Bychanbiu

Sepulang tarawih Baekhyun pulang ke rumah mas Sehun, kebetulan Dovan dan Kai juga sudah menunggu di depan masjid. Untuk yang lain mereka tetap di masjid, mungkin ngaji menunggu sahur, termasuk mas Chanyeol. Baekhyun pun dari tadi merengek ingin ikut di masjid, tak mau jauh dari mas Chanyeol mungkin. Tapi apa boleh buat, Chanyeol melarang dengan keras. Ia tak setega itu.

Kini Baekhyun, Dovan dan Kai sedang di kamar mas Luhan.

“Kai ko ikut ikut sih? Ini kita mau bertiga aja” ucap Baekhyun, mengusir Kai dari kamar mas Luhan.

“Dih yaa terus gua kemana Gevaaaa”

“Tadi aturan Kai sama mas Chanyeol aja” ucapnya.

“Terus gua cuma ngeliatin sama dengerin mereka tadarusan? Ya mending gua ikut kesini. Udah ah gua mau tidur, ngantuk”

Luhan selaku pemilik rumah hanya menggeleng gelengkan kepalanya. “Ya udah yuk tidur aja”

Mereka bertiga tidur di kasur, sedangkan Kai tidur di lantai karena Baekhyun dan Dovan tidak mengizinkan. Sempit, badan Kai terlalu besar.

“Eung..adek ndak bisa bobo” ucap Baekhyun bangun dari tidurnya, sembari memeluk guling dan memanyunkan bibirnya. Sedari tadi ia gelisah memikirkan suatu hal, mas Chanyeol.

“Kenapa? Kan nanti jam 1 bangun Alil” ucap mas Luhan.

“Adek kepikiran mas Chanyeol hihi” ia terkikik geli menutup wajahnya dengan guling. Kemudian ia menyembulkan wajahnya, mengintip.

“Eung mas, kalo adek nyatain perasaan duluan ke mas Chanyeol gimana menurut mas?”

“Lo serius Gev?” Dovan yang sedari tadi mendengarkan langsung ikut terduduk.

“Huum, kayaknya emang harus adek duluan. Menurut mas Luhan sama Dovan gimana?” Tanyanya memandang wajah mas Luhan dan Dovan secara bergantian.

“Ya itu sih terserah lo aja, gua sebagai sahabat lo ya dukung lo terus”

“Kapan? Kamu yakin Lil?”

“Yakin mas Luhan, mungkin secepatnya” ucap Baekhyun dengan mantap.

“Oke, mas dukung kamu. Tapi kamu harus siap apapun nanti jawaban mas Chanyeol ya?” Jelas Luhan.

“Iya mas Luhan, adek seneng deh kenal mas Luhan, adek seneng punya sahabat kayak Dovan, Kai” ucap Baekhyun lagi.

Mereka berpelukan, setelah itu tidur walau hanya beberapa jam saja.

“Ya Allah, semoga semua urusan adek di perlancar. Adek suka mas Chanyeol, adek sayang sama mas Chanyeol. Adek mau jadi yang ada di hati mas Chanyeol, menemani mas Chanyeol di setiap langkahnya. Menjadi papa dari anak mas Chanyeol nanti, mau menjadi suami mas Chanyeol. Semoga keinginan adek terwujud..amin..”

Chanyeol sedang melihat hasil jepretannya, tersenyum puas dengan hasilnya “Indah” ucapnya lirih.

“Huh apa mas Chanyeol?” Ucap Baekhyun, yang tak terlalu mendengar ucapan lirih mas Chanyeol.

“Ngga apa apa, mas ngga ngomong apa apa kok. Ya udah yuk pulang, udah jam segini. Tapi sebelum itu kita makan dulu ya sama Sehun, Luhan dan kedua sahabat adek” ucap Chanyeol mengalihkan pertanyaan Baekhyun tadi, lalu ia berlalu meninggalkan Baekhyun yang sedang bingung.

“Perasaan tadi mas Chanyeol tuh ngomong sesuatu deh, tapi apa ya. Adek ndak denger”

Ia menatap ke sekelilingnya, sadar mas Chanyeol sudah tidak di dekatnya, kemudian ia berlari menghampiri mas Chanyeol serupa anak kecil, mencoba mengimbangi langkah panjang mas Chanyeol.

Mereka berdua sedang menuju tempat makan yang Sehun pilih. Setelah mencari akhirnya bertemu, mereka saling memesan makanan yang mereka inginkan, sembari mengobrol pastinya.

“Mas Chanyeol, adek berarti udah bisa masuk irma ya? Kan sekarang adek udah mualaf ehehe” tanyanya.

“Iya boleh, nanti saya kasih tahu yang lain”

“Yeaaaaaayyyyyy adek jadi ndak sabar hihi” ucap Baekhyun dengan tawa riangnya, yang lain hanya menyimak menyaksikan anak kecil yang sedang kegirangan, karena bagi mereka Baekhyun ini masih anak kecil.

“Oh iya, mas Chanyeol suka samyang ndak? Ternyata ada cara baru, makan samyang itu harus lepas baju, kemarin adek liat Kai sama..” ucapnya panjang kali lebar dengan polosnya, namun terpotong oleh Dovan, ia membekap mulut Baekhyun. Sedangkan Kai hanya terbatuk batuk, tak habis pikir kenapa sahabatnya ini polos banget.

Sehun dan Luhan hanya tertawa melihat adegan demi adegan yang ada di hadapan mereka, berbeda dengan Chanyeol yang sedang membeku, Chanyeol tak sepolos itu. Mana ada orang makan samyang lepas baju, kalopun ada mungkin ia sedang sendiri. “Ngga, mas ngga suka samyang. Ya udah makan yuk ini makanannya udah dateng.”

