aclinomaniaxx

Milky

#Milky Kazu

cw/ pwp, harsh word, degrading, blowjob, breast fucking, breast play, lactation, breeding kink, unprotected sex, overstimulation, rough sex, fingering, creampie.

.

.

.

.

Sorry for typos ^^

Jangan dishare linknya tanpa seizin aku ya, nanti tak sedot ubun-ubunnya 🤗

.

.

.

Enjoy ^^


tok tok tok

Suara pintu diketuk membuat Kazutora buru-buru membetulkan lengan kimono satin-nya yang melorot karena menyusui bayi kecilnya.

Dengan bayi mungil dalam gendongannya, Kazutora beranjak dari sofa berjalan beberapa langkah menuju pintu depan guna melihat siapa yang bertamu malam-malam.

Pintu terbuka, menampilkan sosok Hanma Shuji; mahasiswa yang sedang melaksanakan KKN di desa tempat tinggal Kazutora.

Rambut jambul yang biasa Kazutora lihat telah lenyap karena tetesan air hujan membuatnya turun kebawah menutupi dahinya.

“Maaf sebelumnya, tapi ada apa ya mas?” Tanya Kazutora dengan bingung. Bukannya apa-apa, Kazutora hanya sedikit takut menjadi buah bibir tetangganya. Tidak lucu jika besok pagi ia berbelanja mendengar tetangganya bergosip seorang janda menggoda mahasiswa kota yang tengah mengabdi pada desanya.

“Saya haus, ikut nenen boleh?” Jawab Hanma santai dengan senyum miring di wajahnya.

“Hah? Aneh banget kamu, mas. Ngelantur ya?” Sedikit kesal dengan jawaban Hanma, satu tangan Kazutora bergerak menutup pintu rumahnya.

Namun sayang, refleks Hanma lebih cepat dari Kazutora. Satu kaki panjangnya masuk kedalam celah kecil, menahan pintu agar tetap terbuka.

Keterkejutan Kazutora dijadikan kesempatan bagi Hanma untuk masuk kedalam, mengunci pintu depan dan menyeret Kazutora beserta bayi dalam gendongannya kembali ke dalam

“Aduh mas sakit, lepasin tangan saya. Mas, ini gak sopan banget loh, udah omongannya ngelantur, seenaknya masuk ke rumah orang pula.” Kazutora memberontak untuk melepaskan tangannya dari cengkraman Hanma. Jujur saja, Kazutora sedikit takut dengan kehadiran sosok tinggi ini di dalam rumahnya.

Bukannya dilepaskan, cengkraman Hanma di pergelangan tangan Kazutora semakin erat hingga muncul ruam merah disekitarnya. Hanma menunduk mendekat, mencium leher berhiaskan tinta hitam bergambar kepala harimau dengan goresan yang rumit itu.

“Makanya, kalau lagi netein bayi, gordennya ditutup. Kan jadinya saya gak sengaja lihat, jadi sange kan saya.” Tangan Kazutora yang dicengkramnya itu dia bawa ke bagian selatannya. “Rasain nih, keras kan punya saya habis lihat tete gede kamu yang boing-boing itu dikenyot sama anak kamu.” Kazutora bergidik ngeri merasakan benda keras yang dia sentuh. Tanganya kembali berontak, meminta untuk dilepaskan.

“AHH-” Kazutora teriak tertahan ketika Hanma menggigit keras pangkal lehernya, jelas gigitan itu akan menimbulkan bekas untuk beberapa hari kedepan.

Hanma berjalan menjauh menutup gorden, agar tidak ada mata yang mengintip lagi.

Senyum miring tercetak jelas ketika dilihat Kazutora bergetar ketakutan.

Hanma duduk di salah satu single sofa yang ada disana. “Ayo dong tanggung jawab, sepongin biar lemes lagi.” Ujar Hanma seraya menunjuk bagian selatannya.

“Mas, silahkan keluar ya sebelum kesabaran saya habis. Saya udah punya anak, dan anak saya lagi tidur. Tolong jangan aneh-aneh.” Takut, tapi Kazutora tetap bertindak tegas.

“Ayolah, saya denger-denger suami kamu nikah lagi. Apa gak kangen kamu digauli laki-laki? Kontol saya gede kok, nih liat aja kalau gak percaya. Dijamin bikin puas.” Hanma tersenyum mengejek.

Hanma bangkit dari duduknya, ia ambil bayi dari gendongan Kazutora yang menimbulkan protes ribut dari Ibu bayi mungil itu.

