⚠️minor dni!!!
cw/ pwp, crossdressing, overstimulation, unprotected sex,etc
Jangan share link tanpa seijin aku ya, nanti tak sedot ubun-ubunya 😗😠
Sorry for typos ^^
Enjoy...
.
.
.
.
.
.
Tubuh molek berbalut pakian putih khas perawat itu melenggang memasuki ruangan. Pinggul rampingnya menari dengan indah mengikuti langkah kaki jenjang dengan balutan stocking putih yang menambah kesan sensual pada dirinya. Suara gemerincing dari anting yang menghiasi telinganya adalah satu-satunya pemecah hening di ruangan tersebut.
“Jadi, bisa Tuan Hanma jelaskan keluhan yang Tuan alami?” Tanyanya pada sosok yang terbaring diranjang sembari membetulkan letak nurse hat yang dirasanya sedikit miring.
“Sakit.” Kazutora memutar bola matanya malas, sedikit kesal tidak mendapatkan jawaban yang lebih jelas
“Kalau boleh saya tahu bagian mana yang sakit, Tuan?” Berusaha untuk ramah, Kazutora bertanya kembali.
Tidak ada jawaban, namun tangan rampingnya dibawa menuju bagian selatan milik Hanma yang sudah mengacung tegak. “Disini. Sakit banget, obatin dong.” Ucapnya dengan senyum miring yang menghiasi wajahnya.
“Maaf Tuan, tapi saya tidak bisa mengobati penyakit seperti itu.” Berusaha Kazutora tarik tangannya namun percuma, genggaman di pergelangan tangannya terasa semakin kuat.
“Yah, kok gak bertanggung jawab banget ya, kecewa saya punya perawat pribadi seperti kamu.” Tangan kekar yang tadi digunakan untuk menahan tangan ramping di bagian selatannya, kini beralih bergerak untuk meremas bokong bulat dan montok milik perawat cantik yang berdiri di pinggir ranjang tempatnya berbaring.
Hanma tersenyum miring mendengar desahan tertahan perawatnya. Bukannya berhenti, tangan nakalnya semakin menjadi bergerak menyelusup kedalam terusan putih itu. Dielusnya beberapa kali paha sekal yang terbalut stoking putih sebelum naik keatas mengelus dan sesekali meremas bokong bulat dan montok itu berulang kali hingga yang dilecehkan hanya bisa mendesah tertahan, menggigit bibir bawahnya.
“Maaf, Tuan. Tapi saya tidak memiliki obat untuk mengobati penyakit Tuan derita.” Kazutora berusaha menjawab dengan benar ketika elusan serta remasan yang ia rasakan semakin menjadi.
“Ya usaha dong. Mulut kamu nganggur kan? sepertinya itu bisa dipakai.”
“Tapi it-ahhh” Desahan manis lolos ketika tangan kurangajar itu meremas miliknya tidak main-main.
Tidak ingin mengecewakan pasiennya, Kazutora naik keatas ranjang; mengangkangi kedua kaki Hanma dalam posisi menungging dengan pantat yang mengacung tinggi memperlihatkan kain putih berenda yang ada didalamnya.
Kepalanya berhadapan langsung dengan gundukan yang tadi ia sempat sentuh. Jemari rampingnya perlahan bergerak membuka kancing beserta resleting celana hitam yang Hanma kenakan. Menarik turun celana dan juga boxer dengan warna senada lepas dari kakinya, membebaskan benda panjang, besar, dan keras itu hingga nampar pipinya; meninggalkan jejak licin dari cairan pre-cum milik Hanma.
Pangkalnya Kazutora genggam dengan satu tangan, lidahnya membelai dari pangkal hingga ujungnya dan berakhir menari-nari dengan sensual pada lubang kecil diujung kepala jamurnya. Kedua belah bibirnya ia buka lebar-lebar mencoba melahap benda besar dan panjang dihadapannya, bergerak naik turun dengan perlahan memberi kenikmatan disertai dengan lidahnya yang juga menari dengan liar di dalam sana.
“AHH-” Kulumannya terlepas ketika tangan kasar Hanma menampar belah bokongnya keras.
“Siapa yang nyuruh dilepas hm?” Tangannya menarik rambut Kazutora memerintahnya untuk memanjakan miliknya kembali, dan lebih dalam lagi hingga Kazutora tersedak. Rambut yang tadinya tergulung rapi kini menjadi acak-acakan dengan banyak helai yang terlepas akibat tarikan kasar tangan Hanma.
Hanma menggeram rendah merasakan kenikmatan di bawah sana. Kini pinggulnya turut serta bergerak memperkosa mulut Kazutora, memancing lebih banyak air mata untuk turun membasahi pipinya yang mencekung akibat menghisap miliknya terlalu kuat.
Kazutora merasakan milik Hanma semakin membesar dan berkedut di dalam mulutnya. Merasa puncaknya akan datang Hanma mencabut miliknya paksa.
