Unknown Fact(s)
Sendy tengah asyik melanjutkan series “Stranger Things”-nya di ruang tengah. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 01.35 WIB namun matanya tidak menunjukkan tanda-tanda mengantuk. Dirinya masih setia menunggu sang adik.
Pintu rumah terbuka, menampilkan orang yang sejak tadi Sendy tunggu. Tak perlu menunggu lama, Sendy menghampirinya.
Namun, langkahnya terhenti. Ia mencium aroma aneh dari tubuh Hendri. Bau alkohol.
“Bersihin diri lu, temuin gua di depan,” Ucapnya sinis. Sendy tak menyangka adiknya akan seperti ini.
Hendri menjatuhkan bokongnya pada salah satu bangku di teras, yang pasti bersebrangan dengan Sendy. Keduanya terdiam dalam pikiran masing-masing. Hendri menatap kosong asbak rokok di hadapannya, sementara Sendy menatap tajam adiknya.
“Ga nyangka gua lo berani minum,” Buka Sendy tanpa basa-basi.
Hendri masih terdiam. Ekspresinya tidak dapat ditebak saat ini. “Berapa botol Hen?”
“Gimana kalo mama sampe tau?” Hendri baru mendongakkan kepalanya dan bersuara. “Jangan sampe mama tau,”
Sendy menyeringai dan mendengus. “Cupu lo, berani berbuat tapi ga berani tanggung jawab,”
“Gua ga minum,” Senyum Sendy semakin melebar mendengar pernyataan 'bohong' adiknya.
“Kalo ga minum, lo kenapa bau alkohol? Hendri, Hendri, gua ini lebih tua dari lu. Temen-temen gua hidupnya ga pernah jauh dari alkohol, jadi gua tau gimana baunya. Jangan pernah bohong ke gua,”
“Gua kerja,”
“Kerja? Lo kerja apaan di club? Wah sinting lo,” Kata Sendy makin tidak percaya pada Hendri.
“Gua kerja jadi supir pengganti bang,” Entah mengapa mata Hendri mulai berkaca-kaca. “Supir yang nganterin orang-orang mabok pulang, makanya baju gua bau alkohol terus,”
“Berangkat pagi, pulang malem, pasti mama ngadu ke lo kan? Makanya lo pulang? Kalo mama ga cerita juga lo ga balik,”
“Jaga omongan lo Hen,”
“Kalo lo mikir gua selama ini nongkrong sampe minum-minum lo salah bang. Gua kerja. Apa aja gua kerjain demi uang,” Lanjut Hendri.
“Lo seharusnya ga sesusah itu cari duit Hen. Lo dapet uang dari papa, dari gua bahkan sampe malak kaya kemaren. Lo tau sendiri lo gampang sakit, ngapain diporsir gitu,” Tersirat nada khawatir pada ucapan Sendy.
“Gua dapet kabar dari temen gua, lo kerja jadi barista lah, model lah, ini, itu, buat apa duit lo? Kita ga sesusah itu,”
“Lo yang ga sesusah itu bang,” Balas Hendri sambil tersenyum remeh.
“Lo bilang apa tadi? Dapet uang dari papa?” Hendri berdiri dan menatap Sendy yang masih duduk di hadapannya, lalu menggelengkan kepala.
“Ga pernah” Ucapan Hendri barusan mampu membuat Sendy membulatkan kedua matanya. Mana mungkin Hendri tidak pernah mendapatkan sepeser uang pun dari sang Papa?
to be continued pt. 2