Pip! Pip!
Pintu apartemen terbuka setelahnya, menampilkan Derrel dengan berbagai barang bawaannya. Luna yang sedang menyisiri rambut Louis di ruang tengah langsung hadir untuk membantu.
“Sini kak, aku bantuin,” Ucapnya sambil mengambil beberapa paper bag.
“Eh? Iya thank you,” Derrel juga mulai membawa kopernya ke dalam. Dia segera merebahkan diri di ruang tengah yang kemudian dihampiri oleh Bella.
“Duh Bel, gua kangen banget sama lo,”
“Kak mau makan ga? Tadi aku masak terus tinggal dipanasin,” Tawar Luna.
“Emang bisa masak?” Goda Derrel sambil terkekeh.
“Ck, bisa laaah!”
Derrel tertawa lalu menegakkan tubuhnya. “Boleh deh, masak apaan emangnya?”
“Sup ayam hehe,” Luna lantas menyalakan kompornya dan mulai menyiapkan meja makan.
Kini Derrel beralih ke meja makan. Dia hanya menatap Luna tanpa niatan membantu.
“Yang lain kemana?”
“Hari ini sibuk semua. Tadi ada Riyan sama Kak Wildan, cuma Riyan akhirnya nongkrong terus Kak Wildan mau dinner sama keluarganya,”
Derrel hanya ber-oh ria mendengar penjelasan Luna. Teringat akan sesuatu, Derrel kembali ke ruang tengah. Sementara Luna sudah selesai menata meja makan.
“Nih, oleh-oleh buat lo,” Derrel menyerahkan paper bag berukuran besar khusus untuk Luna.
“Gede banget? Aku kan pesen makanan doang,” Luna mengintip ke dalam paper bag.
Tangannya meraih beberapa barang di dalam lalu mengeluarkannya. Beberapa buku dan alat tulis ditemani beberapa snack kecil adalah isi dari paper bag yang diberikan Derrel.
Belum sempat berucap, Derrel mendahului. “Gua sengaja beli ini supaya lo semangat belajar Lun. Urusan beasiswa gua udah kontak temen gua. Nanti kalo butuh bantuan belajar bisa tanya kita-kita aja,”
Luna tak bisa berucap. Matanya menatap beberapa buku yang ada di hadapannya kini lalu beralih menatap Derrel yang tengah tersenyum.
Tiba-tiba saja Luna memeluk Derrel. Wajahnya ia sembunyikan di tubuh Derrel. Yang dipeluk hanya bisa terdiam bingung, terkejut, dan agak salah tingkah.
“Makasih ya, kalian semua baik banget sama aku. Padahal aku cuma pet sitter disini,” Suara Luna bergetar.
Derrel mengusap rambut Luna seraya berkata, “Lo tuh bukan cuma pet sitter, lo lebih dari itu Lun,”
Entah apa yang dipikirkan Derrel, tiba-tiba saja dia mengecup kepala Luna. Luna terkejut lantas menatap Derrel yang lebih tinggi darinya. Derrel masih tersenyum, otaknya masih berusaha mencerna apa yang terjadi. Sampai senyumannya luntur dan matanya membulat.
“Wihhh ada yang baru balik nih!” Teriakan Riyan dari ruang tamu membuat Luna dan Derrel melepaskan pelukannya.
“W- woi iya nih, gua bawa oleh-oleh,” Derrel menghampiri Riyan di ruang tengah dan mereka saling bercengkrama.
Levin yang kembali bersama Riyan pergi ke dapur untuk minum. Dia menatap Luna yang tengah mematung.
“Lun? Lo ga kesurupan kan?”
“Eh? Eh engga kak,” Luna lalu melangkahkan kakinya ke kamar sementara Levin merasa masa bodoh dengan sikap Luna yang bisa di bilang agak aneh.