champagnekiss

“Icel kamu kok lemes banget??”

Tanya Bennet kebingungan sehabis menari satu lagu dengan fischl yang bermuka pucat dan seperti mau pingsan kapan saja.

“Prinsesszin tidak apa-apa, kamu tidak perlu khawatir Bennet-”

Ucapan Fischl langsung di potong Bennet yang panik.

“Ya jelas khawatir lah kan aku pacar kamu?! Muka kamu juga pucet banget ayo makan dulu!”

Bennet langsung menarik Fischl keluar dari lantai dansa ke buffet snack ringan yang di sediakan sekolah di pinggir.

“Ayo cel, makan dikit ganjel sesuatu? Please?”

Ucap Bennet yang masih saja di acuhkan oleh Fischl yang hanya meneguk minuman daritadi. Fischl masih diam saja hingga ada satu anak lelaki tidak sengaja menumpahkan minuman ke gaunnya.

“M-maaf gue ga sengaja-”

Fischl langsung memotong perkataan anak itu dengan murka bahkan keluar dari karakterisasi Chuunibyou nya.

“Ga sengaja? Makanya hati-hati! Kamu tau gak perjuangan aku diet mati-matian supaya gaun ini muat, mikir ga sih-”

Dan tiba-tiba saja badan Fischl terhuyung mau jatuh, Bennet yang daritadi menenangi Fischl dengan perkataan.

“Icel tenang”

Berulang-ulang langsung sigap menangkap tubuh Fischl.

“Bro, maaf ya! Gue bawa Fischl keluar dulu!”

Seru Bennet yang langsung keluar.

“Bennet kita kemana?”

Lirih Fischl pelan setengah sadar.

“Bawa kamu ke rumah sakit!”

Seru Bennet memposisikan Fischl di jok motornya sambil memakaikan helm.

“Ngapainnnn?”

Ujar Fischl sedikit merewel yang di balas Bennet dengan tegas.

“Muka kamu pucet, gaada penolakan!”

Lalu Bennet menaiki motornya bersiap untuk segera tancap gas dan pergi.

“Kamu peluk aku erat-erat ya, aku takut kamu jatuh”

Ucap Bennet sebelum pergi, Fischl hanya mengangguk pelan dan berangkatlah mereka.

Di tengah perjalanan hujan tiba-tiba turun dengan deras, mau tidak mau Bennet harus menepi dulu.

Untung saja ada Mekdi di dekat mereka untuk berteduh. Tidak lama kemudian Bennet kembali dengan satu tray makanan kepada Fischl yang sudah bermuka pucat sekali.

“Aku gamau tau tapi kamu harus makan sekarang cel, gaada penolakan”

Ucap Bennet kemudian duduk di sebrang Fischl.

“Tapi Bennet, aku-”

Ucapan Fischl lagi-lagi di potong Bennet yang panik.

“Eh atau kamu maag ya? Perut kamu sakit gak-”

Sekarang gantian ucapan Bennet yang di potong Fischl.

“Nggak kokkkkkk kamu jangan panik, aku cuma laper ajaa”

“Bagus deh, yaudah di makan dong burgernya”

Celetuk Bennet yang mendapat cemberut dari Fischl.

“Loh kenapa? Aku ada salah? Maaf cel aku-”

“Nggak gitu Bennetttttttttt, kamu tau gak demi gaun ini cukup di tubuh aku? Aku gak makan pagi sama malam sama sekali dua minggu tau!”

Omel Fischl yang sesaat kemudian baru sadar apa yang telah dia lontarkan, mukanya langsung memerah malu. Kontras dengan ekspresi di wajah Bennet, yang menahan amarah.

“Kamu kok kaya gitu? Kan ada gaun lain?!”

“Tapi ini yang paling cantik, buat kamu juga ih!”

Balas Fischl ngeyel yang langsung di sembur balik oleh Bennet.

“Kamu pakai apapun mah terserah, aku suka icel apa adanya!”

