aquarieblack

Daddy – Baby

Jungwoo meletakkan ponselnya di atas kasur sampingnya, lelaki itu menghela nafas berat. Ini sudah seminggu sejak ia tidak mendapat balasan chat dari Lucas, sama seperti mimpi yang pernah ia dapati beberapa bulan lalu.

Bahkan kedua orang tua Lucas pun tidak ada yang menjawab pesan Jungwoo sama sekali, mereka semua seperti hilang ditelan bumi. Jungwoo jadi berfikir, kesalahan apa yang sudah ia perbuat sehingga membuat ke 3 orang terpentingnya itu tiba-tiba saja menghilang.

Rasa takut jelas menjalar di hati Jungwoo, ia sangat takut jika mimpinya itu akan menjadi kenyataan karena sejujurnya ia tidak siap. Ia sudah sangat jatuh cinta pada Lucas. Satu-satunya lelaki yang bisa membuat Jungwoo begitu merasa di terima, dihargai dan diberi cinta sebegitu besarnya. Tapi kini lelaki itu justru menghilang tidak ada kabar sama sekali.

Jungwoo menyandarkan tubuhnya ke kepala rajang lalu menarik kedua kakinya hingga menyentuh dada dan menenggelamkan wajahnya diantara kedua lututnya. Sampai kemudian kedua bahu Jungwoo terlihat naik turun. Lelaki manis itu menangis dalam diam, tanpa suara.

Cukup lama Jungwoo bertahan pada posisnya hingga sebuah getar dapat ia rasakan dari hpnya. Jungwoo dengan malas mengangkat kepalanya, mengulurkan tangan untuk melihat siapa yang mengiriminya pesan. Lelaki manis itu menghela nafas berat sebelum kemudian sibuk mengetikkan beberapa kalimat balasan.

-Fin-

Daddy – Baby

Jungwoo sedang menata piring ketika mendengar suara mobil dari arah depan rumah Lucas. Tanpa melihatpun lelaki manis itu tahu jika Lucas lah yang datang.

Tak lama berselang, Lucas masuk bersama Minho dibelakangnya. Lucas yang melihat Jungwoo sedang menata piring, segera menghampiri kekasih manisnya itu dan memeluk Jungwoo dari belakang, tak lupa mengecup leher Jungwoo sekilas.

Cup.

Jungwoo terperenjat kaget namun tidak berontak begitu wangi favoritnya masuk kedalam indra penciumannya, “Dad- Mas ih! Ngagetin aja!” Keluh Jungwoo sambil memukul tangan Lucas yang berada di pinggangnya.

Jungwoo menyelesaikan kegiatannya menyusun piring terlebih dahulu setelahnya lelaki manis itu berbalik dan langsung mengalungkan tangannya di leher Lucas.

“I Miss You,” bisik Lucas lalu memajukan tubuhnya untuk mencium Jungwoo, tetapi gerakan Lucas tertahan oleh Jungwoo.

Lelaki manis itu menggeleng pelan, sambil melihat kearah belakang Lucas. Lucas yang bingung segera menoleh kebelakang dan mendapati sang papi yang sedang memperhatikan mereka berdua.

“Hormon anak muda jaman sekarang,” ujar Minho sambil menggelengkan kepalanya pelan lalu pergi meninggalkan kedua anaknya yang masih terdiam kaku.

“Malu banget di liatin sama papi,” rengek Jungwoo sambil menenggelamkan kepalanya di dada bidang Lucas. . . “Kerjaan gimana luke?” Mulai Minho. Mereka semua sudah selesai makan dan kini sedang berkumpul di ruang keluarga rumah Lucas.

“Ya gitu-gitu aja pi, kan aku juga laporan sama papi,” jawab Lucas santai sambil menjulurkan tangannya ke sandaran sofa sampingnya yang ditempati Jungwoo.

Sesekali memindahkan tangannya kepundak sang kekasih dan mengusap punggung tegak Jungwoo perlahan.

“Jadi kamu sama Jungwoo kapan dong Luke?”

Uhuk. Uhuk.

Pertanyaan tiba-tiba Yoona berhasil membuat Jungwoo yang sedang makan cemilan kaget dan tersedak. Lucas dengan sigap mengambil segelas air dan memberikannya kepada Jungwoo. Menatap kekasihnya itu dengan tatapan khawatir, sedangkan Jungwoo hanya tersenyum pelan sebagai isyarat jika ia baik-baik saja.