“Eung oke deh, kalo mas Sehun mau ndak?” tanyanya lagi.

Mereka semua melotot menatap Baekhyun, “ALILLLL” “GEVAAA”

Chanyeol hanya diam saja, sejujurnya ia risih menjadi pusat perhatian orang orang yang sedang memandangi meja mereka, “Maaf” kata itu yang terucap dari bibir tebal Chanyeol kepada pengunjung yang melihat ke meja mereka.

“Kenapa sih? Kan cuma makan samyang doang” ucap Baekhyun masih cemberut.

“Alil, makan aja dulu yuk. Ini enak loh” ucap Luhan, mengalihkan si polos Baekhyun.

“Eunggg oke mas Luhan, selamat makan semua ehehehe”

Akhirnya mereka bisa tenang, karena si polos Baekhyun sudah teralihkan dengan fokusnya ia terhadap makanan yang tersaji. Tak lupa mereka berdoa sebelum menyantap semua makanan yang dihidangkan.

Ada yang diam diam tersenyum dalam doanya, siapalagi kalo bukan si anak kecil Baekhyun.

“Terimakasih ya Allah atas nikmat dan karunia yang Kau beri, ehehe sekarang adek ndak perlu sedih karena adek udah sama dengan mas Chanyeol”

Chanyeol sedang melihat hasil jepretannya, tersenyum puas dengan hasilnya “Indah” ucapnya lirih.

“Huh apa mas Chanyeol?” Ucap Baekhyun, yang tak terlalu mendengar ucapan lirih mas Chanyeol.

“Ngga apa apa, mas ngga ngomong apa apa kok. Ya udah yuk pulang, udah jam segini. Tapi sebelum itu kita makan dulu ya sama Sehun, Luhan dan kedua sahabat adek” ucap Chanyeol mengalihkan pertanyaan Baekhyun tadi, lalu ia berlalu meninggalkan Baekhyun yang sedang bingung.

“Perasaan tadi mas Chanyeol tuh ngomong sesuatu deh, tapi apa ya. Adek ndak denger”

Tak lama ia sadar mas Chanyeol sudah tidak dekatnya, kemudian ia berlari menghampiri mas Chanyeol serupa anak kecil, mencoba mengimbangi langkah panjang mas Chanyeol.

Mereka berdua sedang menuju tempat makan yang Sehun pilih. Setelah mencari akhirnya bertemu, mereka saling memesan makanan yang mereka inginkan, sembari mengobrol pastinya.

“Mas Chanyeol, adek berarti udah bisa masuk irma ya? Kan sekarang adek udah mualaf ehehe” tanyanya.

“Iya boleh, nanti saya kasih tahu yang lain”

“Yeaaaaaayyyyyy adek jadi ndak sabar hihi” ucap Baekhyun dengan tawa riangnya, yang lain hanya menyimak menyaksikan anak kecil yang sedang kegirangan, karena bagi mereka Baekhyun ini masih anak kecil.

“Oh iya, mas Chanyeol suka samyang ndak? Ternyata ada cara baru, makan samyang itu harus lepas baju, kemarin adek liat Kai sama..” ucapnya panjang kali lebar dengan polosnya, namun terpotong oleh Dovan, ia membekap mulut Baekhyun. Sedangkan Kai hanya terbatuk batuk, tak habis pikir kenapa sahabatnya ini polos banget.

Sehun dan Luhan hanya tertawa melihat adegan demi adegan yang ada di hadapan mereka, berbeda dengan Chanyeol yang sedang membeku, Chanyeol tak sepolos itu. Mana ada orang makan samyang lepas baju, kalopun ada mungkin ia sedang sendiri. “Ngga, mas ngga suka samyang. Ya udah makan yuk ini makanannya udah dateng.”

“Eung oke deh, kalo mas Sehun mau ndak?” tanyanya lagi.

Mereka semua melotot menatap Baekhyun, “ALILLLL” “GEVAAA”

Chanyeol hanya diam saja, sejujurnya ia risih menjadi pusat perhatian orang orang yang sedang memandangi meja mereka “Maaf” kata itu yang terucap dari bibir tebal Chanyeol kepada pengunjung yg melihat ke meja mereka.

“Kenapa sih? Kan cuma makan samyang doang” ucap Baekhyun masih cemberut.

“Alil, makan aja dulu yuk. Ini enak loh” ucap Luhan, mengalihkan si polos Baekhyun.

“Eunggg oke mas Luhan, selamat makan semua ehehehe”

Mereka berdoa sebelum menyantap semua makanan yang dihidangkan, ada yang diam diam tersenyum dalam doanya, siapalagi kalo bukan si anak kecil Baekhyun.

“Terimakasih ya Allah atas nikmat dan karunia yang Kau beri, ehehe sekarang adek ndak perlu sedih karena adek udah sama dengan mas Chanyeol”

Baekhyun bergegas menghampiri mas Chanyeol yang sudah menunggu di depan rumah, diikuti oleh kedua sahabatnya Dovan dan Kai.

Tak lupa juga Baekhyun tersenyum dengan riang gembira menyambut mas Chanyeol “Assalamualaikum mas Chanyeol hihihi”

Dovan dan Kai hanya menggeleng gelengkan kepalanya melihat tingkah Baekhyun saat ini. Padahal mereka berdua tak ubahnya seperti Baekhyun juga ketika sedang berdua. Kata orang sih namanya jaim.

