ー Sebuah Kesalahan?
Suasana dorm 127 lantai 10 terlihat kacau dengan botol alkohol dan remahan sisa makanan berserakan. NCT Dream bersama sebagian member NCT 127 baru saja mengadakan pesta untuk merayakan kemenangan NCT Dream di acara music show yang ke-7.
Hanya tersisa Renjun yang masih terjaga dan melanjutkan minumnya dengan sebuah sloki, es batu dan beberapa botol smirnoff yang telah dievakuasi menuju dapur.
Perlu kalian ingat Renjun termasuk member yang memiliki toleransi alkohol tinggi jadi ia tidak akan mudah mabuk begitu saja walau telah minum berbotol-botol alkohol.
Pintu dorm dibuka dan terlihat Jaehyun dan Taeyong yang masuk bersama, kali ini kedua member yang begitu menyukai kebersihan itu memaklumi keadaan dorm yang sangat kacau.
Dua pasang netra itu meniti dan mengamati setiap member dream dengan teliti.
Mark, Jeno, Chenle, Jisung, Haechan dan Jaemin.
Spontan kening keduanya tertaut merasa ada yang kurang.
Jaehyun dan Taeyong saling berpandangan lalu kembali beralih menatap rekan satu tim nya lagi.
Yuta, Jungwoo, dan Taeil.
Prang!
Tiba-tiba sebuah suara keras terdengar dari dapur. Keduanya melangkah dengan tergesa menuju dapur.
Terlihat sesosok wira yang mereka cari tengah membungkuk seraya menggerutu untuk menata pecahan piring yang tidak sengaja ia senggol.
“Lonjinnie?” Tubuh Renjun membeku seketika tatkala mendengar sebuah suara berat memanggilnya.
Dalam hatinya sudah mulai merapal sumpah serapah kepada Haechan dan Mark yang mengusulkan untuk berpesta di dorm 127.
“Lonjinnie?” Kali ini Taeyong memanggilnya dengan lembut.
Sedangkan Renjun? Ia ingin sekali lari dari sini dan pulang ke Jilin. Namun, ketika mengingat dunia sedang pandemi ia mengurungkan niatnya. Tapi tetap ia menginginkan kabur dari sini.
Ia tidak ingin bertemu dengan mantan kekasihnya dalam keadaan sepi seperti ini.
Taeyong dan juga Jaehyun adalah mantan kekasih Renjun sejak era Boom lalu berakhir di era Ridin. Mereka terjebak dalam sebuah hubungan rumit yang dinamakan polyamori.
Setelah 10 bulan berhubungan Renjun memilih untuk menghindar dari keduanya lalu mulai beralih mengencani member dari boygroup atau girlgroup lain walau tidak bertahan lama. Bahkan kerap kali ia hanya melakukan one night stand.
Renjun ini tahu dirinya begitu memikat dengan paras cantik, mulut manis, dan sikapnya yang apik sehingga akan dengan mudah ia mendapatkan pasangan entah itu laki-laki dominan atau wanita.
“Ya hyung?” Setelah berdebat dengan dirinya sendiri akhirnya pemuda manis itu menjawab dengan memutar tubuhnya ke arah dua sosok wira yang tengah berdiri.
“Jaehyun hyung, aku tidak sengaja memecahkan piring milikmu. Maafkan aku.” cicitnya pelan setelah ia berhasil mengumpulkan pecahan piring dan melihat motifnya ia sadar bahwa piring itu milik Jaehyun, salah satu mantan kekasihnya.
Renjun semakin merutuki dirinya sendiri.
Lain hal dengan Renjun yang tengah merasa bersalah. Jaehyun dan Taeyong justru terperangah melihat keindahan duniawi yang terpampang jelas di dalam diri Huang Renjunnya.
Kemeja putih dengan dua kancing teratasnya terbuka, celana kain yang membuat kakinya semakin jenjang, tak lupa dengan choker berwarna hitam yang membelit leher yang dulu sering dicumbu oleh keduanya, tak lupa dengan bibir tipis berwarna merah muda yang selalu membuatnya lupa akan daratan.
Semua yang ada di dalam diri Huang Renjun adalah keindahan.
“Kau masih terbangun dan melanjutkan minum di saat teman-temanmu sudah terkapar tidak berdaya di sana karena alkohol.” Entah pujian atau sindiran yang dilayangkan oleh Taeyong, Renjun hanya diam menunduk.
Karena pernah suatu waktu Renjun dalam keadaan setengah tiang berlatih untuk NCT2020.
