Kinda songfic? inspired by treasure song “orange”. Lyrics translation are in (~) sign
____________________________________________________________________________
Title: Orange
~I want to see you, even a minute and a second faster
You always say you're busy, so we spend limited time again
Happy times go by quickly, such a shame
But I'm fine with that, it's better for us~
Dua pemuda sedang membaringkan tubuh lelah mereka di rooftop YG training center. Jarang sekali mereka mempunyai waktu luang seperti sekarang ini. Pemuda asal Korea bernama Jaehyuk menatap pemuda Jepang dengan wajah tampan yang sedang berbaring di sebelahnya dengan mata tertutup. Angin sore itu meniup kecil surai halus pemuda manis dengan nama lengkap Hamada Asahi. Jaehyuk mengenalnya sebulan yang lalu, saat trainee Jepang pertama kali datang dan diperkenalkan di YG training center di Korea. Jaehyuk tersenyum mengagumi ciptaan Tuhan yang begitu indah di sebelahnya ini. Jika bisa, Jaehyuk ingin waktu berhenti. Menikmati setiap hari, setiap jam dan menit bersama Asahi.
Asahi, pemuda yang sedari tadi ditatap membuka pelan matanya. Tangan kanannya menutup sebelah matanya mencoba menghalangi cahaya matahari senja yang berada di atasnya. Senyum kecil menghiasi bibir tipisnya tatkala melihat langit sore itu. Guratan warna oranye mewarnai langit di atasnya. Beberapa burung berterbangan bersiap pulang ke sarangnya. Dirinya tidak sadar sedari tadi Jaehyuk sedang menatapnya dalam.
“Andai setiap hari bisa seperti ini, ya, Jaehyuk-a”, kata Asahi pelan, kemudian menghadapkan kepalanya ke arah Jaehyuk, melihat pemuda tampan di sampingnya.
“Ne.. Andai setiap hari bisa seperti ini. Memandang langit seperti ini. Aku suka matahari. Apalagi matahari senja. Sebelum kau datang ke Korea, aku selalu menghabiskan waktuku di sini ketika punya waktu luang. Dengan melihat langit senja, entah kenapa hatiku menjadi tenang. Ditemani dengan semilir angin, mendengar suara cicit burung yang pulang ke sarangnya, sambil menunggu langit menjadi gelap.”
“Gomawo Jaehyukkie sudah menunjukkanku tempat ini. Aku menyukainya.”
Jaehyuk tersenyum kecil menampakkan deretan giginya yang rapi. Ingin rasanya tangannya membelai surai hitam Asahi, tapi Jaehyuk mana punya nyali. Bagi Jaehyuk, bisa sedekat ini dengan Asahi saja sudah merupakan keberuntungan baginya. Asahi sangatlah pendiam dan pemalu. Butuh usaha ekstra untuk dapat mendekatinya. Jaehyuk tidak meminta lebih. Bisa menghabiskan waktu seperti ini saja sudah cukup untuk sekarang.
“Sebentar lagi latihan team B akan dimulai, Sahi-ya. Aku harus segera kembali ke ruang latihan. Kau langsung pulang ke dorm?” tanya Jaehyuk lembut.
Sebersit rasa kecewa mewarnai wajah Asahi. Asahi melirik jam tangan hitam di pergelangan tangannya. Baru saja mereka 30 menit di sini tapi Jaehyuk harus kembali latihan. Jadwal latihan Asahi memang selesai lebih dulu hari ini dibanding Jaehyuk. Asahi tampak berpikir sebentar. Sebuah ide muncul di kepalanya.
“Apa boleh aku menunggu Jaehyukkie?” tanya Asahi pelan.
Jaehyuk menatap Asahi kemudian menggelengkan kepalanya.
“Aku bisa latihan sampai larut, Sahi-ya. Nanti kau lelah jika menungguku. Bukankah kau juga ada janji dengan Mashi dan Ruto?”
Sepertinya Asahi lupa akan janjinya hari ini.
