HEADLINE NEWS TODAY!
'PENYANYI TIAN YUDISTIRA DITEMUKAN TEWAS KARENA KECELAKAAN
TUNGGAL'
Berdasarkan olah kejadian
perkara hari ini, ditemukan
beberapa barang di dalam mobil
miliknya yang tidak turut
hancur. Barang tersebut
merupakan buku catatan, foto,
serta rekaman suara. Mengenai
hal tersebut akan dilakukan
investigasi lebih lanjut. Sekian
dari reporter di lapangan.
13 Maret 2021
Kecelakaan tunggal ini berlangsung. Yang kutahu, kabar terakhir darimu hanya berupa kalimat singkat pesan Whatsapp.
'Aku akan bahagia'
Makna bahagia yang kamu maksud terlampau luas. Terlebih sejak kejadian 3 tahun lalu. Ketika semua sorot mata memandangmu penuh kilau, memuja serta mengagumi setiap karyamu.
Siapa kini yang tak mengenalmu, Tian?
14 Maret 2021
Hari ini aku terbangun dalam ruangan yang gelap. Di luar hujan tengah turun mengiringi kepergianmu. Yang kuingat kamu selalu mengatakan bahwa duniamu menggelap tanpa dirinya.
Iya, wanita yang selalu kau tangisi 1 tahun terakhir. Cassandra.
Indah bukan namanya? Tapi kisah mereka tak seindah itu.
Tian selalu mencatat hari-harinya dalam buku harian dan sesekali merekam apa yang ia rasakan untuk memudahkan ia mengingat esok hari.
Aku tak pernah tahu apa isi buku harian itu. Yang kutahu dia akan selalu mengisi bukunya tepat pukul 10 malam, di mana harinya usai. Hal ini tetap dilakukan bahkan setelah Cassandra meninggalkannya.
Aku tak pernah tahu kesedihan apa yang ia tuangkan di setiap lembar hariannya. Yang kutahu ia masih tersenyum di hadapan kamera wartawan atau di depan fans yang mengelu-elukan namanya. Akan tetapi sorot matanya bermakna lain.
Hari ini pula, kepolisian menyerahkan buku harian itu kepadaku. Wali satu-satunya yang ia sengaja daftarkan. Entah apa maksudnya memberiku hak tersebut. Sore ini, kubuka lembaran buku harian tersebut.
3 Maret 2020
Tertulis di dalam halaman tersebut, dia menuliskan hari di mana dia masih tidak percaya bahwa Cassandra meninggalkannya.
Terdapat foto mereka berdua tersenyum merekah, bahagia bebas seperti dua pasang angsa yang dimabuk cinta. Tertulis pesan betapa kamu merindukan momen tersebut.
Tian masih ingat berapa banyak kata cinta dan bahagia yang Cassandra ucapkan serta berapa banyak janji sehidup semati yang Cassandra torehkan dalam hatinya. Namun, dia juga menuliskan 'fakta menyakitkannya justru hari ini adalah hari pernikahanmu'.
Yang kuingat sejak saat itu, Tian selalu bercerita bahwa ia selalu bermimpi menikah bersam Cassandra. Memandang Cassandra dengan gaun putih bak boneka serta senyum menawannya. Namun, sayang, dalam mimpinya ia mendengar Cassandra mengajaknya berfoto bahagia bersama seseorang yang ia rengkuh dalam dekapnya dan itu bukan dia. Setiap kali ia berusaha memandang pria di samping Cassandra, pandangannya semakin memudar dan ia terbangun dalam mimpi buruk yang terus menurus berulang.
Tian juga mencatatkan bahwa ia pergi ke psikiater untuk menerima obat atas mimpi-mimpi buruk yang menghantuinya. Depresi ringan. Tertulis dalam catatan harian tersebut.
Hujan terlihat masih menangisi kota dari balik jendela kamarku yang mulai gelap.
3 juni 2020
lembar selanjutnya tertulis bahwa ia semakin memburuk. Mimpi-mimpi buruknya semakin banyak menghantui. Dokter yang ia datangi menganjurkan untuk sesi konseling.