Member lain, trainer, bahkan manager tidak ada yang mengetahuinya. Hanya Jaehyun dan Taeyong yang mengetahui perbedaannya.
Memang sangat kecil perbedaan Renjun ketika mabuk ataupun tidak.
Hanya saja ketika laki-laki itu mabuk, semburat berwarna merah muda akan nampak di pipinya hingga ke daun telinganya.
“Ugh.” Renjun menggaruk tengkuknya, merasa takut dengan tatapan tajam yang diberikan Taeyong. Padahal dulu ia begitu memujanya.
“Lain kali hati-hati.” Kali ini Jaehyun bersuara lalu mendekat ke arah Renjun dan berjongkok untuk memungut pecahan piring itu dan menaruhnya di atas meja makan.
Harganya mahal, namun Renjunnya tidak bersalah.
“Kalau begitu aku akan pulang.” Renjun meraih kunci mobil yang ada di sebelahnya. Belum lama ia melangkah tubuhnya sudah terhuyung.
Hampir ia nyusruk ke depan jika sepasang lengan kekar itu tidak melingkar di pinggangnya yang ramping.
Tubuh Taeyong semakin merapat dan mengikis jarak untuk mengeratkan pelukannya.
“Aku tidak akan membiarkan anggotaku untuk menyetir dalam keadaan mabuk dan berakhir menjadi skandal lalu mencoreng nama baik grup.”
Pedas. Itu yang dirasakan Renjun ketika mendengar kalimat yang diucapkan Taeyong.
Membuat Renjun ngambek.
“Kalau begitu aku akan pulang dengan taksi. Terimakasih sudah membantuku.” Geram Renjun berusaha melepaskan rengkuhan Taeyong di pinggangnya.
Satu hentakan kasar diberikan Taeyong agar Renjun menurut dan duduk kembali di atas kursi.
“Dengar Huang Renjun, di luar sana ada sasaeng fans yang bahkan dengan gilanya menginap di depan dorm kita. Jika kau ke luar dengan keadaan seperti ini yang ada kau akan diserang mereka.”
“Hyung, mereka itu perempuan, dan aku laki-laki. Sudah bisa dipastikan aku akan baik-baik saja.” Deliknya.
Jaehyun mendudukkan dirinya tepat di sebelah Renjun. Ia akan menyerahkan masalah ini sepenuhnya kepada Taeyong.
Ia percaya kekasihnya akan mampu mengendalikan rubah kecil nakal dan cantik yang ada di hadapannya ini.
Renjun merengut, tangannya bersidekap.
“Okay. Aku tidak akan pulang dan menginap di sini.” putusnya final setelah sesi saling menatap tajam dengan Taeyong diakhiri olehnya.
Taeyong dan Jaehyun menghela nafas lega. Akhirnya mereka memiliki waktu hanya dengan Renjun.
Walau akhir-akhir ini Renjun sering berkunjung ke dorm 127 ia hanya akan menempeli Haechan atau Mark. Terkadang ia akan bersembunyi di kamar Yuta dan Taeil atau mengintil Doyoung jika ada di lantai 5. Membuat Taeyong dan Jaehyun bersumpah serapah di dalam hati.
Jaehyun dan Taeyong itu kekasih yang baik sekaligus posesif dan cemburuan.
Renjun kembali akan beranjak, ia ingin menyusupkan tubuh kecilnya diantara Mark dengan Yuta atau Mark dengan Jeno. Ia memiliki firasat buruk setelah ini. Takut ia akan berakhir menangis setelahnya.
Jaehyun yang paham akan gelagat si manis lalu merangkul pundak sempit itu membuat Renjun menggerutu dalam hatinya.
Ia terlambat untuk kabur.
Tidak.
Renjun terlalu mudah dibaca gerak-geriknya.
“Aku akan menemanimu minum jika kau masih ingin minum.” Ujar Jaehyun dengan tidak sopannya meraih sloki milik Renjun dan meminum alkohol yang tersisa di sana.
“Aku akan memasakan sesuatu untukmu.” kali ini Taeyong yang berucap seraya membuka lemari pendingin dan mengeluarkan beberapa bahan makanan dari sana.
Ia berencana akan memasak ayam untuk Renjun dan Jaehyun.
“Tidak hyung ak-”
Ucapan Renjun terputus ketika dua pasang netra kelam itu menatapnya datar tanpa ekspresi membuat Renjun mendesah lelah.
Tidak boleh ada penolakan.
Renjun memutar dirinya kembali menghadap ke meja makan dan menuang vodka di dalam slokinya.