Asahi membelalakkan matanya menyadari dirinya lupa akan janjinya dengan Mashi dan Ruto. Asahi menepuk jidatnya.
“Astaga! Aku lupa. Untuk kau mengingatkanku, Jaehyuk-a!”
Mau tidak mau Jaehyuk tertawa melihat betapa menggemaskannya pemuda Jepang di hadapannya ini.
“Baiklah. Aku turun duluan ya. Asahi mau ikut turun?”
Jaehyuk sudah tahu jawabannya. Pasti Asahi akan berdiam di sini sampai matahari terbenam dan langit berubah menjadi gelap.
“Ani.. Aku mau di sini dulu.”
~I talked a lot with you
When I look at the watch, I suddenly get befuddled
I don't want to send you home now, but I can't
You're the one who's turning orange today
I feel like I'll go home while feeling regretful I want to spend more time with you~
Asahi mendudukkan tubuhnya. Kepalanya menengadah menatap langit yang sedikit demi sedikit mulai bertambah gelap. Matahari mulai terbenam di ufuk barat. Matanya terpejam. Menikmati setiap detik yang ada. Jaehyuk hanya bisa terpesona dengan pemandangan di sampingnya. Semburat oranye mewarnai wajah Asahi.
“Sahi-ya....,” panggil Jaehyuk pelan hampir tidak terdengar.
Asahi menoleh menatap Jaehyuk. Matanya bertemu dengan mata bening Jaehyuk.
Indah.
Satu kata terlintas di otaknya. Warna oranye yang mewarnai wajah Jaehyuk saat ini membuatnya berkali-kali lebih tampan. Tatapan menenangkan itu. Senyum lembut itu. Asahi suka semua itu.
“Hm? Kenapa Jaehyukie?”
“Ah.. Tidak.. tidak apa-apa. Aku turun sekarang ya. Kau jangan terlalu lama di sini. Udara semakin dingin, nanti kau sakit. Sampai bertemu besok.”
Asahi mengangguk kecil. Menatap punggung Jaehyuk yang mulai berjalan pergi menuruni anak tangga. Asahi menghela napas.
Jaehyuk. Asahi baru mengenalnya sebulan ini tapi Jaehyuk sudah menjadi bagian harinya. Kesibukan mereka menjadi trainee membuat mereka sulit menghabiskan waktu bersama. Seandainya mereka punya waktu bersama seperti tadi, entah kenapa waktu selalu berjalan lebih cepat dari biasanya. Asahi mengangkat jari telunjuk kanannya ke atas langit. Mengukir hangul Jaehyuk di sana. Asahi melipat lututnya, membenamkan wajah manisnya di antara kedua lututnya. Menikmati keheningan senja hari itu.
~Just like the sun goes down, it will rise again
I want to see you tomorrow again
I think I'm going home feeling sad
Unfortunately, the sunset is starting to appear today~
***
Tidak terasa sudah beberapa bulan Asahi berada di Korea. Berlatih keras dan berjuang agar tidak tersisih dari survival show YG Treasure Box. Jujur, Asahi terkadang merasa tidak percaya diri bersaing dengan trainee lainnya. Mereka semua berbakat sedangkan masih banyak hal yang harus Asahi perbaiki. Asahi larut dalam pikirannya saat seseorang menepuk pundaknya dan merangkulnya. Jaehyuk sudah berdiri di sampingnya dengan senyum cerahnya. Tangan kirinya merangkul pundak Asahi.
“Kenapa melamun? Ada hal yang kau pikirkan?“
Jaehyuk mencoba bertanya. Jaehyuk tahu ada yang mengganggu pikiran Asahi. Dahi pemuda di sebelahnya ini selalu berkerut jika sedang ada yang menganggu pikirannya. Menghabiskan waktu setiap hari bersama Asahi membuat Jaehyuk menyadari semua ekspresi-ekspresi Asahi dan Jaehyuk merasa beruntung akan hal itu. Orang-orang bilang Asahi manusia tanpa ekspresi.
Hm.
