Aram

EMENCI 2

Hari yang sudah direncanakan pun akhirnya tiba. Ennoshita hanya bisa menangis dalam hati. Tanaka sengaja menempatkan dirinya di antara Yachi dan Futakuchi. Ia bisa merasakan tatapan tajam yang dilayangkan Futakuchi pada Yachi.

“Kak shirabu, itu kenapa alien nya kayak gitu bentuk nya?”

Ennoshita menatap iba pada Shirabu yang sedari tadi diganggu oleh Hinata. Harusnya Si rambut oranye itu heboh dengan Si boncel yang satunya lagi. Tapi sepertinya si boncel yang satu lagi sudah ditahan oleh kekasih nya.

“Heh, lo jangan mepet-mepet ke Ennoshita dong!”

Futakuchi menarik bahu Ennoshita agar menjauh dari Yachi.

“Aku enggak...” cicit Yachi.

“Eh, diem dong. Kita lagi nonton nih!” Protes Tanaka.

Apa katanya? Nonton? Sedari tadi teman-teman Ennoshita sibuk bermesraan dengan kekasihnya masing-masing. Sekarang mereka protes padanya?

“Nonton matamu! Dari tadi lo ketawa-ketiwi sama pacar lo! Lo juga Kino gak usah sok-sok an ngumpet takut kayak gitu! Ini bukan film horror! Terus lo juga futakuchi, bisa gak jangan ngomong terus?!”

“Ssssst!”

Wah, ada orang yang berani memotong amarah Ennoshita? Orang ini memang berani sekali—

Ennoshita mengurungkan niatnya untuk memarahi orang yang memotong amarahnya. Di sana Tsukishima menatapnya tajam dengan Nishinoya yang sedang tertidur di pangkuan nya.

Dirinya memang menyeramkan saat marah. Tetapi Tsukishima lebih menyeramkan darinya ketika marah. Jadi, ia mengalah saja saat ini.

Ia melihat teman-teman nya menahan tawa ketika melihatnya tidak jadi memarahi Tsukishima. Sial, dia jadi dipermalukan.

SUTER 5

Nishinoya pergi dari Aoba Johsai dengan kesal. Seharusnya ia sadar dari awal jika ia hanya berharap pada hal yang mustahil. Kapten Aoba Johsai yang sangat disukai banyak perempuan kenapa harus menyukai nya? Ia tidak tahu kalau dirinya sebodoh ini.

“Kageyama, tolong jangan kasih tahu masalah ini ke Tanaka sama Shoyo,” Pinta Nishinoya.

“Kenapa?”

“Hah, gue malu banget. Ternyata selama ini cuman gue yang semangat dan bahagia kalau ketemu Oikawa,” Nishinoya mengusap wajah nya dengan sebelah tangan.

Kageyama mengiyakan permintaan Nishinoya. Lagipula tidak ada untung nya juga ia memberi tahu masalah ini pada kedua orang itu. Nantinya malah semakin memperkeruh suasana.

“Tapi gue gak ngerti. Kenapa dia deketin gue cuman karena mau bikin lo iri? Kan gak ada hubungan nya.”

Kageyama menelan ludah nya. Apakah ia harus memberi tahu soal perasaan nya pada Nishinoya atau tidak? Ah, masa bodo. Pembicaraan mereka sudah sampai sini, ia ceritakan saja semuanya.

“Karena aku suka kak Nishinoya,” Ucap Kageyama.

Nishinoya masih mencerna perkataan Kageyama. Suka? Adik kelas nya yang sering ia sengaja dekatkan pada Hinata itu suka padanya?

“Aku yang sengaja bikin surat kakak gak sampai ke Mitsuki. Maaf.”

Semuanya jadi jelas bagi Nishinoya. Tentang kenapa surat nya yang tidak sampai pada tujuan dan juga perilaku aneh Kageyama beberapa minggu ini.

“Ah, soal surat itu gue udah gak masalahin,” Ucap Nishinoya canggung.

