Aram

1001 gombalan Atsumu 7

“Yuu!” Teriak Atsumu ketika melihat Nishinoya duduk meringkuk di pinggir jalan.

Atsumu langsung membantu Nishinoya untuk berdiri. Ia memperhatikan lelaki kecil. Wajahnya tidak secerah biasanya. Tatapan matanya pun terlihat sendu.

“Yuu, kenapa kamu gak ngehubungin aku dulu?” Tanya Atsumu khawatir.

“Lo lupa? Telepon gue gak diangkat, chat gue pun gak dibales sama lo.”

“Maaf.”

“Lo marah sama gue, Tsum? Kenapa? Gue salah apa?” Tanya Nishinoya. Matanya menatap tajam Atsumu.

“Padahal kemarin lo bilang suka gue. Gue juga gak nolak lo. Tapi kenapa lo ngehindarin gue?” Sambungnya.

Mata Atsumu melebar. Apa katanya? Dia tidak menolaknya? Jadi kemarin itu perasaan nya tidak ditolak? Jadi kemarin hanya kesalah pahaman nya saja?

“Tunggu Yuu, kamu gak nolak aku? Berarti kamu nerima aku?” Tanya Atsumu.

Kini Nishinoya yang mematung. Memang benar kemarin ia tidak menolaknya. Tetapi dia juga tidak menerimanya.

“Gue gak tahu,” Nishinoya menundukan kepalanya.

“Tapi gue gak suka saat lo menghindar. Lo bilang suka gue, tapi lo malah ngejauh. Lo kira itu gak bikin gue sakit hati?”

Atsumu tidak tahu jika seorang Nishinoya akan memperlihatkan sisi lemahnya di hadapan orang lain. Tangannya bergerak sendiri, merengkuh tubuh mungil di hadapan nya.

“Maaf,” Atsumu semakin mengeratkan pelukannya.

“Kalau lo beneran suka gue, harusnya lo yakinin hati gue buat nerima lo. Bukan malah ngejauh,” Nishinoya melanjutkan perkataannya.

Atsumu melepaskan pelukannya. Ia mensejajarkan tubuhnya dengan Nishinoya. Kedua tangannya memegang pipi lelaki kecil itu agar menatap matanya.

“Berarti kamu mau ngasih aku kesempatan?”

Nishinoya tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Ada jeda sebelum ia membuka mulutnya. Dan juga terlihat guratan merah di pipinya.

“Iya.”

Mendengar jawaban dari Nishinoya, Atsumu senang bukan main. Ia pun segera memeluk lelaki kecil itu dengan erat.

“Makasih, Yuu.”

1001 gombalan Atsumu 6

Nishinoya menatap ponselnya dengan kesal. Ia terus saja menghidupkan dan mematikan data seluler pada ponselnya. Ia juga sudah mencoba untuk menghidupkan wifi pada ponselnya. Ia juga memeriksa sinyal dan sistem-sistem yang ada pada ponselnya.

Tidak ada notifikasi apa pun dari Atsumu. Wah? Dia menghindarinya? Semua panggila dari dirinya tidak diangkat. Pesan dari nya pun tidak ada yang dibaca atau pun dibalas. Sebenarnya dia ini kenapa? Bukan kah dia kemarin menyatakan perasaannya ke padanya? Lalu kenapa dia mengabaikan nya sekarang?

Nishinoya berangkat ke tempat pentas seni ekstrakulikuler Teater dengan suasana hati yang buruk. Ya, benar. Hari ini Kiyoko yang dulunya pujaan hatinya akan tampil dalam sebuah pentas. Dulunya? Ya, dulunya.

Di tempat pentas seni, ia melihat Atsumu sedang bersama Osamu dan Suna. Nishinoya melihat jelas bahwa lelaki berambut pirang itu melihatnya. Dan ia juga melihat jelas bahwa lelaki itu mengalihkan pandangan nya dan mengabaikan nya.