“Apa sih ribut banget, cuma mau saya pindahin.” Benar saja, Hanma memindahkan bayi Kazutora ke sofa panjang diseberang sofa yang tadi dia duduki.

Setelah memastikan bayi itu aman, Hanma lagi-lagi menyeret Kazutora ke bagian seberang dan duduk dengan angkuhnya disana.

“Ayo isep” Titah Hanma pada Kazutora yang diam tak bergeming berdiri disampingnya.

“Kamu itu beneran gak sop-AH” Belum selesai Kazutora merampungkan kalimatnya, rambut sebahunya ditarik kasar dan dipaksa untuk bersimpuh diantara kedua kaki Hanma.

“Perek banyak omong, isep cepet atau saya adukan ke warga kalau kamu godain saya? Pasti dicap perek haus kontol kamu sama warga desa. Mau?” Ancam Hanma tidak main-main.

Kazutora menggeleng pelan, ia tidak mau dicap demikian apalagi atas perbuatan yang tidak ia lakukan.

Dengan berat hati, tangannya terulur untuk menarik turun resleting Hanma. Bebaskan benda keras tersebut dari kain yang mengurungnya sejak tadi.

Kazutora melotot kaget. Sial, Hanma tidak berbohong ketika berkata bahwa dirinya besar. Apalagi panjangnya, pasti mentok di dalam sana.

Jemari lentik itu dengan perlahan mulai menggenggam dan mengurut pelan milik Hanma dari pangkal nya. Kepala serupa jamur itu ia gesekkan pelan pada belah bibirnya. Benda tak bertulangnya menjulur keluar, membuat tarian yang sangat lihai pada lubang di ujung kepala jamur milik Hanma. Baru kemudian benda besar dan panjang itu dia masukkan ke dalam mulut hangatnya, mendorong dari atas ke bawah dengan lidahnya yang tak berhenti menari dengan indahnya di dalam sana. Jemari lentiknya mengurut sisa batang yang tidak sepenuhnya masuk itu, dan sesekali memberi pijatan nakal pada dua bola kembar milik Hanma. She’s like a pro.

Hanma mendesis keenakan dengan kepala yang mengadah ke atas. Merasa tidak puas dengan gerakan lambat Kazutora, kembali Hanma tarik surai dwiwarna milik Kazutora dan memaksa miliknya untuk sepenuhnya masuk ke dalam mulut Kazutora.

Mendesah lega mendapat kehangatan yang ia inginkan, Hanma gerakkan pinggulnya sesuai dengan keinginannya; memperkosa mulut Kazutora. Tidak peduli berapa kali Kazutora tersedak hingga air mata turun membasahi pipinya Hanma tidak peduli, Ia cengkran rambutnya semakin kuat dan mendorong semakin dalam hingga pangkal tenggorokannya. Gerakannya begitu kasar dan tidak berirama.

Bosan dengan servis yang Kazutora berikan. Hanma mencabut miliknya, menghasilkan bunyi tidak senonoh memenuhi ruang tersebut.

Ia pandangi sosok dibawahnya. paras ayu yang memerah mendongak keatas menatap Hanma dengan sayu, manik keemasan yang berkaca-kaca, bibir mengkilap terbuka lebar dengan cairan bening entah itu liur atau pre-cum turun menetesi dagu hingga lehernya.

“Mau dong kontol saya dipijet sama tete kamu yang gede itu.” Kazutora melotot kaget mendengar permintaan Hanma yang semakin menjadi.

“Gak mau, jangan keterlal-plak.” Suara tamparan dengan nyaring terdengar. Panas Kazutora rasakan pada pipi kanannya.

“Perek jangan banyak omong, cepet.” Takut Hanma menyakitinya lebih parah lagi, Kazutora mau tidak mau mengiyakan permintaan Hanma.

Simpul tali yang menyatukan kedua sisi kimono satin-nya ia tarik turun, perlihatkan dua gunung besar yang menggantung bebas tanpa ada sanggaan dan juga pamerkan kain hitam berenda yang menutupi bagian selatannya. Hanma menjilat bibirnya asal dihadapkan dengan pemandangan tubuh molek yang bersimpuh tanpa perlawanan di bawahnya.

Kazutora sedikit maju kedepan, memposisikan milik Hanma diantara dua gunung besar miliknya. Dirasa sudah pas, Kazutora jepit sisi kanan dan kiri gunung kembarnya, membiarkan batang keras milik Hanma tenggelam dalam jepitan empuk yang dia berikan.