“Walaikumsalam” jawabnya, dengan senyum yang mengembang sampai terlihat lesung pipinya. Baekhyun ikut tersenyum, tak berselang lama  ia sadar, lalu ia segera memberi kode kepada sahabatnya untuk duluan pergi.

Mereka yang mengerti akan kode tersebut segera berpamitan untuk duluan, padahal kan bisa bareng. “Awas aja nih bocah lagi jatuh cinta ngeselin”

Baekhyun mengambil helm yang diberikan mas Chanyeol ia mencoba mengenakannya sendiri. “Mas ish, ini ko ndak bisa bisa sih”

Chanyeol yang sedari tadi memandang tingkah menggemaskan Baekhyun, ia segera membantu memakaikan helmnya. Tak sadar bahwa Baekhyun sedang memandanginya dari bawah “Wah mas Chanyeol tinggi banget ya, sempurna, cocok sama adek”

“Udah kan, yuk berangkat. Kasian mereka udah nungguin”

Chanyeol segera menaiki vespa birunya, begitupun juga dengan Baekhyun yang siap berboncengan dengan mas Chanyeol. Ia segera merentangkan tangan bermaksud ingin berpegangan dengan mas Chanyeol.

“Ayo mas Chanyeol jalan” ucap Baekhyun dengan semangat, namun semangatnya luntur seketika.

“Dek, kamu pegangan tas mas aja ya? Jangan pegangan mas”

“Loh kenapa mas Chanyeol?”

“Bukan mukhrim” jawab mas Chanyeol sembari meletakan tas di tengah antara mereka berdua. Sejujurnya Baekhyun merasa sedikit kecewa.

“Mas Chanyeol lupa ya? Adek kan cowo juga mas?” Ucapnya, Chanyeol membeku di buatnya tak tau harus menjawab apa, karena entah mengapa disaat tadi Baekhyun memegang pinggangnya, ia merasa berdebar debar. Ia hanya mencoba untuk mencari alasan.

“Ngga apa apa, buat jaga jaga aja. Pegangan ini dulu ya, pegangannya lain kali” ucapnya lagi. Baekhyun hanya menurut saja, kemudian ia melotot, pipinya merona.

“Berarti nanti nanti adek boleh pegangan mas Chanyeol dong?” Ucap Baekhyun lagi dengan polosnya. Chanyeol yang menyetir hanya diam saja, tak ingin menanggapi pertanyaan Baekhyun.

Tak ada yang tahu bahwa kedua insan tersebut jantungnya sedang berdebar dengan hebatnya.

“Ya Allah, jodohin adek sama Mas Chanyeol. Adek pengen deket mas Chanyeol, pengen di cintai mas Chanyeol. Adek juga pengen pegangan sama mas Chanyeol sepuas adek, kayak tadi Dovan peluk Kai di motor huhu.. Amin”

Baekhyun sedang bersiap diri di kamarnya, hari ini adalah hari penentu dimana ia akan menjadi seorang mualaf. Sesekali ia menghembuskan nafasnya, sejatinya ia merasa berdebar debar akan pilihan hidupnya.

“Adek, udah siap?” Tanya bunda memastikan anaknya, ia melebarkan daun pintu memasuki kamar Baekhyun, duduk memperhatikan Baekhyun yang sedang gelisah.

“Eung adek siap bun, 100% siap. Tapi adek degdegan”

“Bunda dulu juga gitu, tapi bismillah aja bunda yakin pasti lancar”

Baekhyun yang sedang gelisah menghampiri bundanya, memeluknya erat. “Bunda maafin adek ya, dulu pas bunda mau jadi mualaf adek ndak setuju. Bunda sendiri, ndak ditemani adek. Maafin adek”

“Ngga apa apa sayang, kan ada ayah dulu yang nemenin bunda”

“Huffttt sayang banget ayah sekarang ndak nemenin adek, malah sibuk sebel”

“Ngga apa apa, kan ayah pasti doain adek juga. Udah yuk, pasti udah di tungguin di masjid” ucap bunda, Baekhyun menganggukan kepalanya. Mereka bergegas, beriringan dengan Kai dan Dovan.

“Ini gua sama Dovan ntar masuk ke masjid ngga apa apa?” Tanya Kai.

“Ndak tau, kan adek belum belajar banyak”

Mereka melanjutkan perjalanan dengan menaiki mobil, yang dibawa Kai. Tak lama mereka tiba di depan masjid.

“Buseh rame banget, ini kayak udah ngantri sembako” celetuk Kai.

“Bunda ini gimana? Adek makin degdegan bun”

“Tenang, adek baca doa dulu. Tenang ya sayang, tuh liat tuh mas Chanyeol sama yang lain udah nunggu. Yuk turun yuk”

Setelah Baekhyun merasa lebih tenang, ia bersama bunda, Dovan dan Kai turun dari mobil. Tak lupa ia selalu berdoa untuk kelancarannya hari ini, ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam masjid.

“Assalamualaikum, ini pertama kalinya adek masuk rumahMu ya Allah”

Ia tersenyum melihat mas Chanyeol dan teman teman, ada umi dan abi juga. Sejujurnya Baekhyun semakin tegang, karena yang menjadi saksi sebanyak ini. Ia segera duduk di depan pak ustadz selaku orang yang akan membimbing Baekhyun untuk mengikrarkan dua kalimat syahadat.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Hadirin sekalian, terkhusus untuk Baekhyun Gevariel Christian, hari ini insyaAllah satu diantara saudara kita dengan izin Allah, dengan perenungan dan pembelajaran atas yang beliau pahami selama ini, insyaAllah saudara kita akan mengikrarkan dua kalimat syahadat untuk kembali pada agama fitrahnya yaitu agama islam.”

