lika

@arlertdisney on twitter

Malam hari, pukul sepuluh malam.

Oikawa dan Kuroo bergegas ke rumah sakit tempat Oikawa kunjungi tadi. Mereka sempat tersesat karena tidak menemukan rumah sakitnya tadi. Sampai akhirnya, mereka bertemu dengan sosok wanita tua di pinggir jalan.

“Misi, bu. Saya mau tanya, rumah sakit disini arahnya kemana ya bu?” panggil Kuroo kepada ibu tersebut.

“Rumah sakit?” jawab ibu itu.

“Iya bu, tadi saya sempat ke rumah sakit daerah sini. Mau balik lagi tapi kita kesasar bu” tambah Oikawa.

“Waduh..” ucap sang Ibu.

“Maksud kalian rumah sakit yang di belokan sana?” tambah Ibu itu.

“Hah, sebentar saya liat dulu. Tet, lo tunggu sini bentar” ucap Oikawa.

Oikawa pun berjalan ke belokan jalan tersebut, dan ia hanya melihat sebuah bangunan tua seperti tidak terawat.

“Maaf bu, disana cuma ada kayak bangunan yang udah lama ga berpenghuni, saya ga liat rumah sakit. Cuma seinget saya, tadi saya ke rumah sakit disitu”

“Hadehh ada lagi. Itu tuh dulu rumah sakit, cuma ada suatu insiden yang bikin rumah sakit itu kebakaran, banyak korban akibat kebakaran itu” jelas sang Ibu.

“M-maksudnya bu?”

“Rumah sakit itu udah lama ga beroperasi, dek”

“Oik, keknya gua paham, nanti gua jelasin. Bu, makasih ya penjelasannya” ucap Kuroo.

“Iya dek sama-sama, kalian selalu hati-hati ya”

“Siap bu”


Mereka kembali ke dalam mobil lalu kembali ke villa. Selama di perjalanan, Kuroo menjelaskan hal yang pikirannya kepada Oikawa. Oikawa masih belum paham dengan omongan sang ibu tadi.

“Jadi gini, Oik. Tadi kan si Ibu bilang kalo rumah sakit itu udah ga beroperasi”

“Terus terus?”

“Lo sama kage tadi ke rumah sakit itu kan?”

“Iya, trus?”

“Itu sama aja lo ga nyadar pas kesana”

“Ga nyadar gimana?”

“Bego lu mah”

“Santai anying, gua masih bingung ni jujur”

“Nih gua izin tudep, lo di manipulasi sama setan”

“HAH”

“Sekarang udah paham belom?”

“Udah udah, makasih”

“Oke bagus dah”

Matahari sudah mulai tenggelam. Kuroo dan yang lainnya sudah selesai berbincang dengan Ushijima dan Pak Washijo. Sebelum kembali, Pak Washijo mengatakan,

“Kalau dua minggu setelah kepergian Semi tidak terjadi apa apa, berarti Semi memanglah incaran mereka dari awal”

Kata-kata itu membuat mereka semakin penasaran dengan hal yang mereka alami saat ini.


Pukul 20.00, atau jam delapan malam.

Urusan Oikawa sudah selesai. Kini, waktunya dia kembali ke villa. Ia membuka pintu dan masuk ke dalam villa.

“Halo ges gua dah balik”

“Eh darimana aja lu, seharian gak ngabarin” ucap Suna.

“Lah kan gua udah kabarin di grup. Kage dirawat jadi gua mesti temenin dia”

“Kage yang lo maksud itu gua?” sosok Kageyama keluar dari kamarnya.

“E-eh, sebentar sebentar. Gue gak salah liat kan??”

“Emang lo liat apaan?” tanya Kageyama.

“Lu jangan bercanda anjir, serius gua takut”

“Becanda apaansi anjir, lo tuh yang ga jelas”

Keduanya terus menerus berdebat, mereka sama-sama kebingungan.

“KAGS LO KAN LAGI SAKIT ANJIR”

“Iya gua emang lagi sakit, tapi ga parah. Lo liat sendiri gue dah seger dari semalem”

“GES INI BENERAN KAGEYAMA KAN??” tanya Oikawa kepada teman-temannya.

“Bener kok” jawab beberapa diantara mereka.