Kazutora mendongak keatas penasaran dengan ekspresi Hanma, dilihatnya Hanma mengadah keatas dengan mata tertutup menahan nikmat yang ia berikan. Merasa tertantang, dengan inisiatif mandiri Kazutora membuka mulutnya, menyambut kepala serupa jamur yang muncul keatas setelah sepersekian detik lalu tenggelam dalam jepitan dalam hisapan mulut hangatnya yang mendapat geraman berat dari Hanma sebagai respon.

Muncul, hisap, lepas, tenggelam begitu terus hingga bisa ia rasakan milik Hanma berkedut dalam jepitannya. Setelahnya, lagi-lagi Kazutora berada dalam kendali sodokan kasar dan brutal Hanma, hingga cairan putih keluar mengotori sekitaran wajah mulus Kazutora dan juga dadanya.

Tangan Hanma tidak bisa untuk tidak meratakan cairan putih miliknya keseluruh permukaan dada Kazutora. Setelah puas, tangannya meremas kasar kedua payudara milik Kazutora, hingga setitik cairan putih keluar dari puting pink kemerahan milik Kazutora.

“Yah, bocor” Hanma tersenyum remeh melihat Kazutora yang menggigit bibir menahan desahannya dengan cairan asi yang mulai keluar dengan deras menetes hingga perutnya.

Hanma menarik Kazutora naik ke sofa yang ia duduki tadi; bertukar posisi. Ia tekuk kedua kaki jenjang milik Kazutora, penasaran ingin melihat isi dibalik kain hitam berbentuk segitiga itu.

Tanpa menunggu persetujuan dari Kazutora, Hanma lepas kain hitam berbentuk segitiga itu dan ia buang entah kemana.

Tidak terima, Kazutora berkali-kali berusaha menutup kembali kakinya yang mengangkang namun gagal, Kazutora malah menjerit keras dan mengangkang pasrah ketika Hanma menampar bibir vaginanya yang becek.

Kazutora hanya bisa menangis membiarkan Hanma bermain-main dengan miliknya. Benda tak bertulangnya bergerak menyapu permukaan bibir vaginanya dan berakhir dengan mengigit klitorisnya gemas. Begitu terus hingga tangisan Kazutora berangsur menghilang digantikan dengan desahan-desahan manja yang membuat milik Hanma kembali mengeras.

Posisi Kazutora saat ini benar-benar mengundang gairah siapa saja yang melihatnya. Setengah berbaring di sofa dengan kaki yang mengangkang memamerkan vagina merah yang basah, tubuh ramping tapi berisi di beberapa bagian itu dibalut kimono satin berwarna cream yang tidak terlepas sempurna; kata Hanma lebih cantik tidak dilepas, kulitnya yang mengkilap karena keringat yang bercampur cairan milik Hanma, dan juga asi yang terus mengucur keluar dari kedua putingnya yang mengacung tegak menantang dan turun basahi perut ratanya. Benar-benar pemandangan yang membuat orang gila dikuasai gairah, contoh nyatanya Hanma Shuji.

Dengan tidak sabaran Hanma mendorong dua jarinya masuk ke dalam lubang sempit Kazutora yang menimbulkan jerit kesakitan dari pemiliknya.

“AKHH MASHH SA-SAKIT PELAN HIKS” Masa bodoh dengan permintaan Kazutora, Hanma menambahkan jari manisnya untuk masuk bergabung dengan jari telunjuk dan jari tengahnya.

“Sialan, sempit banget kayak perawan. Mantan suami kamu gak pernah pakai kamu atau emang dia yang kecil?” Maki Hanma merasakan jepitan dari lubang sempit Kazutora yang menjepit jarinya.

Tidak ada jawaban. Yang ditanya sibuk mendesah keenakan.

“Ck, perek munafik. Tadi sok gak mau, nangis-nangis, sekarang desah keenakan sampai merem-melek gitu.” Hanma menambahkan ibu jarinya untuk bermain dengan klitorisnya. Diusap-usap dan diputar membuat desahan Kazutora semakin menjadi.

“Ngh mau k-keluar.” Ujar Kazutora merasakan puncak yang sudah lama tidak ia rasakan akan datang.