Baru saja ia patah hati karena mendengar perkataan Oikawa. Sekarang ia malah mendapatkan pernyataan cinta dari adik kelas nya. Hari ini sangat aneh bagi Nishinoya.

“Semalam, kakak bilang akan ngabulin permintaan aku. Boleh aku minta sekarang?” Tanya Kageyama.

“Iya, boleh.”

Kageyama menghela napas sebelum menyebutkan permintaan nya pada Nishinoya.

SUTER 4

Kageyama menatap Nishinoya yang memperhatikan setangkai bunga mawar yang ada di tangan nya. Wajah nya yang berseri-seri menandakan bahwa Nishinoya benar-benar menyukai Oikawa.

“Aneh gak sih cowok ngasih bunga mawar ke cowok lagi?” Tanya Nishinoya dengan khawatir.

“Enggak,” Ucap Kageyama singkat.

Itu memang bukan hal yang aneh. Karena jika bunga itu untuk dirinya, ia pasti akan menerima nya dengan senang hati. Malah ia akan mengawetkan bunga itu agar tidak layu.

“Yang aneh itu kakak ngambil bunga itu di rumah kak Ennoshita tanpa izin,” Lanjut nya.

“Ssst jangan diingetin!” Nishinoya meletakan telunjuk nya di depan mulut nya.

Kageyama merasakan getaran di saku celana nya. Ia langsung membuka ruang chat antara dirinya dan Kunimi. Lelaki berponi belah tengah itu mengatakan bahwa Oikawa masih ada di ruang klub.

“Ayo, kita tunggu di depan ruang klub nya aja,” Ajak Kageyama.

Nishinoya mengangguk dengan senang dan mengikuti langkah Kageyama. Ia tidak masalah jika harus sakit hati namun dapat melihat kakak kelas nya itu sesenang itu. Lagipula mencintai itu tidak selalu harus memiliki.

Mau bagaimana pun Nishinoya tidak akan pernah menjadi miliknya. Mungkin mereka memang tidak ditakdirkan untuk bersama. Berbagai cara apapun yang ia lakukan untuk mendapat perhatian Nishinoya tidak menghasilkan apa pun.

“Nah, sampai,” Tidak terasa mereka sudah sampai di depan ruang klub voli Seijoh.

Jantung Nishinoya berdegup dengan kencang. Bunga mawar yang ia pegang, ia sembunyikan di balik punggung nya.

Suara kenop pintu yang akan terbuka membuat jantung Nishinoya semakin berdegup dengan kencang. Kageyama juga sudah menyiapkan hatinya jika harus melihat adegan manis antara kakak kelas nya saat smp dan orang yang ia sukai.

“Ck, Apa sih, Iwa-chan! Gue kan udah bilang kalau gue deketin Nishinoya cuman mau buat Tobio iri aja,” Oikawa membuka pintu dengan wajah nya yang mengarah ke Iwaizumi yang ada di belakang nya.

Tanpa sadar Nishinoya mendengar hal yang Oikawa katakan. Hatinya seperti disayat oleh silet. Ia selalu mengira bahwa Oikawa juga menyukai nya seperti dirinya yang menyukai kapten Aoba Johsai itu.

“Nishinoya?!” Oikawa terkejut melihat Nishinoya yang berdiri di depan pintu klub nya.

Baru saja Nishinoya berbalik dan berniat untuk pergi dari tempat itu, Oikawa sudah menahan tangan lelaki kecil itu.

“Nishinoya dengerin du—”

“Hah?”

Oikawa tidak melanjutkan ucapan nya. Ia terkejut dengan ekspresi yang ditunjukan Nishinoya. Bukan ekspresi marah yang biasanya ia tunjukan, bukan juga ekspresi kecewa atau sedih yang terlihat, namun ekspresi datar dan jijik yang ia berikan pada Oikawa.

Oikawa melepaskan tangan nya dengan pelan. Ia membiarkan Nishinoya pergi dengan Kageyama. Ia sangat menyesal karena berkata seperti itu. Ia juga sangat menyesal karena tidak jujur pada Iwaizumi.

