cassiyopeia

ー Akhir hubungan

Sania mengajak Doyoung bertemu di suatu taman pada malam hari jam 7 untuk meluruskan suatu hal yang memang ia rasa perlu dilakukan.

“Udah nunggu lama?” Tanya Doyoung seraya mengusap lembut surai hitam panjang milik wanitanya. Membuat Sania menoleh ke arah sang Adam yang masih selalu dipujanya hingga detik ini.

“Belum, baru sekitar 5 menit yang lalu.” Sania tidak berbohong. Ia memang baru menunggu Doyoung selama 5 menit.

Doyoung hanya mengangguk sebagai jawaban lalu duduk di ayunan yang berada di sisi kanan Sania.

Malam ini langit malam bertabur bintang dan bulan yang menerangi gelapnya suasana kota Jakarta.

Angin malam berhembus membuat Sania sedikit menggigil kedinginan namun, Doyoung asik menatap sang Rembulan dan berbagai macam rasi bintang. Membuatnya ingat akan seseorang yang menyukai hal-hal tentang benda – benda langit.

Renjun.

“Sania, itu rasi bintang cassieopeia.” Tunjuk Doyoung kepada kekasihnya. Ujung jarinya mengarah ke atas menunjuk sebuah gugusan bintang yang terlihat seperti huruf 'w'

“Lalu yang itu cygnus.”

“Yang itu scorpio.”

“Yang itu-. Eh kamu dengerin aku kan?” Doyoung menoleh ke arah Sania setelah sadar bahwa wanitanya tidak menanggapi apapun.

Sania hanya tersenyum.

“Sejak kapan suka rasi bintang? Bukannya dulu waktu SMA ada acara nonton rasi bintang kamu selalu gak mau ikut?”

Doyoung membeku mendengar penjelasan Sania. Ia tidak dapat menjawabnya.

Doyoung juga tidak tahu sejak kapan ia mulai membaca buku dan tertarik dengan ilmu astronomi.

“Doy, aku kenal kamu kurang lebih 9 tahun, dan aku jadi kekasihmu selama 4 tahun.” Sania mulai membuka percakapan diantara keduanya.

Percakapan yang seharusnya ia lakukan sejak beberapa hari yang lalu.

“Aku merasa ada sesuatu perubahan besar sama kamu. Aku senang akan perubahan itu karena aku akan selalu mendukungmu. Namun, entah kenapa perubahan yang terjadi padamu seolah membuat ada jarak diantara kita.” Genggaman Sania mengerat pada penyangga besi ayunan yang dinaikinya.

Doyoung terdiam dan hanya menatap wanita itu. Ia memberikan waktu untuk Sania berbicara.

“Salah satu perubahannya adalah, pancaran kedua netramu saat menatapku dan saat menatap mahasiswamu.”

“Kamu menatap mahasiswamu dengan penuh antusias dan rasa tertarik yang sangat dalam. Sedangkan ke aku, kamu menatapku seperti kamu menatap Johnny, Yuta, atau Jeffri.”

“Aku gak-”

“Aku belum selesai.” Doyoung kembali diam saat Sania menyela ucapan Doyoung.

“Hari ini adalah hari jadi kita yang ke-4 tahun. Aku masih ingat, saat itu di sini pada malam hari kamu bilang kalo kamu cinta dan ingin aku jadi pacarmu.”

Doyoung menunduk. Ia sungguh lupa tentang hari ini. Akhir-akhir ini dirinya sangat sibuk mengurus materi dan Renjun yang tengah terkapar di rumah sakit.

“Aku paham tentang kesibukanmu tapi aku gak pernah ngerti kenapa kamu selalu antusias cerita tentang Renjun ketika kita lagi berdua?”

Telak, pukulan telak dilayangkan oleh Sania kepada Doyoung.

Doyoung ingat ia selalu cerita tentang segala tingkah laku yang Renjun lakukan kepada Sania bahkan di saat mereka tengah makan.

“Hingga akhirnya aku sadar kalo kamu suka sama yang lain. Jatuh cinta sama yang lain.”

“Hati kamu udah bukan punyaku.” lanjut Sania.

“Aku gak cinta sama Renjun.” kilah Doyoung, namun matanya menyorot ragu saat mengatakan itu.

Sania tersenyum, tampak cantik dan anggun. Namun, tidak berdampak apapun terhadap Doyoung.

“Berhenti menolak perasaanmu. Kamu mencintainya Doy. Kamu mencintai mahasiswamu yang bernama Renjun.”

“Di saat kamu tahu kalo Renjun sakit kamu cepat tanggap untuk merawatnya dan menunggunya.” lirih Sania di akhir kalimatnya.

“Kamu bahkan tidak pernah melakukan itu untukku.” Sania menunduk dan mengatur nafasnya agar pertahanan dirinya tidak runtuh.

“San” Panggil Doyoung lembut.

“Aku masih mencintaimu hingga detik ini Doy, namun sekarang cintamu bukan untukku.” Tutur Sania tak menghiraukan panggilan Doyoung.

“Malam ini, di tempat yang membuat kita menjadi sepasang kekasih, aku akan membuatnya menjadi tempat di mana kita kembali di titik awal. Menjadi seorang Sania, sahabat Doyoung.”

Doyoung diam.

“Menjadi homoseksual bukanlah aib, bukanlah suatu penyakit. Semua itu didasarkan cinta. Cinta itu murni Doy.”

Lagi dan lagi Doyoung hanya terdiam.

Ia kalah telak dengan karma yang datang untuk menjemputnya lebih awal.

Mungkin Yuta akan menertawakannya.

Doyoung terenyuh menatap wanita yang saat ini berganti status menjadi sahabat.

“Pulanglah, Renjun menunggumu. Kamu selalu menolaknya, namun, di sisi lain kamu menahannya, seakan memberi harapan. Renjun pasti bingung dengan ketidakjelasan hubungan kalian.”

Doyoung menarik nafas dan menghembuskannya kasar. Sania ini kekasihnya yang sangat hebat. Di saat tersakiti oleh prianya masih tetap berbaik hati untuk menunjukkan kebenaran tentang cinta dan keraguan yang dialami oleh Doyoung.

“Jangan menolak Renjun. Kalian saling mencintai satu sama lain. Jika kamu terus bersamaku maka ada 3 hati yang tersakiti. Hatimu, hati Renjun, dan hatiku karena kebohonganmu.” Penuturan Sania yang terakhir membuat sekelabat bayangan tentang Renjun berkeliaran di pikiran Doyoung.

Benar, Doyoung telah jatuh begitu dalam kepada pemuda manis yang saat ini menjadi mahasiswanya. Dan ia tidak mungkin terus-terusan untuk selalu berbohong kepada Sania.

Tidak akan bisa mulutnya untuk berkata aku mencintaimu ketika hati memilih yang lain.

“Aku minta maaf karena telah menyakitimu. Kamu benar, aku mencintainya. Entah sejak kapan Renjun berubah menjadi pusat duniaku. Terimakasih telah menyadarkanku.” Jelas Doyoung lalu beranjak dari duduknya diikuti Sania.

“Bolehkah aku memelukmu untuk terakhir kalinya?” tanya Sania.

“Tentu. Kamu boleh memelukku kapanpun walau kita telah menjadi teman seperti dulu.” Balas Doyoung.

Doyoung mendekat ke arah Sania lalu merengkuh tubuh wanita itu sebagai salam perpisahan. Pelukan itu tidak berlangsung lama. Setelahnya ia pergi meninggalkan Sania sendiri di taman lalu pergi menuju di mana Renjun berada untuk meluruskan segalanya.

Sania kembali duduk di ayunannya dan menatap kepergian Doyoung.

“Butuh ini?” tawar seseorang menunjukkan sebungkus tissue pack besar kepada Sania.

“Yuta?”

“Ya. Ini gua.”

“Gua di sini, kalo lu butuh temen nangis. Jangan ditahan, gua tahu lu susah payah nahan nangis dari awal.”

Sania ketawa.

Cantik kalau kata Yuta.

“Udah dari kemaren aku nangisin Doyoung mulu. Dah cape.” Dengus Sania di akhir.

“Gua tahu kok. Sania wanita hebat dan kuat” Yuta mengusap dan menepuk kepala wanita yang selama 7 tahun ini dicintainya dalam diam.

“Makasih. Ngomong-ngomong, aku laper.”

“Yaudah gua traktir deh. Apa aja asal jangan yang mahal-mahal. Gua ga sekaya Doyoung soalnya.”

“Pengen nasi goreng di pedagang kaki lima.” jawab Sania membuat Yuta tersenyum.

Sania, wanita cantik, anggun, pintar dan dengan segala kesederhanaannya selalu berhasil membuat hati seorang Yuta menghangat dan jatuh cinta untuk kesekian kalinya.

“Gass!” Ajakan semangat Yuta layangkan. Membuat kekehan lolos dari kedua ranum Sania.

Bagi Sania akhir bukanlah segalanya. Bagi Yuta ini adalah awal dari segalanya. Bagi Doyoung, Renjun akan menjadi awal dan akhir baginya di kehidupan baru yang akan ia lalui.

ー Fin.

ー Balikan

Jaehyun hanya duduk diam mengamati Renjun dan Mark yang tengah mengobrol serius.