Pak ustadz terus menjelaskan bagaimana ketentuan ketentuan yang harus dijalani, dimana terdapat tiga ketentuan dalam islam sebelum mengikrarkan syahadat, yang pertama tidak ada paksakan dalam memeluk islam.

Kedua, berhubung ayah Baekhyun seorang non islam, apabila Baekhyun diminta ikut kembali ke agama orang tua, boleh menolak dengan catatan harus yang lembut dalam menolaknya, tetapi harus tetap berbakti kepada orang tua dalam urusan dunia, tidak melupakan hubungan kemanusiaan.

Ketiga ibadah.

Baekhyun terus mendengarkan apa yang di ucapkan pak ustadz, ia akan mendengarkan dan mengamalkan apa yang dikatakan pak ustadz.

Hari ini ia merasa bahagia, karena waktu yang ia tunggu tunggu akan terlaksana, ia tidak ada paksaan dari siapapun, ia siap menjalani kehidupan yang barunya.

Bismillahirrahmanirrahim, kalo begitu kita mulai untuk mengikrarkan dua kalimat syahadat. Nak Baekhyun, tolong ikuti saya. Tenang saja, pelan pelan” Baekhyun mengangguk mengiyakan perintah sang ustadz, ia sudah tidak sabar memeluk agama islam. Begitupun Chanyeol, yang sedari tadi memperhatikan wajah Baekhyun.

“Bismillah Hirrahman Nirrahim”

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang”

“Asy-hadu Allaa ilaaha illallaahu wa asy-hadu Anna muhammadan rasuulullah.”

“Saya bersaksi dengan sesungguhnya bahwa tidak ada Tuhan yang layak disembah dan di ibadahi kecuali hanya Allah, dan saya bersaksi dengan sesungguhnya bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah yang terakhir.”

Baekhyun terus mengikuti sang ustadz, sampai akhirnya ia menitikkan air mata, merasa bahagia karena ia telah dilahirkan kembali sebagai seorang muslim.

“Alhamdulillah” ucap semua orang yang ada dimasjid, pak ustadz melanjutkan doa doa. Dan Baekhyun masih terus menitikkan airmatanya.

“Terimakasih ya Allah, adek akan selalu berada dijalanMu. Kalo adek nakal, hukum adek”

Proses mengikrarkan dua kalimat syahadat telah usai dan juga doa doa telah usai, kini bunda langsung memeluk sang putra. Menciumi keningnya, semua terharu, termasuk mas Chanyeol. Ia juga ikut menitikan air mata.

Kedua bola mata mereka bertemu, saling menyapa dalam hati. Tersenyum, menyambut kebahagian yang mungkin akan mereka rasakan kelak.

“Adek mungkin masuk agamaMu karena mencintai seorang hambaMu, tapi jika suatu saat mas Chanyeol menolak adek, adek ndak akan pernah menyesal dengan keputusan adek berada di dalam pelukanmu ya Allah. Karena sejatinya, hati adek sudah bergerak sejak bunda menjadi seorang mualaf.” Ucapnya dalam hati, masih tersenyum memandang mas Chanyeol, dalam pelukan hangat sang bunda.

Baekhyun sedang bersiap diri di kamarnya, hari ini adalah hari penentu dimana ia akan menjadi seorang mualaf. Sesekali ia menghembuskan nafasnya, sejatinya ia merasa berdebar debar akan pilihan hidupnya.

“Adek, udah siap?” Tanya bunda memastikan anaknya, ia melebarkan daun pintu memasuki kamar Baekhyun, duduk memperhatikan Baekhyun yang sedang gelisah.

“Eung adek siap bun, 100% siap. Tapi adek degdegan”

“Bunda dulu juga gitu, tapi bismillah aja bunda yakin pasti lancar”

Baekhyun yang sedang gelisah menghampiri bundanya, memeluknya erat. “Bunda maafin adek ya, dulu pas bunda mau jadi mualaf adek ndak setuju. Bunda sendiri, ndak ditemani adek. Maafin adek”

“Ngga apa apa sayang, kan ada ayah dulu yang nemenin bunda”

“Huffttt sayang banget ayah sekarang ndak nemenin adek, malah sibuk sebel”

“Ngga apa apa, kan ayah pasti doain adek juga. Udah yuk, pasti udah di tungguin di masjid” ucap bunda, Baekhyun menganggukan kepalanya. Mereka bergegas, beriringan dengan Kai dan Dovan.

“Ini gua sama Dovan ntar masuk ke masjid ngga apa apa?” Tanya Kai.

“Ndak tau, kan adek belum belajar banyak”

Mereka melanjutkan perjalanan dengan menaiki mobil, yang dibawa Kai. Tak lama mereka tiba di depan masjid.

“Buseh rame banget, ini kayak udah ngantri sembako” celetuk Kai.

“Bunda ini gimana? Adek makin degdegan bun”

“Tenang, adek baca doa dulu. Tenang ya sayang, tuh liat tuh mas Chanyeol sama yang lain udah nunggu. Yuk turun yuk”

Setelah Baekhyun merasa lebih tenang, ia bersama bunda, Dovan dan Kai turun dari mobil. Tak lupa ia selalu berdoa untuk kelancarannya hari ini, ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam masjid.

