongnya lagi. “Retha kangennya sama Jake bukan sama aku nih.”

“Jake, bisa ajak anak-anak keluar dulu gak? I want to talk to Oceanna alone.”

Jake langsung mengangguk, dan mengajak anak-anak Mba Claudia keluar dari ruangan Oceanna. Jake doesn't really know what happens, but it feels like Claudia is really mad at Oceanna but he doesn't know the reason why.

“Ce,” panggil Claudia. “Kamu kalo ngerepotin aku gapapa Ce, aku kakak kamu. Tapi Jake? Ini ruangannya dibayarin mamanya kan? Duh aku ngerasa gak enak banget. You can tell me anything right?”

“Iya maaf mba, aku udah bilang Jake juga kok,” Oceanna tidak ada niatan untuk melawan omongan kakaknya.

“Jangan kayak gitu lah Ce. Kamu sama makan aja lupa terus, bukan Jake doang yang ribet kalo kayak gini. Aku juga Ce. Kamu udah gede masa hal-hal yang kayak gini aja gak ngerti? Cuman makan doang loh Ce, kalo kayak gini kamu ikut aja lah di Jogja sama aku.”

“Iya mba maaf.”

“Suhunya udah normal belom? Masih mual? Tadi aku beli chicken soup,” Claudia menempelkan punggung tangannya di dahi Oceanna.

“Naik lagi mba abis mandi,” kata Oceanna pelan.

Claudia membuka sebuah plastik makanan dan memberikan Oceanna sebuah sup ayam. “Nih makan, masih anget. Biar mualnya berkurang.”

Saat Oceanna sudah setengah selesai makanannya, Claudia menyuruh Oceanna untuk menghubungi Jake agar segera kembali. Anak-anak Claudia cukup picky kepada orang-orang baru, but weirdly Jake made the cut. Her kids adores him.

“Ce, keluarga Jake nanem saham dimana dah? Mau ikutan gua,” canda Mara.

“Asli Mar, gue gak enak banget. Masa dibayarin? Kalo gue sembuhnya lama gimana? Rugi di mereka lah.”

“Keluarga mereka baik banget dah, Jake punya kakak gak sih? Mau gua pepet.”

Oceanna tertawa mendengar omongan Mara yang jarang tak lucu. “Aduh makin pusing gue denger omongan lo.”

“Eh tapi Ce, lu gak bilang ke kakak lu?”

“Mampus aja kalo gue bilang, nanti itu orang dateng kesini. Gue diomelin 3 hari Mar yang ada.”

“Tapi tetep aja Ce, masa gak bilang sih?”

“Duh nanti deh Mar,” setelah menjawab omongan Mara, Oceanna langsung bergegas bangun dan berlari ke kamar mandi untuk muntah ke sekian kalinya.

Mara ikut bergegas ke kamar mandi dan memegangi rambut Oceanna yang panjang. “Duh iket rambut lu kemana sih?”

“Ada kantong jaket Jake biasanya,” kata Oceanna sebelum kembali memuntahkan isi perutnya.

“Hi,” kata Jake dengan senyuman manisnya.

“Ini dimana?” Oceanna terduduk. “Aw, fuck my head hurts.”

“Rumah sakit, you passed out,” jelas Jake. “Asam lambung kamu naik.”

Oceanna yang sudah siap mendengar ocehan Jake langsung mempersiapkan telinganya. “Come on, say it. Aku siap.”

“Kamu jangan kayak gitu lagi Ce. Aku panik banget, aku jadi ikutan pucet kayak kamu.”

Oceanna tertawa mendengar omongan Jake, “maaf.”

“Udah jangan minta maaf, ayo makan.” Jake menyodorkan makanan yang sedari tadi ada meja samping.

“Aku udah gak nafsu duluan liat makanan rumah sakit,” kata Oceanna sambil menolak makanan yang Jake berikan.

“Makan atau Rubi aku buang?”

“Jake kok ngancem?”

“Aduh Oce,” Jake membuka plastic wrap yang menutup makanannya dan menyuapi Oceanna. “Open your mouth.”

Oceanna menolak untuk disuapi, “aku makan sendiri aja.”

“And the last time you said that, kamu jadi masuk rumah sakit. Cepet buka mulut.”

“Jake kamu jadi lebih galak dari Pak Anton...”

Jake menghela nafas dan mengubah intonasi bicaranya. “Maaf, tapi kamu sendiri nyari gara-gara sampe gak makan. Buka mulut kamu atau aku ngadu ke kakak kamu and ask her to come here?”

Ancaman yang kali ini sungguh bekerja karena Oceanna sangat menghindari ceramah kakaknya more than anything. She'd rather have a horror movies marathon than heard her sister yelling at her. Mba Claudia can stay at Jogja as long as possible.