Mereka hanya tidak pernah melihat Asahi sedekat ini. Dahinya akan berkerut ketika memikirkan sesuatu. Asahi akan menggembungkan pipinya jika dia kesal akan sesuatu. Ujung bibir kirinya akan terangkat sedikit ketika Asahi berusaha menahan tawa. Jaehyuk melihat semua itu. Selama beberapa bulan ini hanya Asahi yang memenuhi pikirannya.
Pengecut.
Jaehyuk tahu akan hal itu. Jaehyuk tahu desiran di hatinya setiap Asahi menatapnya. Jantungnya yang berdetak lebih cepat ketika Asahi tersenyum padanya. Tapi Jaehyuk terlalu pengecut untuk mengatakan segalanya. Dia takut Asahi akan pergi jika salah satu dari mereka harus ada yang tereliminasi. Jaehyuk takut tidak bisa menahan perih di hatinya ketika mereka berdua harus berpisah.
“Ya! Apakah kau mendengarkanku, Jaehyukie?!”
Lamunan Jaehyuk buyar. Sial. Malah dirinya yang melamun sedari tadi.
“Ah mianhae Sahi-ya. Aku tidak memperhatikan. Kau bilang apa tadi?”
“Tidak jadi! Aku sudah bercerita panjang lebar dan kau malah diam saja.”
Asahi menyentakkan kakinya.
Lucu.
Jaehyuk tertawa melihat Asahi yang menggembungkan pipinya karena kesal.
“Maafkan aku, ne? Sehabis latihan kita jalan-jalan ya? Kau mau?”
Asahi menunduk malu. Tentu saja Asahi mau. Tidak mungkin menolak jika menghabiskan waktu dengan Jaehyuk.
“Kemana?”
Asahi menatap wajah Jaehyuk. Rambut Jaehyuk yang sedikit berantakan karena keringat membuat wajahnya semakin menarik.
“Bersepeda di tepi Hangang River. Kau mau?”
Asahi mengangguk kecil. Ingin rasanya melompat karena dirinya terlalu senang saat ini.
“Aku tunggu di depan gedung ya nanti sore. Kabari aku jika latihanmu sudah selesai. Aku harus segera pergi. Latihanmu juga akan segera dimulai kan? Jangan sampai terlambat nanti pelatih memarahimu.”
Asahi mengangguk dan menatap punggung Jaehyuk yang berlari kecil di depannya. Asahi tersenyum kecil dan mengarahkan pandangannya ke jendela besar yang berada di sampingnya. Dari sini Asahi bisa melihat pemandangan gedung-gedung pencakar langit. Asahi tidak bisa membayangkan jika Jaehyuk tidak ada di hidupnya. Jaehyuk yang selalu membantunya selama di Korea. Yoon Jaehyuk. Pemuda itu penting baginya.
***
Langit sore itu sangat indah. Guratan warna oranye dengan percikan warna ungu menghiasi bentangan langit dengan awan-awan kecil.
Jaehyuk mengayuh sepedanya sambil memperhatikan Asahi yang berada di depannya. Asahi sesekali menoleh ke belakang menyuruh Jaehyuk untuk mengayuh lebih cepat. Angin meniup surai hitamnya. Tawa menghiasi bibir tipis itu.
Jaehyuk ingin waktu berhenti saat ini juga. Pemandangan di depannya benar-benar pemandangan terindah di dalam hidupnya. Dengan tawa selepas itu, hati Jaehyuk terasa penuh. Ingin rasanya melihat dan mendengar tawa itu setiap hari.
Lama mereka mengayuh sepeda mereka sebelum akhirnya memutuskan untuk beristirahat. Keduanya duduk berdampingan di salah satu kursi kayu yang menghadap langsung ke Han River.
Jaehyuk membuka sebotol air mineral kemudian memberikannya kepada Asahi.
“Minum dulu Sahi-ya. Kau sampai berkeringat seperti itu.”
Asahi dengan senang hati menerimanya dan menegak habis air di botol itu. Tenggorokannya terasa kering sedari tadi karena lelah.