SUTER 3

Oikawa sedikit memaksakan senyuman nya ketika Nishinoya berbicara. Siapa yang akan mengira bahwa dalam beberapa hari saja seseorang bisa berubah sedrastis ini? Tapi melihat sifat Nishinoya sepertinya ini bukan hal yang aneh. Justru yang aneh itu dirinya.

Awalnya dia sangat aktif mengusili Nishinoya, namun sekarang hanya kecanggungan yang ada pada dirinya. Kata-kata iwaizumi membuat dirinya sedikit berhati-hati saat berhadapan dengan lelaki di hadapan nya saat ini.

Ia takut jika suatu saat dirinya berakhir menyukai Nishinoya seperti yang dikatakan teman nya. Bisa-bisa ia diejek seumur hidup nya oleh iwaizumi. Belum lagi diberi julukan 'menjilat ludah sendiri'. Memikirkan nya saja sudah membuat nya sangat kesal.

“Oikawa?”

“Hm?” Oikawa menjawab sembari tersenyum sampai mata nya menyipit.

“Enggak apa-apa, pikiran lo kayak lagi kemana-mana.”

“Haha pikiran gue masih penuh sama lo kok,” Goda Oikawa.

Seperti inilah Oikawa. Pikiran dan mulut nya tidak pernah sejalan. Di pikiran nya ia sudah memutuskan untuk tidak menggoda Nishinoya lagi, namun mulut nya malah berkata lain.

“Hahaha apa sih lo! Dangdut banget,” Nishinoya tertawa renyah.

Melihat Nishinoya tertawa sampai mata nya menutup membuat Oikawa tertegun. Untuk pertama kalinya ia baru tahu jika seorang anak laki-laki bisa terlihat manis seperti itu saat tertawa.

SUTER 2

Ternyata hari terburuk Nishinoya datang juga. Ia melihat Oikawa menyapa siswi yang berlalu lalang di gerbang sekolah Karasuno. Ia yakin sekali kalau lelaki itu akan mengganggunya lagi.

“Kak Noya! Kenapa belum pulang?” Teriak Hinata yang datang dari belakang Nishinoya bersama Kageyama.

“Ada Oikawa,” Ucapnya lesu.

Keduanya pun langsung menoleh ke sumber tatapan kesal Nishinoya. Dan terlihat lah Oikawa yang sedang menebar pesonanya pada siswi-siswi Karasuno.

“Kakak sembunyi dulu. Aku bilang kalau kakak udah pulang,” Ucap Kageyama sambil berjalan lurus ke arah Oikawa.

Tanpa curiga ia menurut dengan ucapan Kageyama. Ia bersembunyi di salah satu pohon yang ada di dekatnya. Seharusnya ia tidak akan kelihatan kan?

Setelah sepuluh menit ia menunggu, Nishinoya mengintip dari balik. Aman! Oikawa sudah tidak ada di sana. Dan sekolah juga terlihat sudah sepi. Dengan semangat ia berlari ke arah gerbang.

Nishinoya bersenandung dengan riang. Rasanya seperti sudah terhindar dari kesialan besar. Terdengar dramatis memang.

“Hai, Nishinoya!”

Sial! Ternyata Oikawa juga bersembunyi di luar gerbang. Sia-sia sepuluh menit yang ia gunakan untuk bersembunyi di belakang pohon.

“Apa?” Tanya Nishinoya sengit.

“Ayo kita kencan!” Ajak Oikawa sambil tersenyum.

Senyumnya mengembang sampai matanya membentuk bulan sabit. Untuk sejenak Nishinoya jadi terpesona. Ia akui lelaki di depan nya ini memang sangat tampan. Dan dia lemah dengan perempuan cantik atau pun lelaki tampan.

“Oh? Telinga lo merah!” Ucap Oikawa.

Nishinoya langsung menyentuh telinganya dan menutupinya. Ia langsung memasang ekspresi kesal.

“Gue gak mau kencan sama lo! Dan gue gak suka sama lo!” Teriaknya sambil berlari menjauhi Oikawa.