“Mami nih nanya pake aba-aba dulu dong. Sampe kaget loh Jungwoonya ini,” protes Lucas sambil masih mengusap punggung Jungwoo dengan lembut.

“Maaf ya sayang,” ucap Yoona ssmbil menatap Jungwoo dengan wajah bersalahnya, “abis mami tuh udah gak sabar pengen jadiin Jungwoo mantu mami,” lanjutnya.

Ucapan Yoona jelas membuat wajah Jungwoo memerah padam. Didalam hatinya Jungwoo merasa senang dan bersyukur karena dapat di terima dengan baik oleh Yoona dan juga Minho sebagai pendamping anak lelaki mereka itu.

“Jadi kapan dong kalian?” Ulang Yoona karena tidak mendapatkan jawaban dari kedua anaknya.

“Nanti ya Mi, Jungwoo juga kan masih sibuk sama tugas akhirnya. Nanti kalo udah waktunya pasti Lucas minta mami sama papi buat minta Jungwoo dari orang tuanya.”

Entah mengapa Jungwoo merasa sedikit kecewa mendengar ucapan Lucas. Jungwoo sebenarnya tahu jika Lucas juga ingin menghabiskan seluruh sisa hidupnya bersama dengannya, tetapi jawaban Lucas barusan membuat Jungwoo kembali mengingat mimpi buruk beberapa waktu lalu yang sempat menyapanya.

Jungwoo takut jika pada akhirnya ia akan ditinggalkan oleh Lucas dan Lucas lebih memilih seseorang yang lebih baik dan lebih dewasa dari pada dirinya.

Jungwoo kaget ketika Lucas tiba-tiba saja mencium pucuk kepalanya. Jungwoo menoleh kearah Lucas sambil menaikkan sebelah alisnya bingung.

“Kenapa?” Tanya Lucas tanpa suara, Jungwoo dengan cepat mengubah raut wajahnya dan tersenyum sambil menggeleng pelan.

Saat ini Jungwoo hanya berharap jika tugas akhirnya cepat selesai dan ia juga dapat segera bersatu dengan Lucas untuk sisa hidup mereka masing-masing.

-Fin-

Daddy – Baby

Jungwoo memperhatikan sekitar bandara yang terlihat cukup ramai dengan orang berlalu lalang atau sekedar menunggu orang terkasihnya tiba.

Jungwoo kembali menatap kearah kiri dan menemukan sosok yang sejak tadi ia tunggu, seorang wanita cantik menggunakan rok pendek dan sebuah kemeja garis-garis biru. Terlihat sangat cantik walaupun dari kejauhan.

Jungwoo sedikit berlari untuk menghampiri sosok tersebut.

“Mamii!” Teriak Jungwoo semangat, membuat yang dipanggil menatap kearahnya dan tersenyum cerah.

“MAMI KANGENNNNNN,” Jungwoo memeluk Yoona erat yang kemudian dibalas sama eratnya oleh Yoona. Yoona senang akhirnya bisa kembali bertemu dengan calon menatunya yang gemas itu.

“Hai sayang, udah lama ya nunggunya?”

Jungwoo menggeleng pelan, “enggak kok mi belum lama.”

“Barang mami cuma segini aja?” Tanya Jungwoo sambil melihat koper besar Yoona disamping wanita itu.

“Iya cuma ini aja kok.”

“Yaudah yuk kita pulang, biar mami bisa cepet istirahat.” Jungwoo menarik koper Yoona untuk ia bawa menuju parkiran tempat supirnya menunggu dirinya.

“Kamu bawa mobil sendiri?” Yoona berjalan disamping Jungwoo sambil mengaitkan tangannya di lengan Jungwoo.

Jungwoo menoleh sebentar kearah Yoona dan menggeleng pelan, “sama pak des mi, aku gak dibolehin bawa mobil sama Mas Lucas.”

“Iya jangan, bahaya kamu bawa mobil sendiri, kalo bisa kemana-mana sama supir ya dek,” ucap Yoona sama seperti yang sering Lucas ucapkan padanya.

Memang benar-benar ibu dan anak. Pikir Jungwoo.