Hening. Keduanya menatap Han River yang tenang. Masing-masing dengan pikirannya. Angin bertiup sedikit kencang. Asahi mengusap-usap kedua lengan kurusnya. Berusaha memberikan sedikit kehangatan.
“Asahi kedinginan? Kenapa kau lupa membawa jaketmu hari ini?Nanti kau sakit.”
Jaehyuk melepaskan jaket tebalnya dan memakaikannya di pundak Asahi.
“Ah tidak perlu Jaehyukie. Nanti kau yang kedinginan. Kau bisa sakit juga.”
“Aku tidak apa-apa. Kau lebih penting.”
Asahi sedikit terkejut mendengar perkataan Jaehyuk. Jantungnya berdegup kencang. Ia yakin wajahnya memerah sekarang. Asahi tidak berani menatap Jaehyuk karena ia tahu ia akan malu setengah mati jika melihat wajah Jaehyuk sekarang.
Jaehyuk yang menyadari wajah Asahi yang memerah tertawa kecil di dalam hatinya. Sungguh menggemaskan. Rasanya ingin menarik Asahi ke pelukannya sekarang juga.
Jaehyuk yang menyadari Asahi mulai tidak nyaman berusaha mencari pembicaraan lain.
“Bagaimana harimu Sahi-ya?”
“Hari ini menyebalkan sekali. Pelatih menegurku berkali-kali karena aku melakukan kesalahan terus. Tidak hanya itu! Ruto juga menyebalkan hari ini. Dia bilang akan menungguku untuk turun bersama,tapi dia malah meninggalkanku. Huft! Aku kesal aku sampai harus berlari mengejar langkah panjangnya. Lelah sekali! Maaf aku jadi mengeluh seperti ini.”
Asahi mengeluh panjang lebar kemudian melipat kedua tangannya di depan dadanya. Pipinya digembungkan pertanda Asahi kesal mengingat kejadian tadi.
Jaehyuk hanya tertawa kecil dan entah keberanian darimana Jaehyuk mengacak lembut surai Asahi kemudian membawa kepala pemuda manis itu ke bahunya. Menepuk pundak Asahi pelan bermaksud menenangkan. Tangan kirinya menggenggam tangan Asahi yang sedikit dingin. Berusaha menyalurkan kehangatan di sana.
“Gwaenchana, ceritakan saja semuanya kepadaku. Aku mau mendengar semua cerita Asahi. Dari yang bahagia sampai yang paling sedih sekalipun.”
Asahi terkejut bukan main dengan apa yang dilakukan Jaehyuk. Asahi harap Jaehyuk tidak menyadari betapa gugupnya dirinya sekarang inu.
Well, Asahi menikmatinya. Bersandar pada pundak Jaehyuk sangatlah nyaman. Asahi seperti merasa mempunyai support yang selalu berada di sisinya. Lelah di tubuhnya seketika hilang. Asahi bersyukur mengenal Jaehyuk. Mengejar mimpinya adalah tujuan Asahi ke Korea tapi bertemu Jaehyuk juga anugerah terindah untuknya.
~Orange color, cool wind I narrow the distance and hold your hand
Even if I say meaningless words
You don’t look at me, you look nervous~
“Sahi-ya....”
Asahi menegakkan kepalanya dan menatap Jaehyuk.
“Hm? Kenapa, Jaehyuk-a?”
“Tetaplah tersenyum dan tertawa seperti tadi ya. Aku tahu hari-hari menjadi trainee tidaklah mudah untuk kita. Terutama untukmu. Kau jauh dari keluargamu tentu kau merindukan mereka setiap hari. Di depan mungkin akan ada rintangan yang berat ditambah kita bersaing untuk bertahan di Treasure Box. Tapi apapun itu, tetaplah tersenyum bahagia seperti tadi. Senyum Asahi menguatkanku. Aku merasa tidak berjuang sendiri. Aku ingin kau selalu bahagia. Seandainya kau harus menangis, katakan semua padaku. Bahuku selalu siap menjadi sandaran untukmu.”
