“Sawamura gue mau pergi, lu jangan berantakin kamar”
Ucap Kuramochi melihat layar ponselnya sebelum berdiri tegap dan memindahkan pandangannya dari Eijun ke Miyuki yang duduk diseberangnya tadi di lantai lalu ke Masuko.
“Masuko senpai nanti gue beliin pudding, tolong usir Miyuki habis gue pergi”
“Uga!”
Masuko mengangkat jempolnya, setuju untuk mengusir Miyuki keluar yang di respon dengan protes “Eh?!” dari pihak yang akan diusir.
“Kuramochi senpai mau kemana sih?! Sudah berapa kali keluar malam-malam!”
Tanya Eijun dengan lantang yang tentu saja akan dibalas Miyuki. Namun sayangnya tentu saja Kuramochi tidak akan membiarkan kalimat itu lolos dari mulut Miyuki semudah itu.
“Dia kan mau jemput-“
“Miyuki”
Kuramochi yang sedang meraih ganggang pintu, menatap Miyuki dengan intens ala-ala berandalan, memberikan pesan ‘lo bocorin, lo mati besok’ membuat Miyuki bergidik ngeri dan diam di tempat.
“Yaudah, gue pergi dulu, dah.”
Ucap Kuramochi melihat ketiga orang di kamarnya tersebut sebelum keluar dan menutup pintu kamar nomor 5 di asrama Seido. Meninggalkan bisik-bisik dari Eijun yang memaksa Miyuki untuk memberi tahu rahasianya. Kuramochi janji, nyawa Eijun tidak akan selamat malam ini.
Sesampainya di tempat kerja kelompok si gadis yang dijemputnya dan ditaksirnya beberapa waktu ini, Oki, Kuramochi langsung menghampirinya dengan ajakan “Ayo pulang” dan balasan “Oke” perjalanan mereka menuju rumah si gadis di mulai.
Kuramochi tidak tahu sejak kapan pastinya dari ‘gue nemenin lo di telpon sampai lo pulang’ berubah menjadi ‘gue anterin lo pulang ke rumah’. Tidak bisa dipungkiri kalau dia memang tertarik semenjak mereka sekelas bersama saat mereka kelas satu dan kedekatan mereka yang bertambah seiring berjalannya waktu, ditambah mereka sekelas lagi bersama saat kelas dua. Kalau tidak salah ini dimulai dari kerja kelompok berdua perdana mereka di bulan September tahun lalu dan sekarang sudah Mei pada tahun kedua mereka di Seido.
Kuramochi bukannya tidak sadar akan apa yang ia lakukan sekarang, memang dari dulu juga dia tidak pernah berusaha keras menutupi kedekatan mereka walau ya dulu kamuflasenya mau jadi teman akrab, makanya ditemenin telponan tuh tiap malam. Tapi kalau begitu, bukannya dengan dirinya mengantar pulang sama saja dengan dirinya menyatakan cinta secara tidak langsung?
Apalagi Kuramochi bukanlah laki-laki yang pandai berkata-kata, ia lebih menunjukkan afeksinya lewat Tindakan, yah walau tidak romantis juga sih. Tolong jangan terlalu dikritisasi karena dia tidak pernah merasakan atau melakukan pendekatan dan hal semacam ini, yang agaknya sulit dipercaya karena dia adalah mantan berandalan. (uhuk, tukang gebuk anak pejabat).
Kuramochi mau perasaanya tersalurkan lewat aksinya, namun dia juga tahu ada beberapa momen dimana dibutuhkan kata-kata agar hubungan ini dapat maju kedepan bukan diam di tempat seperti 8 bulan ini. Gagal atau tidak, dia harus mencoba bukan? Maka inilah usaha pertama Kuramochi dengan mematahkan suasana diam yang sebenanrnya nyaman di antara mereka berdua ini.
“Oki, lo mau gak nonton gue tanding besok?”
“Mau aja sih tapi besok sabtu”
Jawab Oki cengengesan karena sejujurnya hierarki tertinggi dipegang oleh aktivitas tidur bukannya nontonin cowok yang ga jadi-jadi pacarnya ini.
“Berkorban dikitlah demi gue, tar gue traktir kalo kita menang”
Dalam hati sih ‘tolong sadari usaha gue kelihatan keren di mata lo, please’. Tapi memang tidak bisa bisa bohong, Kuramochi tahu dan sadar diri dia sudah tidak ada keren-kerennya di mata gadis disampingnya. Kuramochi akan menyalahkan ini ke banyaknya interaksi dia di kelas dengan Miyuki, habisnya ga punya teman lain sih soalnya ansos.
“Misalnya nih gue datang, terus lo biarin gue cengo gitu di lautan anak brass band dan cheer?”