-Fin-

Daddy – Baby

Jungwoo memasukan hpnya kedalam tas begitu ia selesai bertukar pesan dengan Lucas. Lelaki manis itu kini menoleh kesamping, menemukan Minho, ayah dari lelaki kesayangannya yang ternyata sedang memperhatikannya dan tersenyum lembut kearahnya.

“Sibuk banget ya?” Mulai Minho, Jungwoo menaikkan sebelah alisnya. Bingung dengan apa yang dimaksud oleh Minho.

“Kamu dari sejak masuk mobil malah main hp gak nyapa papi sama sekali,” jelas Minho membuat raut wajah Jungwoo berubah menjadi sedikit tidak enak.

“Papi maaf, aku abis ngabarin da- i mean Mas Lucas tadi,” ujar Jungwoo dengan nada sedih yang kentara.

Minho tertawa melihat calon menantunya memasang wajah sedih seperti sekarang. Sangat lucu dimata Minho.

“Gapapa Woo, papi cuma bercanda kok. Udah ngabarin pacar kamunya?” Goda Minho masih dengan sisa tawanya. Jungwoo menganggukkan kepalanya beberapa kali sambil tersenyum senang.

“Kita mau kemana pi?” Tanya Jungwoo begitu menyadari jika mobil yang mereka tumpangi sudah berada di jalan besar bergabung dengan mobil lain di tengah kemacetan ibu kota.

“Kita mau makan, kamu belum makan kan dek?”

“Belum pi, tadi aku langsung bimbingan biar cepet selesai eheheh.”

“By the way tugas akhir kamu gimana akhirnya?” Tanya Minho begitu mengingat jika calon menantunya itu sedang disibukkan dengan tugas akhir yang tengah ia garap.

Jungwoo membetulkan letak duduknya menjadi menghadap kearah Minho, seraya berucap, “Ya gitu deh pi, masih revisi di bab 1,2 sama 5 dibagian pembahasan. Yang lain udah oke kok.”

“Terus sidangnya kapan?”

“2 bulan lagi, tapi bulan depan udah harus dikumpulin. Aku takut deh pi. Gimana ya kalo misalnya gagal di hari-hari terakhir?” Tanya Jungwoo tiba-tiba merubah nada suaranya, membuat Minho segera melihat Jungwoo yang memasang raut khawatir.

Minho memperhatikan wajah calon menantunya itu kemudian meraih tangan Jungwoo dan menggenggamnya berusaha memberikan kekuatan pada calon anaknya itu.

“Dengerin papi deh, adek gak akan gagal. Papi yakin adek hebat dan jago. Buktinya sekarang udah mau hampir beres kan?” Jungwoo hanya mengangguk sambil tetap menatap Minho lekat.

“Revisi tuh wajar dek, apalagi namanya tugas akhir kan harus sempurna. Adek hebat udah bisa bertahan sejauh ini dan sampe dititik sekarang, tinggal sedikit lagi setelah itu selesai. Jangan takut gagal ya? Papi yakin adek bisa, kalo emang adek ngerasa takut gagal kan adek bisa minta tolong sama Lucas atau minta sama papi juga boleh, selama papi bisa bantu.” Jungwoo hanya diam mendengar semua ucapan Minho.

Sudah sejak seminggu ini lelaki manis itu memang sedikit overthinking perihal tugas akhirnya yang selalu berakhir mendapatkan perintah untuk revisi dari sang dosen. Sebetulnya Jungwoo sangat ingin bertanya dan meminta bantuan Lucas, tetapi Jungwoo tahu lelaki itu sedang sangat sibuk sekarang, Jungwoo tidak tega jika harus merecoki Lucas dengan tugas akhirnya.

Tapi setelah mendapat masukan dari Minho, Jungwoo merasa sedikit tenang dan kembali yakin jika semuanya akan berjalan dengan lancar sampai pada titik akhir nanti.

“Papi makasih yaa?” Ucap Jungwoo tiba-tiba membuat Minho menatap Jungwoo bingung.

Mengapa calon menantunya ini berterima kasih padanya?. Pikir Minho.

“Karna ucapan papi tadi, aku jadi percaya kalo aku bisa sampe akhir, aku jadi kembali yakin sama diriku sendiri.” Sebuah senyum tulus terulas di wajah Jungwoo. Membuat Minho juga tersenyum akan hal itu.