Mata Asahi berkaca-kaca mendengar setiap perkataan tulus dari mulut Jaehyuk. Entah kebaikan apa yang pernah dilakukannya di kehidupan sebelumnya sampai Tuhan dengan baik hatinya mempertemukan dirinya dengan Jaehyuk.
Asahi menghambur ke pelukan Jaehyuk. Tidak peduli dengan beberapa orang yang bingung melihat mereka. Tidak peduli dengan degup jantungnya. Tidak peduli dengan rasa malu dan gugupnya. Asahi hanya ingin memeluk Jaehyuk sekarang.
“Jaehyuk... yang membuat Asahi bahagia.”
Asahi berkata pelan namun Jaehyuk mendengarnya.
Jaehyuk tersenyum sambil mengelus punggung sempit Asahi yang menangis di pelukannya.
“Aku bilang kau harus tetap tertawa. Kenapa malah menangis seperti ini eum? Uljima. Berhenti menangis, ne?”
Asahi melepaskan pelukannya dan menatap dalam mata Jaehyuk.
“Jaehyuk, jika suatu saat aku harus pulang ke Jepang karena tereliminasi, apa yang harus aku lakukan? Aku tidak ingin berpisah dengan Jaehyuk”
Asahi menangis sesenggukan. Hati Jaehyuk berdenyut. Tentu Jaehyuk juga akan merasa sedih ketika hari itu tiba. Tapi dia tidak ingin Asahi semakin sedih.
“Aku bisa ke Jepang saat liburan. Kita tetap bisa berkomunikasi. Jika aku ke Jepang,kita bisa jalan-jalan bersama. Jangan menangis lagi eum? Selama masih ada kesempatan, mari buat kenangan indah.”
Jaehyuk tersenyum dan menangkup kedua pipi Asahi, menghapus jejak air mata di sana.
Langit mulai gelap. Asahi masih berada di pelukan Jaehyuk. Sesekali masih terdengar isakan. Jaehyuk dengan sabar menenangkan Asahi. Mengelus punggungnya sesekali mengelus surai lembutnya.
“Sudah malam. Besok kita harus latihan lagi. Kita kembali ke dorm ya? Asahi belum makan juga kan? Kita masak ramyeon dan makan bersama di dorm ku ya. Jangan menangis lagi ya.”
Asahi mengangguk kecil kemudian mengikuti Jaehyuk. Berjalan beriringan. Tangan kecilnya terlihat sangat pas di dalam genggaman Jaehyuk. Sesekali melirik Jaehyuk yang terdiam di sampingnya. Matanya beralih menatap langit malam hari itu. Beberapa bintang berkelip di sana. Asahi tersenyum kemudian mengeratkan genggaman tangannya.
'Mari buat kenangan indah'
Asahi mengingat kata-kata itu dalam hatinya.
~When it starts to get dark My face is getting dark too
Before you turn around I want to tell you today
Like the sunset that shines every day without conditions
I hope you smile like that every day always
Then I can have you forever
Even if it’s dark, you shine the most in my eyes~
***
Dan kalanya setiap pertemuan terkadang harus diiringi dengan perpisahan. Asahi memeluk erat tubuh Jaehyuk. Pengumuman semalam kemarin merupakan ujung bagi Asahi. Asahi harus pergi. Asahi harus pulang. Asahi menangis kencang.
Keduanya berdiri di rooftop gedung dorm mereka. Senja hari itu tidak seperti biasanya. Langit oranye yang membentang menaungi mereka mulai menurunkan tetes-tetes air. Rintik hujan membasahi bumi. Namun keduanya tidak beranjak, membiarkan pakaian yang mereka kenakan basah.
“Sahi-ya. Kita bisa sakit jika berdiam lama-lama di sini. Pakaianmu sudah basah.”
Asahi menggelengkan kepalanya cepat. Asahi tidak peduli. Ia hanya ingin waktu berhenti. Ia ingin memeluk Jaehyuk lebih lama dan berharap hari esok tidak akan pernah datang. Ia berharap matahari tidak tenggelam hari ini sehingga waktu tidak berganti.