Wajah Fischl semakin memerah dan langsung merebut burger di depannya dan di makan dengan lah membuat Bennet langsung sumringah.

“Makan yang lahap ya cel, jangan kaya gini lagi ya gabaik buat kesehatan kamu”

Ucap Bennet dengan cengiran khasnya sambil mengacak-acak rambut Fischl.

“Berisik”

Balas Fischl masih mengunyah burgernya dengan lahap. Ini mungkin bukan malam yang ideal untuk prom night, tapi menurut Fischl momen ini lebih spesial dari dansa di lantai aula bagi dirinya.

“Icel kamu kok lemes banget??”

Tanya Bennet kebingungan sehabis menari satu lagu dengan fischl yang bermuka pucat dan seperti mau pingsan kapan saja.

“Prinsesszin tidak apa-apa, kamu tidak perlu khawatir Bennet-”

Ucapan Fischl langsung di potong Bennet yang panik.

“Ya jelas khawatir lah kan aku pacar kamu?! Muka kamu juga pucet banget ayo makan dulu!”

Bennet langsung menarik Fischl keluar dari lantai dansa ke buffet snack ringan yang di sediakan sekolah di pinggir.

“Ayo cel, makan dikit ganjel sesuatu? Please?”

Ucap Bennet yang masih saja di acuhkan oleh Fischl yang hanya meneguk minuman daritadi. Fischl masih diam saja hingga ada satu anak lelaki tidak sengaja menumpahkan minuman ke gaunnya.

“M-maaf gue ga sengaja-”

Fischl langsung memotong perkataan anak itu dengan murka bahkan keluar dari karakterisasi Chuunibyou nya.

“Ga sengaja? Makanya hati-hati! Kamu tau gak perjuangan aku diet mati-matian supaya gaun ini muat, mikir ga sih-”

Dan tiba-tiba saja badan Fischl terhuyung mau jatuh, Bennet yang daritadi menenangi Fischl dengan perkataan.

“Icel tenang”

Berulang-ulang langsung sigap menangkap tubuh Fischl.

“Bro, maaf ya! Gue bawa Fischl keluar dulu!”

Seru Bennet yang langsung keluar.

“Bennet kita kemana?”

Lirih Fischl pelan setengah sadar.

“Bawa kamu ke rumah sakit!”

Seru Bennet memposisikan Fischl di jok motornya sambil memakaikan helm.

“Ngapainnnn?”

Ujar Fischl sedikit merewel yang di balas Bennet dengan tegas.

“Muka kamu pucet, gaada penolakan!”

Lalu Bennet menaiki motornya bersiap untuk segera tancap gas dan pergi.

“Kamu peluk aku erat-erat ya, aku takut kamu jatuh”

Ucap Bennet sebelum pergi, Fischl hanya mengangguk pelan dan berangkatlah mereka.

Di tengah perjalanan hujan tiba-tiba turun dengan deras, mau tidak mau Bennet harus menepi dulu.

Untung saja ada Mekdi di dekat mereka untuk berteduh. Tidak lama kemudian Bennet kembali dengan satu tray makanan kepada Fischl yang sudah bermuka pucat sekali.

“Aku gamau tau tapi kamu harus makan sekarang cel, gaada penolakan”

Ucap Bennet kemudian duduk di sebrang Fischl.

“Tapi Bennet, aku-”

Ucapan Fischl lagi-lagi di potong Bennet yang panik.

“Eh atau kamu maag ya? Perut kamu sakit gak-”

Sekarang gantian ucapan Bennet yang di potong Fischl.

“Nggak kokkkkkk kamu jangan panik, aku cuma laper ajaa”

“Bagus deh, yaudah di makan dong burgernya”

Celetuk Bennet yang mendapat cemberut dari Fischl.

“Loh kenapa? Aku ada salah? Maaf cel aku-”

“Nggak gitu Bennetttttttttt, kamu tau gak demi gaun ini cukup di tubuh aku? Aku gak makan pagi sama malam sama sekali dua minggu tau!”