“Assalamualaikum, ini pertama kalinya adek masuk rumahMu ya Allah”

Ia tersenyum melihat mas Chanyeol dan teman teman, ada umi dan abi juga. Sejujurnya Baekhyun semakin tegang, karena yang menjadi saksi sebanyak ini. Ia segera duduk di depan pak ustadz selaku orang yang akan membimbing Baekhyun untuk mengikrarkan dua kalimat syahadat.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Hadirin sekalian, terkhusus untuk Baekhyun Gevariel Christian, hari ini insyaAllah satu diantara saudara kita dengan izin Allah, dengan perenungan dan pembelajaran atas yang beliau pahami selama ini, insyaAllah saudara kita akan mengikrarkan dua kalimat syahadat untuk kembali pada agama fitrahnya yaitu agama islam.”

Pak ustadz terus menjelaskan bagaimana ketentuan ketentuan yang harus dijalani, dimana terdapat tiga ketentuan dalam islam sebelum mengikrarkan syahadat, yang pertama tidak ada paksakan dalam memeluk islam.

Kedua, berhubung ayah Baekhyun seorang non islam, apabila Baekhyun diminta ikut kembali ke agama orang tua, boleh menolak dengan catatan harus yang lembut dalam menolaknya, tetapi harus tetap berbakti kepada orang tua dalam urusan dunia, tidak melupakan hubungan kemanusiaan.

Ketiga ibadah.

Baekhyun terus mendengarkan apa yang di ucapkan pak ustadz, ia akan mendengarkan dan mengamalkan apa yang dikatakan pak ustadz.

Hari ini ia merasa bahagia, karena waktu yang ia tunggu tunggu akan terlaksana, ia tidak ada paksaan dari siapapun, ia siap menjalani kehidupan yang barunya.

Bismillahirrahmanirrahim, kalo begitu kita mulai untuk mengikrarkan dua kalimat syahadat. Nak Baekhyun, tolong ikuti saya. Tenang saja, pelan pelan” Baekhyun mengangguk mengiyakan perintah sang ustadz, ia sudah tidak sabar memeluk agama islam. Begitupun Chanyeol, yang sedari tadi memperhatikan wajah Baekhyun.

“Bismillah Hirrahman Nirrahim”

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang”

“Asy-hadu Allaa ilaaha illallaahu wa asy-hadu Anna muhammadan rasuulullah.”

“Saya bersaksi dengan sesungguhnya bahwa tidak ada Tuhan yang layak disembah dan di ibadahi kecuali hanya Allah, dan saya bersaksi dengan sesungguhnya bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah yang terakhir.”

Baekhyun terus mengikuti sang ustadz, sampai akhirnya ia menitikkan air mata, merasa bahagia karena ia telah dilahirkan kembali sebagai seorang muslim.

“Alhamdulillah” ucap semua orang yang ada dimasjid, pak ustadz melanjutkan doa doa. Dan Baekhyun masih terus menitikkan airmatanya.

“Terimakasih ya Allah, adek akan selalu berada dijalanMu. Kalo adek nakal, hukum adek”

Proses mengikrarkan dua kalimat syahadat telah usai dan juga doa doa telah usai, kini bunda langsung memeluk sang putra. Menciumi keningnya, semua terharu, termasuk mas Chanyeol. Ia juga ikut menitikan air mata.

Kedua bola mata mereka bertemu, saling menyapa dalam hati. Tersenyum, menyambut kebahagian yang mungkin akan mereka rasakan kelak.

“Adek mungkin masuk agamaMu karena mencintai seorang hambaMu, tapi jika suatu saat mas Chanyeol menolak adek, adek ndak akan pernah menyesal dengan keputusan adek berada di dalam pelukanmu ya Allah. Karena sejatinya, hati adek sudah bergerak sejak bunda menjadi seorang mualaf.” Ucapnya dalam hati, masih tersenyum memandang mas Chanyeol, dalam pelukan hangat sang bunda.

Baekhyun sedang bersiap diri di kamarnya, hari ini adalah hari penentu dimana ia akan menjadi seorang mualaf. Sesekali ia menghembuskan nafasnya, sejatinya ia merasa berdebar debar akan pilihan hidupnya.

“Adek, udah siap?” Tanya bunda memastikan anaknya, ia melebarkan daun pintu memasuki kamar Baekhyun, duduk memperhatikan Baekhyun yang sedang gelisah.

“Eung adek siap bun, 100% siap. Tapi adek degdegan”

“Bunda dulu juga gitu, tapi bismillah aja bunda yakin pasti lancar”

Baekhyun yang sedang gelisah menghampiri bundanya, memeluknya erat. “Bunda maafin adek ya, dulu pas bunda mau jadi mualaf adek ndak setuju. Bunda sendiri, ndak ditemani adek. Maafin adek”

“Ngga apa apa sayang, kan ada ayah dulu yang nemenin bunda”

“Huffttt sayang banget ayah sekarang ndak nemenin adek, malah sibuk sebel”

“Ngga apa apa, kan ayah pasti doain adek juga. Udah yuk, pasti udah di tungguin di masjid” ucap bunda, Baekhyun menganggukan kepalanya. Mereka bergegas, beriringan dengan Kai dan Dovan.

“Ini gua sama Dovan ntar masuk ke masjid ngga apa apa?” Tanya Kai.

“Ndak tau, kan adek belum belajar banyak”

Mereka melanjutkan perjalanan dengan menaiki mobil, yang dibawa Kai. Tak lama mereka tiba di depan masjid.

“Buseh rame banget, ini kayak udah ngantri sembako” celetuk Kai.