“Sabar dong perek, masa gitu aja udah keluar?” Berujar demikian namun kini lidahnya ikut memporak-porandakan Kazutora. Benda tak bertulang itu lagi-lagi menyapa permukaannya, melingkar di klitorisnya sebentar kemudian ikut masuk, menyodok lubang Kazutora bersamaan dengan ketiga jarinya.

“Hh j-janganh ja-jang-AHH” Mendapat stimulasi sedemikian rupa tentu saja Kazutora tidak bisa menahannya. Carian beningnya keluar deras membasahi jari dan juga wajah tampan Hanma.

Belum sempat ia menikmati euforia pelepasannya, Hanma sudah membuatnya menungging dengan bertumpu pada kepala sofa.

“Nungging yang benar, cantik.” Titah Hanma.

Dibelakang sana Hanma mengocok miliknya agar semakin keras. Menggesek-gesek kepalanya pada permukaan lubang Kazutora yang berkedut-kedut.

Bunyi tamparan keras menggema, ketika Hanma menampar bokong seksi Kazutora.

Lalu, tanpa aba-aba Hanma dorong masuk miliknya dengan sekali hentak ke dalam lubang sempit Kazutora, membuat jeritan keras lolos dari belah bibir Kazutora.

Tidak membiarkan Kazutora beradaptasi dengan miliknya, Hanma bergerak dengan tempo yang tidak beraturan; kadang kasar, kadang pelan.

“Have mercy on me, please” Kazutora menoleh kebelakang, memohon dengan berlinang air mata. Yang dibalas kekehan geli oleh Hanma.

Mengabaikan Kazutora, Hanma bergerak sesuai dengan keinginannnya, mencari kenikmatan yang dia inginkan. Kedua tanganya terulur kebawah meremas gundukan besar Kazutora yang bergoyang bebas mengikuti tempo sodokannya. Ia remas kasar dan pencet-pencet putingnya hingga asi keluar menyemprot deras membasahi sofa.

Lama-kelamaan Kazutora mulai terbiasa dengan permainan kasar Hanma, Kazutora mendesah keenakan dan semakin mengetatkan lubangnya, yang kemudian dihadiahi tamparan keras pada bokongnya.

Terlalu larut dalam kegiatan panas, mereka tidak menyadari bayi mungil di sofa seberang mulai bergerak gelisah. Hingga akhirnya desahan manja Kazutora dan suara kulit yang beradu dikalahkan oleh suara tangisan bayi.

“Ahh mas sebentar, anak saya nangis. Biar s-saya tidurin dulu.” Pinta Kazutora sembari tangannya memegang pinggul Hanma, memintanya untuk berhenti.

Dengan berat hati Hanma menurutinya, bisa gawat jika mereka teruskan dan bayinya terus menangis. Bisa-bisa warga berdatangan kesini.

Kazutora berlari ke seberang sembari mencepol rambut lepeknya asal, ia gendong bayi kecilnya dan arahkan mulut si bayi ke salah satu putingnya. Ditepuk-tepuk pantatnya agar bayinya tertidur kembali.

“Duduk sini” Kazutora menoleh kebelakang mendengar suara Hanma. Dilihatnya kini Hanma sudah telanjang bulat tanpa selehai benang pun duduk di sofa dengan miliknya yang mengacung tegak.

“Maksudnya?” Tanya Kazutora bingung. Kemudian Kazutora mengerutkan dahinya sakit ketika bayi dalam gendongannya menggigit putingnya.

“Sini duduk dipangkuan saya” Jari telunjuk Hanma yang panjang menunjuk kebawah menunjuk pahanya.

“Tapi anak saya lagi minum asi, tunggu sebentar.” Jawab Kazutora.

“Ya pegangin yang bener dia, biar gak jatuh.” Perintah Hanma mutlak.

Tanpa bantahan lagi Kazutora duduk dipangkuan Hanma sembari menyusui bayi dalam gendongannya.

Kazutora mendesah nikmat ketika tanpa diduga Hanma ikut menyusu di puting satunya, berlomba dengan bayinya.

Satu tangan Kazutora bergerak meremas rambut Hanma, memejamkan matanya tidak kuat menahan kenikmatan dari dua mulut yang menghisap putingnya tidak sabaran.

Desahan Kazutora semakin menjadi ketika tangan Hanma bergerak meremas payudaranya kasar; biar tambah deras keluarnya, begitu kata Hanma. Remas, jilat, kulum, hisap, gigit. Begitu seterusnya hingga Hanma merasa puas.

