Kekehan kecil keluar dari mulut hyunjin karena kembarannya itu. Ponsel langsung disimpan ke kantong jaket dan turun dari motor sport nya.
Ketika hyunjin membuka helm, bak di iklan shampo, rambut itu seaakan bersinar. Bagi siapa saja yang melihatnya pasti terpana.
Tak jauh dari titiknya, mata hyunjin tangkap sosok yang sedang berdiri di dekat pagar pembatas sirkuit. Hanya diam memandang arena yang kosong karena hari ini memang tak ada jadwal tanding.
Namun bukan itu fokusnya. Bukan lelaki yang sudah lama ga berjumpa dengannya itu, melainkan rambut yang disemir merah memberikan kesan yang begitu mencolok.
Beberapa kali hyunjin bisikin hatinya untuk tetap tenang, namun ga bisa. Setelah mengumpulkan cukup keberanian, hyunjin berdiri tepat di samping chris.
Yang berambut merah cukup sadar akan kehadiran orang di sampingnya, langsung toleh dan ketemu tepat ke hyunjin yang tengah memandang arena kosong.
Wajah yang semakin tegas namun tak melunturkan kesan cantiknya. Padahal tepat setahun yang lalu, hyunjin itu seperti anak kecil yang nyasar di pasar malam. Namun sekarang, si manis kelihatan lebih percaya diri dengan penampilan yang luar biasa apik.
Jika saja akal sehatnya sudah hilang, chris pasti akan langsung terjang hyunjin tepat di tubuhnya. Beri pelukan rindu dan kecupan-kecupan manis di wajah susunya.
“Bagaimana kabarmu?”
“Gue baik.”
Chris mengulum bibirnya sendiri, “maaf.”
Satu kata yang langsung bikin hyunjin kaget. Atensinya teralih sempurna ke yang rambut merah. Rambut terangnya menari bahagia di antara langit malam, namun tidak dengan wajah itu.
“Buat?”
“Kali ini tolong dengerin aku, ya? Jangan seperti terakhir kali. Kamu ga dengerin aku.”
“Apa kita mau bahas masalah itu?” Decih hyunjin tak suka, “bukannya sudah jelas, chris? Lo yang duluan mulai, kan?”
“Lagian hubungan kita ga berarti apa-apa. Ini semua terjadi karena gue kalah taruhan.”
“Selesai marahnya?” Timpal si rambut merah. Kikis jarak di antara mereka buat pandang hyunjin tepat di retina. Maniknya turun tepat ke bibir delima yang muda, namun kembali lagi ke mata.
“I never do that.”
“Gimana gue bisa percaya? Sementara gue yang lihat dengan mata kepala sendiri?”
“Iya, yang kamu lihat itu memang benar. Namun tentang pendapat kamu kalau aku yang memulai, salah besar.”
Dagu hyunjin sedikit ditarik mendekat, “kamu tau kan? Kalau aku tidak suka bermain-main dalam berkata? Lantas kenapa kamu tidak percaya juga?”
Bungkam. Mulut hyunjin benar-benar terkatup rapat dibuatnya. Chris seperti menyalahkan hyunjin, tapi sepertinya “salah” itu memang benar untuknya.
Hyunjin yang selama ini menghindar. Saat itu chris sudah berusaha untuk menjelaskan namun hyunjin tutup telinga. Dia termakan rasa sakit hati sehingga tidak mementingkan sisi rasional.
“Tapi tetap, i'm sorry.” Senyumnya tulus, “sudah bikin kamu sakit hati.”
“No, i'm sorry, chris.” Gumam hyunjin sembari memilin ujung kaos milik chris. Bibirnya mengerucut lucu sambil menunduk dalam. Chris rasanya ingin meremas pipi bulatnya itu.
“It's okay. Kamu juga udah punya yang baru kan?”
“Kata siapa?”
“Jeongin.”
Hanya suara binatang-binatang malam yang menemani mereka kala itu. Pernyataan dibiarkan mengambang begitu saja, setelahnya hyunjin menutup mulutnya menahan tawa.
“Pfft, mau aja dibohongin.” Wajah chan masih termangu bingung, tatap hyunjin minta penjelasan. Namun hyunjin menarik tangannya untuk pergi ke area parkiri dimana ada motor mereka berdua.
“Ayo balapan, satu ronde. Siapa yang menang, traktir.” Ujarnya sembari mengedipkan satu mata.
Chris menyeringai senang.