“Aku ingin ayam goreng dengan bumbu pedas.” pinta Renjun lalu meminum alkohol yang ada di dalam slokinya hingga tandas.
Taeyong hanya mengangguk paham lalu mulai membumbui daging ayam itu.
“Aku sudah melihat music videonya. Kau terlihat sangat cantik dengan rambut yang dihias seperti itu. Vokalmu juga semakin bagus.” Puji Jaehyun dengan tulus.
“Terimakasih hyung.” balas Renjun, tidak sopan bukan jika kalian dipuji namun tidak membalas apa-apa?
“Kau sudah bekerja keras untuk saat ini.” Kali ini Taeyong menyerukan ungkapan.
“Ya hyung. Aku juga menikmatinya.” balas Renjun kembali.
Suasana hening kembali menyelimuti diantara mereka. Hanya ada suara dari alat masak Taeyong yang sedang digunakan.
Jaehyun sendiri tengah memandang paras rupawan mantan kekasihnya yang begitu memikat matanya. Ah jika dipikir ulang ternyata bukan mantan, Renjun tidak pernah mengatakan kata putus, ia hanya selalu menghindar jika bertemu dan menghilang tanpa kabar.
Taeyong dan Jaehyun juga tidak berniat untuk memutuskan Renjun.
Dan hanya Renjun sendirilah yang menganggap ia sudah putus dengan keduanya.
Atmosfir hening diantara mereka terpecah ketika smartphone Renjun berdering menandakan adanya sebuah panggilan masuk.
Renjun menatap nama di layar itu dan menimang-nimang apakah ia harus mengangkatnya atau tidak.
Pasalnya ini sudah pukul 1 dini hari dan Taeyong tidak akan memperbolehkan Renjun untuk pergi walau hanya sekadar menerima panggilan.
“Angkat di sini.” Titah Taeyong begitu saja mendengar sebuah suara bising.
Renjun memilih menurut dan memutuskan untuk mengangkat panggilan dari pria berdarah Australia dengan marga Bang.
“Halo.” Sapa suara dari seberang sana.
“Aku sudah menontonmu tadi dan kau semakin cantik Renjun, ah selamat untuk kemenangan kalian di music show.” lanjutnya memberikan dukungan.
“Ah, Bangchan hyung terimakasih. Hyung juga sudah bekerja keras di acara Kingdom. Aku suka melihatmu di atas panggung terlihat sangat tampan.” Pujian dengan tulus Renjun berikan kepada leader dari straykids.
Semenjak melakukan collab stage bersama straykids Renjun dekat dengan Bangchan bahkan beberapa kali mereka make out di hotel untuk melepas penat.
Renjun sangat suka ketika dirinya digagahi oleh pria bermarga Bang itu.
Panggilan diantara keduanya tidak berlangsung lama karena Bangchan harus segera beristirahat untuk jadwal kedepannya dan Renjun merasa tertekan ketika dua orang di sana mencuri dengar panggilannya dengan netra kelam yang menatapnya tajam tak lupa dengan perempatan imajiner yang tercetak di dahi keduanya.
“Kemarin dengan Shuhua, kali ini dengan Bangchan. Sampai kapan kau akan seperti ini? Memilih cuek dengan kami dan pergi berkencan dengan orang lain sesukamu.” sebuah usapan halus diberikan oleh Jaehyun di surai lembut milik Renjun.
Taeyong meletakkan sepiring ayam goreng di atas meja dengan beberapa sayuran rebus.
“Tidak bisakah kau kembali dengan kami?”
Renjun mendesah lelah dalam hatinya. Benar tentang firasat buruk yang ia rasa sebelumnya.
Ia tidak mau membahas hubungan mereka lebih jauh.
Menurutnya hubungan itu hanya dua orang bukan tiga orang atau lebih.
Baginya polyamori itu salah. Dan ia tidak mau larut dalam kesalahan dirinya sendiri yang mencintai dua orang di satu waktu bersamaan.
Renjun tidak pernah menjawab alasannya ketika Jaehyun atau Taeyong bertanya kenapa.
Kedua laki – laki itu memilih untuk berhenti bertanya kenapa dan mulai mencari jalan lain secara bersamaan agar Renjunnya kembali lagi.
Namun nihil.
Bahkan saat project NCT2020 Renjun malah memilih untuk dekat dengan Yangyang, menempeli Winwin atau Mark lalu melakukan awsaz dengan Doyoung yang membuat hubungan keduanya semakin akrab.
Hanya hubungannya dengan Taeyong atau Jaehyun yang semakin canggung.