Tanya Oki lagi seakan-akan dirinya tidak mau datang, padahal kalau jujur juga yakali gak datang kalau gebetan yang ngundang secara pribadi walau harus terisolasi di lautan terompet dan baju cheerleader.
“Bareng Tata? Dia pasti ngerekam Tetsu san”
Balas Kuramochi lagi harap-harap cemas gebetannya mau datang gak ya. Yang Kuramochi tidak tahu sebenarnya mereka berdua sudah janjian mau nonton pertandingan besok, tapi Kuramochi tidak perlu tahu hal ini.
“Agak malu gue jujur sama dia, anaknya freak soal pacarnya iya gak sih?”
“Kyaha! Teman dekat lo sendiri tuh”
Dan sebenarnya mereka sekelas berempat dengan Miyuki, ini kesannya lagi ghibah tapi apadaya fakta di lapangan nama gadis yang mereka sebut sampai hari ini masih teriak-teriak melihat si pacar di batter box, kayak lo ga bosen ya udah puluhan pertandingan yang lo datangin tapi masih aja gini??? Gws.
“Eh, anaknya ngaku sendiri sih jadi gapapa, bisa gitu ya kasmarannya ga selesai-selesai”
Lanjut Oki yang sudah terbiasa juga melihat tingkah laku teman mereka ini, tiap hari ngebucin tanpa henti.
“Kyaha!”
Kuramochi sih maunya nanya ‘nanti lo juga gitu gak waktu kita pacaran?’ Cuma apa daya gengsinya hanya bisa mengeluarkan tawa khasnya. Beberapa percakapan dimulai dan berlalu dengan suasana ringan dan penuh tawa, tidak terasa mereka sudah di depan rumah si gadis.
“Makasih Mochiiii udah mau nganterin, dadah”
Baru saja Oki mau memasuki rumahnya namun panggilan dari Kuramochi membuatnya berbalik kembali.
“Ki, lo mau ga-“
Namun tiba-tiba Kuramochi berhenti, lidahnya kelu tidak bisa mengucapkan kata-kata yang akan menjadi penentu hubungan mereka kedepannya. Melihat si gadis masih menunggu untuk dirinya melanjutkan kalimatnya malah membuat Kuramochi semakin gugup dan menarik kata-katanya.
“Ah gapapa, awas lu gaada besok habis tanding. Kyaha!”
Kuramochi tahu lebih baik dari siapapun di situasi seperti ini dia masih menjadi pecundang yang tidak berani mengungkapkan perasaanya, dimana bravado yang dia miliki sewaktu masih berkeliaran menjadi berandalan? Tapi ini bukan berarti dia menyerah, masih ada hari esok, sekarang Kuramochi hanya berharap dia tidak akan menjadi pengecut di keesokan hari seraya langkahnya melaju pergi menjauh dari kediaman milik si gadis.
Omake:
Kuramochi dengan hati galau akhirnya kembali ke kamar nomor 5 di asrama Seido.
“Gue balik, nih Masuko senpai pudding yang gue janjiin”
Ucap Kuramochi memberikan tentengan kantung plastic berisi pudding di tangannya, tapi Masuko tidak bereaksi, masih diam begitu saja dengan Eijun tumben sekali dia tidak bertanya-tanya dirinya habis dari mana saja. Tapi ya sudahlah, begini lebih baik piker Kuramochi yang mau langsung tidur ke ranjangnya namun sebelum dia sempat naik ke tangga, Eijun dan Masuko menumpuknya ke lantai dan bajunya jadi basah, mereka sedang menangis???
“Kuramochi senpai ditolak ya, itu mungkin karena tampang senpai kaya berandalan! Nanti gue kasih email Wakana deh!!!”
Seru Eijun bersungut-sungut yang langsung di sahut Masuko sebelum Kuramochi sempat berbicara.
“Uga! Kuramochi saja yang makan puddingnya”
Kuramochi yang ditindih sempat bingung beberapa saat, sebelum akhirnya sadar ini perbuatan siapa lagi kalau bukan si titisan setan yang jatuh ke bumi bernama Miyuki Kazuya.
“Si bangsat!! Lihat besok gue bunuh dia habis pertandingan! Dan siapa bilang gue ditolak? Sawamura lepasin gue atau lo juga ikut gue bantai besok!”
Teriak Kuramochi menggelegar, masih belum bisa lepas dari timpukan Masuko dan Eijun. Namun bukannya di gubris, mereka malah ditimpuk semakin erat dengan bisikan dari Eijun ke Masuko “Kayanya Kuramochi senpai masih denial” dan “Uga! Tidak boleh dibiarkan sendirian” dari Masuko, mereka sadar tidak sih kalau Kuramochi bisa mendengar mereka dengan jelas?
“Udah gue bilang, gue gak ditolak!!!!!!!!!!!!”