“Sahi-ya. Jangan menangis. Ingat, aku selalu ingin melihat senyummu. Kita kembali ke dalam ya? Kau bisa sakit.”
“Aku hanya ingin memeluk Jaehyuk lebih lama. Aku ingin hari esok tidak datang. Aku tidak ingin berpisah denganmu.”
Asahi masih terisak. Dan setiap isakan Asahi adalah cabikan untuk hati Jaehyuk. Air matanya sudah membanjiri wajahnya daritadi. Sungguh jika Jaehyuk bisa, ia juga ingin waktu berhenti di sini.
~Hoping time stops, just like this
I wish for the sun to not set~
“Hi-kun..”
Ini pertama kalinya Jaehyuk memanggilnya seperti itu. Hi-kun.
Asahi menatap dalam mata Jaehyuk. Air mata Jaehyuk bercampur dengan titik-titik air hujan yang semakin deras. Asahi sadar dirinya egois. Jaehyuk juga bisa sakit kalau seperti ini.
Asahi menundukkan kepalanya dalam. Membiarkan Jaehyuk meraih tangannya dan membawanya kembali ke dalam. Jaehyuk mengambil handuk kecil yang masih bersih dari dalam tas ransel yang dibawanya. Mengeringkan rambut dan wajah Asahi.
Jaehyuk menangkupkan kedua tangannya pada pipi Asahi. Berusaha membuat Asahi menatapnya.
“Hi-kun... jika kau terus menangis seperti ini, bagaimana aku bisa rela melepas kau pergi? Aku ingin lihat senyummu. Sebelum berpisah, senyummu lah yang ingin aku lihat. Hi-kun.. aku bohong jika aku mengatakan aku baik-baik saja harus berpisah denganmu. Tapi, hidup harus berjalan Hi-kun. Kau akan tetap mengejar mimpimu. Begitupun aku. Mari berjuang bersama sambil berharap garis hidup kita dipertemukan lagi. Dan ingat, aku sudah bilang aku akan mengunjungimu ketika liburan nanti. Kau tidak percaya padaku eum?”
Asahi menatap wajah Jaehyuk. Memeluknya erat sekali lagi. Asahi selalu percaya apa yang dikatakan Jaehyuk. Asahi sadar apa yang dikatakan Jaehyuk adalah benar adanya. Mereka harus tetap berjuang. Meraih mimpi mereka. Berharap Tuhan menggariskan jalan mereka untuk dipertemukan kembali.
“Aku percaya padamu. Jaehyukkie, terima kasih untuk kenangan indahnya. Kau harus terus berjuang dan debut dengan sukses ya. Aku juga akan berjuang dan berdoa.”
Asahi tersenyum kecil.
Senyum itu. Senyum terakhir yang Jaehyuk lihat hari itu. Senyum yang menguatkannya untuk terus berjuang.
“Jaehyuk, tersenyumlah juga untukku. Kau... juga harus bahagia. Aku akan menjadi penggemar nomer satumu jika kau debut nanti.”
Jaehyuk tersenyum manis dan mengecup kening Asahi lembut. Memeluk erat pemuda manis itu utnuk terakhir kalinya.
~Smile for me
So I can go home happily That shining sunset is feeling sorry too
Go first, I’ll smile for you too and let you go~
***
Korea, early 2020...
Banyak hal yang terjadi beberapa tahun ini. Setelah Asahi tereliminasi dan line up debut juga diumumkan, siapa yang menyangka YG membawa Asahi kembali untuk debut di Korea.
Jika hari itu Asahi berhenti berjuang, mungkin Tuhan tidak akan mempertemukannya lagi dengan pemuda yang duduk di sebelahnya saat ini. Yoon Jaehyuk.