Omel Fischl yang sesaat kemudian baru sadar apa yang telah dia lontarkan, mukanya langsung memerah malu. Kontras dengan ekspresi di wajah Bennet, yang menahan amarah.

“Kamu kok kaya gitu? Kan ada gaun lain?!”

“Tapi ini yang paling cantik, buat kamu juga ih!”

Balas Fischl ngeyel yang langsung di sembur balik oleh Bennet.

“Kamu pakai apapun mah terserah, aku suka icel apa adanya!”

Wajah Fischl semakin memerah dan langsung merebut burger di depannya dan di makan dengan lah membuat Bennet langsung sumringah.

“Makan yang lahap ya cel, jangan kaya gini lagi ya gabaik buat kesehatan kamu”

Ucap Bennet dengan cengiran khasnya sambil mengacak-acak rambut Fischl.

“Berisik”

Balas Fischl masih mengunyah burgernya dengan lahap. Ini mungkin bukan malam yang ideal untuk prom night, tapi menurut Fischl momen ini lebih spesial dari dansa di lantai aula bagi dirinya.

chatnya kaya bennet suru liat depan dong ada ini gak snd buket bunga terus icel blg lah iya ada terus nanya kamu dimana coba liat samping kamu lah kamu kok disini heheee ngunjungin pacar cantik aku ayo sudahi pecahan kodemu itu mari ke prom bersamaku icel terus ya

Razor mulai khawatir, 15 menit sudah berlalu dan Barbara belum kunjung juga kembali dari kamar mandi. Razor pun memercayai firasatnya dan pergi keluar mencari Barbara.

Benar saja di luar, dekat pintu masuk sekolah segerombolan orang berkerumun mengelilingi Barbara dengan heboh. Razor menggeram, bukankah orang-orang ini tahu Barbara sedang tidak nyaman?

Lihat raut mukanya saja sudah gelisah. Yah, itu sih cuma lo aja yang peka zor, namanya aja bucin. Razor langsung menerobos masuk dan menghampiri Barbara.

“Jangan ganggu, Barbara tidak suka”

Ucapnya dengan tegas. Fans Barbara tidak terima dan mau protes namun sorot mata Razor yang mengancam membuat mereka ciut dan memilih mundur dulu sekarang.

Setelah semuanya sudah pergi menyisakan mereka berdua, Razor langsung berbalik menanyakan keadaan gadis di belakangnya.

“Barbara tidak apa-apa?”

Raut muka Razor juga kembali seperti biasa.

“Iya, makasih ya Razor!”

Ucap Barbara tersenyum manis seperti biasa juga, padahal hatinya sudah berdegup kencang tidak karuan.

“Sekarang mau masuk lagi?”

Tanya Razor kembali yang dijawab dengan gelengan kepala dari Barbara.

“Nggak dulu, aku mau ngomong sesuatu dulu sama Razor boleh?”

Tanya Barbara balik yang hanya mendapat anggukan dari laki-laki di depannya. Barbara pun menarik nafas panjang, intinya dia harus mengutarakan perasaannya hari ini persetan dengan diterima atau ditolak!

“R-razor aku suka kamu!”

Ucap Barbara setengah berteriak dengan muka merah padam. Untung saja lokasi pintu sekolah cukup jauh dari venue untuk prom sehingga tidak ada fansnya yang mendengarnya. Tidak perlu menunggu lama Razor langsung menjawab.

“Razor juga suka Barbara”

Barbara langsung ingin sumringah mendengar respon itu, namun saat melihat wajah Razor masih saja dengan ekspresi yang sama itu Barbara pun tersadar.

Mana mungkin orang seperti Razor mengerti perasaan suka, mungkin Razor mengatakan suka karena dia temannya. Hampir saja Barbara berharap terlalu tinggi.

Lalu tiba-tiba hujan turun di waktu yang tepat untuk kabur dari tempat kejadian yang memalukan ini bagi Barbara.

“Hujan nih, masuk yuk zor!”