“Ya ampun dek, kamu nih kaya sama siapa aja, kamu kan anak papi juga.” Minho segera menggusak kepala Jungwoo lembut.

“Kalo Lucas lagi sibuk dan kamu mau cerita, chat papi aja ya? Atau chat mami juga boleh. Jangan sungkan-sungkan dek, kita kan sebentar lagi jadi keluarga,” ucap Minho lagi.

“Mau peluk papi boleh gak sihh?” Rengek Jungwoo gemas dengan air mata yang menggenang dipelupuk matanya. Minho dengan segera merentangkan kedua tangannya, melihat itu Jungwo segera mendekatkan tubuhnya kearah Minho dan memeluk lelaki paruh baya itu erat.

Minho segera menggusap kepala Jungwoo, yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri dengan sangat lembut. Sejak anak lelakinya mengenalkan sosok dipelukannya ini untuk pertama kali padanya dan juga sang istri, Minho sudah dibuat jatuh hati karena sifatnya yang lembut, periang dan juga terkadang menggemaskan. Membuatnya dan Yoona mengatakan kepada Lucas jika mereka mau Jungwoo lah yang menjadi menantu mereka nantinya.

Pelukan hangat Jungwoo dapatkan, rasanya sama seperti di peluk oleh papanya. Sesuatu menjalar hangat di hati Jungwoo, lelaki manis itu sudah sangat ingin menangis namun ia sebisa mungkin menahannya.

Lelaki manis itu sangat bersyukur karena diterima dengan baik oleh kedua orang tua kekasihnya itu. Jungwoo jadi merasa memiliki 4 orang tua disaat yang bersamaan. Dan Jungwoo bersyukur atas itu.

Dan kemudian Jungwoo menyadari sesuatu dari ucapan Minho barusan yang membuatnya menerka maksud dari ucapan Minho itu.

-Fin-

Di [Jodoh] In

“Enggak ya dek, keputusan mami sama daddy udah bulat, lagian kan kita cuma minta kamu kenalan sama Jevano aja,” Tisya berusaha membujuk anak lelakinya itu agar mau menerima keputusannya dan juga sang suami.

“Kenalan apaan kalo 2 minggu lagi ada pertemuan keluarga besar.” Cibir Tiandra sebal.

Lelaki bermata boba itu, menatap kedua orang tuanya bergantian, lalu kembali menatap Tisya dengan lekat sambil berkata, “Mi aku beneran gak mau! Aku masih terlalu muda buat nikah mi, lagian sekarang aku mau fokus sana butik sana kantor aja dulu, gak mau mikirin cinta-cintaan pusing,” Jujur Tiandra, menjabarkan alasannya menolak perjodohan ini.

“Lagian kalo aku mau, aku bisa nyari sendiri tanpa harus di jodohin kaya gini. Emangnya sekarang jamannya mami sama daddy muda dulu apa pake dijodoh-jodohin segala,” lanjut Tiandra ketus sambil menatap kedua orang tuanya bergantian.

“Pokoknya gak ada nolak-nolak, 2 minggu lagi tetep pertemuan keluarga besar sekalian nentuin tanggal pertunangan kalian sama pernikahan kalian.” Final Tisya tidak dapat diganggu gugat. Jelas membuat Tiandra melebarkan kedua mata bobanya, lelaki cantik itu tidak terima.

“Kalian mending jujur deh sama aku.” Tiandra menjeda ucapannya membuat kedua orangtuanya mengerutkan kening bingung sambil menunggu lanjutan ucapan anak tunggal mereka.

“Ini perjodohan cuma buat bisnis kan? Jujur sama aku apa Mami sama Daddy punya utang sama mereka? Aku bisa ngelunasin tanpa harus nikah sama anak mereka” tuduh Tiandra sambil menahan emosinya.

“Kok ngomongnya gitu?” Tanya David kaget mendengar tuduhan putra satu-satunya itu.

“Ya abis tiba-tiba, aku gak mau dad, mending daddy jujur sama aku kalo emang punya utang. Aku bisa bayarin tanpa harus aku nikah sama anak mereka. Sebut aja berapa nominalnya. Aku gak mau nikah cuma karena perusahan atau segala macem berhubungan sama perusahaan” ujar Tiandra lagi membuat kedua orang tuanya tertawa. Tiandra memandang kedua orang tuanya dengan pandangan bingung.

