Gyukaku
Beomgyu tidak pernah semenyesal ini soal pilihan-pilihan hidupnya. Masuk sastra asing padahal ditentang orangtua? Beomgyu tidak menyesal. Ketemu Linguistik yang menghancurkan IPK-nya juga, Beomgyu tidak menyesal. Tapi this one takes the cake– nyari ribut sama kakak tingkat yang dia kenal sebatas nama? lalu menyetujui untuk makan bareng sama dia?
Beomgyu kayaknya udah gila, deh.
Yeonjun–Kak Yeonjun–bukan kali pertama Beomgyu dapat teman sekelompok yang bisa dibilang beban. Sering, justru. Makanya dia sebel banget. Tapi dia nggak bisa bohong kalau Kak Yeonjun itu pintar ngomong. Presentasi tadi lancar;lancar sekali, bahkan. Pak Yudha tidak mendeteksi adanya sedikitpun drama kecil di antara kelompok mereka.
Tapi Beomgyu tidak sempat memikirkan hal itu. Otaknya masih berada pada momen di mana Kak Yeonjun mengacak-ngacak rambut dia–pakai bilang you did well segala; malesin banget! Beomgyu kepikiran sepanjangan hari–Kalau Taehyun dan Kai tau pasti dia diledekin sebulan.
“Bengong aja Gyu, gak bakal gue tatar sumpah.”
Sontak Beomgyu berhenti dari lamunannya. Di depannya sekarang ada Kak Yeonjun dan berpiring-piring irisan daging yang siap untuk dibakar.
“Siapa juga yang takut ditatar,” ujar Beomgyu, merengut. Yang bersangkutan justru nyengir nggak jelas dibanding memilih untuk menjawab.
“Ini yang masak gue aja ya, sebagai permintaan maaf––Loh, Ningning? Karina? Sunwoo? Ngapain kalian?”
“Gue yang ajak.” Giliran Beomgyu yang nyengir. “Lo minta maafnya ke semua orang dong harusnya, Kak.”
Muka Yeonjun yang awalnya cengengesan karena berhasil modusin adik tingkatnya itu langsung berubah drastis. Tentu, dia tidak masalah direcokin begitu karena memang salah dia tapi Yeonjun nggak bohong soal tanggal tua dan isi dompetnya yang miris itu.
Melihat itu, Beomgyu tertawa lepas.
Beomgyu sebenarnya cenderung pemalu, tapi entah gimana suasana di meja makan nomor sembilan tersebut sangat hidup. Karina dan Ningning tertawa cekikikan, Sunwoo bantuin Kak Yeonjun masak sambil sesekali ngeledekin dia, dan Beomgyu sendiri menikmati percakapan yang ada. Mereka jadi tanya-jawab soal magang dan tetek bengeknya, ghibahin dosen, ngeluh, ya classic college student things.
“Gyu, sini.” Kata Yeonjun tiba-tiba.
!?!?>>@??!??!?!>>!>!>!!?!!?!>
Muka Beomgyu merah padam. Pasalnya, ada saos di pinggir bibir Beomgyu dan Kak Yeonjun yang ngebersihin pakai jempolnya sendiri itu dengan tanpa rasa bersalah menjilat jempolnya.
“Enak,” katanya. “Lo makan kayak bayi deh, Gyu.” lanjutnya lagi.
Sunwoo, Karina, dan Ningning yang heboh cie-cie sudah tidak terdengar lagi oleh Beomgyu. Kalau asap bisa keluar dari kepalanya, pasti kepalanya sekarang sudah mengebul karena malu.
Sebelum Kak Yeonjun dapat berkata apa-apa, Beomgyu buru-buru berdiri. “Gue–gue mau ke toilet.”
Lalu dia kabur, tanpa melihat telinga Yeonjun yang memerah juga.