Bayangan 5
Keesokan harinya Nishinoya benar-benar ikut ke sekolah bersama Kageyama. Sejak kedatangannya ke sekolah, ia langsung mengekori kekasihnya.
Kini Kageyama sedang gelisah karena Nishinoya sama sekali tidak menemuinya padahal ini sudah jam istirahat. Matanya tidak sengaja menangkap Yamaguchi yang datang ke kantin sendirian.
“YAMAGUCHI! AYO GABUNG!” Teriakan Hinata membuat perhatian sekitar menuju padanya.
Lelaki berambut oranye itu langsung meminta maaf dengan gestur. Yamaguchi yang melihat Hinata langsung menghampiri mereka.
“Ke mana Tsukishima?” Tanya kageyama.
Yamaguchi menggaruk tengkuknya, “Ah, setiap malam dia kurang tidur. Jadi, sekarang dia sedang tidur di kelas.”
“Karena menjenguk kekasihnya itu?” Yamaguchi mengangguk.
Hinata tiba-tiba menjadi heboh. Ia menuntut cerita tentang percintaan Tsukishima dan kakak kelas mereka itu pada Yamaguchi. Tentu saja lelaki berbintik itu dengan senang hati menceritakannya.
Kageyama pun jadi tahu bahwa Nishinoya dan Tsukishima sudah menjalin hubungan sejak SMP. Wah, mereka ini masih anak kecil tapi sudah berpacaran. Dan masih banyak lagi yang Yamaguchi ceritakan.
Kageyama bangkit dari duduknya. Ia sudah tidak tahan hanya duduk seperti ini. Dia ingin tahu apa yang dilakukan Nishinoya ketika berada di dekat Tsukishima.
“Oi, Kageyama! Kau mau ke mana?”
“Toilet.”
Matanya sibuk mencari di mana kelas Tsukishima berada. Kakinya berhenti ketika melihat papan bertuliskan '1-4'. Ia mendekati ke pintu karena jendelanya terlalu tinggi untuk menitip.
Di sana ia melihat Nishinoya duduk di meja yang berada tepat di depan bangku Tsukishima. Lelaki berkacamata itu menelungkupkan kepalanya di antara kedua tangannya yang ada di meja. Lelaki kecil di depannya menatapnya dengan lembut. Senyum terpatri di bibirnya dan di matanya terdapat ketulusan.
Kira-kira kapan Nishinoya akan memandang Kageyama seperti itu? Apakah ia masih boleh berharap?
Selama Kageyama terlarut dalam pikirannya, Nishinoya sudah turun dari meja itu dan berjalan mendekati Tsukishima. Tangannya mengelus kepala lelaki berkacamata itu dengan lembut.
Cukup. Kageyama sudah tidak sanggup melihatnya. Hatinya serasa dicabik-cabik. Hal yang paling membuatnya sakit adalah fakta bahwa Nishinoya tidak akan memperlakukan hal yang sama pada dirinya.
***
“Wah, Tsukishima itu memang setia ya!” Ucap Hinata ketika melihat Tsukishima masuk ke dalam toko bunga.
Mata Kageyama menangkap sosok kecil yang berada di belakang Tsukishima. Wajahnya tersenyum gembira. Namun, langkah Nishinoya terhenti ketika melihat Kageyama berada di sebrangnya.
“Kageyama!” Kageyama tersenyum ketika melihat Nishinoya melambaikan tangannya padanya.
Matanya melebar ketika Nishinoya malah menghampirinya dan tidak mengikuti Tsukishima. Apa ini artinya suatu hari pun lelaki kecil itu akan lebih memilihnya daripada Tsukishima?
“Oi, boke. Kau pergi duluan sana!”
“Huh! Tega sekali!” Setelah mengatakan hal itu Hinata pergi sembari menghentak-hentakan kakinya.
“Kau tidak mengikutinya?” Tanya Kageyama pada Nishinoya yang baru datang.
“Ah, aku akan merasa sedih jika harus melihat tubuhku yang terbaring lemas di ranjang rumah sakit,” Ucap Nishinoya sendu.
Mereka berdua berjalan beriringan. Sepertinya topik mengenai 'Tubuh Nishinoya' dan 'rumah sakit' membuat suasana di antara mereka menjadi kelam.
“Saat kita pergi ke pantai sangat menyenangkan. Ketika kau sudah sadar, ayo kita pergi ke sana lagi,” Kageyama memecahkan keheningan.
“Ide bagus! Bagaimana kalau nanti kita pergi ke luar negeri bersama,” Ucap Nishinoya antusias.
“Ayo kita pergi ke Italia!”
Mereka membicarakan tentang rencana perjalanan mereka dengan riang. Suasana kelam yang sebelumnya ada langsung menghilang. Kageyama selalu bertanya-tanya, Apakah kebahagiaan seperti ini akan bertahan selamanya? Bahkan ketika Nishinoya sudah tersadar, apakah hubungan mereka akan tetap seperti ini?