“Kamu nih kebanyakan nonton drama ya? Daddy sama Mami gak punya hutang sama siapapun. Perjodohan ini murni karena Mami, Dady sama mereka itu sepakat untuk menjodohkan kamu sama anak mereka dari dulu” jelas David.

“Gak bisa dong Dad, selama ini kita jadi keluarga demokratis yang mendengarkan pendapat yang lain. Kenapa sekarang kalian seenaknya aja sama aku” protes Tiandra lagi.

“Kamu udah waktunya untuk nikah Tian, mau sampe kapan kaya gini terus sibuk sama kerjaan tanpa mikirin kehidupan pribadi” Tisya kini angkat bicara.

“Mi? Yang bener aja! I'm still 23 after all. Justru aku masih terlalu muda untuk nikah Mi. Pokoknya aku gak mau! Nikah gak ada direcana aku 5 tahun kedepan” ujar Tiandra telak.

“Ya gak ada salahnya kan dek,  kamu juga ga lagi berhubungan sama siapa siapa kan” ucap Tisya santai sambil menyesap tehnya. 

“Tapi Mi,  ini bukan masalah lagi berhubungan atau enggak , ini menyangkut masa depan aku Mi.  Aku masih bisa cari pacar bahkan calon suami sendiri tanpa harus Mami jodoh jodohin kayak gini.  Apalagi aku gak kenal,  kita bakan baru ketemu hari ini” ujar Tiandra lagi. 

“Ini udah dua tahun lebih dek,  kamu harus move on ga bisa begini terus” lanjut Tisya jelas membuat Tiandra kaget karena sang mami mengungkit masalah move on.

“Ini bukan masalah move on atau engga Mi,  asal Mami tau aku udah move on dari lama,  aku udah ga sedih sama sekali sekarang.  Pointnya itu aku lagi gak mau menjalin hubungan sama siapapun gak ada sangkut pautnya sama move on atau apapun poin Mami yang lain,” ujar Tiandra tegas.

“Lagian selama ini aku happy-happy aja gak punya pacar. Walaupun gak punya pacar aku masih punya Tama sana Dirga yang selalu ada disaat aku butuh temen,” ujar Tian lagi.

“Gak ya Tian, gak ada penolakan pokoknya 2 minggu lagi kita tetep ketemu sama calon jodoh kamu” ujar Tisya tak dapat diganggu gugat.

“Mi?! Mi yang bener aja dong” protes Tiandra lagi. Ia masih belum terima dengan rencana yang dibuat kedua orang tuanya.

“Dad!” Tiandra menatap David yang sejak tadi hanya diam melihat perdebatan ibu dan anak dihadapannya tanpa mau membantu, membela atau mengucap sepatah katapun.

Kepala keluarga Antares itu hanya mengangkat kedua bahunya pelan, seolah tidak ingin membantu atau bergabung dalam perdebatan kedua cintanya itu.

“Enggak Tiandra, gak ada penolakan” ujar Tisya tegas. Membuat Tiandra berusaha mati-matian menahan emosinya yang sudah terkumpul sejak tadi.

Merasa tidak akan memenangkan perdebatan, Tiandra akhirnya memutuskan untuk kembali ke kamarnya tanpa pamit untuk memikirkan bagaimana cara menolak dan membatalkan perjodohan dirinya dengan sosok datar dan dingin dari keluarga Havierly itu.

-Fin-

Di [Jodoh] In

Tiandra dan kedua orang tuanya berdiri di halaman rumah guna mengantar kepergian keluarga Havierly. Satu kali suara klakson berbunyi membuat Tiandra dan kedua orang tuanya melambaikan tangan kearah mobil Havierly.

Begitu mobil meninggalkan pekarangan rumah, Tisya segera membalikkan badan untuk masuk kedalam rumah diikuti David yang merangkul pinggang sang istri mesra, meninggalkan Tiandra yang masih terpaku di halaman rumah menatap kepergian mobil keluarga Havierly.

Merasa dirinya ditinggal Tiandra segera menyusul kedua orang tuanya kedalam rumah seraya berkata, “Mami Daddy bisa kita ngobrol?” Ucapnya dengan tegas namun tetap terdengar sopan.

Tisya mendudukka diri disofa sambil menatap anak tunggalnya itu dengan tatapan bingung, “Kenapa sih dek? Serius banget?”