EMENCI

Yachi menyimpan ponsel nya ke tas ketika melihat Ennoshita datang sambil membawa eskrim di kedua tangan nya.

“Ini chi,” Ennoshita memberikan salah satu eskrim nya.

“Makasih ya, kak,” Yachi mengambil eksrim itu.

Mereka pun memakan eskrim itu dengan hening. Tidak ada satu pun yang berinisiatif untuk membuka suara. Ennoshita sepertinya sedang tenggelam dalam pikiran nya sendiri. Sedangkan Yachi, ia sedang menetralkan detak jantungnya.

Siapa sih yang akan bertindak biasa saja ketika orang yang disukainya berada tepat di sampingnya? Bahkan tangan Yachi pun jadi gemetaran saking gugupnya. Padahal saat mengerjakan tugas ia baik-baik saja.

“Yachi,” Panggil Ennoshita.

Yachi menolehkan kepalanya. Tangan Ennoshita terulur ke bibir Yachi. Ia mengusap bibirnya dengan pelan.

“Ternyata kamu makan nya belepotan ya,” Ucap Ennoshita sembari tersenyum.

Gila. Yachi bisa saja pingsan di sini. Ennoshita tersenyum padanya sampai matanya menyipit. Kenapa hari ini ia beruntung sekali?

Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang tidak sengaja melihat kejadian itu.

SUTER

Sesuai dengan rencana, Kageyama dan Kunimi mendatangi Oikawa untuk menjelaskan kesalah pahaman kemarin. Sebenarnya Kunimi malas, namun ia merasa kalau dia juga salah.

“Oh? Tobio? Kenapa ke sini?” Tanya Oikawa ketika melihat adik kelas semasa SMP nya ada di sekolahnya.

“Anu, aku mau ngelurusin masalah surat kemarin,” Kageyama melirik sebentar ke arah Oikawa untuk mengecek ekspresinya.

Eskpresinya datar dan terkesan tidak suka dengan pembahasan yang akan ia bicarakan.

“Kak Nishinoya minta tolong aku buat ngasih surat ke salah satu anak Aoba Johsai. Jadi, aku titip surat itu ke Kunimi,” Kageyama menyikut Kunimi agar melanjutkan penjelasan nya.

“Ya, jadi gue masukin suratnya ke loker cewek itu. Ternyata salah loker,” Kunimi menggaruk tengkuknya canggung.

Ekspresi wajah Oikawa tidak berubah. Eye smile yang biasanya tercetak di wajahnya pun tidak ada.

“Siapa nama cewek itu?”

“Mitsuki” “Okuda”

Kageyama dan Kunimi saling melempar pandangan dengan ekspresi terkejut. Nama yang dikeluarkan dari mulut mereka berbeda. Jika seperti ini Oikawa tidak akan percaya dengan penjelasan mereka.

“Pffft—”

Oikawa tertawa dengan puas sampai air mata kebenaran menetes di matanya.

“Tobio, lo disuruh kan sama Nishinoya? Maaf aja, tapi gue gak percaya,” Ucap Oikawa sembari meninggalkan mereka berdua.

“Enggak kok! Aku datang tanpa paksaan!”

Terlambat sudah. Oikawa tidak berbalik sama sekali. Ia hanya memperlihatkan punggungnya sembari melambai-lambaikan tangan nya.

Hide and Seek

“Sip, Tanaka yang jaga,” Ucap Sugawara setelah tim Karasuno selesai bermain hompipa.

“MUAHAHAHA AKAN KU CARI KALIAN SAMPAI UJUNG DUNIA!”

Tanaka tertawa dengan berlebihan. Lalu ia mulai menghitung dari 1 sampai 20 sembari menutup matanya. Semua anggota dan juga manager langsung berlarian untuk mencari tempat persembunyian.

Tentu saja Nishinoya dan Hinata adalah orang yang paling bersemangat saat berlari. Saking semangatnya, Nishinoya sampai terjatuh ke dalam selokan di dekat ruang UKS.