Ucap Barbara dengan senyum kecut yang sepertinya dari sudut pandang Barbara tidak mungkin di tandai oleh pria di sampingnya yang mengangguk akan ajakannya untuk masuk.

Malam yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga para hadirin sekalian! Disinilah tiga laki-lagi dengan jantung berdegup kencang menunggu para perempuan yang menjadi pasangan mereka di depan rumah Barbara.

Ada Chongyun juga sih cuma doi mah kagak nervous ya, malah protes ngomel-ngomel.

“Aling cepetannnnnnnnn! Kasian supir Xingqiu dah bolak balik tadi jemput kita naruh motor di sekolah, sekarang nungguin elo lama banget buset”

“Sini lu gue tampol!”

Balas Xiangling lewat jendela. Anggota Cjr kw lain pun langsung menampol Chongyun, kata Xingqiu sih “Perwakilan dari Xiangling”

Beberapa saat kemudian saat sampai di aula, keempat pasangan itu langsung terpisah. Ada Hu Tao yang langsung di bawa Xingqiu ke tempat dansa.

Ada Barbara dan Razor yang di cegat fanclub Barbara sehingga susah sekali masuk ke venue.

Dan ada Bennet yang jatuh terkena gundukan pasir, untung saja Fischl siap sedia membawa jas kedua untuk Bennet yah walau kusut karena di paksa masuk ke tas setidaknya bersih lah ya.

Mereka menyisakan Chongyun Xiangling berdiri di pinggiran lantai dansa.

“Ling malam ini mau dansa atau nonton drama?”

“Dua-duanya, btw liatin tuh Barbara sama Razor ada-ada aja dah fansnya Barbara nih”

Ucap Xiangling menunjuk ke kerumunan di depan aula. Mari kita skip dari mereka sekarang karena mereka cuma ghibah aja malam ini dan move on ke Xingqiu dan Hu Tao.

Tubuh Xingqiu dan Hu Tao langsung bergerak mengikuti dentuman lagu ketika langkah pertama mereka menyentuh lantai dansa.

Hu Tao di mata Xingqiu adalah bintang yang paling bersinar di malam ini, membuatnya tidak dapat melepaskan pandangan barang sedetik pun dari Hu Tao.

“Hu Tao”

Ucap Xingqiu memulai langkah pertama dari rencananya di malam ini. Namun sesuatu yang tidak terduga tentu akan terjadi, apalagi gadis yang di depannya adalah Hu Tao.

“Hm, aku tebak kamu mau tembak aku 15 detik lagi waktu kamu twirl aku, then you will give me a swoon worth kiss when you dip me”

Balas Hu Tao yang langsung merentetkan seluruh rencana Xingqiu ke depan wajah Xingqiu sendiri. Raut wajah Xingqiu langsung berubah seperti pelaku tertangkap basah.

“Then I assume, I'm correct”

Ucap Hu Tao dengan percaya diri, sedangkan Xingqiu masih pucat pasi.

“H-how did you know?”

Tanya Xingqiu tidak percaya rencananya tertebak semua oleh Hu Tao.

“Karena lo, tuan peringkat satu yang terpaku dengan buku dan novel romantis sudah tentu akan mengikuti alur dan mengetahui dimana klimaks dari ceritanya. Sayangnya your love interest is me and I'm here bringing the plot twist.”

Jawab Hu Tao memutus dansa mereka lalu menarik tangan Xingqiu untuk pergi dari lantai dansa.

“Mau kemana tao, Ini masih prom lho?”

Tanya Xingqiu kebingungan dan Hu Tao hanya memberi cengiran biasanya dan beberapa kata yang seperti biasa di lontarkan di situasi seperti ini.

“Skip aja, gue janji lo akan lebih menikmati ini”

Dan detik itu juga Hu Tao membawa kabur tuan muda Xingqiu dari prom.

Mereka sudah berjalan sekitar 5 menit di luar sekolah dan Xingqiu sepertinya tahu kemana arah ini. Dan benar saja, destinasi mereka adalah lapangan tidak terurus, tempat dimana mereka pertama berteman, tempat spesial mereka berdua.