Harusnya ia yang ada di posisi Mark.

Jaehyun menghela nafas lelah dan memilih masuk ke dalam kamarnya. Mengabaikan Renjun dan Mark yang asik berbincang, serta Yuta yang tengah asik bergosip ria di grup chat dengan member lain.

Tanpa Jaehyun sadari, Renjun sesekali meliriknya dan setelah pria bermarga Jung memasuki kamarnya, Renjun berpamitan kepada Mark untuk menyusul Jaehyun.

Jaehyun duduk di kursi, lalu jemari tangannya menekan tuts keyboard di sana. Ia memainkan sebuah nada acak namun, tetap terdengar indah di rungu Renjun.

Renjun berjalan mendekat secara perlahan agar tidak mengganggu kegiatan mantan kekasihnya.

Hari ini Renjun mengenakan pakaian yang sama saat digunakan untuk pemotretan Candylab.

Sebuah usapan lembut dirasa oleh pria bermarga Jung di pundaknya. Ia menoleh lalu menatap bahwa Renjun berdiri di belakangnya.

“Huang Renjun?” Seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya, Jaehyun menggumamkan nama Renjun yang masih terdengar jelas di indra pendengaran pemuda china itu.

Renjun hanya tertawa pelan lalu mengangguk. Jemari indahnya bergerak mengusap surai milik pria yang pernah menjadi dominannya.

Jaehyun menghentikan permainan musiknya dan memilih menikmati elusan di kepalanya.

Sudah begitu lama ia tidak merasakannya. Mereka putus begitu saja karena Renjun yang menginginkan. Sedangkan Jaehyun hanya bisa mengiyakan tanpa tanya ‘kenapa?’

“Lama tidak bertemu, Hyung.” Sapa Renjun membuka obrolan lalu menarik sebuah kursi untuk duduk di sebelah Jaehyun.

“Hyung apa kabar?”

“Baik. Bagaimana denganmu?”

“Seperti yang kamu liat, aku juga baik.” Jawab Renjun lalu tersenyum lebar. Membuat Jaehyun sedikit merengut tidak suka.

“Bisa move on sih ya. Jadi baik-baik aja.” Sebuah sindiran halus terlontar dari bibir tebal sang dominan membuat sang submisif terkekeh.

“Udah punya pacar baru?” kali ini Jaehyun bertanya dengan sedikit berharap.

Renjun menggelengkan kepalanya. Ia sedang malas untuk menjalin sebuah ikatan. Dirinya hanya sedang berfokus untuk mencapai puncak karir yang diimpikan.

Setelah ia memutuskan untuk mengakhiri ikatan dengan Jaehyun, beberapa member NCT terlihat dengan gamblang mendekatinya. Namun, semuanya ia tolak secara halus.

“Gak hyung, soalnya Jaehyun hyung gak mau pergi dari pikiran aku sih.” Guraunya yang tanpa sadar membuat Jaehyun bersorak dalam hati dan membuat pengharapan lebih besar.

“Ingin mencoba kembali? Aku masih mencintaimu.” Ujaran dengan nada dan mimik serius tercetak dengan jelas pada ekspresi Jaehyun.

Renjun tahu, walau setelah mereka putus pun Jaehyun selalu memperhatikannya dalam diam, Jaehyun terlihat canggung karena tidak tahu harus bersikap bagaimana ketika menghadapi mantan kekasih yang masih dicinta hingga saat ini.

“Aku ingin, tapi aku harus berfokus mengejar mimpiku, hyung.” tutur Renjun lalu menundukkan kepalanya untuk menghindari tatapan elang dari netra kelam yang selalu menjadi kelemahannya. Jemari tangan Renjun saling bertautan tanda ia mulai gugup saat ini.

“Aku mengerti. Akhirnya aku tahu kenapa Renjun memutuskan untuk berakhir dengan Jung Moomin.” Jaehyun kembali menatap keyboardnya dan meneka tuts-tuts itu. Kali ini ia tidak memainkan nada acak, melainkan ia memainkan sebuah lagu milik Henry berjudul It's You.

Renjun mendengarkan permainan keyboard milik Jaehyun dengan vokal yang apik.

Suara yang selalu membuatnya tenang walau hanya berbincang melalui panggilan karena kesibukan keduanya.

Jaehyun begitu menghayati permainan dan nyanyiannya hingga akhir. Setelah itu menatap kembali kepada pria cantik yang masih duduk di sana menatap permainan musiknya.

“Aku tidak akan menghalangi mimpimu. Karena aku juga memiliki mimpi. Salah satunya meniti ke puncak bersamamu. Tapi kalau Renjunnie tidak mau ya Jaehyun juga tidak bisa memaksa.” Tuturnya dengan senyuman manis tak lupa kedua lesung pipi tercetak di wajahnya.

Renjun tersadar, selama ini Jaehyun tidak pernah menghalangi karirnya. Laki-laki itu selalu mendukungnya, mendukung setiap keputusan, mimpi dan keinginannya.

Renjun menghambur ke dalam pelukan Jaehyun yang dengan senang hati ia membalasnya.

Menghirup aroma yang telah lama dirindukan.

Saling melepas rindu dan menyalurkan setiap perasaan yang dimiliki.

Renjun melepas pelukan lalu kembali menatap sang wira dengan wajah rupawan di hadapannya.

“Maafkan aku, aku begitu egois. Aku hanya berfikir tentang diriku.” Sesalnya dengan wajah tertunduk.

“Sstt... Bukan masalah. Yang jelas Renjunnie mau kembali sama Jaehyun?” Tanyanya sekali lagi yang dibalas anggukan dari yang lebih muda.

Jaehyun menangkup kedua pipi gembil milik Renjun dan mengusapnya lembut dengan ibu jari. Ditatapnya netra kelam milik Renjun yang sangat indah.

Keduanya saling mendekatkan wajah, mengikis jarak dan mulai mencium bibir satu sama lain.

Awalnya hanya berupa kecupan-kecupan lembut hingga sang dominan mulai menuntut dalam ciumannya.

Tangan kekar itu mulai bergerak untuk mengusap tubuh mungil dan sexy milik Renjun.

Dan dalam sekali gerakan, Renjun berpindah duduk di atas pangkuannya tanpa melepas pagutan di bibirnya.

Renjun melingkarkan kedua tangannya di leher Jaehyun.

Matanya terpejam, bibirnya berusaha mengimbangi setiap cumbuan yang diberikan oleh pemuda Jung itu.

Usapan tangan Jaehyun berhenti di kedua pantat sintal milik Renjun, tangannya meremas dari balik celana kain yang dikenakan kekasihnya.

“Nnhhh...” Desah Renjun tertahan karena bibirnya masih disesap oleh kekasihnya.

Jaehyun melumat dan menghisap bibir Renjun dengan penuh nafsu, sesekali lidahnya mengajak lidah Renjun untuk saling membelit.

Mereka saling mencumbu dan menggoda satu sama lain hingga lelehan saliva menetes dari sudut bibir Renjun turun ke lehernya yang masih terikat dengan sebuah dasi.

Renjun melepas pagutan Jaehyun setelah dirasa pasokan oksigen dalam paru-parunya menipis.

Sedangkan Jaehyun beralih mencumbu leher jenjang milik Renjun, ia mengecup dan menggoda leher itu dengan bibir dan lidahnya.

Sapuan lembut terasa di leher Renjun dan membuatnya seperti tersengat aliran listrik.

“Ahhh... Jae..hyun .... hyung hhh” Desahnya seraya meneka kepala Jaehyun untuk terus memberikan kenikmatan di lehernya.

Satu kuasa Jaehyun berhasil melepas kemeja milik Renjun tanpa terkendala dan menampilkan kedua puting yang seakan mengundang untuk dijamah.

Jaehyun mulai menggerakkan tangannya dan bermain di sekitar puting milik Renjun, membuat si empu mendesah penuh nikmat.

Kedua tangan Renjun tak lagi menekan kepala Jaehyun dan reflek menekan tuts keyboard untuk menopang tubuhnya dan semakin mencondongkan dadanya agar Jaehyun mencumbu kedua putingnya.

Bunyi nada secara asal terdengar dari keyboard yang belum dimatikan oleh Jaehyun.

“Renjunnie ingin apa hm?” tanya Jaehyun dengan suara serak menggoda kekasih manisnya yang minta untuk dijamah. Tak lupa jari tangannya berada di kedua puting milik Renjun.

Ia menekan dan mencubit tonjolan di dada milik Renjun membuat Renjun menggelinjang penuh nikmat dan membuat tangannya yang menopang di atas keyboard menekan tuts kembali secara acak.

“Ahhh... Hisap hyung ngghh hisap putingku.” Persetan dengan rasa malu, saat ini hanya bayang-bayang kenikmatan yang ada di dalam pikiran si manis.

Jaehyun tersenyum mendengar permintaan Renjun, ia mulai menjilat area di sekitar puting itu lalu memainkan lidah dan menekan- nekan puting itu dengan lidahnya.

Sapuan lembut itu berubah menjadi hisapan dan sesekali giginya menggigit puting milik Renjun.

Lidah dan bibir Jaehyun memanjakan kedua tonjolan dada Renjun secara bergantian. Membuat Renjun memekik kegirangan.