Kenapa? Kenapa hatinya merasa sakit? Biasanya, Atsumu akan menghampirinya jika mereka berpapasan. Kenapa sekarang dia tidak melakukan itu? Bahkan semalam ia tidak menolak pernyataan cinta dari lelaki itu. Lalu kenapa dia menghindarinya? Dan juga kenapa matanya merasa panas?

Pikiran nya sangat kacau. Begitu juga dengan hatinya. Ia bahkan tidak peduli dengan Kiyoko yang sedang berakting dengan mengagumkan.

“Noya, gue liat-liat lo kayak lagi marahan sama Atsumu,” Ucap Tanaka ketika Kiyoko sudah tidak terlihat di atas panggung.

“Enggak, kok.”

“Oh, iya. Jujur aja gue suka buka-buka chatan lo sama Atsumu. Sorry ya, gue tau itu gak sopan.”

“Gak apa-apa, Ryu. Gue juga sering buka-buka chatan lo sama Kak Kiyoko.”

“Gini, Noya. Lo itu sadar gak sih sama gerak-gerik Atsumu?” Tanya Tanaka hati-hati.

“Gimana?”

“Dia itu jelas banget suka sama lo. Eh, gue ngomong gini bukan karena mau lo jauhin kak Kiyoko, Ya! Cuman ya, agak kasihan aja sama Atsumu,” Ucap Tanaka sambil tersenyum kikuk.

“Berisik, Tanaka! Lagi seru-seru nya tuh!” Ucap Ennoshita dengan kesal.

Ah, jadi hanya dia yang tidak sadar? Lalu sekarang dia harus apa? Atsumu dari tadi menghindarinya. Apa dia tidak akan bisa berbicara dengan Atsumu lagi? Bagaimana kalau kemarin adalah kenangan terakhir mereka? Nishinoya tidak mau. Ia tidak menyukai hal ini.

“WAH! KEREN! CERITA NYA SEDIH BANGET! SHOYO SAMPE NANGIS!”

“Sst.. Hinata, berisik! Tapi iya sih sedih banget,” Ucap Ennoshita sambil mengelap air matanya.

“Wah, kak Noya juga sampai nangis!” Ucap Hinata ketika melihat air mata Nishinoya yang mengalir deras di pipinya.

“HUAAA AKTING KAK KIYOKO EMANG MANTEP!”

Yah, biarkan lah orang-orang menganggap dirinya menangis karena pertunjukan itu. Mungkin itu lebih baik.

1001 gombalan Atsumu 5

Nishinoya menghampiri Atsumu yang berdiri di depan pagar rumahnya. Nafas lelaki pirang itu tidak beraturan. Bahkan pakaian nya pun terlihat kacau.

“Yuu, aku suka kamu!”

Nishinoya mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia juga menggaruk-garuk terlinganya, memastikan yang ia dengar itu benar atau tidak.

“Gue juga suk-”

“Bukan suka yang kayak gitu! Aku suka kamu secara romantis.”

Atsumu terlihat meyakinkan ketika berkata seperti itu. Tidak ada satu pun sorot keraguan di matanya.

“Aku tahu, kamu pasti jijik sekarang sama aku. Tapi aku serius.”

“Ha? Lo ngomong apa sih? Gue gak jijik sama lo! Gue cuman bingung,” Nishinoya mengalihkan pandangan nya ke tanah.

“Lo tau kan gue lagi bingung sama perasaan gue sendiri.”

Atsumu memegang kedua bahu Nishinoya. Lelaki kecil itu pun mengalihkan pandangan nya pada wajah Atsumu. Mereka bertatapan cukup lama.

“Kamu mau kan jadi pacar aku?”

Nishinoya mematung. Ia tidak yakin jawaban apa yang harus ia berikan. Ia menundukan kepalanya lagi.

“Gue gak tahu, Tsum.”

Atsumu melepaskan tangannya dari bahu Nishinoya. Ia menatap lelaki kecil itu dengan sayu. Ah? Apakah dia ditolak? Jadi ini akhirnya?

“Aku ngerti, Yuu. Aku pulang dulu.”