“Bunda ini gimana? Adek makin degdegan bun”

“Tenang, adek baca doa dulu. Tenang ya sayang, tuh liat tuh mas Chanyeol sama yang lain udah nunggu. Yuk turun yuk”

Setelah Baekhyun merasa lebih tenang, ia bersama bunda, Dovan dan Kai turun dari mobil. Tak lupa ia selalu berdoa untuk kelancarannya hari ini, ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam masjid.

“Assalamualaikum, ini pertama kalinya adek masuk rumahMu ya Allah”

Ia tersenyum melihat mas Chanyeol dan teman teman, ada umi dan abi juga. Sejujurnya Baekhyun semakin tegang, karena yang menjadi saksi sebanyak ini. Ia segera duduk di depan pak ustadz selaku orang yang akan membimbing Baekhyun untuk mengikrarkan dua kalimat syahadat.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Hadirin sekalian, terkhusus untuk Baekhyun Gevariel Christian, hari ini insyaAllah satu diantara saudara kita dengan izin Allah, dengan perenungan dan pembelajaran atas yang beliau pahami selama ini, insyaAllah saudara kita akan mengikrarkan dua kalimat syahadat untuk kembali pada agama fitrahnya yaitu agama islam.”

Pak ustadz terus menjelaskan bagaimana ketentuan ketentuan yang harus dijalani, dimana terdapat tiga ketentuan dalam islam sebelum mengikrarkan syahadat, yang pertama tidak ada paksakan dalam memeluk islam.

Kedua, berhubung ayah Baekhyun seorang non islam, apabila Baekhyun diminta ikut kembali ke agama orang tua, boleh menolak dengan catatan harus yang lembut dalam menolaknya, tetapi harus tetap berbakti kepada orang tua dalam urusan dunia, tidak melupakan hubungan kemanusiaan.

Ketiga ibadah.

Baekhyun terus mendengarkan apa yang di ucapkan pak ustadz, ia akan mendengarkan dan mengamalkan apa yang dikatakan pak ustadz.

Hari ini ia merasa bahagia, karena waktu yang ia tunggu tunggu akan terlaksana, ia tidak ada paksaan dari siapapun, ia siap menjalani kehidupan yang barunya.

Bismillahirrahmanirrahim, kalo begitu kita mulai untuk mengikrarkan dua kalimat syahadat. Nak Baekhyun, tolong ikuti saya. Tenang saja, pelan pelan” Baekhyun mengangguk mengiyakan perintah sang ustadz, ia sudah tidak sabar memeluk agama islam. Begitupun Chanyeol, yang sedari tadi memperhatikan wajah Baekhyun.

“Bismillah Hirrahman Nirrahim”

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang”

“Asy-hadu Allaa ilaaha illallaahu wa asy-hadu Anna muhammadan rasuulullah.”

“Saya bersaksi dengan sesungguhnya bahwa tidak ada Tuhan yang layak disembah dan di ibadahi kecuali hanya Allah, dan saya bersaksi dengan sesungguhnya bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah yang terakhir.”

Ikrar Baekhyun terus mengikuti sang ustadz, sampai akhirnya ia menitikkan air mata, merasa bahagia karena ia telah dilahirkan kembali sebagai seorang muslim.

“Alhamdulillah” ucap semua orang yang ada dimasjid, pak ustadz melanjutkan doa doa. Dan Baekhyun masih terus menitikkan airmatanya.

“Terimakasih ya Allah, adek akan selalu berada dijalanMu. Kalo adek nakal, hukum adek”

Proses mengikrarkan dua kalimat syahadat telah usai dan juga doa doa telah usai, kini bunda langsung memeluk sang putra. Menciumi keningnya, semua terharu, termasuk mas Chanyeol. Ia juga ikut menitikan air mata.

Kedua bola mata mereka bertemu, saling menyapa dalam hati. Tersenyum, menyambut kebahagian yang mungkin akan mereka rasakan kelak.

“Adek mungkin masuk agamaMu karena mencintai seorang hambaMu, tapi jika suatu saat mas Chanyeol menolak adek, adek ndak akan pernah menyesal dengan keputusan adek berada di dalam pelukanmu ya Allah. Karena sejatinya, hati adek sudah bergerak sejak bunda menjadi seorang mualaf.” Ucapnya dalam hati, masih tersenyum memandang mas Chanyeol, dalam pelukan hangat sang bunda.

Hari ini adalah hari minggu, dimana Baekhyun harus beribadah ke gereja, seorang diri, karena bundanya sudah menjadi mualaf lima bulan ini. Dan ayahnya di Jakarta, untuk menjadi mualaf ayahnya sudah mengizinkan karena apapun yang membuat Baekhyun bahagia ia akan ikut bahagia.

“Bun, adek ke gereja ya?”

“Sarapan dulu sayang”

“Nanti aja bun, adek belum laper. Sepeda adek belum bener ya bun?”

“Belum dek, adek jalan kaki sendiri ngga apa apa? Kai sama Dovan masih molor, semalam begadang nonton bola sama bunda, kamu malah asik tidur katanya mau belajar nyenengin suami” Tanya bunda, sembari membelai rambut nan halus anaknya. “Hehe adek ngantuk. Ya udah adek berangkat, ndak apa apa ko bun adek jalan, kan deket gerejanya”

Baekhyun berpamitan, ia berjalan keluar rumah membuka gerbang rumahnya. Bertepatan dengan Chanyeol yang juga sedang membuka gerbang rumahnya dengan baju koko abu abunya, mereka saling menatap sembari tersenyum.

“Selamat pagi mas”

“Pagi, mau kemana pagi pagi gini?”