“Tunggu disini sebentar!”

Ucap Hu Tao berlari ke tengah lapangan.

“Buat apa?”

Tanya Xingqiu mau menyusul Hu Tao namun orangnya malah sudah berbalik ke arahnya kembali.

“Bentar lagi lo tau kok”

Ucap Hu Tao saat kembali ke sisi Xingqiu dan tiba-tiba letusan kembang api terdengar. Manik Xingqiu otomatis melihat ke arah langit, dari tatapannya dia melihat kembang api yang membentuk tulisan...

“Diluc mau jadi pacarku?”

Tanya Xingqiu bingung, kenapa malah nama Diluc yang terpampang disana dan bukan dirinya?

“Hehe, maaf gaada duit ini back up kembang api Kak Yoimiya waktu ngajak Kak Diluc balikan”

Ucap Hu Tao cengegesan, Xingqiu tidak tahu dia harusnya bersyukur atau mau marah namun ucapan Hu Tao selanjutnya menjadi prioritas untuk Xingqiu di malam ini.

“Yang pentinggggggg, lo mau jadi pacar gue gak? Atau gue di tolak nih?”

“Gak, gak mungkin gue bisa nolak lo Tao”

Ah biarlah omelannya di undur untuk besok pagi, yang penting saat ini adalah bibirnya yang ditautkan dengan bibir gadis di depannya.

Lalu lagi-lagi kejutan hadir, hujan turun membasahi mereka berdua. Namun untuk sekali ini saja mereka memilih untuk tidak peduli dan larut dalam kisah baru yang mereka buka.

“Hu Tao!” Panggil Xingqiu dengan nafas terpogoh-pogoh menghampiri Hu Tao yang sedang berdiri di depan pagar rumahnya.

“Loh Qiu qiu? Ngapain lari-lari?”

Tanya Hu Tao heran dengan aksi pemuda di depannya dan tiba-tiba satu buket bunga di sodorkan ke depan wajahnya.

“Qiu ini buat apa?”

Tanya Hu Tao agak sedikit kebingungan.

“Terima aja dulu”

Hu Tao pun menerimanya dengan sedikit bingung, dan dirinya semakin bingung melihat tingkah Xingqiu yang sekarang berlutut satu kaki dan mengenggam satu tangan Hu Tao.

“Lily means death and you like that flower very much because of it, but this red lily symbolizes passion something I have everytime I look at you. My dearest Hu Tao, would you like to go to the prom with me?”

Dada Xingqiu berdebar kencang, apakah Hu Tao akan menerimanya atau menolaknya mentah-mentah? Namun sepertinya Xingqiu tidak perlu khawatir ketika Hu Tao secara mendadak mencium tangannya yang di genggam Xingqiu.

“Mana bisa aku menolak tuan muda Xingqiu sih?”

Balas Hu Tao dengan cengiran khasnya. Sepertinya walau prosesnya tidak lancar hasilnya tetap sukses untuk tuan muda kita ini.

“ALINGNYA ADAAAAAAAA?!”

Teriak Chongyun di pintu kelas Xiangling padahal sudah jelas pada jam piket ini cuma ada Xiangling, Hu Tao dan Barbara.

“Lo ngapain teriak-teriak?!”

Balas Xiangling tidak kalah keras kepada Chongyun. Chongyun cuma cengar cengir sebelum menyerahkan satu buket bunga yang dia sembunyikan di belakang punggungnya sedari tadi.

“Maukah kamu, saudari Aling yang cantik ini pergi ke prom dengan Aa Chongyun?”

Ujar Chongyun dramatis. Belum sempat Xiangling menjawab, Hu Tao langsung menyambar ke percakapan sembari menggelendotkan tubuhnya ke tangan Xiangling.

“ALINGGGGGGGGGGGGG JANGAN TINGGALIN AKU, MASA KAMU PILIH BOCAH GAK JELAS INI DIBANDING SAHABATMU???”