“20!!” Teriakan Tanaka terdengar sampai ke luar.

Sial! Nishinoya sama sekali belum bersembunyi. Dengan cepat ia masuk ke ruang UKS. Sayangnya, jika Tanaka masuk ke ruangan ini ia akan segera ditemukan.

Matanya beralih ke lemari yang cukup besar. Ah, itu adalah tempat untuk menyimpan matras. Dan ia melihat matras berada di luar, itu artinya lemari itu sedang dalam keadaan kosong. Tanpa banyak berpikir Nishinoya langsung membuka lemari itu.

Mata Kageyama dan Nishinoya bertemu. Ia melihat Kageyama duduk sembari menselonjorkan kakinya di dalam lemari itu. Lemari itu cukup besar, tapi terlihat sempit jika ia dan Kageyama harus berbagi tempat.

“Yuhu~ Tanaka datang~”

Suara Tanaka yang terdengar jelas membuat Nishinoya segera masuk ke dalam lemari itu.

“Gue ikut ngumpet di sini ya, Kag.”

Nishinoya mendudukan dirinya di antara kaki Kageyama. Dia tidak sadar bahwa posisi mereka saat ini agak berbahaya. Karena ruang yang terlalu sempit, Kageyama meletakan kedua tangan nya di kedua pahanya. Ini membuat jarak dirinya dan Nishinoya benar-benar tidak ada.

Punggung Nishinoya menempel pada Nishinoya. Dan juga wajah Kageyama tepat berada di leher Nishinoya. Libero itu bergidik ketika merasakan hembusan napas adik kelasnya itu di lehernya.

“Kak, jangan gerak-gerak,” Ucap Kageyama tidak nyaman.

Siapa yang akan nyaman dengan posisi ini? Bokong Nishinoya berada tepat di selangkangan Kageyama. Walaupun dia begini, ia tetaplah seorang remaja yang sehat. Jika Nishinoya bergerak terlalu banyak, akan gawat.

Belum lagi, dengan jarak yang sangat dekat ini membuat Kageyama dapat mencium wangi rambut Nishinoya. Kira-kira kakak kelasnya ini memakai shampo merk apa ya? Wanginya sangat enak.

Krieet..

Suara pintu UKS dibuka membuat tubuh mereka menegang. Hembusan napas Kageyama di leher Nishinoya semakin terasa. Itu membuat tubuh Nishinoya kegelian dan membuat sedikit gerakan.

“Ah, siapa sih yang nelpon? Lagi main juga,” Ucap Tanaka yang tepat berada di luar lemari.

Ia pun mengangkat telpon itu dan mulai berbicara dengan lawan bicaranya. Ia sedikit menjauhi lemari itu dan duduk di salah satu ranjang yang ada di UKS.

“Hahahaha rasain! Banyak gaya sih!” Tanaka semakin terlarut dengan obrolannya di telepon.

Ingatkan Nishinoya untuk memukul teman nya itu nanti. Suasana di dalam lemari semakin mendebarkan. Nishinoya mulai pegal, tetapi Kageyama melarangnya bergerak.

Belum lagi dengan udara yang masuk terbatas membuat mereka kepanasan. Keringat mulai mengucur di tubuh mereka. Keduanya memaki Tanaka di dalam hati.

“Kag, gue pegel,” bisik Nishinoya.

“Gue juga.”

Nishinoya sudah tidak kuat. Ia sedikit menggerakan tubuhnya agar mendapatkan posisi yang nyaman. Sedangkan Kageyama mati-matian agar sesuatu di dalam celananya tidak membuat masalah.

“IH ANJIR! MASA GITU?” Tanaka tidak memberikan tanda-tanda akan mengakhiri percakapannya.

“Ih anjir si Ryuu kenapa gak keluar-keluar sih?” Bisik Nishinoya frustasi.

Kageyama tidak merespon. Ia menutup matanya dan berusaha mengalihkan perhatiannya. Nishinoya sedari tadi tidak bisa diam, ia harus mengalihkan pikiran nya. Ayo, kita pikirkan tentang makanan.