“Hi,” kata Jake dengan senyuman manisnya.

“Ini dimana?” Oceanna terduduk. “Aw, fuck my head hurts.”

“Rumah sakit, you passed out,” jelas Jake. “Asam lambung kamu naik.”

Oceanna yang sudah siap mendengar ocehan Jake langsung mempersiapkan telinganya. “Come on, say it. Aku siap.”

“Kamu jangan kayak gitu lagi Ce. Aku panik banget, aku jadi ikutan pucet kayak kamu.”

Oceanna tertawa mendengar omongan Jake, “maaf.”

“Udah jangan minta maaf, ayo makan.” Jake menyodorkan makanan yang sedari tadi ada meja samping.

“Aku udah gak nafsu duluan liat makanan rumah sakit,” kata Oceanna sambil menolak makanan yang Jake berikan.

“Makan atau Rubi aku buang?”

“Jake kok ngancem?”

“Aduh Oce,” Jake membuka plastic wrap yang menutup makanannya dan menyuapi Oceanna. “Open your mouth.”

Oceanna menolak untuk disuapi, “aku makan sendiri aja.”

“And the last time you said that, kamu jadi masuk rumah sakit. Cepet buka mulut.”

“Jake kamu jadi lebih galak dari Pak Anton...”

Jake menghela nafas dan mengubah intonasi bicaranya. “Maaf, tapi kamu sendiri nyari gara-gara sampe gak makan. Buka mulut kamu atau aku ngadu ke kakak kamu and ask her to come here?”

Ancaman yang kali ini sungguh bekerja karena Oceanna sangat menghindari ceramah kakaknya more than anything. She'd rather have a horror movies marathon than heard her sister yelling at her. Mba Claudia can stay at Jogja as long as possible.

“Hi,” kata Jake dengan senyuman manisnya.

“Ini dimana?” Oceanna terduduk. “Aw, fuck my head hurts.”

“Rumah sakit, you passed out,” jelas Jake. “Asam lambung kamu naik.”

Oceanna yang sudah siap mendengar ocehan Jake langsung mempersiapkan telinganya. “Come on, say it. Aku siap.”

“Kamu jangan kayak gitu lagi Ce. Aku panik banget, aku jadi ikutan pucet kayak kamu.”

Oceanna tertawa mendengar omongan Jake, “maaf.”

“Udah jangan minta maaf, ayo makan.” Jake menyodorkan makanan yang sedari tadi ada meja samping.

“Aku udah gak nafsu duluan liat makanan rumah sakit,” kata Oceanna sambil menolak makanan yang Jake berikan.

“Makan atau Rubi aku buang?”

“Jake kok ngancem?”

“Aduh Oce,” Jake membuka plastic wrap yang menutup makanannya dan menyuapi Oceanna. “Open your mouth.”

Oceanna menolak untuk disuapi, “aku makan sendiri aja.”

“And the last time you said that, kamu jadi masuk rumah sakit. Cepet buka mulut.”

“Jake kamu jadi lebih galak dari Pak Anton...”

Jake menghela nafas dan mengubah intonasi bicaranya. “Maaf, tapi kamu sendiri nyari gara-gara sampe gak makan. Buka mulut kamu atau aku ngadu ke kakak kamu and ask her to come here?”

Ancaman yang kali ini sungguh bekerja karena Oceanna sangat menghindari ceramah kakaknya more than anything. She'd rather have a horror movies marathon than heard her sister yelling at her. Mba Claudia can stay at Jogja as long as possible.

“Ce, kamu udah siap belum?”

“Aku ngeringin rambut dulu, sebentar.”

“Aaa can i do that?”

“Masuk aja sini.”

Jake masuk ke kamar Oceanna dengan senyuman di wajahnya. He looks so excited to hold a hairdryer and a brush? Weird but okay. He started to brush Oceanna's hair very gently like it was going to break.

“Wangi,” Jake mencium rambut Oceanna setelah kering. “Ce sebentar deh, you don't look so good.”

“I'm fine Jake, yuk berangkat,” Oceanna berdiri dan mengambil tasnya di kasur.

“Makan dulu deh kamu, pucet banget mukanya. Aku tungguin, mau aku panasin dulu makanannya?” he surely can't hide his panicked face.

“Nanti aja, biar kita cepet beres-beres.”

“Oceanna...” kata Jake dengan suara yang lembut. “Makan dulu yuk, muka kamu pucet banget.”

“Nanti aja abis pulang,” Oceanna sekali lagi tidak mau mengikuti omongan Jake. “Aku janji deh.”

Setelah mendengar Oceanna berjanji, Jake langsung mengalah. “Yaudah, yuk.”

“Oiya, aku lupa belum buat listnya.”

“We don't need that, you got me. I remember your usual shopping list.”