Seandainya
“Ayo,” Ajak Kurnia sambil menaruh kartu ke dalam dompetnya.
“Loh kita ga nungguin kak?” Kurnia menggeleng.
“Leon udah gua titipin. Kan kita mau ke kantor gua dulu ambil barang. Oh iya sama sekalian ke tempat makan yuk? Gua nemu tempat bagus kemarin,”
Luna mengangguk. Dia pun mengekori Kurnia menuju mobilnya. Setelah memanaskan mobil sebentar, Kurnia mulai mengendarai mobilnya yang berwarna hitam itu menuju kantor tempat dia bekerja.
“Lo mau ikut turun?” Tanya Kurnia begitu mereka sampai.
“Boleh kak?”
Kurnia gemas dengan Luna lantas mengacak rambutnya perlahan. “Boleh lah, kenapa kaga? Ayo,”
Kurnia memimpin jalan memasuki gedung agensi musik ternama itu. Yup, pekerjaan Kurnia adalah menjadi salah satu produser musik di sana. Maka dari itu tak jarang Kurnia sampai menginap karena sibuk membuat lagu.
Mereka tiba di lantai 5. Lantai dimana ruangan Kurnia berada. Setelah menekan beberapa angka yang diyakini sebagai password, Kurnia mulai masuk ke ruangannya. Luna merasa kagum dengan ruangan Kurnia. Rapih dengan nuansa hitam putih dan tak lupa terdapat beberapa ornamen karakter kartun yang sayangnya Luna tak tau namanya, namun dia yakin harganya pasti jutaan rupiah.
Kurnia membuka loker yang ada di bawah mejanya. Dia tersenyum menatap paper bag yang ada di sana lalu segera mengambilnya.
“Woi, ngelamun aja hahaha,” Goda Kurnia melihat Luna yang masih mengitari ruangannya. “Ayo, nanti keburu malem,”
Mereka berdua kembali masuk ke mobil. Kurnia mulai mengendarai mobilnya. Setelah melewati jalan tol, mereka masuk ke daerah yang bisa dibilang asri dengan beberapa pepohonan menghiasi pinggir jalan. Luna membuka jendela merasakan udara sore yang menyegarkan.
Mobil mereka berhenti di salah satu restoran yang memberi view langsung ke arah pantai. Kurnia dan Luna masuk dan menuju bangku yang sudah di pesan Kurnia sebelumnya.
“Mau pesen apa?” Tanya Kurnia saat keduanya sudah duduk berhadapan di balkon restoran.
“Hmmm, pasta aja deh kak. Minumnya terserah kakak,”
“Oke, pasta satu, rotinya dua sama minumannya cocktail aja dua,” Ucap Kurnia kepada pelayan yang berdiri di sebelahnya.
Begitu pelayan pergi, keduanya hening sambil menatap pantai yang begitu indah sore ini. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.
“Lun,” Panggil Kurnia. Luna mengalihkan pandangannya ke Kurnia yang sudah memegang sebuah kotak yang ia keluarkan dari paper bag.
“Gua punya hadiah buat lu,” Kurnia membuka kotak itu dan terdapat sebuah kalung dengan gambar hati menghiasi ujungnya. Kurnia mengambil kalung itu dan berencana ingin memakaikannya ke Luna.
“Eh kak buat aku? Gausah simpen buat kakak aja,”
“Tapi gua maunya ini buat lu,” Kurnia mulai memakaikan kalung itu ke Luna dan sesuai perkiraannya, sangat cocok dengan Luna. “Gua kasih karena gua mau bilang makasih udah bantu bantu kita. Bahkan bukan cuma bantu ngurus peliharaan, segalanya lo bantu. Makasih ya Lun,”
Luna tersenyum sampai pipinya memerah. “Hehehe iyaa sama-sama kak. Kalian udah baik ke aku, ya aku harus baik ke kalian,”
“Mau gua fotoin?” Luna mengangguk setuju dengan tawaran Kurnia dan mulai berpose di depan kamera. Bahkan keduanya tak segan saling tertawa.
Saat Luna tengah melihat hasilnya, Kurnia tersenyum. Dia berulang kali ingin mengungkapkan hal ini namun selalu di tunda. Maka inilah saatnya.
“Luna,” Panggil Kurnia untuk ke sekian kalinya hari ini.
“Iya kak, kenapa?” Tanya Luna menatap Kurnia.
Kurnia balas menatap mata Luna. Lalu membuang pandangannya segera. Sedikit berdehem akhirnya dia membuka suara.
“Kalo ada yang nyakitin lu, bilang ke gua ya. Gua siap jadi sandaran lu kalo lu sedih,”
Luna tersenyum mendengar kebaikan Kurnia. Sekali lagi dia bingung, terbuat dari apa hati lelaki tertua ini.
“Iya kak, makasih ya atas semuanya,” Luna terlihat berpikir dan kembali bertanya. “Tumben kakak ngomong begitu, kenapa?”
“Gapapa, gua cuma mau ngelindungin lu doang,” Jawab Kurnia lalu menatap jauh ke pantai di hadapannya kini.
Gua bohong Lun. Gua suka sama lu. Seandainya lo tau..
Seandainya kau tau ku tak ingin kau pergi Meninggalkanku sendiri bersama bayanganku Seandainya kau tau aku 'kan selalu cinta Jangan kau lupakan kenangan kita selama ini
Vierra – Seandainya