“Hyungghh Jae hyungghh ahhh...” Desahnya keenakan membuat Renjun tanpa sadar menekan nada secara acak kembali.

Kedua kuasa Jaehyun melepaskan celana milik Renjun dan membuat yang lebih muda lebih dulu telanjang tanpa busana hanya tersisa dasi yang masih melingkar di lehernya. Jaehyun sengaja untuk tidak melepasnya.

Renjun berdiri dan menopang tubuh telanjangnya di atas keyboard milik Jaehyun.

Penis milik Renjun sudah begitu tegang tepat di hadapan Jaehyun.

Renjun menatap sang dominan dengan mata sayu, bibir yang membengkak dan keringat yang membasahi tubuh polosnya. Membuat Jaehyun semakin bersemangat untuk menjamah kekasihnya malam ini.

Jaehyun terus mencumbu kedua puting milik Renjun dengan satu tangannya mulai mengocok dan memijat perlahan kejantanan milik Renjun yang juga minta dimanjakan.

“Hyungghh ahhh...” Renjun mendongak menatap langit-langit kamar milik Jaehyun dan menikmati setiap perlakuan yang dilakukan kekasihnya.

Hanya membutuhkan waktu 15 menit, Renjun telah mencapai pelepasan pertamanya.

Cairan spermanya mengotori tangan Jaehyun.

Jaehyun menyodorkan tangannya yang terkena sperma Renjun menuju bibir si manis yang langsung diterima oleh Renjun.

Renjun menjilat setiap sela jari Jaehyun, membersihkan spermanya. Dengan sengaja Renjun menghisap 2 jari milik sang dominan. Lidahnya bergerak lihai di jari itu.

Renjun terlihat sangat menggairahkan saat ini.

Jaehyun mengumpat dalam hati, ia menginginkan penisnya dimanjakan oleh mulut hangat milik Renjun.

What Jaehyun want, Jaehyun get.

Sang dominan mengeluarkan jari dari mulut Renjun dan mendudukkannya di atas lantai dalam sekali hentak.

Ia menurunkan celana dan menampilkan kejantanannya yang berukuran besar telah tegang di bawah sana.

Membuat Renjun tersenyum kecil.

Jaehyun berdiri dan menyodorkan penis beruratnya di hadapan wajah Renjun.

“Manjakan dia.” Titah Jaehyun dengan nada rendah dan tatapan mata yang sudah dipenuhi nafsu.

Jemari tangan Renjun menggenggam penis Jaehyun yang memiliki ukuran lebih besar daripada miliknya.

Lidahnya terjulur untuk menjilat kepala penis milik Jaehyun dan memutar di area leher kejantanan itu.

Tangannya meremas dan sesekali memberikan pijatan di batang penis milik Jaehyun.

Renjun menggoda lubang uretra sang kekasih dengan lidahnya.

“Ergghh...” Jaehyun menggeram rendah merasakan sapuan lidah milik Renjun di kepala penisnya.

“Kulum dia sayang.” Jaehyun kembali memberikan perintah dengan suara beratnya yang terdengar sangat menggoda di kedua rungu Renjun.

Renjun membuka mulut kecilnya dengan lebar dan memasukkan kejantanan Jaehyun.

“Damn babe.” Erang Jaehyun ketika merasakan kejantanannya basah dan dijepit mulut Renjun.

Renjun memaju mundurkan kepalanya untuk memberikan pijatan.

Tanpa sadar Jaehyun menekan tuts keyboard secara acak karena menopang tubuhnya dan membuat alat itu kembali bunyi yang tentu saja diabaikan oleh keduanya yang sudah di bawah kendali kabut nafsu.

Jaehyun menggerakkan pinggulnya dan memompa penisnya di dalam mulut Renjun, ia bahkan menghentakkan penisnya hingga mencapai tenggorokan Renjun dan membuat Renjun tersedak.

“Maaf sayang, mulutmu terlalu nikmat aku jadi menyakitimu.” Sesal Jaehyun lalu mengeluarkan kejantanannya yang telah basah dengan saliva Renjun dari mulut kekasihnya.

“Berdiri!” Titahnya, yang kemudian dituruti oleh Renjun.

“Hadap ke dinding dan sedikit condongkan pantatmu ke arahku.” Lagi. Jaehyun dengan sifat dominasinya membuat Renjun menurut.

Renjun menopang tangannya di atas keyboard dan membuatnya bunyi untuk kesekian kalinya.

Sang dominan menggesekkan kejantanannya diantara belahan pantat sintal milik Renjun.

“Ahhh hyunghh.” Desah Renjun kembali.

“Renjunnie ingin apa hm?” tanya Jaehyun dengan terus menggesekkan kejantanannya di antara selangkangan Renjun.

“Ingin penis hyung masuk di dalam ummhh hhh...” jawab Renjun yang sudah sangat pasrah dengan perlakuan Jaehyun.

“Karena Renjunnie jadi anak baik, maka aku akan memberikannya.”

Tanpa perlakuan lembut, Jaehyun memasukkan penis besarnya di dalam rektum Renjun sekali hentak membuat Renjun memekik kesakitan walau dia yang menginginkannya.

Jaehyun merengkuh tubuh mungil Renjun dari belakang dan mulai memberikan cumbuan di pundak dan memainkan kedua puting Renjun untuk mengalihkan rasa sakit yang di dera kekasihnya tak lupa ia kembali memijat penis milik Renjun dan kembali membuatnya menegang.

“Hyung, bergerak.” Pinta Renjun dengan lirih setelah lubangnya beradaptasi dengan ukuran junior milik Jaehyun.

Jaehyun mulai menggerakkan pinggulnya untuk memompa juniornya di lubang ketat milik Renjun.

Lubang itu terasa sangat ketat apalagi tidak pernah ia jamah setelah mereka putus.

Malam hari selalu menjadi saksi bisu tentang penyatuan mereka.

Renjun merasa terbang ke surga ketika kejantanan Jaehyun menumbuk sweet spotnya.

Membuat Jaehyun terus menggerakkan pinggulnya merasakan jepitan dan pijatan dari rektum kekasih cantiknya.

Renjun mengetatkan lubangnya membuat Jaehyun menggeram rendah.

Sang dominan bergerak semakin cepat dan acak karena nafsu yang semakin membuncah. Ia semakin menginginkan tubuh Renjun lebih dalam.

Renjun hanya dapat mendesah dan menerima setiap cumbuan dan tumbukan yang ada pada dirinya.

“Hyung hhhh aku ingin ... Keluarh hhh.” Tutur Renjun dengan susah payah seraya menoleh ke arah Jaehyun.

“Kita ke luar sama-sama babe.” Bisik Jaehyun yang kemudian menarik kepala Renjun dan kembali melumat bibir si manis dengan penuh nafsu.

“Mmphhh...” Renjun mendesah tertahan ketika spermanya telah menyembur ke luar mengotori Keyboard yang menjadi tumpuan Renjun ketika Jaehyun menghujamkan juniornya di dalam lubangnya.

Sedangkan Jaehyun menghentakka pinggulnya semakin dalam dan mengeluarkan spermanya di dalam rektum milik Renjun.

Setelah permainan yang panjang, mereka saling berpelukan di ranjang Jaehyun. Walau berukuran single bed namun, terasa lebih menyenangkan karena sang dominan akan selalu memeluk sang submisif hingga pagi menjelang.

“Aku mencintaimu.”

“Aku juga, hyung.”

Tolong ingatkan Jaehyun untuk membersihkan keyboard itu di esok pagi sebelum Jungwoo memergokinya.

ーFin.

ーー

Renjun berjalan dengan riang memasuki kamar Taeyong tanpa tahu ada dua predator yang membuntutinya siap untuk memangsa.

Renjun sedikit membungkuk dengan pantat sintalnya menonjol ke arah belakang. Ia mengetuk-ketukkan jarinya di kaca akuarium. Bibirnya berbicara untuk mengajak ikan-ikan itu mengobrol.

Jaehyun memposisikan dirinya di belakang Renjun dan memeluk pinggangnya ramping itu, sedangkan Taeyong memilih duduk di atas ranjangnya. Ia akan sedikit bersabar kali ini dan membiarkan Jaehyun yang memulai.

Renjun masih asik berfokus dengan ikan di akuarium Taeyong sedangkan Jaehyun sudah melancarkan aksinya dengan mengecup dan menggigit tengkuk pemuda manis itu.

Satu kuasa milik Jaehyun mulai menyusup masuk ke dalam kaos oversized yang dikenakan Renjun.

Tangannya mengusap dan memelintir puting Renjun secara perlahan.

“Mmpphh...” Renjun menggigit bibirnya agar tidak meloloskan desahannya. Pikirannya mulai berfokus dengan cumbuan yang dilakukan Jaehyun dan melupakan ikan-ikan Taeyong.

“Jangan ditahan. Ayo ke luarkan desahanmu sayang. Aku suka ketika bibirmu mendesahkan namaku.” Bisik Jaehyun dengan suara beratnya. Bibir tebal Jaehyun mulai bergerak untuk mengecup dan menggigit daun telinga Renjun. Lidahnya terjulur untuk menjilat telinga si manis dan memberikan rangsangan tepat di titik sensitif anak itu.