“Aku gak mau di jodohin,” mulai Tiandra.

Penasaran bagaimana akhirnya Tiandra dijodohkan dengan anak dari keluarga Havierly?

-Flashback

Setelah makan siang , kedua keluarga itu kembali ke ruang keluarga untuk kembali mengobrol, masih dengan Tiandra dan Jevano sebagai pendengar obrolan kedua orang tua masing-masing. Sampai kemudian sebuah pertanyaan yang tidak Tiandra sangka akan ditanyakan, ditanya oleh Nyonya Havierly kepada dirinya.

“Kamu punya pacar gak sih Ti?”

Tiandra yang sedang diam dengan cepat mentap Bianca dengan tatapan bingung sebelum kemudian dengan cepat mengubah raut wajahnya sambil menampilkan senyum tipis pada Bianca sambil menggeleng pelan.

“Gak ada tante, Tiandra lagi gak tertarik pacaran.”

“Oh? Sama dong sama Jevano, dia juga gak tertarik nih pacaran. Padahal umurnya udah cocok berkeluarga.” Tiandra mencuri pandang kearah Jevano yang hanya diam sambil menatap ibunya dengan datar. Tiandra hanya tersenyum singkat menanggapi ucapan Bianca.

“Kalo misalnya kamu kenal lebih deket sama Jevano gimana dek? ” tanya sang mami tiba-tiba.

“Maksud Mami?” tanya Tiandra tidak mengerti. 

“Ya maksudnya kamu kenalan sama Jevano supaya lebih deket, terus 2 minggu lagi kita adain pertemuan keluarga buat bahas tanggal pertunangan kalian” jelas sang Mama. 

Tiandra kaget mendengar ucapan sang Mami barusan, Tiandra baru tersadar ia akan dijodohkan dengan Jevano. Dijodohkan.

Tiandra diam,  otaknya berpikir bagaimana caranya menolak perjodohan tersirat ini.

“Ma-maksud Mami Tiandra mau di jodohin?” tanyanya tak percaya sambil menatap Tisya lekat.

“Bukan dijodohin dek,  perkenalan aja dulu.  Siapa tau cocok kan” ucap Tisya sambil tersenyum lebar.

“Perkenalan aja? Tapi 2 minggu lagi nentuin tanggal pertunangan?” Tanya Tiandra sarkas.

“Ya gak ada salahnya kan dek,  kamu juga ga lagi berhubungan sama siapa siapa kan” ucap Tisya dengan santai.  

“Tapi Mi-”

Tiandra sudah ingin mengeluarkan protesnya ketika ia sadar jika di sekitarnya masih ada keluarga David. Tidak sopan jika Tiandra dan Tisya malah berdebat didepan tamu mereka. Maka atas dasar itu Tiandra menelan kembali rangkaian kalimat protes yang sudah siap ia lontarkan dan kembali memilih untuk diam.

Tiandra benar-benar speechless mendengar obrolan Tisya dan juga Bianca, karena jujur saja dijodohkan tidak pernah ada dalam rencana hidup Tiandra. Menikah muda pun tidak ada dalam rencana hidup Tiandra 5 tahun kedepan setelah apa yang pernah ia lalui dahulu.

Kini dengan mudah sang mami mengatakan jika dirinya akan dijodohkan dengan seseorang asing yang bahkan Tiandra sendiri takut menatap lelaki itu karena terlalu datar dan aura yang sangat tidak bersahabat.

Tiandra diam-diam melirik kearah Jevan yang justru terlihat tidak terganggu sama sekali dengan pembahasan seputar perjodohan ini. Membuat Tiandra jengkel setengah mati pada sosok dingin dihadapannya itu.

Ditengah pembicaraan serius Tisya dan Bianca, Tiandra pamit undur diri dengan alasan ingin mengangkat telfon padahal dirinya hanya malas mendengarkan rencana yang bahkan dirinya saja tidak setuju.

-End of Flashback

Daddy – Baby

Drrtt...

Hp Jungwoo bergetar menampilkan display name Lucas di layarnya. Dengan cepat lelaki manis itu meraih hpnya dan mengangkat telfon Lucas.

“Halo Daddy.” Lucas dapat mendengar suara Jungwoo yang serak.