“Hari ini hari minggu mas, saya mau beribadah.” Chanyeol hanya diam mematung mendenger perkataan Baekhyun, ia lupa bahwasannya Baekhyun adalah seorang yang berbeda agama. “Mas mau kemana? Sudah rapih seperti ini”

“Oh, eh saya mau ke masjid. Mau bareng? Kebetulan searah kan? Masjid dan gereja saling berhadapan”

“Hmm boleh mas”

Ada keheningan di dalam perjalanan mereka menuju tujuan masing-masing. Saling membatin.

“Ya Allah saya sudah manasin motor, kenapa malah jalan kaki ya” menggeleng gelengkan, merasa dirinya bodoh. Berbeda dengan Baekhyun yang diam diam melirik seseorang yang disampingnya “Mas Chanyeol dari sini ganteng banget yaa hihi, adek gemes. Mana tinggi banget kayak tiang hihi”

Baekhyun terus memikirkan hal hal random, sembari sesekali memainkan tangannya. Tak terasa perjalanan mereka berdua telah sampai di depan masjid dan gereja.

“Mas udah sampai, kalo gitu adek masuk ke gereja ya mas. Selamat pagi” ucap Baekhyun sambil tersenyum dengan cantiknya, iapun memasuki gerejanya. Chanyeol hanya berdiri mematung menatap kepergian Baekhyun yang memasuki gereja. Chanyeol ikut tersenyum setelah ia pergi. “Selamat pagi Alil, selamat beribadah”

Baekhyun berjalan kemudian ia bersimpuh di hadapan Tuhannya, memohon ampun dalam setiap perbuatan dan langkah yang akan ia ambil. Menangis dalam diam, bersyukur atas karunia Tuhan.

“Tuhan sebelumnya adek mohon maaf. Adek bersyukur ada berada dijalanMu, tapi seiring berjalannya waktu dimana adek mengenal sosok lelaki yang telah meruntuhkan dinding pertahanan adek, adek goyah, adek jatuh hati. Adek jatuh hati terlalu dalam. Hari ini adek dan mas Chanyeol berjalan beriringan, dengan tujuan yang berbeda. Saya ke gereja dan mas Chanyeol ke masjid. Adek harap suatu saat nanti kita berdua bisa berjalan beriringan dengan tujuan yang sama.” Baekhyun terus bersimpuh, sesekali mengelap air matanya yang berjatuhan.

“Maafin adek, adek menduakanMu. Adek mencintai mas Chanyeol, dan maaf Tuhan ini memang pilihan berat. Adek sudah berpikir berhari-hari, adek merasa nyaman dengan agama mereka, adek sudah merasa yakin dengan pilihan adek.. dan ini terakhir adek beribadah di rumahMu Tuhan. Karena mulai esok dan seterusnya adek sudah bersiap diri untuk merubah pilihan hidup adek. Sekali lagi maafin adek, terimakasih sudah memberi kasih terhadap hidup adek” ucap Baekhyun menitikan air matanya.

Baekhyun melangkahkan kakinya menuju kamar sang bunda, setelah berpikir akhir akhir ini tentang yang ia yakini akan memulai hidupnya yang baru. Ia akan berusaha untuk izin ke bundanya terlebih dahulu.

“Bunda..” ucapnya sambil mengetok pintu, ia langsung memasuki kamar, menghampiri bundanya yang sehabis sholat.

“Adek kenapa?” Ucap bunda, sembari melipat mukena putih dan sajadahnya.

“Bun, adek sudah yakin dengan pilihan adek. Adek udah memantapkan hati adek untuk menjadi seorang mualaf”

Bunda yang sedari tadi melipat mukenanya, langsung berhenti ia langsung fokus dengan apa yang akan di bicarakan Baekhyun “Adek sudah yakin dengan pilihan adek?”

Baekhyun menganggukan kepalanya, menatap bundanya dengan keseriusan pada dirinya “Adek yakin bun”

“Tapi apa ini karena pilihan dari hati adek? Bukan karena adek suka mas Chanyeol?”

“Huftt, jujur awalnya memang karena adek suka sama mas Chanyeol, tapi bun lama kelamaan, setiap adek dengar bunda ngaji, mas Chanyeol ngaji, ada ketenangan dalam jiwa adek. Adek merasa badan adek, hati adek bereaksi lebih, adek belum pernah merasakan hal ini sebelumnya. Adek suka dengan suara adzan yang berkumandang, adek suka dengan gerakan gerakan sholat, adek juga pengen menggunakan baju koko kayak mas Chanyeol, mas Sehun dan yang lainnya” ucap Baekhyun mulai berkaca kaca, bundapun menangis tak menyangka anaknya mendapat hidayah seperti ini.

“Jujur adek sedih bun, setiap makan dengan bunda atau mas Chanyeol, beda doa bun. Bunda dan mas Chanyeol berdoa untuk Allah, sedangkan adek dengan Tuhan Yesus. Bunda mengucapkan amin, sedangkan adek mengucapkan ameen. Bunda dan mas Chanyeol ke masjid, sementara adek ke gereja. Bunda pegang tasbih, sementara adek pegang rosario. Adek tahu, perbedaan itu indah bun. Tapi perbedaan ini juga menyiksa adek, adek pengen sama bun. Adek pengen sama seperti bunda, sama dengan mas Chanyeol juga.”

“Adek... adek.. sedih bun..Adek ingin masuk agama islam. Adek ingin menjadi seorang mualaf” lanjutnya masih sesegukan menangis.