“Ahhhh....” Satu desahan lolos dari bibir ranum Renjun tatkala Jaehyun dengan lihainya memainkan kedua puting Renjun secara bersamaan dengan gigitan dan jilatan di cuping telinga si empu.

Merasa bahwa Renjun tidak akan menolak dan sudah dalam bayangan nafsunya, Jaehyun dengan perlahan menuntun Renjun bergerak menuju ranjang di mana Taeyong telah siap menerima.

Renjun pasrah dan mendudukan dirinya di atas pangkuan Taeyong, ia bahkan tidak tahu sejak kapan Jaehyun melepaskan baju dan celana pendeknya.

Taeyong menyambut Renjun dengan senang hati dan mulai mencium ranum Renjun dengan rakus.

Lumatan serta hisapan ia berikan di bibir tipis milik Renjun. Kuasanya bergerak untuk membelai setiap inchi tubuh mungil Renjun.

Renjun menggerakkan pantatnya untuk menggoda kejantanan milik Taeyong yang masih dibut celana. Tangannya tak tinggal diam, ia meremas dan sedikit memijat kejantanan milik Jaehyun. Membuat kedua kekasih tampannya menggeram rendah.

Taeyong menggigit kecil bibir bawah Renjun dan melesakkan lidahnya masuk ke dalam rongga mulut si manis. Di absennya gigi Renjun satu persatu. Dicecapnya segala rasa manis yang berasal dari mulut kekasihnya.

“Mmpphh~” Renjun melenguh tertahan tatkala lidah Taeyong dengan lihainya membelit lidah Renjun.

Sepertinya apa yang dikatakan orang-orang tentang rapper itu good kisser bukan hanya sekedar isapan jempol semata.

Buktinya, dengan piawai Taeyong memberikan cumbuan di bibir dan rongga mulut Renjun, membuat libido Renjun semakin naik.

Sedangkan Jaehyun hanya mengecup tangan milik Renjun dan mengusap paha si manis sesekali ia meremas dan menampar pantat berisi milik Renjun.

“Ahhh...” ciuman panas antara Renjun dan Taeyong terlepas. Renjun menatap sayu ke arah Jaehyun dan Taeyong secara bergantian. Akal sehatnya telah dipenuhi kabut nafsu.

Jaehyun menarik kepala Renjun dan menyatukan kedua bibir diantara mereka. Ia melumat dan menghisap bibir atas dan bawah Renjun bergantian. Lidahnya melesak masuk ke dalam mulut Renjun dan mulai mencecap semua rasa manis yang masih tersisa di dalam rongga mulutnya.

Taeyong mulai mencumbu leher Renjun dan menyesapnya perlahan, tidak ingin menimbulkan jejak kemerahan di leher kekasihnya.

Taeyong menurunkan ciumannya dengan ujung hidung bangirnya yang membelai lembut kulit leher Renjun dan mulai menyesap kedua puting milik Renjun. Lidahnya dengan lihai menjilat dan menggoda area sekitar puting Renjun.

“Nnnggh hmmphh~” Lagi-lagi Renjun melenguh tertahan karena bibirnya masih dicumbu oleh Jaehyun yang saat itu tengah mengajak lidahnya untuk saling membelit.

Merasa pasokan oksigen di paru-parunya mulai menipis, Renjun melepas pagutannya dengan paksa lalu menghirup dengan rakus udara di sekitarnya.

Jaehyun melepas celananya begitupula dengan Taeyong untuk membebaskan penis mereka yang telah menegang sedari tadi.

Jaehyun memposisikan dirinya di belakang Renjun, ia meraih pelumas dan membalurnya di penis miliknya dan Taeyong, ia sedikit mengocok perlahan kejantanan milik mereka lalu sedikit mengangkat pinggul Renjun.

Renjun yang masih fokus untuk meraup oksigen memekik dan reflek menggigit pundak Taeyong yang masih berbalut kaos.

Taeyong memasukkan kejantanannya ke dalam anal milik Renjun tanpa aba-aba walau telah di lumuri oleh pelumas.

Taeyong mengusap punggung telanjang si manis untuk menenangkan kekasihnya. Namun,

“Arggghhh!!” Kali ini Renjun kembali berteriak ketika kejantanan Jaehyun masuk ke lubangnya.

Air matanya mengalir dari pelupuk mata yang kemudian dengan cepat diusap oleh Taeyong.

Rasanya seperti terbelah menjadi dua.

Analnya terasa sangat penuh dengan dua penis masuk di dalamnya. Biasanya Jaehyun dan Taeyong akan bergantian untuk menghujam analnya namun, kali ini mereka sama-sama masuk ke dalam anal milik Renjun.

Jaehyun dan Taeyong masih dengan rasa sabar menahan nafsunya karena tahu kekasihnya merasa sakit walau kedua dominan itu merasa nikmat ketika lubang Renjun yang sempit memijat kejantanannya.

Jaehyun dan Taeyong mencumbu tengkuk dan leher milik Renjun untuk mengalihkan rasa sakit. Jemari Taeyong mulai bergerak untuk meremas dan mengurut penis milik Renjun. Memberikan rasa nikmat secara perlahan.

“Ngghh~ ayo gerak~” Pinta Renjun setelah terbiasa dengan adanya dua penis di dalam lubangnya.

Ia tidak sabar untuk mencapai kenikmatannya.

Jaehyun dari belakang mulai menggerakkan pinggulnya untuk memompa anal milik Renjun. Begitupula dengan Taeyong yang berada di bawah tubuh Renjun. Mereka berdua saling bergerak bergantian untuk mencari kenikmatan surga dunia masing-masing.

“Eungghh Taeyong hhh Jaehyun ahhh~” Renjun melenguh menyebut kedua nama kekasihnya ketika penis milik Jaehyun dan Taeyong bergantian menumbuk sweet spot miliknya.

“Panggil kita dengan benar sayang.” Titah Jaehyun lalu menampar pantat Renjun dengan keras.

“Argghh Daddy hhh.” Renjun berteriak.

Bibir mungilnya kembali diraup oleh Taeyong, ciuman keduanya semakin panas dan menuntut hingga campuran saliva menetes dari sudut bibir Renjun dan membasahi lehernya.

Taeyong menurunkan ciumannya di leher jenjang kekasihnya yang selalu memikatnya. Sedangkan Jaehyun memainkan puting milik Renjun membuat si empu mendesah kegirangan.

“Deeper hhh-Arrgghh” Renjun kembali menjerit menyalurkan rasa nikmat ketika Taeyong menyesap putingnya dengan rakus setelah tangan Jaehyun beralih untuk memainkan kedua pantat sintal milik Renjun.

Kabut nafsu menutup akal sehat ketiga cucu adam yang saling memuaskan birahi masing-masing.

Renjun telah mencapai pelepasan yang pertama dan memuncratkan cairan semen itu di baju bermerk milik Taeyong.

Tumbukan demi tumbukan terus dilayangkan oleh kejantanan Jaehyun dan Taeyong. Mereka mulai menggerakkan pinggulnya dengan cepat membuat Renjun merasa pusing dengan kenikmatan yang dideranya.

Juniornya kembali menegang dan kali ini Jaehyun yang memberikan pijatan di sana.

Renjun semakin menunggingkan pantatnya agar Jaehyun dan Taeyong semakin leluasa untuk menghujam lubangnya.

“Dadda ummhh... Baby love dadda so muchhie errghh~” erang Renjun.

“Dadda love baby too.” balas Taeyong lalu mengecup lembut kedua tangan Renjun yang mencengkeram kuat di kepala ranjang.

“Only dadda? What about daddy?” bisik Jaehyun lalu menghentakkan pinggulnya kuat ke dalam rektum milik Renjun dan menjilat cupingnya.

Renjun menoleh menatap ke arah Jaehyun dengan pandangan mata sayu dipenuhi nafsu.

“Baby love daddy too hmpphh.” Desahan Renjun terbungkam karena bibirnya kembali dilahap oleh Jaehyun.

Ranum Renjun semakin membengkak karena berkali-kali dilumat dan dihisap oleh Jaehyun dan Taeyong secara bergantian.

Putingnya sudah sangat menegang dan mengeras akibat cumbuan jemari Jaehyun atau dihisap oleh Taeyong.

Renjun sudah dua kali mencapai puncaknya dan membuat baju bermerk Taeyong kotor oleh cairan spemanya.

Pergerakan pinggul kedua dominan itu semakin cepat dan tak teratur membuat ranjang berderit, bunyi desahan Renjun dan geraman rendah Jaehyun dan Taeyong mengisi ruang kamar itu.

Renjun menundukkan dan menopang kepalanya di pundak Taeyong. Ia sudah mulai kelelahan tetapi kedua dominan di sana masih terus saja menggempur analnya.

Selain itu Renjun juga masih ingin merasakan kenikmatan.

Jaehyun dan Taeyong mulai mencium bibir satu sama lain. Mereka mulai menyesap dan menggigit bibir lawan dan saling mendominasi ciuman satu sama lain untuk menyalurkan kenikmatan yang terasa.

Dengan kejantanan yang masih saling menghujam anal milik Renjun.