1001 gombalan Atsumu 4

Nishinoya sudah duduk manis bersama Ennoshita, Tanaka, dan juga Hinata. Ekstrakulikuler teater memang mengizinkan siswa lain untuk menonton latihan mereka agar para pemain terbiasa dengan penonton.

Tanaka seperti biasa memberikan reaksi berlebihan pada adegan Kiyoko. Namun, ada yang aneh dengan Nishinoya. Bahkan dirinya pun bertanya-tanya di dalam hati. Kenapa ia merasa biasa saja ketika melihat Kiyoko? Seorang senior yang sangat dipuja-pujanya itu. Kemana efek-efek bercahaya di matanya yang biasanya ada ketika melihat Kiyoko?

“Nishinoya, lo gak apa-apa batal main sama Atsumu?” Tanya Ennoshita.

“Ah, dia bilang gak apa-apa kok.”

Oh, iya. Atsumu sedang apa ya? Apa dia pulang bersama kembaran nya? Ah, tapi kan Osamu setiap hari pulang bersama Suna. Artinya hari ini dia pulang sendirian.

Loh? Kenapa tiba-tiba dia memikirkan Atsumu? Padahalnya di depan matanya ini ada Kiyoko yang sedang melakukan sebuah adegan. Sebenarnya dirinya ini kenapa?

1001 gombalan Atsumu 3

Hari ini seharusnya Nishinoya dan Atsumu membuntuti Tanaka yang ceritanya sedang berkencan dengan Kiyoko. Namun, sepertinya lelaki kecil itu melupakan nya karena ia malah bersenang-senang dengan Atsumu sedari tadi.

Atsumu sangat senang karena merasa ia sudah dapat mengambil perhatian Nishinoya dari Shimizu Kiyoko. Pada akhirnya lelaki itu ingat dengan niatnya dan mengajak Atsumu untuk kembali mengikuti Tanaka dan Kiyoko.

Mereka berdua duduk di kursi yang tidak jauh dari Tanaka dan Kiyoko. Film sudah dimulai, perhatian semua orang pun tertuju pada Film yang sedang diputar.

Saat pertengahan film, Atsumu merasa sebelah bahunya berat. Ia pun menolehkan kepala nya ke arah Nishinoya. Terlihatlah lelaki kecil itu sedang tertidur dan kepalanya bersender pada bahunya. Ia pun tersenyum senang melihat itu.

Setelah film berakhir, mereka pun kehilangan Tanaka dan Kiyoko. Akhirnya mereka pun menyerah dan pulang. Kini mereka berada di depan rumah Nishinoya.

“Atsumu, makasih ya udah nemenin!” Ucap Nishinoya sambil tersenyum lebar.

“Sebagai ucapan terima kasih, lo boleh minta apa aja!” Sambungnya.

“Aku boleh minta peluk aja gak?”

Nishinoya tertegun mendengar permintaan itu. Sedangkan Atsumu menatapnya dengan tatapan sendu. Hm? Kenapa dia menatapnya dengan tatapan sendu seperti itu? Bukan nya mereka tadi bersenang-senang?

“Ya, boleh kok.”

Atsumu langsung memeluk lelaki kecil itu. Merasakan betapa kecilnya Nishinoya dalam dekapan nya. Setelah itu, ia merasakan tangan kecil membalas pelukannya. Hangat, nyaman dan membuat jantungnya berdetak dengan kencang.

Apakah Nishinoya dapat mendengar suara jantungnya? Apakah jantung lelaki kecil itu juga berdetak seperti jantungnya? Bagaimana ekspresi yang tercetak di wajah lelaki mungil itu ketika ia memeluknya? Pikirannya dipenuhi dengan pemikiran-pemikiran seperti itu.

Mereka berpelukan cukup lama. Biarlah bulan dan dinginnya angin malam yang menjadi saksi dari kejadian ini.