“Kamu nangis?” Jungwoo mengangguk sebagai jawaban walaupun Lucas tidak bisa melihatnya.

“Iya, aku sedih hiks...” Air mata Jungwoo dengan nakalnya mulai kembali menetes.

“Hiks... Ak-aku takut.. hiks.”

“Sayang, gak ada yang perlu kamu takutin. Gak akan ada yang ninggalin kamu.” Lucas berusaha meyakinkan sang kesayangan jika mimpi Jungwoo tadi tidak akan menjad kenyataan.

“Ta-tapi kalo misalnya mami beneran mau jodohin daddy sama orang lain gimana? Hiks.. aku...aku hikss-” Jungwoo tidak melanjutkan kalimatnya, terlalu takut untuk sekedar berucap.

“Sayang, listen. Mami gak mungkin mau jodohin aku sama orang lain. Kamu tuh udah masuk kualifikasi mantu idamannya mami. Kata mami, kamu itu paket lengkap buat aku.”

Dari ujung telfon, Lucas hanya mendengar isakan Jungwoo, lelaki manis itu memilih diam dan mendengarkan Lucas.

“Udah ya? Jangan mikir aneh-aneh. Aku gak mau kamu mikir kaya gitu lagi. Kamu bisa pegang janii aku, gak akan ada yang lain selain kamu, kita bakal terus sama-sama untuk waktu yang lama. Lagian aku juga cuma mau kamu yang ada di samping aku, temenin aku ngabisin sisa hidup aku. Cuma kamu Baby, gak ada yang lain. Jadi udah ya?”

“Maaf Daddy, aku cuma takut soalnya mimpi selamen nyata banget rasanya, aku gak siap kalo harus kamu tinggal.” Suara Jungwoo kembali bergetar, lelaki itu kembali siap untuk menangis.

Jungwoo dapat mendengar helaan frustasi Lucas dari ujung telfon. Sebelum kemudian mendengar Lucas kembali berbicara, “Sayang, tunggu sebentar ya?”

“Mau kemana?”

“Pulang, ketemu sama kamu.”

“Daddy gak sibuk?”

“Sibuk, tapi kamu prioritas utama sekarang, kantor bisa nyusul. Lagian ada Mark yang bisa handle.”

Mendengar itu, hati Jungwoo menghangat, ia menjadi sedikit yakin semia yang diucapka Lucas benar dan ia tidak perlu khawatir dengan mimpi buruknya semalam.

“Aku tutup ya?” Suara Lucas memecah keheningan, Jungwoo reflek mengangguk padaha ia tahu Lucas tidak dapat melihat.

“Iya, hati-hati ya daddy?”

“Iya sayang, wait me ya? 15 menit lagi sampe.”

“Awkaayyy! Jangan ngebut yaa daddy! Baby wuff yuuu! Muacchhh!”

Jungwoo segera mematikan panggilanya, ia kini bisa sedikit bernafas lega dan tidak terlalu memikirkan mimpinya semalam yang terasa nyata.

Jungwoo membawa hpnya keluar kamar dan mendudukkan diri di sofa apartmennya, berniat menunggu Lucas sambil menonton Tv.

-Fin-

Daddy – Baby

Jungwoo terbangun dari tidurnya dengan rasa sesak yang menjalar di hatinya. Ia mendapatkan sebuah mimpi buruk. Sangat buruk menurutnya. Jungwoo mengatur nafasnya agar menjadi lebih teratur dan berusaha menghilangkan rasa sesak yang masih terasa.

Lelaki manis itu meraih gelas air yang ada diatas nakas dan segera menghabiskannya hanya dalam waktu beberapa detik saja.

Seakan teringat sesuatu, Jungwoo menoleh kearah sampingnya.

Kosong.

Jungwoo segera bangkit dari kasur, berjalan dengan terburu-buru menjelajahi seluruh ruangan di apartemennya seperti mencari sesuatu.

Kamar mandi? Tidak ada. Dapur? Tidak ada. Kamar tamu? Tidak ada.

Menyerah. Jungwoo dengan cepat kembali ke kamarnya, merih ponselnya lalu dengan segera mendial sebuah nomor. Tapi tidak ada jawaban dari sosok yang di telfon oleh Jungwoo.

