2 Laki-laki bertopeng ski

Entah kenapa malam ini terlihat begitu mendung dan gelap, membuat jungwoo akhirnya memberikan Minho untuk membawa mobilnya pulang. Sebenarnya, Jungwoo selalu mengantarkan Minho pulang setelah melakukan kegiatan bersama setelah pulang sekolah, namun karena ia mengatakan akan malas jika harus pulang dengan hujan yang 100% akan turun jadi dia memilih untuk menyuruh minho membawa mobilnya pulang dan menjemputnya besok.

Dalam perjalanan pulang, entah mengapa Minho membiarkan pikirannya berkelana ke Chris. Ia tidak dapat memungkiri bahwa Jungwoo benar, ada sesuatu dalam diri Chris yang memikat. Dan benar-benar sangat menakutkan juga. Semakin Minho memikirkannya semakin ia merasa bahwa ada sesuatu yang aneh. Sesuatu yang tidak mudah terbaca namun Minho dapat pastikan kalau hal ini bisa saja mungkin berujung ke suatu hal yan tidak baik. Namun ia berharap, semoga itu hanya prasangka buruknya.

Dan benar seperti perkiraan Jungwoo, dalam separuh perjalanannya hujan deras turun membasahi bumi. Dengan perhatian ke jalan dan tugas mengendalikan kemudi, Minho berusaha mencari tombol untuk menghidupkan wiper

Lampu di luar jalan berkedap-kedip. Membuat perasaan aneh tiba-tiba merayap dan membuat bulu kuduk dan tangan Minho merinding. Indra keenamnya dalam keadaan siaga. Entah mengapa merasa ada yang mengikuti. Tapi tak terlihat sorot lampu kendaraan lain dari spion mobil, di depan juga tidak ada. Minho benar-benar sendirian, yang membuat pikirannya semakin tidak nyaman.

Minho menancap gas sampai speedometer menunjukan angka 50, dan ia menemukan tombol wiper. Namun pada kecepatan seperti ini, penghapus air tak mampu mengimbangi derasnya hujan. Lampu lalu lintas menunjukan warna kuning. Minho membelokan setir kepersimpangan.

Minho seketika menjerit saat melihat siluet hitam yang tiba-tiba tergulung di kap mobil, menginjak rem sekuat-kuatnya setelah itu. Siluet itu terhempas disertai pecahan yang melayang ke atas.

Mengikuti naluri, ia memutar kemudi keras-keras. Ujung belakang mobil Jungwoo membetur rambu lalu lintas, membuat mobil berputar ke persimpangan. Siluet itu terguling dan menghilang di ujung kap mobil.

Minho menahan napas, mencengkram roda kemudi dengan tangan pucat. Kemudian mesinnya mati.

Ternyata siluet itu adalah laki-laki yang merangkak beberapa kaki, mengawasi. Sama sekali tak tampak terluka.

Pakaiannya serba hitam, sehingga sulit bagi Minho untuk memastikan siapa orang tersebut. Awalnya ia juga tidak bisa melihat rupanya, namun kemudian Minho sadar laki-laki itu menggunakan topeng ski.

Dia berdiri, memperkecil jarak di antara telapak tangannya di jendela samping. Mata mereka bertemu melalui lubang topengnya, seolah menyungingkan senyum mematikan.

Dia memukul kaca jendela keras, membuatnya bergetar.

Detik itu juga Minho kembali menjalankan mobilnya, ketika kepalan tangannya berhasil memecahkan kaca jendela. Tangannya mengapai bahu Minho, mencengkram tangannya sebelum terlepas karena Minho langsung menginjak pedal gas kuat-kuat.

Minho memacu kendaraan sampai membuatnya melewatkan daerah perumahannya, membuat ia akhirnya memilih untuk kembali berjalan ke daerah perumahan Jungwoo. Dengan susah payah ia merogoh handphone yang ia taruh di dalam tasnya dan menghubungi Jungwoo dengan speed-dial

“Woo—gila—sesuatu terjadi—dia—mobil lo—“

“Min, suaranya putus-putus. Kenapa?”

“Dia muncul entah dari mana.”

“Dia—“ Minho berusaha menyusun kata-kata dalam pikirannya walau dirinya panik luar biasa. “Dia melompat ke depan mobil.”

“Hah? Kenapa? Lo abis nabrak kucing atau gimana?? Yaampun min kok bisa.”

Entah mengapa apapun jawaban yang ingin Minho sampaikan, kata-kata itu menjauh ke belakang. Bagian dirinya sangat ingin mengatakan bahwa ia baru saja menabarak seorang laki-laki yang kembali bangun dan menghancurkan kaca mobilnya. Rasanya memilih jawaban menabrak kucing lebih terdengar mudah. Namun ia sendiri terkejut, mengapa dia tidak ingin mengatakan hal ini dari awal.

“Min? Hallo? Lu masih disana kan??”

“Gue tidur dirumah lu ya?”

“Oke. Cepet kesini. Dan hati-hati.”

Dengan tangan kembali mencengkram roda kemudi erat-erat, sebenarnya jika ia kembali kerumah Jungwoo berarti dia harus kembali melewati persimpangan tempat tadi terjadi penabrakan. Namun ia tetap menjalankan mobilnya ke sana dan berdoa semoga laki-laki itu sudah tidak ada. Dan untungnya doanya terkabul.