Lidah keduanya saling membelit dengan agresif dan saling menghisap secara bergantian untuk mencecap bibir masing-masing. Ciuman panas diantara Jaehyun dan Taeyong berlangsung cukup lama hingga keduanya melepaskan pagutan karna akan mencapai puncaknya.

Kedua penis di dalam anal Renjun semakin menegang dan Renjun yang tau mulai mengetatkan lubangnya.

“Shit... Ahh baby jangan ketatkan lubangmu.” geram Taeyong sedangkan Jaehyun hanya memejamkan matanya.

Jaehyun dan Taeyong merasakan nikmat karena pijatan dan cengkeraman kuat dari anal Renjun.

Kedua dominan itu secara bersamaan menghentakkan penisnya untuk melesak masuk semakin dalam di anal Renjun dan memuncratkan cairan spermanya untuk mengisi penuh rektum Renjun. Diikuti oleh Renjun yang kembali mengotori baju Taeyong dan mengalami pelepasan yang ketiga. Setelah itu tubuh kecil itu ambruk di atas tubuh Taeyong.

Membuat kejantanan Jaehyun secara otomatis keluar dari anal milik Renjun.

Taeyong mengeluarkan penisnya dan mulai merebahkan kekasih cantiknya di sisi ranjang yang kosong.

Cairan semen milik Jaehyun dan Taeyong mengalir ke luar dari anal si manis dan dengan telaten Jaehyun dan Taeyong membersihkan tubuh Renjun yang sudah terkulai lemas di atas ranjang karena pergulatan panas mereka. Setelah itu baru mereka membersihkan diri dan memulai acara cuddle bersama untuk menutup hari ini, tentunya setelah mereka makan untuk mengisi tenaga.

ーEnd.

ー Awalan

“Kok bapak bisa ada di sini?” tanya Renjun dengan wajah terkejutnya saat ia menoleh ke arah sumber di mana salah satu pipinya terasa hangat karena ada satu cup teh hangat menyentuhnya.

“Seenggaknya ambil dulu ini tehnya, Ren. Saya pegel ngulurin tangan terus.”

“Oh iya iya. Makasih pak.” Jawab Renjun, tangan kanannya terulur ke depan untuk menerima satu cup teh hangat.

Renjun menyeruput tehnya secara perlahan. Sedangkan Doyoung memilih untuk duduk di samping yang lebih muda.

“Bapak ngapain nyusul saya?” Renjun kembali bertanya untuk memvalidasi.

“Kalo kamu kelayaban sendirian ntar Kun bisa kelabakan.” tuturnya berkilah. Tidak mungkin ia mengatakan bahwa tengah khawatir.

Renjun hanya ber oh ria mendengar penuturan Doyoung.

“Suka liatin bintang?”

“Suka. Itu rasi bintang cassiopeia, yang itu cygnus, yang itu scorpio.” Telunjuk Renjun menunjuk ke arah rasi bintang itu satu persatu.

Doyoung tidak menatap ke arah bintang di langit. Baginya sisi wajah Renjun tampak menakjubkan dan lebih menarik dari gugusan bintang di langit.

Setelah dirinya sadar bahwa ia menatap Renjun penuh kagum, yang lebih tua berdehem dan menatap langit malam bertabur bintang.

Indah.

Sejujurnya ini pertama kalinya ia melakukan hal seperti ini.

Suasana kampus sudah sangat sepi, Renjun sengaja mematikan seluruh lampu taman di kampus hanya untuk menatap bintang di langit agar terlihat lebih jelas.

Angin malam berhembus membuat surai renjun bergerak mengikuti arah angin. Membuat Doyoung secara reflek merapikan anak rambut Renjun dan menyelipkan di daun telinganya. Renjun hanya menolehkan kepalanya untuk menatap Doyoung.

Kedua pasang netra kelam itu saling menatap dan mengagumi keindahan paras masing-masing.

Degupan jantung keduanya mulai bergerak tidak beraturan.

Seolah tersihir.

Satu kuasa Doyoung menangkup salah satu pipi milik Renjun, wajah mereka kian mendekat mengikis jarak diantara keduanya.

Naluri alamiah, keduanya saling memiringkan kepala dan memejamkan mata.

Jarak yang semakin terkikis membuat kedua ranum itu menempel. Entah siapa yang memulai, keduanya mulai menggerakan bibir untuk saling memagut, melumat dan menghisap.

Doyoung mencecap setiap rasa manis dari rongga mulut Renjun ketika lidahnya mampu melesak ke dalam.

Lidah saling membelit dan menyesap rasa masing-masing membuat saliva mereka tercampur dan meleleh melalui sudut bibir Renjun membasahi leher indahnya.

Suasana gelap mendukung perbuatan tidak senonoh mereka, hingga keduanya merasakan pasokan udara di paru-paru semakin menipis.

Dengan berat hati Doyoung melepas pagutan diantara mereka.

Kedua pasang netra kembali menatap satu sama lain. Seakan tersadar dengan apa yang barusaja diperbuat, keduanya saling membuang muka menatap arah lain.

Renjun menggigit bibirnya, Doyoung menjilat bibirnya. Keduanya masih dapat merasakan rasa manis dari bibir yang baru saja dicecapnya.

Canggung. Itu yang mereka rasakan.

“Besok libur, bapak mau sarapan apa?” tawar Renjun untuk mencairkan suasana.

“Apa aja, saya ga rewel selama ada kopi.” Jawabnya masih mencoba menetralkan degupan jantungnya yang bertindak tidak normal.

Doyoung merasa seperti sudah berumah tangga dan memiliki teman hidup karena ada yang memperhatikan pola makannya.

Pandangannya menatap langit namun, pikirannya berkelana. Berfikir bagaimana jika Renjun menikah dengannya pasti setiap hari akan terasa menyenangkan. Ia juga pasti dapat selalu mencecap bibir kissable itu setiap harinya.

Eh?

Doyoung menggelengkan kepalanya, tidak seharusnya ia memikirkan tentang Renjun sedangkan dirinya bukanlah homoseksual. Dan kenyataan yang lain adalah dirinya terikat dengan Sania.

Membuat moodnya sedikit berubah menjadi jelek tanpa sebab.

“Ayo pulang.”

“Nanti pak.”

“Sekarang.” Ujarnya dengan nada dingin. Membuat Renjun melirik sebal dan hanya menurut saja.

Sebelum pergi Doyoung meraih smartphonenya dan mengambil gambar langit dengan kamera lalu mengirim pesan untuk seseorang yang sangat dikenalnya.

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

ーAlasan absen

Seusai jam berakhir Doyoung merapikan peralatan mengajarnya dan akan bergegas menuju ruangannya kalau ia tidak dihadang oleh ke-4 mahasiswa yang dikenal sebagai sahabat Renjun.

“Pak, boleh kita ngobrol sebentar?” Tanya Haechan berusaha sesopan mungkin walau emosinya sudah di ujung ubun-ubun.

“Oh ya. Mau ngobrol di sini atau di ruangan?” tawar Doyoung dengan tatapan datarnya.

Mahasiswa lain segera ke luar dari ruangan karena mendapat titah dari Jaemin yang dikirim melalui grup chat kelas.

“Di sini aja pak. Kita ga bakal lama-lama kok.” Kali ini Jeno bersuara dengan kedua matanya yang tersenyum walau tangannya mengepal ingin menonjok dosen di depannya.

Jaemin, Jeno, Haechan dan Yangyang berdiri menghadap Doyoung dengan berada di sekitar dosen muda itu.

Doyoung menaikkan satu alisnya merasa heran.

“Ada apa ini? Saya tidak akan kabur.” Jelas Doyoung.

“Kami ingin berbicara dengan bapak tanpa mengurangi rasa hormat kami sedikitpun sama bapak. Tapi tolonglah pak, berhenti menyuruh Renjun untuk membelikan semua yang bapak mau.” Jelas Jaemin.

“Renjun sakit pak karena hujan-hujanan pas beliin bapak sate madura sama sate padang, sedangkan arahnya berlawanan dan hujan kemaren deres banget.” kali ini Yangyang angkat bicara, membuat Doyoung sedikit terkejut dibalik wajah datarnya.

'Pantesan Renjun ga berangkat.' Batinnya.

“Kalo misal bapak mau minta tolong pas hari hujan, bisa ke saya, Yangyang, Haechan atau Jaemin. Kita anaknya tahan banting. Hujan ga bakal bikin kita sakit. Beda sama Renjun yang emang imunnya lemah.”

“Renjun setiap kali ganti musim aja sakit flu pak.”

“Udara kering aja dia bisa mimisan pak.”

Doyoung diserang oleh anak didiknya secara bertubi-tubi, membuat sudut hatinya tercubit mendengar fakta bahwa Renjun rentan terhadap penyakit.

“Kalau begitu saya tidak akan membebani Renjun lagi.” Tuturnya dengan nada tulus.

“Terimakasih pak.” Tutur ke-4 mahasiswa itu bersamaan.

“Apa masih ada yang ingin dibicarakan?” Tanya Doyoung menatap mahasiswanya satu persatu.

Mereka menggeleng.

“Kalo begitu saya pergi dulu.” Doyoung melenggang pergi menuju ruangannya setelah obrolannya selesai.

ー Sebuah Kesalahan?