“Berhentilah menyakiti kami lalu kembalilah. Aku akan memaafkanmu, Taeyong hyung juga akan memaafkanmu, Ronjinnie.” bujuk Jaehyun.
Renjun menggenggam kedua tangannya dengan erat.
Menyakiti katanya? Justru ia lah yang paling tersakiti di sini.
“Kami tersiksa tidak adanya kehadiranmu.”
“Kalian terlihat baik-baik saja tanpaku.” sahut Renjun cuek.
Taeyong menghela nafas pelan. Rubah kecilnya ini terlihat angkuh dan indah dimatanya secara bersamaan.
“Lonjinnie.”
“Berhenti memanggilku.” geram Renjun menghentikan Jaehyun yang akan melontarkan kalimat bujukan selanjutnya.
“Baiklah pergilah sesukamu. Terbanglah sesukamu ke manapun kau mau. Aku tidak akan melarang tapi tolong kembalilah ke pelukan kami. Apa kau tidak merindukan kami?” Taeyong berujar lembut, begitu lembut, ia tidak mau menyakiti si manis kesayangannya dengan ucapan pedas.
Dalam hati kecilnya Renjun juga tersiksa, ia sangat merindukan keduanya namun, dirinya masih terus berkata hubungan polyamori tidaklah nyata dan hanya sebuah dosa dan kesalahan.
Ia menganggap dirinya dosa dan kesalahan apalagi Taeyong dengan Jaehyun lebih dulu memulai kisahnya berdua.
Renjun hanya ingin pergi dan lari menghindar untuk menjauh dari keduanya agar perasaan dalam hatinya tidak semakin besar.
Nafasnya semakin memburu Renjun meremat rambut dan kepalanya.
Kenangan diantara ketiganya tidak berhenti berputar di kepalanya.
Seperti kaset rusak, otaknya akan terus memutar memori itu.
Membuat Renjun semakin tersiksa dan membenci dirinya sendiri yang telah salah karena mencintai keduanya dan masuk ke dalam hubungan Jaehyun dan Taeyong.
Ia merasa telah merusak hubungan Jaehyun dengan Taeyong.
Dengan segera Renjun beranjak ia tidak mau menangis dan terlihat hancur di hadapan kedua pria yang dicintainya secara bersamaan.
“Ak..” Sial, suaranya tercekat membuatnya merutuk lagi dalam hatinya.
Jika ia melanjutkan kalimatnya sudah dipastikan ia akan menangis.
Netra kelamnya mulai bergerak gelisah menatap Jaehyun dengan Taeyong secara bergantian.
Jaehyun dan Taeyong menatapnya dengan wajah yang tidak dapat dijelaskan. Yang pasti mereka selalu menatap Renjun dengan tatapan penuh kasih.
“Aku pergi.” setelah menetralkan nafas dan mengatur emosinya Renjun dapat bertuturkata secara singkat.
“Tidak.” Jaehyun menyanggahnya dengan cepat. Ia juga menggenggam pergelangan tangan Renjun dengan kuat.
Mereka harus meluruskan masalah yang selama ini menjadi titik buntu.
Jaehyun dan Taeyong tidak mengerti kenapa Renjun tiba-tiba saja selalu menolak ajakan mereka untuk pergi, menolak untuk mengangkat panggilan atau membalas pesan.
Ketika mereka bertanya kepada member yang lain hanya akan mendapatkan jawaban yang berbeda setiap minggunya karena Renjun selalu berganti pasangan di setiap minggunya.
“Kita harus menyelesaikannya. Jangan pernah lari Renjunnie.” Genggaman di pergelangan tangan Renjun melemah, Jaehyun menuntun tubuh Renjun untuk kembali duduk di kursinya.
Taeyong menarik kursi dan duduk tepat di sebelah kanan Renjun.
Renjun pasrah ia memilih bungkam dan menelungkupkan wajahnya di atas meja.
Bahu yang dijuluki bahu gangster itu bergetar sebagai tanda si empunya menangis.
Renjun mulai merasa putus asa dan marah akan dirinya sendiri yang begitu lemah saat ini.
Ia mulai membenturkan dahinya di atas meja sebagai pelampiasan rasa kesalnya.
Taeyong yang melihatnya lalu menarik tubuh Renjun dengan paksa ke dalam pelukannya.
Ia merasa sakit ketika melihat Renjun sehancur ini.
“Renjun, kau boleh memukul kami jika kau marah, asal jangan sakiti dirimu.” bisik Taeyong lembut. Kedua kuasanya merengkuh tubuh Renjun yang bergetar dan masih menangis dalam diam.