“Heh, siapa lo panggil bocah gak jelas??!”

Seru Chongyun balik dengan kesal. Belum sempat Xiangling merespon kepada gelendotan Hu Tao, Barbara langsung menyeret Hu Tao untuk ikut pulang dengan dirinya.

“Aku seret Hu Tao balik sama aku, kalian selesaiin aja promposalnya dadahhh!”

Ucap Barbara yang di respon dengan rontaan Hu Tao

“Bara bara lepasin akuuuuuuuuuuuuu! Aling my love huhuuuu!”

Chongyun dan Xiangling hanya melihat Hu Tao dengan tatapan kasihan saat di seret oleh Barbara.

“Jadi gimana ling?”

Tanya Chongyun saat Hu Tao benar-benar menghilang dari pandangan mereka.

“Ini bunganya mawar standar banget, kreatif dikit kek”

Ucap Xiangling balik mengisengi Chongyun. Pemuda di depannya langsung merespon dengan omelan.

“Syukur-syukur gue beliin bunga jingggg, kalo lo harus tau gue ngebut tau sehabis jam pelajaran terakhir. Ini bolak-balik cuma beliin bunga buat lo”

Xiangling hanya merespon dengan tertawa.

“Gue terima kalo lo nebengin gue pulang hari ini”

“Kayak ga tiap hari lo di tebengin gue”

Gerutu Chongyun sebelum mereka berdua pulang naik motor Chongyun.                                                                                                                 ....

Di tengah perjalanan,

“Acong, kita kelupaan sesuatu gak sih?”

Xiangling memutus topik percakapan mereka sebelumnya “Apaan? Gue ogah ya balik ke sekolah sekarang”

“Itu, ANJIRRRRRRRRRR HU TAO KOK LANGSUNG BALIK TADI DIA ADA NEMUIN SURAT XINGQIU GAK???”

Seru Xiangling langsung panik.

“ANJIRRRR, BURU CHAT HU TAO!”

Seru Chongyun tidak kalah panik mengakhiri sesi tebeng menebeng yamg sedikit sengklek ini.

8 p.m

“It's go time” Sanzu said while winking at the mirror, what a narcissist. This is his usual routine, walked up on the stage, all eyes on him, sang a few songs.

And on some (pretty usual) days, there would be a nice surprise there, like this one. a bra was thrown up to his way with a number on it with a shriek of “SANZU I LOVE YOU!” Sanzu of course winked at her way, this is too good of an opportunity to pass.

“Man, c'mon you need to give it back” Baji said during Koko's guitar solo, Sanzu's eyes immediately gleamed mischeviously “So be it that way” Baji then realized, why the fuck he warned Sanzu he should had kept his mouth shut because he knew in mere seconds Sanzu was going to do something he'd rather not know.

He was right, Sanzu instantly grabbed his microphone “You guys, Baji want some of this too!” Sanzu flaunting the bra he got earlier in front of the audience. The fans scream erupted “Take this Keisuke!” “If you want more of it, I got it at home Keisukeeeeee!” and so on until the stage was covered with bra's piling up towards Baji's way and there was one boxer too..., idk who threw it.

Baji's face went full red whils Sanzu just snickered, Keisuke swore that after the show ended he was going to kick Sanzu so hard that he lost his manhood. Well, unsurprisingly despite being in a rock band, Keisuke was still a goddamn virgin, which only the band member knew about.

Koko was pissed off, his solo was ruined with the fans screamed not ABOUT HIM but to Keisuke, but he knew better than anyone this problem was created by Sanzu. Instead of continuing with the rest of the song and Sanzu already ready to sing again, Koko grabbed Sanzu's collar, initiating a fight on stage which made the song stop and audience silent.

“What the fuck? If you want to pick a whore do it with a little bit of class” A whore and class didn't really match you know Kokonoi... “Here we go again...” Takeomi sighed, why did he sign with his band again? He felt more and more like a caretaker of the three of these little kids instead of a bassist of a rock band.