Suasana dorm 127 lantai 10 terlihat kacau dengan botol alkohol dan remahan sisa makanan berserakan. NCT Dream bersama sebagian member NCT 127 baru saja mengadakan pesta untuk merayakan kemenangan NCT Dream di acara music show yang ke-7.

Hanya tersisa Renjun yang masih terjaga dan melanjutkan minumnya dengan sebuah sloki, es batu dan beberapa botol smirnoff yang telah dievakuasi menuju dapur.

Perlu kalian ingat Renjun termasuk member yang memiliki toleransi alkohol tinggi jadi ia tidak akan mudah mabuk begitu saja walau telah minum berbotol-botol alkohol.

Pintu dorm dibuka dan terlihat Jaehyun dan Taeyong yang masuk bersama, kali ini kedua member yang begitu menyukai kebersihan itu memaklumi keadaan dorm yang sangat kacau.

Dua pasang netra itu meniti dan mengamati setiap member dream dengan teliti.

Mark, Jeno, Chenle, Jisung, Haechan dan Jaemin.

Spontan kening keduanya tertaut merasa ada yang kurang.

Jaehyun dan Taeyong saling berpandangan lalu kembali beralih menatap rekan satu tim nya lagi.

Yuta, Jungwoo, dan Taeil.

Prang!

Tiba-tiba sebuah suara keras terdengar dari dapur. Keduanya melangkah dengan tergesa menuju dapur.

Terlihat sesosok wira yang mereka cari tengah membungkuk seraya menggerutu untuk menata pecahan piring yang tidak sengaja ia senggol.

“Lonjinnie?” Tubuh Renjun membeku seketika tatkala mendengar sebuah suara berat memanggilnya.

Dalam hatinya sudah mulai merapal sumpah serapah kepada Haechan dan Mark yang mengusulkan untuk berpesta di dorm 127.

“Lonjinnie?” Kali ini Taeyong memanggilnya dengan lembut.

Sedangkan Renjun? Ia ingin sekali lari dari sini dan pulang ke Jilin. Namun, ketika mengingat dunia sedang pandemi ia mengurungkan niatnya. Tapi tetap ia menginginkan kabur dari sini.

Ia tidak ingin bertemu dengan mantan kekasihnya dalam keadaan sepi seperti ini.

Taeyong dan juga Jaehyun adalah mantan kekasih Renjun sejak era Boom lalu berakhir di era Ridin. Mereka terjebak dalam sebuah hubungan rumit yang dinamakan polyamori.

Setelah 10 bulan berhubungan Renjun memilih untuk menghindar dari keduanya lalu mulai beralih mengencani member dari boygroup atau girlgroup lain walau tidak bertahan lama. Bahkan kerap kali ia hanya melakukan one night stand.

Renjun ini tahu dirinya begitu memikat dengan paras cantik, mulut manis, dan sikapnya yang apik sehingga akan dengan mudah ia mendapatkan pasangan entah itu laki-laki dominan atau wanita.

“Ya hyung?” Setelah berdebat dengan dirinya sendiri akhirnya pemuda manis itu menjawab dengan memutar tubuhnya ke arah dua sosok wira yang tengah berdiri.

“Jaehyun hyung, aku tidak sengaja memecahkan piring milikmu. Maafkan aku.” cicitnya pelan setelah ia berhasil mengumpulkan pecahan piring dan melihat motifnya ia sadar bahwa piring itu milik Jaehyun, salah satu mantan kekasihnya.

Renjun semakin merutuki dirinya sendiri.

Lain hal dengan Renjun yang tengah merasa bersalah. Jaehyun dan Taeyong justru terperangah melihat keindahan duniawi yang terpampang jelas di dalam diri Huang Renjunnya.

Kemeja putih dengan dua kancing teratasnya terbuka, celana kain yang membuat kakinya semakin jenjang, tak lupa dengan choker berwarna hitam yang membelit leher yang dulu sering dicumbu oleh keduanya, tak lupa dengan bibir tipis berwarna merah muda yang selalu membuatnya lupa akan daratan.

Semua yang ada di dalam diri Huang Renjun adalah keindahan.

“Kau masih terbangun dan melanjutkan minum di saat teman-temanmu sudah terkapar tidak berdaya di sana karena alkohol.” Entah pujian atau sindiran yang dilayangkan oleh Taeyong, Renjun hanya diam menunduk.

Karena pernah suatu waktu Renjun dalam keadaan setengah tiang berlatih untuk NCT2020.

Member lain, trainer, bahkan manager tidak ada yang mengetahuinya. Hanya Jaehyun dan Taeyong yang mengetahui perbedaannya.

Memang sangat kecil perbedaan Renjun ketika mabuk ataupun tidak.

Hanya saja ketika laki-laki itu mabuk, semburat berwarna merah muda akan nampak di pipinya hingga ke daun telinganya.

“Ugh.” Renjun menggaruk tengkuknya, merasa takut dengan tatapan tajam yang diberikan Taeyong. Padahal dulu ia begitu memujanya.

“Lain kali hati-hati.” Kali ini Jaehyun bersuara lalu mendekat ke arah Renjun dan berjongkok untuk memungut pecahan piring itu dan menaruhnya di atas meja makan.

Harganya mahal, namun Renjunnya tidak bersalah.

“Kalau begitu aku akan pulang.” Renjun meraih kunci mobil yang ada di sebelahnya. Belum lama ia melangkah tubuhnya sudah terhuyung.

Hampir ia nyusruk ke depan jika sepasang lengan kekar itu tidak melingkar di pinggangnya yang ramping.

Tubuh Taeyong semakin merapat dan mengikis jarak untuk mengeratkan pelukannya.

“Aku tidak akan membiarkan anggotaku untuk menyetir dalam keadaan mabuk dan berakhir menjadi skandal lalu mencoreng nama baik grup.”

Pedas. Itu yang dirasakan Renjun ketika mendengar kalimat yang diucapkan Taeyong.

Membuat Renjun ngambek.

“Kalau begitu aku akan pulang dengan taksi. Terimakasih sudah membantuku.” Geram Renjun berusaha melepaskan rengkuhan Taeyong di pinggangnya.

Satu hentakan kasar diberikan Taeyong agar Renjun menurut dan duduk kembali di atas kursi.

“Dengar Huang Renjun, di luar sana ada sasaeng fans yang bahkan dengan gilanya menginap di depan dorm kita. Jika kau ke luar dengan keadaan seperti ini yang ada kau akan diserang mereka.”

“Hyung, mereka itu perempuan, dan aku laki-laki. Sudah bisa dipastikan aku akan baik-baik saja.” Deliknya.

Jaehyun mendudukkan dirinya tepat di sebelah Renjun. Ia akan menyerahkan masalah ini sepenuhnya kepada Taeyong.

Ia percaya kekasihnya akan mampu mengendalikan rubah kecil nakal dan cantik yang ada di hadapannya ini.

Renjun merengut, tangannya bersidekap.

“Okay. Aku tidak akan pulang dan menginap di sini.” putusnya final setelah sesi saling menatap tajam dengan Taeyong diakhiri olehnya.

Taeyong dan Jaehyun menghela nafas lega. Akhirnya mereka memiliki waktu hanya dengan Renjun.

Walau akhir-akhir ini Renjun sering berkunjung ke dorm 127 ia hanya akan menempeli Haechan atau Mark. Terkadang ia akan bersembunyi di kamar Yuta dan Taeil atau mengintil Doyoung jika ada di lantai 5. Membuat Taeyong dan Jaehyun bersumpah serapah di dalam hati.

Jaehyun dan Taeyong itu kekasih yang baik sekaligus posesif dan cemburuan.

Renjun kembali akan beranjak, ia ingin menyusupkan tubuh kecilnya diantara Mark dengan Yuta atau Mark dengan Jeno. Ia memiliki firasat buruk setelah ini. Takut ia akan berakhir menangis setelahnya.

Jaehyun yang paham akan gelagat si manis lalu merangkul pundak sempit itu membuat Renjun menggerutu dalam hatinya.

Ia terlambat untuk kabur.

Tidak.

Renjun terlalu mudah dibaca gerak-geriknya.

“Aku akan menemanimu minum jika kau masih ingin minum.” Ujar Jaehyun dengan tidak sopannya meraih sloki milik Renjun dan meminum alkohol yang tersisa di sana.

“Aku akan memasakan sesuatu untukmu.” kali ini Taeyong yang berucap seraya membuka lemari pendingin dan mengeluarkan beberapa bahan makanan dari sana.

Ia berencana akan memasak ayam untuk Renjun dan Jaehyun.

“Tidak hyung ak-”

Ucapan Renjun terputus ketika dua pasang netra kelam itu menatapnya datar tanpa ekspresi membuat Renjun mendesah lelah.

Tidak boleh ada penolakan.

Renjun memutar dirinya kembali menghadap ke meja makan dan menuang vodka di dalam slokinya.

“Aku ingin ayam goreng dengan bumbu pedas.” pinta Renjun lalu meminum alkohol yang ada di dalam slokinya hingga tandas.

Taeyong hanya mengangguk paham lalu mulai membumbui daging ayam itu.

“Aku sudah melihat music videonya. Kau terlihat sangat cantik dengan rambut yang dihias seperti itu. Vokalmu juga semakin bagus.” Puji Jaehyun dengan tulus.