Mereka berada di tempat yang selalu menjadi favorit mereka. Rooftop. Dari sini mereka bisa melihat langit luas. Terutama melihat hal favorit mereka. Langit senja dengan guratan oranye. Matahari yang terbenam. Semilir angin sore yang meniup wajah mereka.
“Jaehyuk-a”
“Hm?”
Jaehyuk masih betah menikmati langit senja sore itu. Kepala Asahi bersandar di bahunya. Jaehyuk mengelus surai halus itu perlahan, sesekali mengusap bahu kecil Asahi.
“Baru-baru ini aku menulis lagu. Kau mau mendengarnya? Jika menurutmu bagus, aku akan menunjukkannya pada Haruto. Aku ingin dia menulis sisa liriknya. Kau tau dia juga sangat suka menulis lagu kan?”
“Tentu aku mau mendengarnya. Karya-karyamu adalah hal yang selalu aku dengar setiap malam sebelum tidur. Jika aku merindukanmu, aku dengar semua rekaman lagu-lagu ciptaanmu.”
Asahi tertawa kecil. Merindukan Asahi? Bahkan mereka bertemu setiap hari sekarang.
“Merindukanku? Kita bertemu setiap hari sekarang, Yoon Jaehyuk.”
Jaehyuk tertawa kecil,mengacak rambut Asahi. Menatap dalam manik indah itu.
“Nyatanya memang seperti itu.”
Wajah Asahi memerah. Apa-apan Yoon Jaehyuk.
“Mana lagunya? Aku mau dengar.”
Asahi mengeluarkan handphonenya, mengenakan earphone di telinga kiri Jaehyuk. Lantunan lagu ballad terdengar. Jaehyuk memejamkan matanya. Menikmati setiap lantunan nada dan lirik yang begitu indah. Potongan-potongan kenangannya bersama Asahi muncul satu per satu bagaikan flashback dalam suatu film. Seluruhnya. Dari kenangan manis sampai yang menyedihkan sekalipun. Dari senjanya yang paling indah sampai yang dipenuhi air mata.
Jaehyuk membuka matanya perlahan ketika rekaman lagu itu habis.
“Indah.. Sama seperti yang menulisnya. Ketika aku mendengarkan dan memejamkan mataku, aku seperti kembali ke masa lalu. Melihat kau dan aku menghabiskan senja bersama. Dari senja yang paling bahagia sampai yang paling menyakitkan. Senja ketika aku melihat wajahmu dipenuhi semburat oranye sampai senja ketika aku melihatmu menangis di pelukanku ketika kau harus pulang ke Jepang saat itu.”
Asahi menatap wajah Jaehyuk. Mendengarkan setiap kata-kata Jaehyuk. Asahi menangkupkan kedua tangannya pada pipi Jaehyuk. Menatap matanya dalam.
“Lagu itu.. memang tentangmu. Kita dan senja.”
Jaehyuk tersenyum.
“Kau sudah memberikan judul untuk lagunya?”
Asahi terdiam sebentar. Matanya menatap langit oranye di atasnya kemudian melihat semburat oranye yang melingkupi wajah Jaehyuk.
“Tadinya belum. Tapi sekarang aku sudah menemukan judulnya... Orange.”
“Orange?“tanya Jaehyuk.
“Eum! Orange. Sama seperti warna langit ketika senja. Dan seperti dirimu yang sekarang yang begitu indah dilingkupi semburat oranye.”
Jaehyuk tersenyum manis. Matanya menatap Asahi lembut. Menarik lembut wajah Asahi dan mengecup bibir tipis itu perlahan.
“Saranghae, Hi-kun.. Setiap hari berakhir, aku selalu ingin waktu berhenti. Menikmati waktu lebih lama untuk bersamamu. Aku selalu berharap untuk melihatmu. Terus seperti itu. Jangan pernah lagi pergi dari pandanganku.”
~You’re the one who’s turning orange today
I feel like I’ll go home while feeling regretful
I want to spend more time with you Just like the sun goes down, it will rise again
I want to see you tomorrow again
I think I’m going home feeling sad Unfortunately, the sunset is starting to appear today~
End.
****