Ia kecup-kecup ringan gudukan besar itu sebelum lesakkan kembali miliknya kedalam Kazutora. Hampir saja Kazutora jatuh jika tidak ada tangan Hanma yang memegangi pinggangnya.

Meskipun tahu ada bayi ditengah-tengah kegiatan mereka, Hanma tidak berniat untuk memelankan temponya. Pergerakan Hanma benar-benar membuat Kazutora kewalahan.

Hingga desahan panjang keluar kambali dari belah bibir Kazutora, menyambut pelepasan keduanya.

“Ahh p-pelan dulu mas, masih sensitif ngh.” Kazutora memeluk erat bayinya, takut jatuh karena lemas sehabis pelepasannya.

Tangan Hanma yang memeluk pinggangnya semakin erat menjadi jawaban bahwa Hanma tidak akan memberi ampun, sekalipun Kazutora mendapatkan pelepasannya yang kesekian.

“Beneran gak pernah disentuh kamu? Kok sensitif banget.” Tanya Hanma.

Kazutora menggeleng kecil sebagai jawaban. Jujur saja seteleh ditinggal menikah lagi oleh suaminya dalam keadaan hamil, Kazutora tidak pernah disentuh oleh siapapun, paling tidak jika ingin dia hanya mengandalkan jarinya dan juga mainan yang tidak seberapa itu, maka dari itu Kazutora sangat kewalahan dengan stamina Hanma, belum lagi permainannya yang sangat kasar. Kazutora merasa sedikit candu dengan permainan pemuda kota itu.

“Mas Hanma mau nikahin saya?” Tanya Kazutora kehilangan akalnya. Tidak ia pedulikan lagi bagaimana nanti omongan tetangga.

“Enggak lah ngapain nikahin janda, enaknya cuma saya ewein aja kamu.”

“Tapi saya bisa muasin kamu? Servis saya enakkan?” Ucapannya semakin ngelantur, sudah hilang akalnya dipermainkan Hanma Shuji.

“Ck, tadi nolak-nolak sampai nangis. Perek mah perek aja sok-sokan jaga harga diri. Giliran dapet kontol enak, ngebet minta dinikahin. Tapi ya, saya pikirin nanti.” Tidak sedikitpun Kazutora tersinggung dengan ucapan Hanma. Kazutora hanya bisa mendekap anaknya erat-erat dan bergerak naik turun dipangkuan Hanma mengikuti temponya.

“Saya keluar didalem ya? Mau hamil anak saya gak? Mau ya?” Hanma menggigit pangkal leher Kazutora sebagai pelampiasan nikmat yang dia rasakan

“Ahh jangan, Takemichi masih kecil ngh ahh mas kontol kamu makin gede, mentok banget ahh.” Ucapnya merancau

“Tapi saya pengen keluar di dalem? Pengen hamilin kamu. Pengen nyoba gimana rasanya ngewein kamu pas lagi hamil. Boleh ya?”

Kazutora tidak menjawab, hanya bisa mendesah semakin liar.

“Gak ada jawaban berati iya.”Hanma mempercepat sodokannya hingga keduanya menjemput putih secara bersamaan. Bisa Kazutora rasakan hangat di rahimnya.

“Heran saya kenapa bisa suami kamu ninggalin perek seseksi dan seenak ini. Seleranya jelek ya suami kamu, kalau saya sih udah saya pake tiap hari sampai yang ada di otak kamu itu cuma kontol aja.” Hanma melepaskan penyatuan mereka, membiarkan cairannya turun basahi paha Kazutora.

“Mau ya saya pake tiap hari?” Tanya Hanma mengecupi leher Kazutora yang bersandar lemas di pundaknya.

Tidak ada jawaban, namun bisa Hanma rasakan anggukan lemas dari Kazutora. Hanma tersenyum miring membayangkan betapa menyenangkan hari-harinya besok.

-selesai

Mantan suami Kajut itu Baji, nah cerai mereka tuh soalnya Baji nikah ama Cipuy

Hanma tuh sebenernya udah tertari sama Kajut pas pertama di dateng, dia liat Kajut pake daster belajar beh bodynya mantap tete gede bokong gede.

Sebenernya masih ada beberapa wip HanKazu lain hahaha aku kalau liat HanKazu tuh bawaannya pengen buat porno mulu. Nanti deh kalau gak sibuk aku buat. Heheh see you in next project. đź’ś

.

.

.

. Feedback dan krisar bisa kesini:

https://secreto.site/id/22061349