1001 gombalan Astumu 2

Keesokan harinya, Atsumu memenuhi janjinya untuk membelikan Nishinoya es rasa soda. Ia sangat senang karena bisa pulang bersama dengan pujaan hatinya. Sepertinya pendekatan dia bisa dibilang lancar.

Sekarang, ia dan Nishinoya sedang duduk di suatu bangku yang ada di depan toko tempat mereka membeli es.

“Yuu, kamu akrab sama wakil ketua osis sekolah kita ya?” Tanya Atsumu mencoba mencari topik pembicaraan.

”'Kamu'?” Nishinoya menatap Atsumu dengan heran.

“Ah kayak nya lebih enak aku-kamuan deh sama kamu,” Atsumu terlihat salah tingkah.

“Haha tapi gak cocok sama penampilan lo, Tsum.”

Harusnya Atsumu merasa kesal oleh ucapan jujur dari lawan bicaranya. Tetapi, tawa manis dari orang itu malah membuat Atsumu terpana.

Atsumu senang karena Nishinoya terlihat tidak kaku ketika bersamanya. Padahal mereka baru kenal satu hari, tapi rasanya seperti sudah kenal berpuluh-puluh tahun.

“Oh, gue deket sama kak Suga gara-gara satu ekskul sih,” Ucap Nishinoya setelah tawanya berhenti.

Tiba-tiba suasana nya menjadi hening. Baru saja dia bersyukur karena keadaan tidak kaku. sekarang malah ia yang bingung harus memberi respon apa.

'Gombalin aja Tsum. Ntar Nishinoya 100% luluh'

Kata-kata Suna terngiang-ngiang di kepala nya. Apa ia harus menggombal sekarang? Ah, tapi ia sangat malu.

“Eh, Yuu! Harusnya kamu itu dapat hadiah nobel di bidang Fisika, loh!”

“Atsumu, lo ngejek ya? Gue kan anak IPS,” Ucap Nishinoya sambil menatap heran ke arahnya.

Karena malu, Atsumu tidak dapat meneruskan gombalan nya.

1001 Gombalan Atsumu

Hari itu Atsumu untuk pertama kalinya datang ke sekolah lebih awal. Tentu saja alasan nya ingin melihat wajah Nishinoya di pagi hari. Osamu yang tahu niat kembaran nya itu hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Begitu sampai sekolah, ia langsung pergi ke kelas XI IPS 3. Menurut info dari Suna, lelaki imut bernama Nishinoya itu berada di kelas ini. Ia berdiri tepat di depan pintu kelas itu dan matanya menelusuri kelas itu.

'Ah, dia belum datang,' pikirnya.

“Atsumu?”

Atsumu menoleh ke arah sumber suara. Terlihat lah orang yang sedari tadi ia cari dan menatapnya dengan ekspresi kebingungan. Jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Ekspresi kebingungan Nishinoya malah makin membuatnya semakin menggemaskan.

Nishinoya terlihat lebih kecil lagi ketika beridiri. Walaupun penampilan nya tidak seperti anak manis, tetapi di mata Atsumu dia terlihat sangat manis.

“Oi, Atsumu!” Suara Nishinoya menyadarkan lamunan nya.

'H-hai Nishinoya' “Wah, pendek banget.”

Wah, sepertinya dialog dari pikiran dan mulut Atsumu tertukar. Ia panik ketika melihat ekspresi Nishinoya berubah menjadi menyeramkan.

“GAK USAH DATANG KALAU CUMAN MAU NGEJEK!”

Habislah, Atsumu sudah membuat kesalahan yang sangat besar.

RINDU

TsukiNoya fanfiction/au

Sudah satu tahun Tsukishima dan Nishinoya berkencan. Dan sudah 2 bulan mereka mempunyai hubungan jarak jauh.

Setelah lulus SMA, Nishinoya sering sekali bepergian ke luar kota. Awalnya Tsukishima tidak peduli karena mereka masih bisa berkomunikasi lewat telepon. Namun, akhir-akhir ini ada yang mengganggu pikirannya dan juga hatinya.

