“Icel kamu kok lemes banget??”
Tanya Bennet kebingungan sehabis menari satu lagu dengan fischl yang bermuka pucat dan seperti mau pingsan kapan saja.
“Prinsesszin tidak apa-apa, kamu tidak perlu khawatir Bennet-”
Ucapan Fischl langsung di potong Bennet yang panik.
“Ya jelas khawatir lah kan aku pacar kamu?! Muka kamu juga pucet banget ayo makan dulu!”
Bennet langsung menarik Fischl keluar dari lantai dansa ke buffet snack ringan yang di sediakan sekolah di pinggir.
“Ayo cel, makan dikit ganjel sesuatu? Please?”
Ucap Bennet yang masih saja di acuhkan oleh Fischl yang hanya meneguk minuman daritadi. Fischl masih diam saja hingga ada satu anak lelaki tidak sengaja menumpahkan minuman ke gaunnya.
“M-maaf gue ga sengaja-”
Fischl langsung memotong perkataan anak itu dengan murka bahkan keluar dari karakterisasi Chuunibyou nya.
“Ga sengaja? Makanya hati-hati! Kamu tau gak perjuangan aku diet mati-matian supaya gaun ini muat, mikir ga sih-”
Dan tiba-tiba saja badan Fischl terhuyung mau jatuh, Bennet yang daritadi menenangi Fischl dengan perkataan.
“Icel tenang”
Berulang-ulang langsung sigap menangkap tubuh Fischl.
“Bro, maaf ya! Gue bawa Fischl keluar dulu!”
Seru Bennet yang langsung keluar.
“Bennet kita kemana?”
Lirih Fischl pelan setengah sadar.
“Bawa kamu ke rumah sakit!”
Seru Bennet memposisikan Fischl di jok motornya sambil memakaikan helm.
“Ngapainnnn?”
Ujar Fischl sedikit merewel yang di balas Bennet dengan tegas.
“Muka kamu pucet, gaada penolakan!”
Lalu Bennet menaiki motornya bersiap untuk segera tancap gas dan pergi.
“Kamu peluk aku erat-erat ya, aku takut kamu jatuh”
Ucap Bennet sebelum pergi, Fischl hanya mengangguk pelan dan berangkatlah mereka.
Di tengah perjalanan hujan tiba-tiba turun dengan deras, mau tidak mau Bennet harus menepi dulu.
Untung saja ada Mekdi di dekat mereka untuk berteduh. Tidak lama kemudian Bennet kembali dengan satu tray makanan kepada Fischl yang sudah bermuka pucat sekali.
“Aku gamau tau tapi kamu harus makan sekarang cel, gaada penolakan”
Ucap Bennet kemudian duduk di sebrang Fischl.
“Tapi Bennet, aku-”
Ucapan Fischl lagi-lagi di potong Bennet yang panik.
“Eh atau kamu maag ya? Perut kamu sakit gak-”
Sekarang gantian ucapan Bennet yang di potong Fischl.
“Nggak kokkkkkk kamu jangan panik, aku cuma laper ajaa”
“Bagus deh, yaudah di makan dong burgernya”
Celetuk Bennet yang mendapat cemberut dari Fischl.
“Loh kenapa? Aku ada salah? Maaf cel aku-”
“Nggak gitu Bennetttttttttt, kamu tau gak demi gaun ini cukup di tubuh aku? Aku gak makan pagi sama malam sama sekali dua minggu tau!”
Omel Fischl yang sesaat kemudian baru sadar apa yang telah dia lontarkan, mukanya langsung memerah malu. Kontras dengan ekspresi di wajah Bennet, yang menahan amarah.
“Kamu kok kaya gitu? Kan ada gaun lain?!”
“Tapi ini yang paling cantik, buat kamu juga ih!”
Balas Fischl ngeyel yang langsung di sembur balik oleh Bennet.
“Kamu pakai apapun mah terserah, aku suka icel apa adanya!”
Wajah Fischl semakin memerah dan langsung merebut burger di depannya dan di makan dengan lah membuat Bennet langsung sumringah.
“Makan yang lahap ya cel, jangan kaya gini lagi ya gabaik buat kesehatan kamu”
Ucap Bennet dengan cengiran khasnya sambil mengacak-acak rambut Fischl.
“Berisik”
Balas Fischl masih mengunyah burgernya dengan lahap. Ini mungkin bukan malam yang ideal untuk prom night, tapi menurut Fischl momen ini lebih spesial dari dansa di lantai aula bagi dirinya.