“Buka mulutnya lebar-lebar, cantik” perintah Hanma yang diikuti oleh Kazutora dengan mulut terbuka lebar serta lidah terjulur dan juga mata yang menatap sayu dengan jejak air mata di pipinya. Melihat pemandangan yang menggairahkan, Hanma mengocok miliknya beberapa saat hingga menyiramkan cairan putihnya pada paras ayu Kazutora dan memerintahkan Kazutora untuk menelan cairan putih yang menggenang di mulutnya.
Tidak ingin membuang waktu, Hanma membalik posisi; Kazutora terbaring lemas diranjang dengan Hanma yang mengungkungnya dari atas.
“Belum diapa-apain baru disuruh nyepong aja udah lemes, perlu banyak latihan sih ini.”
Detik berikutnya suara robekan kain terdengar. Hanma dengan tidak sabaran merobek pakian yang dikenakan oleh Kazutora, memperlihatkan lingerie putih transparan dengan beberapa renda di pinggir yang membalut tubuh dalamnya.
“Cantik. Tapi ini perawat atau lonte?” Tanya Hanma meremehkan. Sedangkan Kazutora memalingkan wajahnya malu.
Dengan tidak sabaran Hanma menundukkan kepalanya, mengemut puting pink kemerahan Kazutora tanpa melepaskan atasan lingerie-nya. Desahannya tidak bisa lagi ia tahan, tidak ketika Hanma menyusu padanya bagaikan bayi yang kehausan dengan lidah yang tidak bisa diam ikut bergerak melingkar, belum lagi kain transparan yang serta merta ikut menggesek putingnya; menambah sensasi geli dan menghantarkan Kazutora pada kenikmatan.
Dicubit, dipilin, diemut, ditarik. Hanma lakukan keempat hal tersebut secara bergantian pada puting kiri dan kanan, hingga Kazutora semakin kacau.
Hanma terkekeh geli ketika merasakan ada sesuatu yang keras menusuk perutnya. Kekehannya semakin menjadi ketika mendongak keatas melihat keadaan Kazutora. Wajah memerah dengan raut keenakan, pandangan sayu dengan lidah yang terjulur membuat liurnya menetes kemana-mana, belum lagi jejak air mata diwajahnya menambah kesan kacau bagi Kazutora.
“Waduh, sekarang kok gantian perawatnya yang sakit.” Kazutora merengek ketika Hanma menatapnya seduktif dengan satu tangannya bergerak kebawah untuk mengusap main-main milikknya yang mengeras, kain tansparan dengan pinggiran berenda yang menutupi miliknya mulai basah karena cairannya sendiri.
“L-lepashh” Kazutora mulai bergerak gelisah ketika Hanma tetap bermain dengan miliknya namun tidak kunjung melepaskan helaian kain yang menutupinya. Gesekan yang timbul membuat Kazutora kehilangan akalnya.
“Gak usah, gini tambah cantik.” Hanma tersenyum menyebalkan.
Kasihan melihat raut tersiksa Kazutora, Hanma menarik kesamping kain yang menutupi benda mungil yang menegang itu, tapi tidak untuk melepaskannya.
“Obatin sendiri dong, saya gak ahli dalam hal pengobatan gini.” Ucapan Hanma membuat Kazutora merengek manja.
Jemari bergerak untuk mengocok miliknya sendiri, gerakannya semakin frustasi tidak beraturan ketika melihat Hanma menatapnya seduktif, seakan melecehkannya tanpa ampun.
“Tolonghh hiks” Pinta Kazutora dengan suara serak terisak.
Tanpa aba-aba Hanma melesakkan dua jarinya pada liang anal Kazutora, mengundang jeritan kesakitan dari pemiliknya. Tidak memperdulikan jerit kesakitan Kazutora, Hanma mulai bergerak mencari titik nikmat Kazutora.
Entah Hanma yang terlalu handal atau memang keberuntungan saja, dua jarinya menemukan spot yang akan membuat pemiliknya menjerit nikmat. Tanpa basa-basi Hanma menusuk titik tersebut, mengundang cairan putih keluar dari benda mungilnya diiringi jerit nikmat hingga punggungnya melengkung keatas tidak kuat menahan nikmat yang diberikan.
Deru napasnya terengah-engah usai alami puncaknya, namun Hanma tak berbaik hati biarkan ia menikmatinya. Buktinya, kini satu jarinya menambah masuk ikut memporak-porandakan Kazutora.
“Hhh p-pleashh masih s-sensitif” Ujar Kazutora dengan lemas.
Namun lagi-lagi Hanma tidak mempedulikannya. Kegita jarinya masih setia menusuk-nusuk titik nikmat sosok cantik dibawahnya. Tak ingin satu tangannya menganggur, maka ia bawa untuk memainkan dua puting diatas sana. Tidak ingin munafik, Kazutora hanya bisa mendesah pasrah keenakan hingga ia rasakan suaranya mulai serak.