“Lu kenapa sih, Oik?” tanya Kuroo.

“IH TADI KAGEYAMA KAN LAGI DIRAWAT ANJIR, KAN GUA BILANG DI GRUP?!!”

“Grup??” ujar Kageyama.

“NIH”

Oikawa menunjukkan isi groupchat mereka. Namun anehnya, percakapan tersebut tidak ada. Mereka semakin yakin bahwa Oikawa hanya mengigau atau berhalusinasi.

“Mana anjir?” tanya Kageyama.

“TADI ADA”

“Lo habis mimpi kali ah”

“TAU AH”

Oikawa semakin heran dengan percakapan ia dengan temannya, ia memutuskan untuk tidak membahas itu lagi. Sampai akhirnya, Kuroo mengingat sesuatu. Ya, menyampaikan obrolannya dengan Ushijima dan Pak Washijo.

“Oik, gue lupa ngasi tau lo”

“Ngasi tau apa?”

“Obrolan gue sama Pak Washijo, panjang ceritanya. Tapi intinya kalo setelah kepergian Semi gaada hal aneh, berarti makhluk-makhluk itu cuma incar Semi”

“GUE KAN TADI ADA KEJADIAN”

“Hah? Apa?”

“BARUSAN YANG KAGEYAMA”

“Kenapa si??”

“GUE TU DARI TADI PAGI NEMENIN KAGEYAMA DIRUMAH SAKIT ANJIR”

“Hah.. Jangan-jangan.. LAPOR KE PAK WASHIJO ANJIR CEPET”

Pesanan sudah tiba di tempat. Oikawa membagikan makanan itu untuk teman temannya. Ia membangunkan Kageyama untuk makan malam.

“Heh, bangun. Gua makan nih ayam bakarnya”

Kageyama masih saja tertidur lelap. Oikawa membiarkan temannya itu untuk melanjutkan tidurnya. Mungkin, Kageyama masih tidak enak badan.


Pagi telah tiba, Oikawa kembali mengecek kamar dimana Kageyama tidur. Piring ayam bakar semalam sudah kosong dan hanya ada sisa sisa makanan. Oikawa berfikir, Kageyama sempat bangun dan memakan makanan tersebut.

Karena sudah menunggu lama, Oikawa pun membangunkan Kageyama. Ia menepuk bahu Kageyama yang tertutup selimut.

“Heh bangun udah siang”.

Kageyama tidak menyahut, Oikawa terus menerus membangunkannya. Sampai akhirnya, Oikawa memegang tubuh Kageyama. Tubuhnya sangat panas, Oikawa mengukur suhu badan Kageyama, dan hasilnya 40 derajat.

Oikawa memutuskan untuk langsung membawa Kageyama ke rumah sakit. Ia tidak perlu minta izin, karena Kageyama pasti akan menolaknya. Kondisi Kageyama yang lemah membuat semua khawatir akan keadaannya.

Setelah mereka semua bertemu. Mereka menikmati makan siang. Kageyama dan Oikawa menceritakan hal yang ada di pikiran mereka.

“Selama ini gue sama oik sus Semi kalo dia pelaku dari semua tragedi kita”.

“Bener, soalnya Semi yang pilih villa dan nentuin map. Semi juga yang paling tau soal villa. Dia juga beberapa kali bertingkah bikin gw curiga”.

“Kemaren malam sebelum pisah jalan sama kita, dia itu sempet ke rumah kakek-kakek. Katanya mau berobat karna ketempelan”.

“Ohh, pantes waktu lagi di warung makan dia bilang ((ini anak kecil ngapain di bahu gue)) apa gara-gara itu dia ketempelan?” pendapat Suna.

“Anak kecil di bahu?” tanya Kageyama.

“Iya, tapi gue ga ngeliat. Mungkin aja itu arwah” jawab Suna.

”....arwah, oke”

“Kepikiran ga si lo kalo pas Semi ketempelan tuh dia udah di incer?” pendapat Oikawa.

“Bisa jadi, jangan jangan itu kode?” jawab Akaashi.

“Tau ah gue pusing, laper makan dulu” ucap Oikawa.

Dan mereka memutuskan untuk tidak menyelesaikan masalah ini sekarang dan melanjutkan makan siangnya.