“Terimakasih hyung.” balas Renjun, tidak sopan bukan jika kalian dipuji namun tidak membalas apa-apa?

“Kau sudah bekerja keras untuk saat ini.” Kali ini Taeyong menyerukan ungkapan.

“Ya hyung. Aku juga menikmatinya.” balas Renjun kembali.

Suasana hening kembali menyelimuti diantara mereka. Hanya ada suara dari alat masak Taeyong yang sedang digunakan.

Jaehyun sendiri tengah memandang paras rupawan mantan kekasihnya yang begitu memikat matanya. Ah jika dipikir ulang ternyata bukan mantan, Renjun tidak pernah mengatakan kata putus, ia hanya selalu menghindar jika bertemu dan menghilang tanpa kabar.

Taeyong dan Jaehyun juga tidak berniat untuk memutuskan Renjun.

Dan hanya Renjun sendirilah yang menganggap ia sudah putus dengan keduanya.

Atmosfir hening diantara mereka terpecah ketika smartphone Renjun berdering menandakan adanya sebuah panggilan masuk.

Renjun menatap nama di layar itu dan menimang-nimang apakah ia harus mengangkatnya atau tidak.

Pasalnya ini sudah pukul 1 dini hari dan Taeyong tidak akan memperbolehkan Renjun untuk pergi walau hanya sekadar menerima panggilan.

“Angkat di sini.” Titah Taeyong begitu saja mendengar sebuah suara bising.

Renjun memilih menurut dan memutuskan untuk mengangkat panggilan dari pria berdarah Australia dengan marga Bang.

“Halo.” Sapa suara dari seberang sana.

“Aku sudah menontonmu tadi dan kau semakin cantik Renjun, ah selamat untuk kemenangan kalian di music show.” lanjutnya memberikan dukungan.

“Ah, Bangchan hyung terimakasih. Hyung juga sudah bekerja keras di acara Kingdom. Aku suka melihatmu di atas panggung terlihat sangat tampan.” Pujian dengan tulus Renjun berikan kepada leader dari straykids.

Semenjak melakukan collab stage bersama straykids Renjun dekat dengan Bangchan bahkan beberapa kali mereka make out di hotel untuk melepas penat.

Renjun sangat suka ketika dirinya digagahi oleh pria bermarga Bang itu.

Panggilan diantara keduanya tidak berlangsung lama karena Bangchan harus segera beristirahat untuk jadwal kedepannya dan Renjun merasa tertekan ketika dua orang di sana mencuri dengar panggilannya dengan netra kelam yang menatapnya tajam tak lupa dengan perempatan imajiner yang tercetak di dahi keduanya.

“Kemarin dengan Shuhua, kali ini dengan Bangchan. Sampai kapan kau akan seperti ini? Memilih cuek dengan kami dan pergi berkencan dengan orang lain sesukamu.” sebuah usapan halus diberikan oleh Jaehyun di surai lembut milik Renjun.

Taeyong meletakkan sepiring ayam goreng di atas meja dengan beberapa sayuran rebus.

“Tidak bisakah kau kembali dengan kami?”

Renjun mendesah lelah dalam hatinya. Benar tentang firasat buruk yang ia rasa sebelumnya.

Ia tidak mau membahas hubungan mereka lebih jauh. Menurutnya hubungan itu hanya dua orang bukan tiga orang atau lebih.

Baginya polyamori itu salah. Dan ia tidak mau larut dalam kesalahan dirinya sendiri yang mencintai dua orang di satu waktu bersamaan.

Renjun tidak pernah menjawab alasannya ketika Jaehyun atau Taeyong bertanya kenapa.

Kedua laki – laki itu memilih untuk berhenti bertanya kenapa dan mulai mencari jalan lain secara bersamaan agar Renjunnya kembali lagi.

Namun nihil.

Bahkan saat project NCT2020 Renjun malah memilih untuk dekat dengan Yangyang, menempeli Winwin atau Mark lalu melakukan awsaz dengan Doyoung yang membuat hubungan keduanya semakin akrab.

Hanya hubungannya dengan Taeyong atau Jaehyun yang semakin canggung.

“Berhentilah menyakiti kami lalu kembalilah. Aku akan memaafkanmu, Taeyong hyung juga akan memaafkanmu, Ronjinnie.” bujuk Jaehyun.

Renjun menggenggam kedua tangannya dengan erat.

Menyakiti katanya? Justru ia lah yang paling tersakiti di sini.

“Kami tersiksa tidak adanya kehadiranmu.”

“Kalian terlihat baik-baik saja tanpaku.” sahut Renjun cuek.

Taeyong menghela nafas pelan. Rubah kecilnya ini terlihat angkuh dan indah dimatanya secara bersamaan.

“Lonjinnie.”

“Berhenti memanggilku.” geram Renjun menghentikan Jaehyun yang akan melontarkan kalimat bujukan selanjutnya.

“Baiklah pergilah sesukamu. Terbanglah sesukamu ke manapun kau mau. Aku tidak akan melarang tapi tolong kembalilah ke pelukan kami. Apa kau tidak merindukan kami?” Taeyong berujar lembut, begitu lembut, ia tidak mau menyakiti si manis kesayangannya dengan ucapan pedas.

Dalam hati kecilnya Renjun juga tersiksa, ia sangat merindukan keduanya namun, dirinya masih terus berkata hubungan polyamori tidaklah nyata dan hanya sebuah dosa dan kesalahan.

Ia menganggap dirinya dosa dan kesalahan apalagi Taeyong dengan Jaehyun lebih dulu memulai kisahnya berdua.

Renjun hanya ingin pergi dan lari menghindar untuk menjauh dari keduanya agar perasaan dalam hatinya tidak semakin besar.

Nafasnya semakin memburu Renjun meremat rambut dan kepalanya.

Kenangan diantara ketiganya tidak berhenti berputar di kepalanya.

Seperti kaset rusak, otaknya akan terus memutar memori itu.

Membuat Renjun semakin tersiksa dan membenci dirinya sendiri yang telah salah karena mencintai keduanya dan masuk ke dalam hubungan Jaehyun dan Taeyong.

Ia merasa telah merusak hubungan Jaehyun dengan Taeyong.

Dengan segera Renjun beranjak ia tidak mau menangis dan terlihat hancur di hadapan kedua pria yang dicintainya secara bersamaan.

“Ak..” Sial, suaranya tercekat membuatnya merutuk lagi dalam hatinya.

Jika ia melanjutkan kalimatnya sudah dipastikan ia akan menangis.

Netra kelamnya mulai bergerak gelisah menatap Jaehyun dengan Taeyong secara bergantian.

Jaehyun dan Taeyong menatapnya dengan wajah yang tidak dapat dijelaskan. Yang pasti mereka selalu menatap Renjun dengan tatapan penuh kasih.

“Aku pergi.” setelah menetralkan nafas dan mengatur emosinya Renjun dapat bertuturkata secara singkat.

“Tidak.” Jaehyun menyanggahnya dengan cepat. Ia juga menggenggam pergelangan tangan Renjun dengan kuat.

Mereka harus meluruskan masalah yang selama ini menjadi titik buntu.

Jaehyun dan Taeyong tidak mengerti kenapa Renjun tiba-tiba saja selalu menolak ajakan mereka untuk pergi, menolak untuk mengangkat panggilan atau membalas pesan.

Ketika mereka bertanya kepada member yang lain hanya akan mendapatkan jawaban yang berbeda setiap minggunya karena Renjun selalu berganti pasangan di setiap minggunya.

“Kita harus menyelesaikannya. Jangan pernah lari Renjunnie.” Genggaman di pergelangan tangan Renjun melemah, Jaehyun menuntun tubuh Renjun untuk kembali duduk di kursinya.

Taeyong menarik kursi dan duduk tepat di sebelah kanan Renjun.

Renjun pasrah ia memilih bungkam dan menelungkupkan wajahnya di atas meja.

Bahu yang dijuluki bahu gangster itu bergetar sebagai tanda si empunya menangis.

Renjun mulai merasa putus asa dan marah akan dirinya sendiri yang begitu lemah saat ini.

Ia mulai membenturkan dahinya di atas meja sebagai pelampiasan rasa kesalnya.

Taeyong yang melihatnya lalu menarik tubuh Renjun dengan paksa ke dalam pelukannya.

Ia merasa sakit ketika melihat Renjun sehancur ini.

“Renjun, kau boleh memukul kami jika kau marah, asal jangan sakiti dirimu.” bisik Taeyong lembut. Kedua kuasanya merengkuh tubuh Renjun yang bergetar dan masih menangis dalam diam.

Renjun mulai menggigit bibir agar isakannya tidak terdengar.

“Jangan gigit bibirmu. Itu akan membuatnya terluka dan terasa perih nanti kau tidak akan dapat makan selama beberapa waktu.” Bujuk Jaehyun yang selama beberapa tahun terakhir mengetahui bagaimana kebiasaan Renjun jika menahan isakannya.

“Ren, tenanglah. Tidak ada yang salah dengan dirimu yang mencintai kami. Tidak ada yang salah dengan kau yang masuk ke dalam hubungan kami. Justru kau membuatnya sempurna.” Seakan mengerti isi pikiran Renjun, Taeyong terus membisikkan kalimat-kalimat penenang seperti itu.