Melihat milik Kazutora yang mungil itu memerah berkedut kedut banjir oleh cairan pra enjakulasi, Hanma menunduk untuk melahap milik Kazutora. Mendapat tiga serangan sekaligus, tidak mungkin Kazutora bisa menahannya. Selang waktu hanya beberapa menit dari pelepasan pertamanya, Kazutora menjerit nikmat lagi menyambut pelepasan keduanya yang tumpah di dalam mulut panas Hanma.
“Jangan pingsan dulu dong, tanggung jawab ini punya saya sakit lagi.” Hanma menampar bokongnya keras, membawanya lagi pada kesadaran.
“Gak bis-AHHH” Belum sempat Kazutora merampungkan kalimatnya, ia merasakan sesuatu yang panjang, besar, dan keras menerobos memasuki lubang analnya.
“Sakithh” isak Kazutora.
“Nanti juga enak” Balas Hanma dengan seringai brengseknya.
Dalam kungkungannya Kazutora terhentak-hentak mengikuti tempo sodokannya. “Shit, jangan diketatin.” Hanma mengadah keenakan merasakan rapatnya pijatan Kazutora.
“Kurang keras ahh”. Benar kata Hanma, sakit yang tadi ia rasakan kini berubah menjadi nikmat membuatnya mendesah liar bagaikan pelacur jalanan.
Merasa diremehkan, Hanma menggenjot lubang Kazutora kasar, dalam, dan tidak beratura. Tidak peduli jika Kazutora nyaris pingsan setelah pelepasan ketiganya, Hanma bergerak seolah ingin menhancurkan lubang yang menjepitnya nikmat itu.
“Shit, enak banget.” Alih-alih mendengarkan isak tangis Kazutora yang memintanya untuk berhenti sejenak, Hanma membalik posisi mereka tanpa melepas persatuan mereka. Hanma menyuruh Kazutora bergerak diatasnya.
“Nghh g-gak ku-ahh k-uat” Dengan lemas Kazutora berusaha menaik turunkan bokongnya memuaskan Hanma. Aksesoris yang menghiasi telinganya bergerak sesuai irama tubuhnya, menimbulkan suara gemerincing yang beradu dengan suara becek dari kulit yang bertabrakan.
“Gitu aja udah lemes, gak becus kamu.” Karena geram dengan gerakan asal-asalan Kazutora, Hanma mengambil alih permainan. Disodoknya lubang Kazutora tanpa ampun dengan gerakan yang tidak bisa dibilang manusiawi. Kurang puas, ia buka semakin lebar kedua belah bokong Kazutora dengan tangannya, guna memperlancar sodokannya.
“Nghh mau k-keluarhh” Kazutora bergerak mengocok miliknya sendiri, ingin segera mendapat pelepasan.
“Barengan.” Titah Hanma mutlak, menutup lubang yang ada di milik Kazutora dengan ibu jarinya menghalangi pelepasan yang akan datang.
Diabaikannya tangisan Kazutora yang semakin menjadi. Hanma fokus menghajar lubang merah tersebut, mengejar pelepasannya yang sudah di ujung tanduk.
“Bentar lagi. Enak aja, saya baru keluar sekali sedangkan kamu udah keluar berkali-kali. Kok malah jadi saya yang ngobatin kamu.” Hanma melesakkan milikknya semakin dalam.
Kazutora rasakan milik Hanma berkedut siap untuk memuntahkan lahar didalamnya. Kazutora merengek meminta Hanma melepaskan ibu jarinya.
Hentakan dalam setelahnya menjadi penutup permainan mereka. Bisa Kazutora rasakan panas cairan milik Hanma menyembur di dalamnya barengan dengan putih milikknya yang keluar mengotori perutnya dan perut Hanma.
Tanpa melepaskan penyatuan mereka, Kazutora terkulai lemas dalam pelukan Hanma. Dirasakannya satu kecupan mendarat di bahu mulusnya.
“Cantik banget istri saya, besok-besok jadi pramugari mau gak?” Tanya Hanma jahil.
“Gak mau brengsek, sekali ini aja gue pake pakian gak jelas gini. Amit-amit hih. Enak di lo, sengsara di gue.” Balas Kazutora emosi dengan memberikan satu gigitan keras di lengan Hanma.
“Language Kazutora, siapa suruh juga kamu kalah main uno. Lagian kan kamu sendiri yang bikin aturan kalau yang kalah wajib nurutin permintaan yang menang.” Tangan Hanma bergerak untuk melepaskan nurse hat yang masih terpasang agar leluasa membelai surai dwiwarna serupa miliknya yang berantakan itu.
“Gak mau lagi.” balas Kazutora sinis mengundang gelak tawa Hanma.
Ingatkan Kazutora setelah ini jika bosan tidak usah bermain permainan aneh yang tidak ia kuasai, tidak juga dengan taruhan aneh yang merugikan dirinya.
.
.
.
.
.
.
Selesai.
Au HanKazu pekob lainnya :
https://twitter.com/aclinomaniaxx/status/1439203081019744261?s=21
Feedback and krisar bisa kesini 💜: