aquarieblack

Daddy – Baby

Jungwoo sedang asik dengan hpnya ketika ia mendengar suara pintu terbuka, lelaki manis itu dengan cepat menoleh dan mendapati Lucas yang sudah kembali keruangannya dengan wajah yang masih tetap dingin dan menyeramkan dimata Jungwoo.

“Jungwoo?” Lucas menatap Jungwoo dengan kedua alis yang saling bertaut, dengan wajah yang masih datar. Membuat Jungwoo sedikit menciut.

Jungwoo segera menyimpan hpnya di meja kemudian menghampiri Lucas yang sudah kembali ke kursi kebesarannya.

“Hai daddy!” Sapa Jungwoo dengan senyum lebar berusaha terlihat ceria dan menekan semua rasa takutnya karena Lucas masih memasang wajah tak bersahabat.

“Ngapain disini?” Tanya Lucas dingin tanpa melihat kearah Jungwoo sedikit pun, malah sibuk membuka berkas dan mulai membacanya.

“Mau ketemu, aku kangen.” Jungwoo memperhatikan Lucas yang sedang membaca berkas. Tapi Jungwoo tahu dan sangat sadar jika Lucas tidak fokus pada berkas dihadapannya.

Lucas tidak bergeming, kali ini sibuk membolak-balikan berkas dihadapannya dan berpura-pura membaca.

Jungwoo tidak suka di diamkan, mengesampingkan semua rasa takutnya, Jungwoo menutup paksa berkas yang sedang dibaca Lucas. Lelaki manis itu mendapat tatapan sinis dari Lucas namun Jungwoo tidak peduli.

Ia kesini untuk bertemu dengan Lucas dan bermanja bukannya malah didiamkan seperti itu. Ditambah lagi Jungwoo yang tidak tahu menahu alasan Lucas marah pada karyawannya tadi .

Jungwoo mendorong tubuh Lucas hingga bersandar pada kursi dan dengan cepat mendudukkan dirinya di atas pangkuan Lucas sebelum mendapatkan protes. Lucas dengan sigap meletakkan kedua tangannya dipinggang Jungwoo menahan agar kesayangannya tidak jatuh.

Lucas akhirnya pasrah, menunggu Jungwoo melakukan hal yang ingin lelaki manis kesayangannya itu lakukan sambil menatap Jungwoo lekat.

“Lagi bete ya?” Mulai Jungwoo sambil menatap Lucas dengan intens. Tidak lupa sebelah tangannya menggusap rahang Lucas dengan lembut. Membuat rahang tegasnya yang sejak tadi kaku perlahan-lahan melemah.

“Mau cerita? Aku siap dengerin cerita daddy.” Jungwoo memasang senyum lebarnya berusaha menyalurkan vibe positif pada Lucas.

Bukannya menjawab, Lucas malah menarik tubuh Jungwoo hingga lelaki manis itu menubruk tubuh atletis Lucas.

Lucas segera melingkarkan tangannya di pinggang ramping Jungwoo dengan erat dan menenggelamkan kepalanya di dada Jungwoo, menghirup aroma mawar lembut favoritnya yang selalu berhasil membuat Lucas rileks.

Jungwoo membalas pelukan Lucas sambil mengusap belakang kepala Lucas penuh sayang.

15 menit bertahan dengan posisi berpelukan, Lucas akhirnya melepaskan pelukkannya kemudian menatap Jungwoo lembut.

“Merasa lebih baik?”

Lucas mengangguk samar kemudian tangannya terulur untuk mengelus pipi putih Jungwoo penuh sayang.

Lucas sangat bersyukur dipertemukan oleh Jungwoo. Jungwoo yang menggemaskan, Jungwoo yang penuh cinta, Jungwoo yang selalu mengerti bagaiman harus menghadapi Lucas yang sedang tidak baik, dan banyak lagi hal yang tidak mampu dijabarkan. Lucas merasa menemukan orang yang tepat yang ia inginkan untuk berbagi banyak cerita dan menghabiskan seumur hidupnya bersama.

“Kenapa sih? Kok ngeliatinnya gitu?” Jungwoo sedikit salah tingkah, ditatap sebegitu lekatnya oleh Lucas. Ia tidak pernah terbiasa ditatap penuh cinta oleh Lucas seperti sekarang ini.

“Gapapa. Aku sayang banget sama kamu, kamu tau itu kan?”

“Kenapa tiba-tiba?”

“Jawab dulu, kamu tau kan aku sayang banget sama kamu?”

“Iya aku tau Mas. Akupun sayang banget sama Mas Lucas.” Jungwoo tersenyum manis sambil mengusap pipi Lucas dengan sayang.

“Sama aku terus ya? Aku gak bisa bayangin kalo gak ada kamu disamping aku, jadi apa aku nanti kalo gak ada kamu.” Jungwoo terkekeh pelan mendengar ucapan Lucas. Hatinya menghangat, Jungwoo tidak pernah merasa begitu di cintai selain dengan Lucas.

Jungwoo memajukan wajahnya, mencuri kecupan singkat di bibir Lucas kemudian berkata, “aku gak akan kemana-mana. Aku bakalan temenin kamu terus sampe waktu yang lama. Itu kan janji kita dulu?” Jungwoo mengusap dada Lucas pelan sambil menatap Lucas dalam, seolah meyakinkan Lucas jika Jungwoo serius akan ucapannya barusan.

“Kayaknya tuhan sayang banget ya sama aku, dia ngizinin aku buat ketemu kamu dan deket sama kamu. Adanya kamu dihidup aku tuh kaya anugrah indah terbesar dari tuhan yang harus aku jaga. Aku selalu bersyukur dan berterima kasih sama tuhan karna udah di temuin sama kamu.”

Mata Jungwoo mulai memanas, ia tidak pernah menyangka jika Lucas akan mengatakan hal itu kepadanya. Jungwoo menundukkan kepalanya, menggigit bibirnya berusaha menahan tangisnya agar tidak keluar.

Lucas meraih dagu Jungwoo lalu memaksa lelaki manis itu untuk menatapnya, “Jangan digigit bibirnya. Nanti luka.” Lucas menyentuh bibir Jungwoo, memperhatikan bibir tipis merah muda itu dengan intens.

Sedetik kemudian, Lucas mendekatkan wajahnya kearah wajah Jungwoo, menyatukan bibir mereka. Lucas melumat bibir bawah Jungwoo dengan sangat lembut, Jungwoo jelas menikmati itu.

“Hhh.. Daddhhh” Jungwoo memukul dada Lucas pelan ketika merasa pasokan udaranya mulai menipis. Lelaki manis itu segera mengambil nafas dalam berusaha mengisi paru-parunya.

Belum puas Jungwoo mengambil nafas, Lucas sudah kembali melumat bibir Jungwoo atas dan bawah dengan agak kasar secara bergantian, kali ini Jungwoo mengikuti permainan Lucas.

Tangan Lucas jelas tidak tinggal diam, tangan lelaki itu sudah berkelana masuk kedalam kaos Jungwoo dan menyentuk nipple Jungwoo yang mulai mengeras.

“Ahhh.. daddyyhh...hhh..”

Desahan Jungwoo semakin membuat Lucas bergerak secara liar. Jungwoo bahkan dapat merasakan jika bagian bawah Lucas yang menempel pada bokongnya mulai mengeras.

Lucas sudah siap untuk membuka kaos yang di kenakan Jungwoo, hingga tiba-tiba

“Pak, in-” Mark masuk sambil membawa berkas untuk Lucas. Sedetik kemudian mematung karena melihat bosnya sedang di posisi yang tidak layak dilihat bersama kekasihnya.

“Pak maaf saya gak tau kalo kalian lagi-”

Begitu mendengar suara Mark, Lucas menghentikan kegiatannya menjelahahi tubuh Jungwoo, sedikit menyembulkan kepala dari balik bahu Jungwoo untuk melihat Mark.

“Pak maaf saya intrupsi kegiatannya. Ini saya bawa berkas yang udah di revisi.” Mark dengan cepat meletakkan berkas yang ia bawa keatas meja Lucas dan segera berpamitan.

Mark sudah akan menutup pintu, lelaki leo itu berbalik lalu mengucapkan sesuatu yang membuat Jungwoo mau menghilang saja dari muka bumi.

“Kalo mau main jangan lupa pake kondom ya Pak, Jungwoo masih kuliah nanti kalo isi duluan repot.” Jungwoo sendiri sudah menyembunyikan kepalanya dileher Lucas. Wajahnya memerah padam. Malu karena ketahuan berbuat mesum di kantor Lucas.b

Jungwoo sendiri sudah menyembunyikan kepalanya dileher Lucas. Wajahnya memerah padam. Malu karena ketahuan berbuat mesum di kantor Lucas.

-Fin-

Daddy – Baby

Jungwoo sudah memarkirkan mobilnya di tempat yang memang sudah disediakan oleh Lucas khusus untuk baby kesayangannya itu.

Jungwoo dengan langkah ringan berjalan masuk kedalam kantor Lucas sambil menyapa beberapa karyawan yang kebetulan berpapasan dengannya. Hampir seluruh karyawan di sana sudah mengenal Jungwoo sebagai kekasih dari bos mereka.

Jungwoo keluar dari lift, segera berbelok ke kanan untuk menuju ruangan Lucas. Lelaki manis itu tersenyum lebar ketika melihat Mark sedang sibuk dimejanya tepat didepan ruangan Lucas.

“Kak Mark, Mas Lucas ad-”

“KALO GAK BISA KERJA MENDING KIRIM SURAT RESIGN AJA SEKARANG! UDAH DIKASIH WAKTU TAPI MALAH BEGINI HASILNYA?! SAYA GAK BAYAR KAMU BUAT BEGINI!”

Ucapan Jungwoo terputus begitu mendengar suara Lucas yang berteriak kencang dari ruangan samping Jungwoo. Membuat Jungwoo dan Mark menatap kearah pintu kayu besar yang tertutup kemudian saling menatap satu sama lain sambil bergidik ngeri setelahnya.

Ini kali pertama Jungwoo mendengar teriakan marah Lucas. Jungwoo cukup kaget karena selama bersama Lucas, lelaki itu merupakan sosok yang lembut.

“Ada orang didalem?” Tanya Jungwoo yang kembali mendengar teriakan marah Lucas dari dalam.

Mark mengangguk pelan, “Ada baru masuk tadi.”

“Kenapa? Bermasalah? Masa sampe Mas Lucas semarah itu?”

Belum sempat Mark menjawab, pintu kayu besar disamping mereka terbuka menampilkan seorang lelaki muda keluar membawa beberapa berkas ditangannya sambil menunduk sedih. Jungwoo merasa iba pada karyawan itu karena dimarahi habis-habisan oleh Lucas.

Lucas kemudian juga keluar dari ruangannya dengan wajah datar yang memerah padam seolah menahan emosinya. Aura yang terpancar disekitar lelaki aquarius itu sangat pekat seperti siap menerkam siapa saja yang menghalangi langkahnya. Tadinya Jungwoo berniat untuk menyapa kesayangannya itu namun diurungkannya setelah melihat wajah seram Lucas. Jungwoo takut kena semprot juga 😔

“Mark kumpulin divisi pemasaran ke ruang meeting. Saya tunggu 10 menit,” titah Lucas dingin sambil meninggalkan ruangan tanpa melirik Jungwoo sedikit pun. Jungwo bahkan sanksi jika Lucas tahu ada dirinya disana.

“Kamu tunggu didalem aja dulu, Aku meeting sama bos dulu ya.” Ucap Mark setelah menutup telfon. Lelaki leo itu segera pergi menyusul Lucas dan meninggalkan Jungwoo sendirian dengan banyak pertanyaan dikepalanya.

-Fin-

Jungwoo sudah memarkirkan mobilnya di tempat khusus yang memang sudah disediakan oleh Lucas khusu untuk baby kesayangannya itu.

Jungwoo dengan langkah ringa berjalan masuk kedalam kantor Lucas sambil menyapa beberapa karyawan yang kebetulan berpapasan dengannya. Hampir seluruh karyawan di sana sudah mengenal Jungwoo sebagai kekasih dari bos mereka.

Jungwoo keluar dari lift, segera berbelok ke kanan untuk menuju ruangan Lucas. Lelaki manis itu tersenyum lebar ketika melihat Mark sedang sibuk dimejanya tepat didepan ruangan Lucas.

“Kak Mark, Mas Lucas ad-”

“KALO GAK BISA KERJA MENDING KIRIM SURAT RESIGN AJA SEKARANG! UDAH DIKASIH WAKTU TAPI MALAH BEGINI HASILNYA?! SAYA GAK BAYAR KAMU BUAT BEGINI!”

Ucapan Jungwoo terputus begitu mendengar suara Lucas yang berteriak kencang dari ruangan samping Jungwoo. Membuat Jungwoo dan Mark menatap kearah pintu kayu besar yang tertutup dan saling menatap satu sama lain sambil bergidik ngeri setelahnya.

Ini kali pertama Jungwoo mendengar teriakan marah Lucas. Jungwoo cukup kaget karena selama bersama Lucas, lelaki itu merupakan sosok yang lembut.

“Ada orang didalem?” Tanya Jungwoo sambil kembali mendengar teriakan marah Lucas dari dalam.

Mark mengangguk pelan, “Ada baru masuk tadi.”

“Kenapa? Bermasalah? Masa sampe Mas Lucas semarah itu?”

Belum sempat Mark menjawab, pintu kayu besar disamping mereka terbuka menampilkan seorang lelaki muda keluar membawa beberapa berkaa ditangannya sambil menunduk sedih. Jungwoo merasa iba pada karyawan itu karena dimarahi habis-habisan oleh Lucas.

Lucas kemudian juga keluar dari ruangannya dengan wajah datar yang memerah padam seolah menahan emosinya. Aura yang terpancar disekitar lelaki aquarius itu sangat pekat, tadinya Jungwoo berniat untuk menyapa namun diurungkannya setelah melihat wajah seram Lucas. Jungwoo takut kena semprot juga 😔

“Mark kumpulin divisi pemasaran ke ruang meeting. Saya tunggu 10 menit,” titah Lucas dingin. Lalu meninggalkan ruangan tanpa melirik Jungwoo sedikit pun. Jungwo bahkan sanksi jika Lucas tahu ada dirinya disana.

“Kamu tunggu didalem aja dulu, Aku meeting sama bos dulu ya.” Ucap Mark setelah menutup telfon. Lelaki leo itu segera pergi menyusul Lucas dan meninggalkan Jungwoo sendirian dengan banyak pertanyaan dikepalanya.

-Fin-

Daddy – Baby

Di dalam apartment, Jungwoo hanya memperhatikan hpnya yang terus bergetar karena pesan yang di kirim oleh Lucas.

Jungwoo hanya membaca pesan Lucas tanpa berniat untuk membalas atau membukakan pintu untuk Lucas.

Jungwoo kesal hanya karena sebuah foto Lucas, tapi di foto itu memperlihatkan Lucas yang memakai sebuah kemeja dengan 2 kancing paling atasnya terbuka. Membuat dada bidang Lucas terekspos dengan bebas.

Jungwoo tidak suka bagian tubuh Lucas yang menjadi favoritnya itu dilihat dan dinikmati banyak orang. Terlebih lagi Lucas yang terlihat happy didalam foto tersebut membuat Jungwoo semakin kesal.

Jungwoo melirik hpnya melihat isi pesan Lucas yang terus mengirim gambar makanan favoritnya, membuat pertahanan diri Jungwoo sedikit goyah. Lelaki manis itu menggelengkan kepalnya pelan, berusaha untuk tidak tergoda dan tidak dengan cepat memaafkan Lucas.

Jungwoo berencana untuk marah pada Lucas sama seperti yang lelaki itu lakukan padanya seminggu yang lalu, ketika lelaki itu melihat foto yang hampir serupa dengan miliknya saat ini.

Namun rencana hanya tinggal rencana, semakin Jungwoo memperhatikan foto makanan yang dikirim Lucas, semakin kencang pula suara perut Jungwoo karena kebetulan lelaki itu memang belum makan karena sibuk menyelesaikan skripsinya.

Terkadang Jungwoo kesal pada dirinya sendiri ketika tidak bisa marah terlalu lama pada Lucas, apalagi jika sogokan yang diberikan adalah makanan kesukaannya. Jungwoo sudah pasti akan kalah. .....

Lucas mendengar pintu disampingnya terbuka segera bangkit dari duduknya dan membawa semua sogokan yang telah ia siapkan untuk Jungwoo. Tersenyum lebar ketika melihat wajah lelaki manis kesayangannya dari balik pintu.

“Masuk.” Perintah Jungwoo dingin. Lucas segera masuk melewati Jungwoo sambil mencuri sebuah kecupan kilat di bibir Jungwoo, yang berhasil membuat Jungwoo melebarkan matanya kaget, sedangkan sang pelaku hanya terkekeh pelan sambil meneruskan langkahnya ke arah ruang tamu.

Jungwoo merutuki Lucas dalam hati sebelum kemudian menutup pintu apartment-nya dan menyusul Lucas yang sudah duduk nyaman di sofa ruang tamunya.

“Mau ngapain? Aku kan udah bilang gak mau ketemu.” Jungwoo memecah keheningan diantara keduanya. Lucas tersenyum lebar, bukannya menjawab Lucas justru membuka bungkus ayam dan juga pizza yang sudah tertata rapi di atas meja.

“Makan dulu, aku tau kamu pasti belum makan dari tadi sore kan.” Jungwoo tidak bergeming, masih menatap Lucas dengan tatapam datar miliknya.

“Gak usah basa-basi, cepetan bilang! Mau ngapain kesini?” Ulang Jungwoo sambil berusaha setengah mati menahan diri untuk tidak mengambil sepotong ayam atau pizza yang terlihat sangat menggoda itu.

“Aku bilang makan dulu.” Lucas menyodorkan sepotong pizza kedepan mulut Jungwoo. Awalnya lelaki manis itu menolak dengan memundurkan kepalanya namun kemudian memakan pizza hasil sodoran Lucas dengan terpaksa karena kepalanya di tahan oleh Lucas.

“KAMWU CUWRANG BWANGET! AKWU BWENCI SAMA KAMWU! KWENAPA SIH AKWU GAK BISWA MAWAH LAMA-LAMA SAMA KAMWU.” omel Jungwoo dengan mulut penuh pizza. Tawa Lucas pecah, lelaki aquarius itu kemudian mengusap pipi Jungwoo perlahan. Lucas dapat melihat semburat merah muncul di kedua pipi Jungwoo.

“Abisin dulu makananya baru ngomel, nanti kalo kesedak gimana?” Ucap Lucas sambil mengakhiri tawanya. Jungwoo menatap sinis Lucas namun mulutnya tidak berhenti mengunyah pizza yang bary saja ia masukkan.

“Lucu banget sih.” Lucas mencubit pipi Jungwoo yang penuh makanan dengan gemas.

“IHHH! SWAKIT TAWU!” Lucas kembali tertawa karena melihat raut wajah Jungwoo yang kesal karena ulahnya. Kemudian bersyukur dalam hati karena sepertinya mood kekasihnya sudah kembali membaik. ...

Satu masalah kembali terselesaikan. Beruntung Lucas sangat tahu apa yang menjadi kelemahan lelaki manis kesayangannya itu, ditambah dengan fakta bahwa Jungwoo memang tidak bisa marah lama-lama pada Lucas dan kecintaannya pada makanan. Lucas datang dengan membawa makanan kesukaan Jungwoo? Hilang sudah semua kekesalan Jungwoo. Kadang Jungwoo sendiri pun kesal karena lemah dan mudah sekali terbujuk hanya karna dibawakan makanan favoritnya.

Daddy – Baby

Lucas melempar kuncinya sembarangan kearah petugas yang berjaga kemudian dengan cepat melesat masuk kedala gedung apartemen lelaki manis kesayangannya.

Sejak tadi pagi, entah mengapa perasaannya sangat tidak enak. Semakin bertambah ketika Jungwoo tak mengirimkannya pesan dan juga pesannya yang tidak dibalas.

Lucas dengan cepat memasukkan pin apartemen Jungwoo, membuka pintu dengan sedikit kencang dan kaget begitu melihat keadaan apartemen Jungwoo dalam keadaan gelap.

Lelaki januari itu, melangkah pelan masuk semakin dalam ke unit apartemen Jungwoo dan kemudian menemukan lelaki manis kesayangannya tertidur di sofa.

Lucas segera menyalakan lampu dan sedikit terkejut dengan penampilan Jungwoo yang tertidur. Wajah lelaki manis itu terlihat lebih pucat dari biasanya di tambah bulir keringat di pelipis Jungwoo.

Lucas merendahkan badannya agar sejajar dengan Jungwoo, memegang dahi Jungwoo hati-hati dan sedikit berjengit ketika hawa panas menjalar di punggung tangannya.

Kesayangannya demam. Batin Lucas.

Lucas dengan segera mengangkat tubuh ringan Jungwoo ke kamar, menidurkan lelaki manis itu kemudian menggantikan Jungwoo baju yang lebih tipis.

Lucas duduk di pinggir kasur Jungwoo sambil memperhatikan lelaki manis itu tertidur tenang dengan sedikit rasa khawatir yang menjalar. Dalam hati merasa bersalah karena mengabaikan Jungwoo hanya karena rasa kesalnya.

Lucas yakin seminggu kemarin Jungwoo jarang makan dan terlalu memforsir dirinya, pada akhirnya tubuhnya berontak minta diistirahatkan. Lucas sangat hafal dengan tabiat kesayangannya yang itu. .

Jungwoo terbangun dari tidurnya, lelaki manis itu mengerjapkan matanya beberapa kali berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam retinanya.

Mengedarkan pandangannya lalu kembali teringat jika terakhir kali ia berada di sofa karena tidak kuat untuk pindah. Lantas mengapa ia kini berada di atas kasur kamarnya?

Jungwoo kemudian mengernyit samar ketika merasa benda asing berada di dahinya. Sebuah handuk, bekas kompresan. Jungwoo megernyitka dahinya, menahan pusing yang tiba-tiba datang sambil memikirkan siapa yang memindahkannya dan juga memberi kompresan kepadanya.

Seakan menjawab pertanyaan Jungwoo, pintu terbuka menampilkan Lucas yang masuk dengan semangkuk bubur ditangannya.

Mata Jungwoo terbelalak lebar begitu melihat Lucas berada di hadapannya.

“Daddy?” Panggil Jungwoo tidak percaya.

Lucas hanya menaikkan sebelah alisnya sambil menatap Jungwoo lekat setelah meletakkan bubur di nakas.

“Da-daddy ngapain disini?”

“Gak suka daddy disini? Yaudah daddy pulang.”

“Gak! Jangan!” Jungwoo dengan cepat menahan tangan Lucas membuat lelaki dewasa itu kembali duduk di pinggir ranjang.

“Kenapa bisa sakit?” Tanya Lucas tanpa basa basi.

“Kecapean, biasa.”

“Gak pernah makan ya?” Jungwoo menatap Lucas kaget. Bagaimana bisa Lucas tau jika Jungwoo jarang makan akhir-akhir ini. Apalagi setelah kejadian Lucas yang marah padanya dan mengabaikan semua pesannya.

“Daddy.” Jungwoo menggenggam tangan Lucas perlahan, dan mengeratkan genggamannya ketika merasa tidak ada penolakan dari Lucas.

“Daddy aku minta maaf, sumpah gak sengaja. Waktu itu panas makanya aku buka kancingnya sedikit, tapi gak sampe 5 menit udah dikancingin lagi. Terus buat yang keliatan perut itu juga gak sengaja. Kebetulan gerakan dancennya bikin hoodienya keangkat.” Lucas hanya diam. Tidak bergeming, tidak berniat menjawab namun ia mendengarkan penjelasan Jungwoo dengan baik.

“Aku mendingan kamu marah-marah daripada didiemin kaya kemaren. Mau ngapa-ngapain juga jadi gak semangat.” Suara Jungwoo sedikit bergetar, Lucas menotis itu dan segera mengangkat wajah Jungwoo dan benar dugaannya lelaki manisnya itu sudah siap menangis, matanya memerah dan air mata yang sudah mengumpul di pelupuk matanya siap jatuh kapan saja.

“Aku beneran minta maaf, janji gak akan kaya gitu lagi. Aku gak nakal, aku masih mau sama kamu sampe waktu yang lama-lama banget.” Setetes air mata Jungwoo jatuh dengan sigap Lucas menghapus sisa air mata di pipi mulus Jungwoo.

“Janga nangis, aku jadi berasa jahat kalo kamu nangis kaya gini.”

“Aku beneran minta maaf, janji gak nakal lagi. Tapi jangan ngomong kaya kemaren lagi ya? Aku gak siap kalo harus jauh dari kamu.” Tangis Jungwoo pecah, terdengar sangat sedih. Lucas dengan cepat menarik Jungwoo untuk masuk kedalam pelukannya. Sambil menggumamkan kata maaf karena sudah keterlaluan dengan babynya itu seminggu ini.

“Adek jangan nangis, Mas minta maaf ya kalo ucapan Mas kemarin bikin adek sakit hati. Mas cuma kesel, gak suka punya mas di liat banyak orang apalagi secara cuma-cuma. Maaf yaa. Maaf banget.”

Lucas menjauhkan tubuh Jungwoo dari tubuhnya, menatap Jungwoo lekat dengan tatapan bersalah yang sangat kentara. Tanganya dengan sigap menghapus air mata Jungwoo yang masih menetes.

“Adek mau maafin mas kan?” Tanya Lucas lembut. Jungwoo hanya mengangguk dan kembali menubrukkan badannya ke Lucas dan memeluk lelaki yang ia rindukan itu dengan erat. ...

Semudah itu mereka untuk saling memaafkan satu sama lain :'))

Daddy – Baby

Pintu apartemen Jungwoo terbuka, membuat lelaki manis yang sedang berkutat dengan laptopnya di sofa ruang tengah menoleh dengan cepat kearah pintu dan mendapati laki-laki yang sudah hampir setahun ini menjadi salah satu orang terdekatnya berjalan mendekatinya dengan langkah pelan.

Lelaki Januari itu terlihat sedikit berantakan dengan kancing kemeja sudah terbuka 2 kancing dan dari yang tidak karuan namun masih melingkar di kerah kemejanya.

Lucas segera menjatuhkan diri ke sofa apartemen Jungwoo dan menutup matanya pelan sambil memijat pelipisnya pelan.

Jungwoo jelas memperhatikan gerak-gerik lelaki kesayangannya itu dalam diam. Mengamati dan berusaha mencari tahu sebetulnya apa yang terjadi walaupun pada akhirnya ia pun menyerah dan akan menanyakan hal itu nanti.

Jungwoo menaikkan tubuhnya keatas sofa, memperhatikan Lucas dalam diam, raut wajah lelah sangat terlihat jelas di wajah Lucas,kantung mata yang sedikit menghitam dan juga keterdiaman Lucas beberapa hari ini membuat Jungwoo semakin yakin ada yang terjadi pada lelaki kesayangannya itu.

Setelah puas mengamati wajah terpejam Lucas, lalu kemudian mengusap tangan Lucas dengan perlahan. Merasakan sebuah usapan, Lucas membuka matanya dan langsung mendapati Jungwoo yang berada tidak jauh dari sampingnya.

Lucas tersenyum samar, dan segera menarik Jungwoo untuk masuk kedalam pelukannya dan mengeratkan pelukannya pada Jungwoo. Lucas menyamankan kepalanya di bahu sempit Jungwoo sambil menghirup wangi favoritnya banyak-banyak seakan tidak ada hari esok.

Jungwoo membalas pelukan Lucas sama eratnya, sesekali mengelus punggung dan kepala Lucas secara bergantian. Berusaha memberikan kenyamanan untuk laki-laki besar yang kini berada di pelukannya itu.

“Daddy ngantuk? Mau pindah aja ke kamar kita cuddle di kamar aja ya?” Jungwoo masih mengelus kepala Lucas dengan penuh sayang.

“Kalo mau bobo jangan kaya gini, nanti badannya sakit. Pindah ke kamar yaa?” Ulang Jungwoo dengan lembut ketika tidak mendapati respon dari Lucas. Bukanya menjawab Lucas malah semakin mengerartkan pelukannya dan menelusupkan wajahnya ke leher Jungwoo.

Jungwoo hanya terkekeh pelan, tapi tidak juga menyerah karena ia tidak ingin badan Lucas sakit ketika bangun nanti karena posisi mereka sekarang.

“Daddy,” panggil Jungwoo lagi.

“Hmmm,”

“Daddy,”

“Hmmm, biarin begini dulu ya,” jawabnya dengan suara yang teredam.

“Mas Luke, jangan kaya gini dong sayang. Nanti sakit badannya.” Jungwoo merasakan tubuh Lucas sedikit menegang dipelukannya. Jungwoo tersenyum simpul, pancingannya berhasil. Pikir Jungwoo.

“Yuk bangun dulu, kita pindah ke kamar.” Jungwoo dengan paksa melepaskan pelukan Lucas membuat lelaki besar itu menatapnya sinis.

Jungwoo hanya tersenyum, kemudian mengusap pipi Lucas lembut seraya berkata, “aku tau pasti kamu bakal bobo dipelukan aku kalo begini. Aku gak mau nanti badan kamu sakit. Jadi nurut ya? Pindah ke kamar, kamu bisa puas cuddle sama aku sampe besok pagi.”

Jungwoo menatap Lucas dalam, kembali mengusap pipi Lucas lalu kemudian mengecup bibir Lucas sekilas sebelum akhirnya menarik paksa lelaki besar itu menuju kamarnya.

“Nih ganti baju dulu,” Jungwoo menyodorkan sepasang baju rumahan milik Lucas yang memang sengaja di tinggal oleh sang empunya dilemari pakaian Jungwoo. Setelah Lucas menerima bajunya, Jungwoo berjalan keluar kamar meninggalkan Lucas sendirian.

Tak lama kemudian Jungwoo kembali dengan segelas susu dan setangkup roti berisi selai coklat kedalam kamar.

“Makan dulu.” Jungwoo menyodorkannya kepada Lucas yang mentapanya penuh heran.

“Tap-”

“Aku gak terima protes. Makan dulu. Semakin cepet kamu abisin rotinya semakin cepet juga kita tidur,” ujar Jungwoo galak. Lucas akhirya hanya menurut dan mulai memakan roti buatan Jungwoo dengan cepat.

Jungwoo yakin jika lelaki tampan itu tidak makan teratur belakangan, terlihat dari wajahnya yang sedikit tirus. Jadi sebisa mungkin Jungwoo harua memastikan lelaki tampan kesayangannya itu untuk makan.

“Udah.” Jungwoo segera menyodorkan segelas susu hangat kepada Lucas yang langsung di minum sampai habis hanya dengan sekali teguk. Jungwoo lagi-lagi tersenyum samat melihatnya.

“Mau kemana?” Tanya Lucas begitu melihat Jungwoo bersiap keluar kamar dengan membawa piring dan gelas bekas makannya tadi.

Jungwoo menaikkan sebelah alisnya sebelum menjawab, “ mau taro piring dulu sebentar.” Sambil mengangkat piring di tangannya.

“Taro aja dulu dinakas, sekarang kamu sini. Mau peluk.” Rengek Lucas berhasil membuat tawa Jungwoo pecah. Bayangkan saja lelaki yang terkenal penuh wibawa dan berkarisma di hadapan banyak orang, kini merengek seperti anak kecil dihadapannya. Dan itu hanya Jungwoo yang dapat melihatnya. Beruntungnya Jungwoo.

“Oke sekarang bobo,” perintah Jungwoo ketika lelaki manis itu sudah bergabung dengan Lucas di satu selimut yang sama.

Lucas merapatkan badannya ke arah Jungwoo dan merengkuh pinggang lelaki manis itu dengan posesif, menyamankan kepalanya di dada Jungwoo dan mulai memejamkan matanya berusaha untuk tidur.

“Sayang usap-usap dong,” pinta Lucas dengan nada manja. Jungwoo hanya menurut dan mengusap kepala Lucas dengan lembut sambil mengumamkan sebuah lulaby supaya Lucas cepat tidur.

Tak butuh waktu lama, nafas Lucas sudah mulai teratur dan rengkuhan di pinggang Jungwoo mulai mengendur menandakan jika Lucas sudah tertidur nyenyak.

Jungwoo memperhatikan wajah lelah Lucas, masih tampan hanya saja Jungwoo tidak melihat pancaran ceria yang biasa Lucas tampilkan. Jungwoo dengan hati-hati mengusap pipi Lucas lembut. Merasa sediki karena lelaki kesayangannya terlihat sedang menanggung banyak beban. Dan yang bisa dilakukan oleh Jungwoo adalah membuat Lucas nyaman dan melupakan masalahnya sebentar seperti sekarang ini.

“You're doing a great job Mas, aku yakin kamu udah usaha sekeras mungkin. Apapun yang terjadi aku bakal selalu disamping kamu kalo kamu butuh aku. Kamu boleh keliatan lemah didepan aku, kamu gak harus pake topeng sok kuat kamu kalo di depan aku. Kamu bisa jadi Lucas yang biasa aja di depan aku Mas. Semangat ya Mas, Aku sayang kamu.”

Jungwoo mengecup dahi Lucas, turun ke kedua pipi Lucas bergantian dan terakhir mengecup bibir Lucas untuk waktu yang cukup lama. Setelahnya Jungwoo segera menyusul Lucas untuk masuk ke alam mimpi.

Bahkan Jungwoo melupakan fakta bahwa skripsinya belum selesai dan besok pagi ia akan menghadap sang dosen untuk bimbingan.

Mark segera memeluk Haechan begitu tiba disamping lelaki manis kelahiran bulan Juni itu. Membuat Haechan jelas kaget karena gerakan tiba-tiba yang di timbulkan oleh Mark.

Mark mengeratkan pelukannya pada Haechan dan mulai melancarkan aksinya, mengecupi pipi gembul Haechan berkali-kali.

Mark benar-benar dibuat gemas karena penampilan Haechan hari ini. Kekasihnya itu menciptakan sepasang horn lucu di kedua sisi kepalanya menambah kesan gemas yang semakin meninggkat dari biasanya.

Membuat Mark Lee tidak tahan untuk tidak kembali menghujani pipi Haechan dengan kecupan ringan.

Sampai kemudian, sebuah ide muncul di kepala Mark, lelaki Agustus itu masih mengecupi pipi Haechan beberapa kali namun setelahnya Mark malah menggigit pipi Haechan yang meninggalkan bekas giginya di pipi Haechan.

Sang pemilik pipi, segera menjauhkan tubuhnya dan menatap Mark dengan tatapan tajam, “Kak sakit dong! Masa pipi aku main gigit aja sih.”

“Abis gemes sayang, kamu hari biasa aja gemes, ini lagi segala pake horn 2 gitu kan makin gemes akunya.” Mark mencoba menarik kembali tubuh Haechan untuk mendekat, tetapi Haechan justru menolak dengan mejauhkan tubuhnya dari jangkauan Mark.

“Sini dong sayang, kan aku mau peluk lagi.”

Haechan mendelik sebal sambil mengelus pipinya yang masih terasa sakit akibat gigitan Mark tadi.

“Loh sayang? Mau kemana? Kok aku ditinggal?” Tanya Mark begitu melihat Haechan justru beranjak pergi meninggalkannya begitu saja.

“Berisik! Jangan deket-deket aku marah sama kamu. Sakit tau di gigit kaya gitu!”

“Loh kan kamu sendiri yang bilang aku boleh gigit gimana sihh?” Haechan sepertinya tidak mendengar atau pura-pura tidak dengar dan pergi keluar ruangan.

Aneh. Padahal lelaki manis itu sendiri yang mengizinkan Mark untuk menggigit dirinya. Tapi dia juga yang ngambek karena kesakitan. Mark hanya mampu menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Haechan barusan.

Juan melempar ponselnya sembarangan setelah membaca pesan terakhir dari Leon yang sengaja tidak ia balas. Lelaki manis itu menghela nafas berat, tiba-tiba saja ia merasa seperti dijatuhi ribuan ton batu di dadanya.

Sejujurnya Juan sangat senang mendapat pesan dari Leon karena Juan merindukan Leon, tetapi rasa takut dan ragu yang besar di hatinya membuatnya harus menahan diri dan tidak bertindak gegabah.

Drrt...

Juan melirik ponselnya yang bergetar beberapa kali, setelah dirasa tidak lagi bergetar, Juan lantas mengambil ponselnya dan melihat siapa yang mengiriminya pesan yang sepertinya banyak

Juan terdiam, tubuhkan kaku tidak bisa digerakkan. Tangannya mencengkram erat ponselnya sedangkan matanya sibuk membaca tulisan yang tertera di pesan hpnya.

Sedetik kemudian, Juan meletakan ponselnya ke atas meja dan segera menundukkan kepalanya dalam. Lalu tiba-tiba bahu Juan bergetar pelan dibarengi dengan suara isak tangis yang semakin lama semakin kencang dan terdengar memilukan. Tangis Juan pecah.

Cukup lama jeda tercipta, sampai kemudian Juan kembali menatap ponselnya, berusaha menghirup banyak udara demi menenangkan dirinya.

Juan menguatkan dirinya sendiri untuk dapat mengetik pesan balasannya sambil tetap terisak pelan. Sampai pada saat ia harusnya hanya tinggal menggetuk tombol kirim dan pesan akan terkirim, Namun yang terjadi...

Adalah Juan justru menggunci ponselnya dengan cepat, membuang ponselnya kesembarang arah. Lalu menelungkupkan kepalanya ke atas meja dan kembali menangis dengan keras. Siapapun yang mendengarkan pasti akan dapat merasakan kesedihan yang dirasakan Juan.

Juan tidak sanggup untuk sekedar mengirim pesan balasan pada Leon.