Lelaki manis itu terduduk lemas di atas kasurnya. Apa mimpi semalam itu nyata? Apa memang kini dirinya ditinggal sendirian? Apa kini tidak ada lagi Lucas di sampingnya?.

Tanpa sadar, air mata Jungwoo sudah mengalir di pipi lembut lelaki manis itu. Jungwoo menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, bahunya bergetar hebat. Jungwoo menangis dengan sangat keras. Membuat siapa saja yang mendengarnya akan merasakan sakit yang sama.

-Fin-

Mark segera memeluk Haechan begitu tiba disamping lelaki manis kelahiran bulan Juni itu. Membuat Haechan jelas kaget karena gerakan tiba-tiba yang di timbulkan oleh Mark.

Mark mengeratkan pelukannya pada Haechan dan mulai melancarkan aksinya, mengecupi pipi gembul Haechan berkali-kali.

Mark benar-benar dibuat gemas karena penampilan Haechan hari ini. Kekasihnya itu menciptakan sepasang horn lucu di kedua sisi kepalanya menambah kesan gemas yang semakin meninggkat dari biasanya.

Membuat Mark Lee tidak tahan untuk tidak kembali menghujani pipi Haechan dengan kecupan ringan.

Sampai kemudian, sebuah ide muncul di kepala Mark, lelaki Agustus itu masih mengecupi pipi Haechan beberapa kali namun setelahnya Mark malah menggigit pipi Haechan yang meninggalkan bekas giginya di pipi Haechan.

Sang pemilik pipi, segera menjauhkan tubuhnya dan menatap Mark dengan tatapan tajam, “Kak sakit dong! Masa pipi aku main gigit aja sih.”

“Abis gemes sayang, kamu hari biasa aja gemes, ini lagi segala pake horn 2 gitu kan makin gemes akunya.” Mark mencoba menarik kembali tubuh Haechan untuk mendekat, tetapi Haechan justru menolak dengan mejauhkan tubuhnya dari jangkauan Mark.

“Sini dong sayang, kan aku mau peluk lagi.”

Haechan mendelik sebal sambil mengelus pipinya yang masih terasa sakit akibat gigitan Mark tadi.

“Loh sayang? Mau kemana? Kok aku ditinggal?” Tanya Mark begitu melihat Haechan justru beranjak pergi meninggalkannya begitu saja.

“Berisik! Jangan deket-deket aku marah sama kamu. Sakit tau di gigit kaya gitu!”

“Loh kan kamu sendiri yang bilang aku boleh gigit gimana sihh?” Haechan sepertinya tidak mendengar atau pura-pura tidak dengar dan pergi keluar ruangan.

Aneh. Padahal lelaki manis itu sendiri yang mengizinkan Mark untuk menggigit dirinya. Tapi dia juga yang ngambek karena kesakitan. Mark hanya mampu menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Haechan barusan.

Daddy – Baby Alternatif Plot

Seperti ucapannya kemarin, pagi ini Jungwoo sudah berada di airport untuk mengantar lelaki besar kesayangannya itu untuk kembali ke kampung halamannya, Hongkong.

Sejak di jemput oleh Lucas di rumahnya, Jungwoo tidak berhenti mendekap lengan Lucas dengan erat, sesekali mendusalkan hidungnya ke lengan kekar Lucas.

Saat ini juga sama, keduanya sedang duduk disebuah resto fasfood sambil menunggu waktu boarding Lucas, Jungwoo justru semakin menempel pada Lucas.

“Kamu kenapa? Tumben jadi nempel banget gini?” Tanya Lucas sambil menundukkan kepalanya menatap Jungwoo.

“Aku tuh kangen, taunya mau ditinggal pergi mana lama lagi.” Jungwoo mencebikkan bibirnya sebal membuat Lucas terkekeh pelan kemudian mencubit pipi Jungwoo gemas.

“Sebentar aja ya? Janji nanti aku balik kok. Tapi kamu tunggu sebentar ya?” Lucas berusaha meyakinkan Jungwoo perihal kepergiannya.

Jungwoo tidak menjawab, hanya terdiam dengan banyak pemikiran tidak jelas di otaknya. Ada sedikit perasaan takut dihati Jungwoo. Entah mengapa lelaki manis itu merasa jika sesuatu yang buruk akan terjadi suatu hari nanti. Entah mengapa pula, ia merasa jika ia akan segera kehilangan Lucas.

-Fin-