Sanzu usually would respond right off the bat with his words and fist, but tonight he was giddy because of that bra owner also he was higher than usual, drugs really saved Kokonoi's ass from getting beaten up.

“You guys Koko's want some too” he said on the microphone, once the silent audience then turned again into a sea of scream, throwing Koko's their bras and also panties this time, because you know mostly their bras already thrown at Baji. Kokonoi wanted to be mad, but could he really when bras and panties were thrown his way and girls begging to fuck him?

Hell no, so instead he winked to the audience and snatching Sanzu's michrophone with his usual catchphrase “You know where to meet me after” Once again the screams erupted for the nth time this night, Takeomi just shrugged his head.

“Oh yeah before I forgot, the pretty one that threw me the bra, want to fuck tommorow?” Sanzu snatched back his microphone from Koko's hand. “Why not today?” the girl replied well more like a shout since he was on the stage.

“Can't do baby, all booked up tonight. I can't handle foursome quite yet” Baji facepalmed himself, oodly enough the girl nodded along with Sanzu's propostion with red face.

Takeomi just ignored everything Sanzu said at this point. He was tired he wanted to go home fast, maybe take one or two pack of cigars with some drink, or a smack, anyway he just wanted to have a good rest for Godsake!

dress

no one knows about them, on the surface they are that inseperable best friend but in secret? two mutual pining lovers who couldn't resist the temptation of one another.

all hell break loose that night, the night where finally they pulled the trigger with the help of alcohol influence. nowadays, it seemed like alcohol is the only solution to everything huh?

“rosa, we should stop”

luke pants breaking himself from the kiss. no he can do it, this is rosa damnit! sure he is in love with her since forever, but he swore to protect her and that means he wont do anything that might come in the way. but rosa is having none of it, how many years has she waited? for him to make the first move, yet he never made it. in her perspective she is always the one pining, desperately waiting for him, her hands shaky just from resisting the temptation of him.

“we are bestfriend, we are not supposed to do this-”

rosa cuts luke's sentence with the sound of her lios crashing against his, catching him off guard.

“then i don't want to be your bestfriend”

rosa answers him before letting her tongue dance with his in a passionate tango. she already had enough of all the silence and patience, if luke doesn't have the balls to make the first move then let her be the one to break the ice.

their hands start to explore one another getting lower and lower to the place that luke never dreamed of to touch. rosa is making her way unbuttoning luke's shirt while luke still holding his gaze over the hem of rosa's little black dress. sure it is skimpy, but just now luke realized how revealing it is, too much for his heart too handle. a blush appeared on his way while rosa was already done with his shirt.

“i-is it alright for me to take it off?”

luke shakily asks her while she in response whispered huskily on his ear.

“only brought this dress for you, so do whatever you want to it my dear best friend”

it's like a switch flipped inside of luke, in mere moments the dress is already on the floor while rosa is lying bare naked with his hands on the bed caging her body.

“this is your last chance, say my name and there is no turn back from this”

“luke, i want you, mark me, do whatever you want to me”

that's all the confirmation luke's need. luke crashes his lips against hers again, tongues fighting for dominance, body entangled with one another and hands all over each other others in a way luke never could imagine his and rosa's relationship would be.

rosa moaning and panting more to his ear, begging him to mark her as his, making him want to crave his name on her bedpost as a sign no one else ever again get to fuck her besides him.

luke's hands stops wandering at her clit, his fingers drawing circles upon it eliciting a moan from rosa. then he puts it in, earning a loud shriek from her.

“l-luke!”

then he adds another one, scissoring her insides before getting that g spot of hers where she yelps loudly from the touch of it. rosa is wet, cunt gushing around his fingers. luke then takes off his underwear, revealing his cock leaking with precum all over it. rosa's eyes wandering with lust on the sight of it. “put it in, please?”

without a second thought, luke immediately obeys her command. back and forth thrusting in and out her cunt while she mewls, scratching his back hard and deep with her nails earning a groan from luke.