Bunda segera memeluk Baekhyun, sama sama menangis. “Masyaallah, alhamdulillah.. Terimakasih ya Allah, terimakasih. Bunda senang, bunda senang adek sudah mendapatkan hidayah” ucap syukur berkali kali bunda ucapkan, sambil sekali kali mengecup anak semata wayangnya.

“Bunda beneran seneng kan? Tapi adek takut ayah kecewa sama adek bun”

“Bunda tentu seneng, akhirnya adek mendapat hidayah. Ayah mungkin kecewa, tapi kan adek sudah dewasa. Sudah paham mana yang baik untuk adek mana yang ngga. Adek bilang ke ayah ya? Izin sama ayah”

“Iya bun, tapi ayah beneran ndak akan marah sama adek kan bun?”

“Ini hidup kamu sayang, pilihanmu. Ayah ngga akan marah”

“Terimakasih bunda, adek sayang bunda, tapi sebelum itu izinin adek ke gereja bun? Boleh? Adek mau izin sama Tuhan.” Bunda mengangguk, mereka masih berpelukan, tak tahu bahwa sepasang laki laki sedang berpelukan juga ikut menangis di balik pintu ikut terharu, si Dovan dan Kai.

Setelah membeli pop ice, Baekhyun melanjutkan perjalanannya menggowes sepeda dengan riang gembira. Ia melihat pohon yang pernah ia tabrak, menghentikan gowesan kemudian ia memandang pohon tersebut ia duduk di bersender dibawah pohon rindang itu sambil meminum pop icenya.

“Kapan ya adek bisa sama mas Chanyeol?” Monolognya sembari menatap hamparan luas langit.

“Prakk..ketoprak..toprakk”  abang ketoprak lewat di depannya sembari melirik Baekhyun yang sedang menatapnya juga seolah berpikir.

“Eung bang ketoprak dong”

“Pedes ngga neng?”

“Ndak, cabenya satu aja. Adek tuh cowo ya” ucap adek menggerutu.

“Cowo ko cantik neng neng” ucap abang ketoprak sambil membuatkan ketoprak, Baekhyun yang sedang malas meladeni hanya diam saja menunggu pesanan.

Berapa menit kemudian ketoprak pun jadi, si abang memberikan piring itu, Baekhyun meraihnya tak lupa mengucapkan terimakasih. Si abang ikut duduk di samping Baekhyun di bawah pohon rindang.

“Lah abang ngapain duduk disamping adek?”

“Lah eneng ngapain makan ketoprak pake piring saya?”

“Ya kan adek beli, masa pake daun makannya”

“Ya saya nunggu piring sama duitnya, gimana sih neng neng” ucap abang ketoprak, si abang memperhatikan Baekhyun dari atas sampai bawah “Eneng tuh yang waktu itu goleran depan rumah kayak orang gila ya?”

Baekhyun yang di bilang orang gila langsung menatap horor si tukang ketoprak, “Enak aja, adek masih waras!!”

“Selo neng seloooo, lagi neng cakep cakep kayak orang aneh” Baekhyun yang sedang menikmati makanannya hanya menengok manatap abang tukang ketoprak dengan jengah, si abang hanya menyengir menunjukkan giginya yang sudah ompong satu. Baekhyun terus menikmati ketopraknya dengan lahap “Ini ketoprak enak banget deh, jangan kasih tau abangnya nanti kesenengan hihi”

Allaahu Akbar, Allaahu Akbar (2x) Asyhadu allaa illaaha illallaah. (2x)

Baekhyun yang sedang melahap ketoprak seketika berhenti mengunyah mendengarkan suara adzan yang begitu indah dan merdunya, ia tau siapa suara di balik adzan ini. Ia terus menikmati, memejamkan matanya.

“Neng..neng.. ngga kesambet kan neng? Ko diem aja?” Ucap abang ketoprak.

“Bang, ini adzannya indah banget bang. Adek ngerasa tenang” ucap Baekhyun, membuka matanya menitikkan air matanya. Si abang yang melihat bingung dengan kelakuan si manusia aneh menurutnya.

“Ya memang adzan tuh bikin tenang, apalagi ini yang adzan anaknya pak RT, wajahnya suaranya cakep betullll”

“Bang.. kenapa adek nonis ya?”

“Ya mana saya tau, tanyakan sama orang tuamu, kenapa mereka nonis. Lagi eneng nanyanya random banget”

“Huftttt.. Tapi bunda saya mualaf.. Bang kalo adek pindah agama gimana bang?”

“Ya ngga gimana gimana, kalo pindah ya Alhamdulillah. Tapi yakini apa yang seharusnya kamu yakini, kalo eneng bahagia dengan pilihan eneng ya itu lanjutkan. Saya hanya mendoakan apa yang terbaik saja. Kalo eneng dapat hidayah Alhamdulillah. Alasannya apa?”

“Karena adek mencintai hamba Allah, bukan hamba Tuhan” monolognya dalam hati, kemudian ia mengalihkan tatapannya ke langit.

“Karena cinta?” Tanya abang ketoprak sekali lagi. Kayaknya abang ketoprak ini cenayang, pikir Baekhyun.

“Bisa di bilang seperti itu bang”

“Saya pikir pindah agama karena cinta ngga apa apa, mungkin eneng dapat hidayahnya lewat itu. Tapi jangan sekali kali eneng mempermainkan agama karena seseorang”

Baekhyun mengangguk anggukan memahami perkataan abang ketoprak, “Bang, ko pinter? Makasih ya adek ngerti sekarang” Baekhyun mengusap air matanya, kembali melahap ketoprak lagi dengan nikmat.

“Dasar anak jaman sekarang, random banget” ucap tukang ketoprak dalam hati.