TW // death , accident

Suasana di hutan sangat sunyi. Mereka sampai di titik yang mereka tuju. Jenazah korban yang terlibat sudah dibawa ke rumah sakit.

Terlihat motor yang sudah hancur akibat kecelakaan yang cukup parah. Warga tidak ada yang mengetahui kronologi kejadian tersebut. Menurut identifikasi petugas, kemungkinan kecelakaan terjadi karena kesalahan pengendara sendiri yang tidak fokus atau oleng.

Oikawa melihat bagian pecahan motor tersebut, motor itu sangat mirip dengan motor milik temannya, Semi. Karena penasaran, beberapa dari mereka yaitu Oikawa, Suna, Akaashi dan Osamu memutuskan untuk menyusul para petugas yang membawa ke rumah sakit. Sisanya kembali ke penginapan agar tidak terlalu ramai.

Sampai di rumah sakit, mereka menuju kamar jenazah, satu persatu mereka melihat jasad-jasad yang ada disana. Tiba di jenazah terakhir, Oikawa membuka kain yang menutupi jenazah. Dan wajah jasad tersebut sangat mirip dengan temannya, Semi Eita.

“S-semi..”

Semua menoleh ke arah Oikawa. Dan mereka berkumpul mendekati Oikawa.

“SEMI??!!” Suna kaget.

“GAK GAMUNGKIN INI SEMI”

“SEMI KOK LU TEGA SIH NINGGALIN KITA DULUAN”

Mereka semua syok. Jenazah itu bukanlah mirip Semi lagi. Tetapi memang benar ia adalah Semi Eita.

Oikawa masih tidak percaya dengan hal ini. Ia menyesal karena sudah berprasangka buruk kepada Semi. Anehnya, selama ia curiga dengan semi, ia merasa pikiran itu menghantuinya terus menerus.

“Guys, ini bener Semi. Kabarin yang lain” ucap Oikawa.

“Okeh” jawab Akaashi.

Semi ingin pergi ke tempat orang pintar, seorang kakek tua yang berpengalaman. Oikawa, Kageyama, Kuroo dan Akaashi membuntutinya dari jauh. Setelah sampai di tempat itu, Semi hanya konsultasi kepada kakek tersebut soal anak kecil yang menempel di tubuhnya tadi.

Setelah bertemu dan berbincang panjang, tubuh Semi akhirnya terasa ringan. Ia pun keluar dari rumah kakek itu. Oikawa, Kageyama dan Kuroo tak sengaja berpapasan dan langsung membalikkan badan.

“Eh, kalian. Lagi ngapain?” tanya Semi.

“Nyari kucing” “Nyari Ayam” “Nyari Kerbau” Ucap mereka bertiga bersamaan.

Akaashi yang berada di mobil melihat ulah mereka pun tertawa.

“Ngapain coba lu pada nyari satwa, mana ada disini”

“Yaaa ga gitu. Lo sendiri lagi ngapain, Sem?” tanya Oikawa kembali.

“Konsul ke Kakek. Badan gua kayaknya ketempelan”

“HAH KETEMPELAN??!!”

“Iyaa, tadi punggung gua berat. Kayak ada hantu anak kecil nempel di gua. Tapi sekarang udah mendingan kok”

“Anying serem”

“Yaudah ayo balik aja. Ngapain juga disini”

“Ayodah”

Mereka pun pulang dan kembali ke villa penginapan. Akaashi, Oikawa, Kageyama dan Kuroo naik mobil berempat. Sedangkan Semi naik motor kesayangannya. Di tengah jalan, Semi meminta mereka untuk jalan terlebih dahulu.

“Woii, kalian duluan aja. Gua mau isi bensin” beritahu Semi.

“Okee!”

Semi pun belok dan berpisah jalan. Tak lama mereka berempat pun sampai di villa terlebih dahulu dan menikmati makan malam.

“Abis dari mana lu pada?” tanya Suna.

“Nyari ayamnya Oikawa” jawab Kuroo.

“Emang lu kesini bawa ayam? Aneh lu” tambah Bokuto.

“Kaga anjir, tadi sore tuh gua ketemu ayam mau gua pelihara tapi ilang” alasan Oikawa.

“Sek sek, kayak ada yang ilang. Semi eitod mana?” Suna menyadari.