“Aku dan Jaehyun saja merasa kosong dengan kepergianmu. Bagaimana dengan mu yang bahkan harus kehilangan keduanya?” Jangan anggap Taeyong dengan Jaehyun tidak mengerti apapun. Jeno sebagai drink buddy Renjun memberitahukan kepada kedua hyungnya di saat Renjun terlalu mabuk dan hilang kendali sehingga di suatu malam ia meracaukan segalanya.

Setelah Renjun memutus untuk menghindar, Renjun mengalami masa sulit. Untuk tidurpun ia harus dibantu menggunakan obat.

Maka dari itu untuk mengisi hati dan mengusir perasaan sepi yang dibencinya Renjun terus berganti pasangan setiap minggunya. Berusaha mencari yang terbaik sebagai obat pelipur lara.

“Kembalilah, pulanglah Renjun. Kami ini rumahmu, kami ini jawaban dari yang selalu kau cari dan kau butuhkan.” Jaehyun mulai memeluk Renjun dari belakang dan ikut membisikkan kata-kata penenang.

Mereka bergantian satu sama lain berusaha menenangkan Renjun dan mengatakan bahwa polyamori itu nyata dan bukanlah sebuah kesalahan.

“Jangan pernah menolak hatimu dan kami berdua. Kami juga tersiksa tidak ada kau di sini.” Bisikan terakhir yang Jaehyun berikan membuat Renjun lebih tenang.

Tangisnya berhenti. Jari tangannya mengusap air mata yang ada di pipi lalu melepas pelukan Taeyong dan Jaehyun.

Renjun menundukkan kepalanya. Tidak mau melihat dua orang itu. Belum lagi bibirnya terasa perih karena digigitnya.

“Aku lebih suka kau dengan rambut blonde. Renjun yang memiliki two toned hair membuat banyak kaum hawa dan adam di luar sana jatuh cinta. Nanti aku dan Jaehyun memiliki banyak saingan.” Taeyong berujar lembut seraya mengusap surai blonde milik Renjun yang sangat halus.

Renjun mengangguk lucu. Lalu mengangkat wajahnya.

Mata yang berair, hidung yang memerah, pipi yang basah, dan bibir yang mengerucut lucu dengan darah yang ke luar.

Jaehyun dan Taeyong awalnya memuja sampai pada akhirnya mereka menghela nafas bersamaan karena melihat bibir itu berdarah.

“Sudah kukatakan untuk tidak menggigit bibirmu.” Kedua kuasa Jaehyun menangkup pipi gembil Renjun dan ibu jarinya mengusap darah yang mengalir.

Jaehyun mengecup bibir pink Renjun dengan lembut.

Dengan begini masalah diantara mereka telah berakhir bukan?

Renjun telah kembali.

Taeyong tersenyum melihatnya. Namun, senyumnya tidak berlangsung lama ketika ponsel Renjun kembali berdering dan menampilkan nama “Jungkook-hyung” di sana.

Jungkook mengajaknya untuk bertemu esok sore ketika acara music show telah berakhir.

Jaehyun menatap datar lalu meraih ponselnya dan membuka grup chat 97line nya. Ada banyak chat yang menumpuk namun, tidak dia hiraukan dan memilih untuk mencari kontak temannya dan mengirim sebuah pesan dengan nada sindiran halus dan sedikit ancaman agar pria bermarga Jeon itu tidak lagi menghubungi kekasihnya.

Renjun menelan ludahnya, keringat dingin membasahi dahinya. Sepertinya lubangnya akan digempur habis-habisan malam ini.

Besok pagi ia akan menyalahkan Mark dengan Haechan yang mengusulkan ide untuk berpesta di dorm127.

Yah, itupun jika Renjun sudah bangun di pagi hari.

ーEnd.

ーNarasiー

Selama mata kuliah statistika Renjun terus menunduk. Ia duduk di pojok belakang dengan Jeno di sebelahnya, Jaemin di depannya, Yangyang di sebelah kanan Jaemin dan Haechan di sebelah kanan Yangyang.

Mereka ber-4 berusaha menutupi keberadaan Renjun agar tidak mencolok perhatian Doyoung yang selama kuliah matanya terus menelisik di setiap inchi ruangan untuk mencari keberadaan mahasiswa yang bernama Renjun.

Hingga akhirnya jam statistika telah usai dan Doyoung tidak menemukan keberadaan Renjun karena tubuhnya yang lebih kecil tertutup oleh teman-temannya.

Untuk kali ini Renjun bersyukur kepada Tuhan karena memiliki tubuh yang lebih kecil.

Renjun dan teman-temannya bernafas lega setelah Doyoung ke luar dari kelas dengan sebelumnya melakukan sesi penutupan.

Renjun menyandarkan punggungnya di kursi, selama 2 jam merasa tegang pundaknya terasa kaku.

“Hari ini lu selamat Ren.” ucap Jeno seraya menepuk dan memberikan sedikit pijatan di pundak temannya.

“Bener, apalagi berkat model rambut lu yang baru. Mungkin pak Doyoung pangling.” kali ini Haechan bersuara.

“Sumpah gua lega banget hari ini.” jawabnya seraya mengenakan kembali topi rajutnya untuk menutupi model rambut terbarunya.

“Thanks guys, gua traktir ntar malem. Lu pada mau makan apa?” lanjut Renjun menawarkan makan malam dengan ia sebagai sponsor utama malam ini.

“Nah gini dong. Apalagi tanggal tua seret banget nih mau makan enak.” Sahut Haechan.

Mereka mengobrol membahas rencana makan malam dengan riang seraya berjalan ke luar dari kelas untuk pergi ke kantin karena jam selanjutnya mata kuliah bu Wendy kosong.

“Ekhem.” Seseorang berdehem membuat ke-5 mahasiswa itu menoleh dan terlihatlah Doyoung tengah bersandar di depan pintu kelas. Ia memasukkan satu tangannya di saku dan tangannya yang lain menggenggam sebuah buku, lengan kemeja hitam itu digulungnya hingga ke siku.

Pose sok keren itu membuat Renjun terperangah.

Jeno, Jaemin, Haechan dan Yangyang sudah panik luar biasa dalam hati mereka karena tidak menyangka dosennya itu menunggu di luar.

“Renjun ikut saya ke ruangan.” Perintahnya mutlak membuat Renjun tersadar dari lamunannya dan berubah menjadi panik.

“Y-ya pak.” cicitnya sedikit gagap.

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

First Love Doyoung x Renjun

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ (Sebelum membaca aku saranin sambil dengerin lagunya Nikka Costa – First Love karena aku terinspirasi dari sana.) ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

“Jen, dia siapa?” tanya seorang anak laki-laki kepada teman sebayanya. Kedua tangan kecilnya menggenggam tali tas punggungnya, netra rubah miliknya menatap kagum kepada seorang wira yang baru saja lewat.

“Kakak sepupu, Ren. Namanya Doyoung.” Jawab Jeno. Ia langkahkan kedua kakinya masuk ke dalam rumahnya. Bukannya menyusul, Renjun masih terpaku di depan pintu rumah Jeno.

Menatap punggung tegap milik Doyoung.

“Ren, ayo masuk! Katanya mau ngerjain tugas kelompok?” Panggil Jeno sedikit lebih keras kepada temannya ketika ia sadar bahwa hanya Renjun yang tertinggal di luar.

Renjun mengangguk, tidak membalas panggilan Jeno. Namun, langkahnya berjalan menapak memasuki rumah Jeno.

Kepala Renjun tertunduk.

Wajah dengan paras rupawan itu masih terpatri di dalam angannya.

Netra kelam milik Doyoung yang tak sengaja bertemu dengan manik rubahnya membuat dirinya terpana.

Hidungnya yang bangir terpahat dengan sempurna.

Bahkan wangi parfum yang dikenakan Doyoung masih terasa di indra penciumannya.

Itulah pertemuan pertama yang Renjun ingat saat dirinya masih duduk di bangku kelas 2 SMP, sedangkan Doyoung sudah menjadi mahasiswa di tahun pertama.

Setelah itu tak henti-hentinya memori Renjun terus menciptakan bayangan Doyoung.

Membuat Renjun kerap kali melamun ketika dirinya senggang. Ia bahkan mengabaikan ajakan temannya untuk bermain bersama.

Hingga beberapa saat akhirnya Renjun sadar bahwa ia sudah jatuh cinta di usianya yang masih belia.

Itu adalah cinta pertama baginya.

Cinta pertama yang selalu diimpikannya.

Hobi barunya adalah selalu membayangkan Doyoung sebelum tertidur di ranjang hangatnya.

Hanya itu yang selalu ia lakukan.

Karena...

Ia tidak tahu harus berbuat apa.

Bahkan mungkin saja Doyoung tidak tahu dan tidak mengenalnya.

Atau mungkin Doyoung hanya berfikir bahwa ia hanyalah anak kecil yang masih belum tumbuh dewasa dan buta akan cinta.

Kenapa cinta pertama Renjun begitu kejam dan tidak adil?

Renjun mencintai Doyoung namun, laki-laki itu tidak tahu.

Dan hanya bisa berharap suatu saat Doyoung akan mengetahui tentang perasaannya yang tersimpan rapat di dalam hatinya.

End.