Oh! Bakpau! Bakpau itu lembut dan empuk. Dan.. sepertinya bokong Nishinoya juga empuk.

“Astagfirullah,” Kageyama berucap dengan pelan.

“Lah, kenapa lo?” Bisik Nishinoya.

Mendengar suara Nishinoya malah semakin mengganggu pikiran nya. Kageyama semakin menutup matanya dengan erat. Berusaha memikirkan hal lain.

“Ah, gue capek,” bisik Nishinoya sembari merebahkan kepalanya di dada Kageyama.

Hancur sudah pertahanan Kageyama. Ia sudah tidak bisa menahan nya lagi. Telinganya memerah begitu juga dengan wajahnya.

Nishinoya merasakan sesuatu yang keras di bokongnya. Ia menolehkan kepalanya sedikit dan melihat wajah Kageyama yang sudah memerah.

“Kageyama, lo—”

Nishinoya tidak bisa melanjutkan ucapan nya. Kageyama menunduk malu. Melihat itu membuat wajah Nishinoya juga memerah. Situasi saat ini sangat memalukan.

“Eh, gue kan lagi main petak umpet ya.”

Terdengar suara langkah kaki Tanaka keluar dari UKS. Mereka berdua pun segera keluar dari lemari itu. Wajah keduanya sangat merah.

“Maaf kak,” Kageyama menundukan badan nya dan segera berlari dari ruangan itu.

Mulai dari hari itu mereka tidak pernah bermain petak umpet lagi. Jika ada yang membahas petak umpet wajah mereka akan berubah menjadi merah.

Tamat.

Bayangan 8

Kageyama duduk di bangku yang berada di depan ruang komputer. Nishinoya mengajaknya bertemu. Apakah lelaki itu sudah mengingatnya? Entah kenapa ia tiba-tiba bersemangat.

“Kageyama.”

Kageyama langsung berdiri ketika suara Nishinoya masuk ke telinganya.

“Kau sudah mengingatku?” Tanya Kageyama antusias.

Nishinoya menggaruk belakang kepalanya, “Ah, tidak.”

Senyum di wajah Kageyama pudar. Hatinya terasa berat. Ternyata Nishinoya masih belum mengingatnya.

“Jika kau menceritakan hal yang terjadi sebulan yang lalu, mungkin aku bisa mengingatnya,” Nishinoya menatap Kageyama. “Ah, tapi sambil duduk ya.”

Setelah mereka duduk, Kageyama mulai menceritakan kisah saat mereka tinggal bersama. Di mulai saat ia menemukan Nishinoya sampai Nishinoya hilang dari rumahnya. Tidak ada satupun cerita yang terlewatkan.

Nishinoya mendengarkan dengan seksama. Namun, tidak ada satupun cerita yang dapat membuat Nishinoya merasa pernah mengalami hal-hal itu. Tetapi dari cara bercerita Kageyama, ia yakin seratus persen lelaki ini tidak berbohong. Cerita berakhir ketika hari sudah mulai gelap.

“Aku masih tidak mengingatnya,” Ucap Nishinoya canggung.

“Aku menyukaimu,” Ucap Kageyama tiba-tiba. “Aku tidak mau menyesal karena tidak pernah mengatakan hal itu.”

Suasana menjadi sangat canggung di antara mereka. Nishinoya tidak menyangka jika Kageyama akan menyatakan perasaan nya padanya.

“Terima kasih sudah menyukaiku.”

Kageyama menghela napas dengan kasar, “Ini tidak adil.”

Ucapan nya membuat Nishinoya menolehkan kepala nya. Ekspresi bingung tercetak di wajahnya.

“Aku tidak mendapatkan cintamu dan sekarang aku pun tidak boleh diingat olehmu? Kenapa dunia sangat kejam padaku?” Air mata sudah mengalir di pipi Kageyama.

