Hide and Seek
“Sip, Tanaka yang jaga,” Ucap Sugawara setelah tim Karasuno selesai bermain hompipa.
“MUAHAHAHA AKAN KU CARI KALIAN SAMPAI UJUNG DUNIA!”
Tanaka tertawa dengan berlebihan. Lalu ia mulai menghitung dari 1 sampai 20 sembari menutup matanya. Semua anggota dan juga manager langsung berlarian untuk mencari tempat persembunyian.
Tentu saja Nishinoya dan Hinata adalah orang yang paling bersemangat saat berlari. Saking semangatnya, Nishinoya sampai terjatuh ke dalam selokan di dekat ruang UKS.
“20!!” Teriakan Tanaka terdengar sampai ke luar.
Sial! Nishinoya sama sekali belum bersembunyi. Dengan cepat ia masuk ke ruang UKS. Sayangnya, jika Tanaka masuk ke ruangan ini ia akan segera ditemukan.
Matanya beralih ke lemari yang cukup besar. Ah, itu adalah tempat untuk menyimpan matras. Dan ia melihat matras berada di luar, itu artinya lemari itu sedang dalam keadaan kosong. Tanpa banyak berpikir Nishinoya langsung membuka lemari itu.
Mata Kageyama dan Nishinoya bertemu. Ia melihat Kageyama duduk sembari menselonjorkan kakinya di dalam lemari itu. Lemari itu cukup besar, tapi terlihat sempit jika ia dan Kageyama harus berbagi tempat.
“Yuhu~ Tanaka datang~”
Suara Tanaka yang terdengar jelas membuat Nishinoya segera masuk ke dalam lemari itu.
“Gue ikut ngumpet di sini ya, Kag.”
Nishinoya mendudukan dirinya di antara kaki Kageyama. Dia tidak sadar bahwa posisi mereka saat ini agak berbahaya. Karena ruang yang terlalu sempit, Kageyama meletakan kedua tangan nya di kedua pahanya. Ini membuat jarak dirinya dan Nishinoya benar-benar tidak ada.
Punggung Nishinoya menempel pada Nishinoya. Dan juga wajah Kageyama tepat berada di leher Nishinoya. Libero itu bergidik ketika merasakan hembusan napas adik kelasnya itu di lehernya.
“Kak, jangan gerak-gerak,” Ucap Kageyama tidak nyaman.
Siapa yang akan nyaman dengan posisi ini? Bokong Nishinoya berada tepat di selangkangan Kageyama. Walaupun dia begini, ia tetaplah seorang remaja yang sehat. Jika Nishinoya bergerak terlalu banyak, akan gawat.
Belum lagi, dengan jarak yang sangat dekat ini membuat Kageyama dapat mencium wangi rambut Nishinoya. Kira-kira kakak kelasnya ini memakai shampo merk apa ya? Wanginya sangat enak.
Krieet..
Suara pintu UKS dibuka membuat tubuh mereka menegang. Hembusan napas Kageyama di leher Nishinoya semakin terasa. Itu membuat tubuh Nishinoya kegelian dan membuat sedikit gerakan.
“Ah, siapa sih yang nelpon? Lagi main juga,” Ucap Tanaka yang tepat berada di luar lemari.
Ia pun mengangkat telpon itu dan mulai berbicara dengan lawan bicaranya. Ia sedikit menjauhi lemari itu dan duduk di salah satu ranjang yang ada di UKS.
“Hahahaha rasain! Banyak gaya sih!” Tanaka semakin terlarut dengan obrolannya di telepon.
Ingatkan Nishinoya untuk memukul teman nya itu nanti. Suasana di dalam lemari semakin mendebarkan. Nishinoya mulai pegal, tetapi Kageyama melarangnya bergerak.
Belum lagi dengan udara yang masuk terbatas membuat mereka kepanasan. Keringat mulai mengucur di tubuh mereka. Keduanya memaki Tanaka di dalam hati.
“Kag, gue pegel,” bisik Nishinoya.
“Gue juga.”
Nishinoya sudah tidak kuat. Ia sedikit menggerakan tubuhnya agar mendapatkan posisi yang nyaman. Sedangkan Kageyama mati-matian agar sesuatu di dalam celananya tidak membuat masalah.
“IH ANJIR! MASA GITU?” Tanaka tidak memberikan tanda-tanda akan mengakhiri percakapannya.
“Ih anjir si Ryuu kenapa gak keluar-keluar sih?” Bisik Nishinoya frustasi.
Kageyama tidak merespon. Ia menutup matanya dan berusaha mengalihkan perhatiannya. Nishinoya sedari tadi tidak bisa diam, ia harus mengalihkan pikiran nya. Ayo, kita pikirkan tentang makanan.
Oh! Bakpau! Bakpau itu lembut dan empuk. Dan.. sepertinya bokong Nishinoya juga empuk.
“Astagfirullah,” Kageyama berucap dengan pelan.
“Lah, kenapa lo?” Bisik Nishinoya.
Mendengar suara Nishinoya malah semakin mengganggu pikiran nya. Kageyama semakin menutup matanya dengan erat. Berusaha memikirkan hal lain.
“Ah, gue capek,” bisik Nishinoya sembari merebahkan kepalanya di dada Kageyama.
Hancur sudah pertahanan Kageyama. Ia sudah tidak bisa menahan nya lagi. Telinganya memerah begitu juga dengan wajahnya.
Nishinoya merasakan sesuatu yang keras di bokongnya. Ia menolehkan kepalanya sedikit dan melihat wajah Kageyama yang sudah memerah.
“Kageyama, lo—”
Nishinoya tidak bisa melanjutkan ucapan nya. Kageyama menunduk malu. Melihat itu membuat wajah Nishinoya juga memerah. Situasi saat ini sangat memalukan.
“Eh, gue kan lagi main petak umpet ya.”
Terdengar suara langkah kaki Tanaka keluar dari UKS. Mereka berdua pun segera keluar dari lemari itu. Wajah keduanya sangat merah.
“Maaf kak,” Kageyama menundukan badan nya dan segera berlari dari ruangan itu.
Mulai dari hari itu mereka tidak pernah bermain petak umpet lagi. Jika ada yang membahas petak umpet wajah mereka akan berubah menjadi merah.
Tamat.