Sudah satu bulan kekasihnya itu tidak pulang ke Miyagi. Selain itu, mereka juga susah berkomunikasi lewat telepon karena Tsukishima disibukkan dengan latihan Voli. Untuk pertama kalinya ia sangat merindukan suara berisik kekasih kecilnya itu.

Tsukishima menatap ke layar ponselnya yang menunjukan pukul 9 malam. Ah, sebenarnya ia berharap ditelpon. Tetapi orang yang ia harapkan pasti sudah tertidur pulas.

“Hah, bahkan panggilan tidak terjawab pun tidak ada,” Ucapnya dengan kesal.

Sebenarnya dari awal hubungan mereka, selalu Nishinoya yang mengawali segalanya. Entah karena Tsukishima tidak berinisiatif atau ia terlalu malu.

XxX

Besok malamnya masih tidak panggilan dari Nishinoya. Entah kenapa Tsukishima kesal sekali. Tidak ada panggilan selama dua hari berturut-turut? Wah, ini keterlaluan.

“Apa dia sudah lupa cara menelpon seseorang?” Tsukishima menatap kesal ponselnya.

Kemudian hari esoknya pun tidak ada panggilan dari Nishinoya. Esoknya lagi, kemudian esoknya, hingga satu minggu pun ia belum menghubunginya.

“Satu minggu? Wah, sepertinya ponselnya itu sudah terlindas mobil atau terinjak kuda.”

Tsukishima mencari kontak pacarnya itu dengan kesal. Dengan cepat ia menekan tombol 'panggilan video'. Ia menatap layar ponselnya itu sampai wajah kekasihnya itu terlihat.

“Ah, Kei!” Sapa Nishinoya dengan riang.

Nishinoya terlihat sedang berbaring, sepertinya ia sudah bersiap untuk pergi ke alam mimpi.

“Rupanya ponselmu belum rusak,” sindir Tsukishima.

“Ha? Ponselku memang tidak rusak,” Nishinoya kebingungan.

Mau disindir bagaimanapun, kelihatannya lelaki itu tidak akan sadar. Sebenarnya rasa rindunya sudah sedikit terobati, Namun Tsukishima masih kesal karena diabaikan selama satu minggu ini.

“Selama seminggu ini kenapa kau tidak menelpon?” Tanya Tsukishima dengan ekspresi kesalnya.

“OH, ITU! Kata Tanaka, kalau tidak bertemu dengan orang yang ia cintai dengan waktu yang lama, rasa cinta orang itu akan terlihat.”

Dasar botak! Ternyata dia penyebab Tsukishima uring-uringan selama satu minggu ini.

“Oh.”

“Sepertinya rasa cintamu sudah keluar, tuh! Sampai menelponku duluan, padahal biasanya tidak.”

Ejekan Nishinoya membuat pipi Tsukishima memerah. Ia tidak menyangka akan dikerjai seperti ini oleh pacarnya itu. Sepertinya ia harus menjauhkannya dari teman botaknya itu.

“Berisik.”

“Maaf deh, nanti ku kasih oleh-oleh yang banyak. Kau mau apa?” Tanya Nishinoya diiringi dengan tawa kecilnya.

“Kau,” Jawab Tsukishima pelan.

“APA? Tidak terdengar.”

Melihat muka Tsukishima yang semakin memerah, Nishinoya sudah bisa menebak apa yang ia sebutkan. Ah, atau lebih tepatnya mengarang jawaban kekasihnya itu.

“Oh~ apa ini? Wajah memerah tuh,” Ucap Nishinoya sambil menyeringai.

“Berisik.”

Nishinoya tertawa keras melihat respon Tsukishima yang malu-malu seperti ini. Ia sangat senang melihat sisi lain dari kekasihnya yang biasanya bermulut pedas itu.

Mereka pun mulai membicarakan banyak hal. Mulai dari bagaimana keseharian mereka, klub voli Karasuno setelah angkatan Nishinoya lulus, dan lain-lain. Panggilan itu tetap terhubung walaupun keduanya sudah terlelap.

Tamat.