“Lagi isi bensin, ntar nyusul”

“Walah, oke”

Malam hari telah tiba. Mereka semua memutuskan untuk jalan-jalan ke sekitar villa. Pada akhirnya, mereka memutuskan istirahat dan makan di sebuah warung makan.

Sampai di warung makan tersebut. Semua orang disana terlihat sangat hening seperti tidak ada siapa-siapa. Namun ada seorang nenek tua yang menatap Semi.

Semi menyadari hal itu. Ia heran mengapa nenek itu melihatnya terus menerus. Nenek itu seperti melihat sesuatu yang aneh pada Semi.

“Anaknya, mas?” ucap Nenek tersebut.

“A-anak..? Yang mana nek?”

“Itu yang kamu gendong”

Semi menoleh ke arah pundaknya. Ia terkaget, ada sesosok anak kecil yang bersandar di punggungnya dari tadi. Anak kecil itu tersenyum manis.

Dengan rasa takut, Semi mengembalikan pandangannya ke depan. Ia bingung dan tidak bisa berbuat apa apa. Ia berbisik kepada temannya, Suna.

“Sun, ini anak kecil ngapain” ucapnya dengan gemetar.

“Anak kecil?”

“Ini yang nemplok di bahu gua”

“Apaansi gak jelas”

Anehnya, Suna tidak melihat anak kecil tersebut. Semi takut, ia semakin yakin bahwa anak kecil tersebut adalah sesosok 'makhluk' dan tamu yang tak diundang. Ternyata, inilah alasan mengapa Semi merasa badannya terasa berat.

Karena bingung, Semi membiarkan hal itu sampai ia pulang ke villa. Tetapi, setelah sampai disana tubuhnya masih terasa berat. Ia pun menghadap ke cermin, anehnya, sosok anak kecil yang di bahunya itu tidak ada.

“Guys, gue cabut dulu bentar ya” beritahu Semi.

“Lah mau kemana?” sahut Oikawa.

“Ada urusan dikit”

Lalu Semi pun pergi keluar.

Mereka bergegas menuju rumah sakit lokasi Kuroo, Kenma dan Bokuto. Setelah itu, baru lah mereka berangkat ke tempat Pak Washijo

“Assalamualaikum, pak”

“Waalaikumsalam, kalian ini sopo toh?”

“Saya Semi pak, yang kemarin datang kesini sama Ushijima”

“Walah saya lupa, monggo masuk sini”

.

“Ada apa kalian datang kesini, ada hal buruk lagi?”

Semi pun menceritakan semua hal yang terjadi kemarin.

“Yaa kurang lebih begitu pak, teman saya ini udah ketemu. Tapi malah satu lagi hilang”

“Hadehhh, sekarang kalian ikut saya”

“Kemana, pak?”

“Dukun”

“Anjer serius ke dukun?!” Bokuto kaget.

“Burhan anjjj lo jangan maen asal ceplos aja” bisik Kuroo.

“Yo enggak toh, saya mana tahu mana dukun disini. Bawa saya ke villa angker itu saja”

“oke pak”

Setelah sampai di villa angker itu, Pak Washijo mencoba mencari tahu dari sudut ke sudut. Namun, ia belum menemukan apapun. Dan sampai pada ruangan terakhir yang ia masuki, yaitu kamar ke enam.

Pak Washijo membuka pintu tersebut. Dan ia melihat tubuh seorang pria yang terbujur kaku.

“We adik adik, kesini” panggil Pak Washijo.

“Kenapa pak?”

“Itu teman kalian?”

Mereka langsung mengarah ke Pak Washijo. Mereka melihat tubuh tersebut. Dan mereka dikagetkan oleh pria tersebut, Atsumu.

“t-tsum... ATSUMU ANJING” teriak Osamu syok.

“JAHAT LO, LO JAHAT. KENAPA LO NINGGALIN GUA DULUAN!!”

“Sam, tenang dulu sam” Suna mencoba menenangkan Osamu.

Osamu menangis dan teriak histeris sampai terdengar ke semua temannya. Dan semua pun berkumpul ke tempat Osamu. Mereka juga dikagetkan oleh tubuh kaku pria tersebut.

“i-itu Atsumu...” ucap Kageyama dengan gemetar.