Renjun mulai menggigit bibir agar isakannya tidak terdengar.
“Jangan gigit bibirmu. Itu akan membuatnya terluka dan terasa perih nanti kau tidak akan dapat makan selama beberapa waktu.” Bujuk Jaehyun yang selama beberapa tahun terakhir mengetahui bagaimana kebiasaan Renjun jika menahan isakannya.
“Ren, tenanglah. Tidak ada yang salah dengan dirimu yang mencintai kami. Tidak ada yang salah dengan kau yang masuk ke dalam hubungan kami. Justru kau membuatnya sempurna.” Seakan mengerti isi pikiran Renjun, Taeyong terus membisikkan kalimat-kalimat penenang seperti itu.
“Aku dan Jaehyun saja merasa kosong dengan kepergianmu. Bagaimana dengan mu yang bahkan harus kehilangan keduanya?” Jangan anggap Taeyong dengan Jaehyun tidak mengerti apapun. Jeno sebagai drink buddy Renjun memberitahukan kepada kedua hyungnya di saat Renjun terlalu mabuk dan hilang kendali sehingga di suatu malam ia meracaukan segalanya.
Setelah Renjun memutus untuk menghindar, Renjun mengalami masa sulit. Untuk tidurpun ia harus dibantu menggunakan obat.
Maka dari itu untuk mengisi hati dan mengusir perasaan sepi yang dibencinya Renjun terus berganti pasangan setiap minggunya. Berusaha mencari yang terbaik sebagai obat pelipur lara.
“Kembalilah, pulanglah Renjun. Kami ini rumahmu, kami ini jawaban dari yang selalu kau cari dan kau butuhkan.” Jaehyun mulai memeluk Renjun dari belakang dan ikut membisikkan kata-kata penenang.
Mereka bergantian satu sama lain berusaha menenangkan Renjun dan mengatakan bahwa polyamori itu nyata dan bukanlah sebuah kesalahan.
“Jangan pernah menolak hatimu dan kami berdua. Kami juga tersiksa tidak ada kau di sini.” Bisikan terakhir yang Jaehyun berikan membuat Renjun lebih tenang.
Tangisnya berhenti. Jari tangannya mengusap air mata yang ada di pipi lalu melepas pelukan Taeyong dan Jaehyun.
Renjun menundukkan kepalanya. Tidak mau melihat dua orang itu. Belum lagi bibirnya terasa perih karena digigitnya.
“Aku lebih suka kau dengan rambut blonde. Renjun yang memiliki two toned hair membuat banyak kaum hawa dan adam di luar sana jatuh cinta. Nanti aku dan Jaehyun memiliki banyak saingan.” Taeyong berujar lembut seraya mengusap surai blonde milik Renjun yang sangat halus.
Renjun mengangguk lucu. Lalu mengangkat wajahnya.
Mata yang berair, hidung yang memerah, pipi yang basah, dan bibir yang mengerucut lucu dengan darah yang ke luar.
Jaehyun dan Taeyong awalnya memuja sampai pada akhirnya mereka menghela nafas bersamaan karena melihat bibir itu berdarah.
“Sudah kukatakan untuk tidak menggigit bibirmu.” Kedua kuasa Jaehyun menangkup pipi gembil Renjun dan ibu jarinya mengusap darah yang mengalir.
Jaehyun mengecup bibir pink Renjun dengan lembut.
Dengan begini masalah diantara mereka telah berakhir bukan?
Renjun telah kembali.
Taeyong tersenyum melihatnya. Namun, senyumnya tidak berlangsung lama ketika ponsel Renjun kembali berdering dan menampilkan nama “Jungkook-hyung” di sana.
Jungkook mengajaknya untuk bertemu esok sore ketika acara music show telah berakhir.
Jaehyun menatap datar lalu meraih ponselnya dan membuka grup chat 97line nya. Ada banyak chat yang menumpuk namun, tidak dia hiraukan dan memilih untuk mencari kontak temannya dan mengirim sebuah pesan dengan nada sindiran halus dan sedikit ancaman agar pria bermarga Jeon itu tidak lagi menghubungi kekasihnya.
Renjun menelan ludahnya, keringat dingin membasahi dahinya. Sepertinya lubangnya akan digempur habis-habisan malam ini.
Besok pagi ia akan menyalahkan Mark dengan Haechan yang mengusulkan ide untuk berpesta di dorm127.
Yah, itupun jika Renjun sudah bangun di pagi hari.
ーEnd.