Nishinoya bukan lah seseorang yang bisa mengendalikan situasi dengan mudah. Dengan menangisnya Kageyama, ia jadi kelabakan karena tidak tahu harus bagaimana. Tanpa pikir panjang ia memeluk lelaki yang lebih muda darinya itu. Ia menepuk-nepuk punggungnya agar sedikit tenang.

Alih-alih menjadi tenang, tangisan Kageyama semakin kencang. Ia membalas pelukan Nishinoya dengan erat. Nishinoya hanya bisa menggumamkan kata 'maaf' berkali-kali.

“Aku mencarimu ke mana-mana, ternyata kau di sini,” Ucap Tsukishima yang datang dengan terengah-engah.

Tsukishima menatap tajam Kageyama yang memeluk kekasihnya dengan erat. Bukan nya melepaskan pelukannya, Kageyama malah semakin mempererat pelukannya. Ia juga balas menatap tajam Tsukishima.

“Lepas.”

Mendengar nada bicara Tsukishima yang berbeda dari biasanya, Nishinoya mencoba melepas pelukannya dari Kageyama. Ya, tentu saja agak sulit.

“Ayo pulang!” Tsukishima menarik tangan Nishinoya sampai lelaki itu berdiri.

“Sebentar.”

“Kageyama, aku ingin berterima kasih karena kau bersedia menampungku ketika aku sendirian. Walaupun aku tidak ingat, tapi Nishinoya yang waktu itu pasti sangat bahagia bisa mengenalmu,” Nishinoya tersenyum dengan tulus.

“Dan maaf karena tidak bisa mengingat saat kita bersama,” lanjutnya. “Sampai jumpa lagi, Kageyama.”

Nishinoya pergi dengan Tsukishima sambil melambaikan tangan nya pada Kageyama. Ia bisa melihat lelaki bersurai blonde itu memarahi Nishinoya karena menghilang tiba-tiba. Ia juga melihat kedua tangan orang itu saling bertautan.

Ah, pasangan yang harmonis. Bahkan menjadi bayangannya pun mustahil bagi Kageyama.

AWAT 11

Tok.. tok.. tok..

Ennoshita bergegas membuka pintu ketika mendengar ketukan di pintu rumah Nishinoya. Ia dan teman-temannya yang lain sedang menemani Nishinoya yang katanya sedang patah hati.

“Err Terushima?”

Ia tidak tahu harus menggambarkan pemandangan di depannya ini seperti apa. Terlihat Terushima memakai jas berwarna hijau tua sembari memegang setangkai mawar yang bahkan kelopaknya hanya tinggal sisa sedikit. Lalu dibelakangnya ada teman-temannya dan juga— pengamen?!

“Chikara, ada siapa?” Nishinoya menghampirinya yang tak kunjung kembali masuk ke rumah.

“N-nishinoya!” Terushima tiba-tiba berteriak.

Suara Terushima membuat teman-teman Nishinoya yang lain keluar dari rumah. Terutama Tanaka yang terlihat sangat semangat.

“Lo mau gak jadi pacar gue?” Terushima menyodorkan bunga mawar yang sudah tidak berbentuk ini.

Jujur saja, Ennoshita merasa akan tersinggung jika jadi Nishinoya. Bunga sudah tidak berbentuk seperti itu bisa-bisanya ia berikan pada Nishinoya?

Anehnya Nishinoya terlihat tersentuh. Semburat merah sudah menghiasi pipinya. Ia mengambil bunga mawar dari tangan Terushima.

“Ya, gue mau.”

Futamata memberi kode pada pengamen yang ia sewa, “Music, start!”

'Harusnya aku yang di sana, Dampingimu dan bukan dia, Harusnya yang kau pilih aku dan bukan dia'

Semuanya tampak menikmati suasana 'romantis' ini kecuali Ennoshita. Ia senang jika sahabatnya bahagia. Tapi apa tidak ada yang merasa kalau lagunya tidak sesuai dengan momen saat ini?

“WOY TETANGGA! BERISIK! UDAH MALEM!”

Dan malam itu berakhir dengan mereka dimarahi tetangga karena membuat kegaduhan.