Ya, benar, dia semakin tak terkendali kala itu. Setiap kali ia melamun dia selalu mengatakan, “Aku ingin menghancurkan hidupnya seperti ia menghancurkan hidupku tanpa sebab.”
“How?” tanyaku.
“Aku ingin menghampiri dokter gigi yang kini jadi suaminya dan mengatakan semua kebohongan yang ia lakukan.”
“Lakukan jika saja kau punya keberaian melakukannya.”
Sudah bisa ditebak Tian tidak akan berani melakukannya. Tidak demi kebahagian Cassandra.
16 september 2020, dalam buku harian hanya tertulis angka 1. Seperti dalam tape rekaman yang ada di situ. Kucoba menyalakan kembali rekaman lama kali ini.
“Di mana kamu, Cas?”
“Apa kamu bahagia?”
“Cas, semua sesak. Kalau kamu tahu, aku kini di tepi Sungai Han. Aku terlalu lelah, Cas. Semua terasa masih menyakitkan.”
“Entah berapa butir pil penenang yang kuminum dan berapa botol soju yang telah kuteguk.”
“I love you, Cas.”
“Aku masih sangat mencintaimu dan kini di tengah mabuk ini aku sangat ingin hadir dalam mimpimu sebagai mimpi buruk yang menemani malam panjangmu.”
“Lucu sekali ya, Cas. Lucu, aku korban di sini, merasa hidup di ujung kematian dan kau pelakunya di sana, tertawa seolah tak tahu apa-apa.”
Rekaman itu ditutup dengan teriakan panjang penuh luka seakan orang yang mendengar ikut merasakan seberapa dalam luka itu menancap.
Kala itu, Cassandra memamerkan foto honeymoonnya di Instagram.
Miris. Tanganku bergetar. Air mataku turut turun bersama ringkihan panjang tangisnya dalam rekaman suara singkat itu.
31 Januari 2021, dalam buku harian tertulis, sebuah kliping surat kabar tertempel di dalamnya.
'Tian Yudistira terlibat kasus hak cipta dalam lagu barunya. Para fans mengecam kehadirannya di layar kaca.'
Iya, puncak karirmu. Hari itu kamu mengetuk pintu apartemenku. Tampilanmu kacau, aroma soju dan obat bercampur jadi satu. Pandanganmu telah mati. Tian Yudistira yang kukenal sudah lama mati.
Sejak itu hidupnya hanya dihabiskan dalan ruangan studio gelap miliknya bersama puluhan kaleng bir botol soju dan makanan instan.
Miris. Tiap pukul 12 aku masih mendengar tangisnya tanpa air mata. Pilu.
Tersisa 1 rekaman singkat dalam alat rekam tersebut. Tercatat 13 Maret 2021, hari di mana dia memutuskan untuk bahagia dengan jalan yang ia pilih.
“Selamat atas kehamilanmu, Cassandra. Kupikir, aku punya keberanian untuk menemuimu dan mendorongmu ke dasar jurang untuk membalas semua lukaku. Nyatanya, semua sumpah serapahku untukmu berakhir menghujam lukaku semakin dalam. Kini, kau yang telah membunuhku, Cassandra. Selamat tinggal aku masih akan mencintaimu baik kini ataupun nanti saat di neraka.”
Suara rekaman tersebut ditutup dengan detuman keras mobil dengan badan jalan dan suara ledakan dari mobil.
Dalam 13mnt 12detik tersebut Tian Yudistira meninggalkan dunia beserta lukanya.
Cukup. Buku harian ini berakhir. Lukanya sudah sembuh walaupun dengan luka yang lain.
Entah Cassandra tahu atau tidak peduli dengan kematiannya. Yang kuharap Tian tahu seberapa besar cinta yang mendorongnya mati dengan mudahnya. Dia mati dengan penuh cinta, cinta yang penuh keputusasaan. Kuharap kau tenang, cinta pertamaku.