Semua juga kaget, kejadian ini sungguh diluar ekspektasi. Mereka mengira, Atsumu yang ceria dan selalu gembira tidak akan mendapat hal seperti ini.


Tiba-tiba, Suna menerima telepon. Telepon tersebut dari temannya, yaitu Kita Shinsuke.

“Halo, Kita. Kenapa?”

“Sun, ini Atsumu ngapain ke rumah gue sih?”

“H-hah..?”

“Iya ini tiba-tiba dateng, katanya tadi malem kalian ninggalin dia di jalanan”

“HAH?? MANA COBA VC”

Mereka pun beralih ke video call. Dan Kitashin menunjukkan bahwa dirinya sedang bersama Atsumu.

“Nih anaknya”

“Woi anjing lo semua ye gua belum kumpul tau tau balik duluan, tega kelen” ucap Atsumu.

“TSUMU KOK LO DISANA??”

“Ya gua emang disini, abisnya gua bingung mau balik kemana yaudah ke rumah Kitashin”

“LAH”

Suna mematikan telfonnya. Ia menarik Osamu untuk kabur. karena tubuh pria itu bukanlah Atsumu, melainkan arwah balas dendam yang memakai wujud Atsumu.

“Sam ayo lari cepetan. Pak Washijo, kita balik sekarang”

“Loh kenapa sun?! Ini Atsumu gimana?!”

“Itu bukan Atsumu, sam. Panjang ceritanya. Sekarang kita kabur dulu”

Suna bergegas lari dan memberitahu kepada yang lain.

“Ges ayo lari cepetan, bahaya”

“Lah, kenapa??”

Tubuh pria menyerupai Atsumu itu pun bergerak. Dan sosok itu pun berdiri dan tertawa.

“hahahahahahaha, kenapa kalian takut padaku?” ucap sosok tersebut dengan nada ingin dendam.

“LARI CEPETAN LARI”

Mereka berlari ketakutan sembari menggendong Pak Washijo yang tidak bisa berlari kencang. Dan mereka pun masuk ke dalam mobil. Mereka sudah memastikan bahwa semua masuk.

Lalu, sesosok pria yang menyerupai Atsumu tersebut tidak mengejar mobil mereka. Ia hanya berhenti di depan villa ditemani dengan senyuman balas dendam yang menyeramkan.

Suna kembali menelpon Kitashin dalam mode video call.

“Shinnn mana Atsumu?”

“Tuh lagi ngebakso, laper”

“GUA MO MINTA MAAF KE DIA PLES”

Kitashin memberi ponselnya kepada Atsumu yang sedang makan.

“TSUM ANJIR WOI MAAF YE”

“Sumpah ye, gua dendam ama lo semua ninggalin gua pas kencing”

“Anjirrr tsumu maaf HAHAHHA abisnya lo kencing ga bilang bilang” ucap Oikawa.

“Tsum.. Ini beneran elo?” tanya Osamu.

“Iyeee lah, mang lo kira gue siapa? Justin bieber ha?”

“Serius?”

“IYA AMPUN DAH LO KENAPA SI? Ada kejadian apa ha?”

“Panjang ceritanya Tsum. Btw nomer lo kok gabisa dihubungin?” ujar Suna.

“Hp gua ilang anjeng, kesel”

“Oh...”

“Nanti gua chat lu pada make nomer Kitashin dulu sementara”

“Oke deh”

Sore hari telah tiba, matahari mulai tenggelam. Setelah mendapat kabar, semua pun berkumpul. Tepat ketika mereka berjalan, ada seorang kakek tua di pinggir jalan dan menegur mereka.

“Dek.. Temennya gak ikut pulang?” ucap Kakek tersebut.

Mereka semua menoleh ke arah Kakek itu.

“Temen yang mana pak?” tanya Semi

“Itu tuh diujung” jawab Kakek itu.

“Ga ada pak (?)”

“Ituloo dek rambut pirang tuh” Kakek itu menunjukkan jarinya ke ujung jalan.

Mereka masih melihat lihat kearah kakek itu menunjuk. Tetapi, tidak ada satu pun yang melihat ada orang disana. Semi mencoba untuk ke ujung jalan tersebut, namun tetap tidak ada siapapun.

Akhirnya, mereka memilih untuk melanjutkan jalan dan mengabaikan kakek itu. Mereka berfikir, kakek itu hanya halusinasi atau melihat makhluk 'astral'.

Hingga pada akhirnya, saat perjalanan salah satu dari mereka yaitu Osamu, ia menyadari sesuatu.

“Si jamet (atsumu) mana?”

“Jiakh ketinggalan pula tu anak. Balik dulu, Sem” ujar Suna.

“Okeh”

Mereka kembali ke depan villa titik mereka berkumpul tadi. Dan mereka mencari Atsumu.

Hari sudah semakin gelap, Atsumu belum juga ditemukan. Dan alhasil mereka memutuskan untuk pulang terlebih dahulu. Ponsel Atsumu masih ada sinyal dan bisa dihubungi, namun tidak diangkat.

Sesampainya mereka di villa, semua sudah berkumpul. Kini waktunya mereka menceritakan kejadian yang dialami masing – masing.

Setelah Semi menceritakan tentang villa angker tersebut, Kuroo pun menyadari bahwa sosok Kenma yang ia temui di villa angker itu bukanlah Kenma. Melainkan penghuni yang menyerupai wujud Kenma. Lalu, bagaimana dengan kontak seseorang yang ia chat tadi?

Kuroo masih bingung. Dari 2 hari yang lalu, Kenma masih saja belum ditemukan. Namun, baru saja ia menghubungi Kenma dan ada respon balas darinya.

“Barusan gua chat nomor si Kenma, terus dia bales”

Kuroo pun menunjukkan percakapannya di chatnya dengan Kenma. Yang lain terlihat bingung, karena selama Kenma hilang, handphone nya dipegang oleh Kuroo. Apakah mungkin dia punya handphone baru?

Mereka mencoba menghubungi nomor itu kembali untuk mencari keberadaan Kenma. Tetapi sulit sekali, pengguna nomor tersebut tidak ada yang mengenali satu pun dari mereka. Dan ia tidak mau memberi tahu siapa dirinya dan dimana dia berada.

Dan misi mencari pun dimulai. Mereka mencari data pemilik nomor tersebut sampai lokasinya saat ini. Dari hasil yang mereka cari, pemilik nomor tersebut bernama Kenma Kozume.

Setelah menggali dalam, mereka hanya dibuat penasaran dengan satu hal. Mengapa Kenma tidak mengenal Kuroo? Mungkin saja ia lupa ingatan. Mereka bergegas ke tempat dimana lokasi nomor itu berada.

Tiba di perjalanan, mereka dikagetkan oleh titik lokasi tersebut. Ya, mereka dibawa ke villa angker yang mereka tempati waktu itu. Dengan rasa plin-plan, mereka memutuskan untuk masuk ke dalam villa itu dan mencari dari ruangan ke ruangan.

Tiba ketika di dalam, Akaashi menyadari satu hal. Kamar keenam. Kamar yang sama sekali tidak di tiduri oleh mereka selama menginap di villa itu.

“Eh guys, kalian ga ada yang tidur di kamar ini dari kemarin kan?” tanya Akaashi.

“Enggak” jawab yang lain.

Akaashi merasa ada sesuatu yang aneh di kamar itu. Ia berinisiatif membukanya. Tetapi, pintunya terkunci dan susah dibuka.

Semakin yakin bahwa ada yang janggal. Akaashi memutuskan untuk mendobrak pintu tersebut, dibantu oleh Bokuto dan Kuroo.

“BRUKKK”

Akhirnya pintu itu terbuka. Dan mereka dikagetkan oleh sesosok remaja di ruangan kosong tersebut. Remaja itu adalah Kenma Kozume.

“KENMA!” Kuroo terkaget.

Betapa kagetnya Kuroo, Bokuto dan Akaashi melihat Kenma dengan kondisi yang tidak normal. Tubuhnya yang lebih kurus dari biasanya seperti tidak makan berhari-hari. Ditambah dengan kondisi setengah sadar.

“DIA MASI IDUP”

“Bawa ke RS cepetan, dia udah lemah banget ini” usul Akaashi.

“Oke oke. Bok, lu temenin gua. Akaashi lo kabarin yang lain”

Kuroo dan Bokuto bergegas membawa Kenma ke rumah sakit terdekat. Akaashi segera memberi kabar kepada semua temannya untuk berkumpul dan kembali.