“f-fuck luke i'm cumming!”

then her orgasm takes over her senses, her body slightly shaking from it while he keeps thrusting for a bit chasing his own before yelling her name while finally hitting it and paints her womb white.

Hari kelulusan tiba dan Diluc pun datang tanpa pasangan khusus untuk menemani hari kelulusannya. Tapi itu bukan merupakan hal yang buruk bukan?

Buktinya dia masih bercanda tawa ria, befoto dengan kedua orang tuanya yang sangat bangga, lalu juga dengan teman-temannya yah yang walau ricuh namun tetap dapat membangkitkan semangatnya.

Diluc hanya tersenyum kecil melihat teman-temannya yang berbutan siapa bisa foto duluan dengan dirinya setelah foto grup, padahal kalau menunggu saja semua pasti kebagian kok, baru saja Diluc mau menengahi dirinya dipanggil ayah dan ibunya untuk berbicara.

****

“Aku mau foto sendiri sama Kak Diluc”

Ucap Lumine yang langsung disauti Ajax dengan sedikit nada tidak terima

“Ih ngapainnnn, nanti foto sama aku ajalah??!”

“Memangnya kamu udah lulus?”

Sahut Lumine lagi yang membuat Ajax menyerah, dia selamanya tidak akan bisa menang dari pacarnya.

****

“Tahun depan lulus bareng yuk”

Ucap Kaeya merangkul Jean, yang dirangkul pun tersenyum sambil memegang tangan kekasihnya.

“Iya, ayo berjuang bersama Kaeya”

Adem ayem banget apalagi kalo dibandingin sama tuh pasangan yang tadi. Padahal kelakuan Kaeya dan Ajax dibidang keusilan sebelas duabelas, tetapi cara membina rumah tangganya beda kali ya? Bisa jadi, atau lebih ke Kaeya yang berubah menjadi orang yang penuh kasih sayang hanya ketika bersama Jean? Hm, misteri yang lebih susah ditebak dari bagaimana 1001 candi di bangun semalam.

****

“Kak Kaeya, Kak Diluc ada dimana? Aku mau foto bareng sebelum cabut pergi sama Ajax”

Tanya Lumine kepada Kaeya yang masih saja merangkul Jean tanpa ada keinginan untuk melepaskannya sama sekali.

“Itu disana sama bokap nyokap gue- , lho kok hilang?”

Kaeya menunjuk ke tempat Ayah dan Ibu nya berdiri, namun nihil Diluc tidak ada disana. Kaeya bisa bersumpah terakhir kali Diluc ada disana kok... Kalau Diluc tidak ada disana, kemana dia?

“Lah iya hilang, lho Yoimiya juga kemana...”

Lumine juga sekarang kebingungan mencari sahabatnya yang berambut pirang itu.

Ayaka tentu lagi bersama Thoma, menunggu dirinya dan Ajax untuk double date.

Lalu disana ada kakaknya dengan Keqing, tidak tahu deh kali ini pdkt nya berhasil tidak ya?

Mona? Mona bersama Scara dan Kazuha pergi menghampiri Tomo yang lulus juga hari ini didampingi Ei.

Amber pergi bersosialisasi dengan kakak tingkat yang lulus lainnya. Lalu, Yoimiya dan Diluc ini ada dimana???

“Just between us, did the love affair maim you, too?”

-

“Baji kemana? Perasaan baru kemarin aja dikenalin, gonta-ganti orang mulu lo.”

Tanya Wakasa yang sedang menyalakan batang rokok untuk ketiga kalinya malam itu, sambil melirik Shinichiro yang tahu-tahu saja sudah membawa orang baru di atas pangkuannya.

“Ya gak kemana-mana, memang banyak yang harus dikenalin.”

Wakasa hanya menghela nafas kasar. Seiring bertambah umur, semakin banyak tabiat buruk yang diambil Shinichiro. Namun, memangnya dia bisa berkomentar apa?

Toh, dia pun sama saja. Bahkan, yang mengajarkan Shinichiro kan dirinya sendiri. Shinichiro hanya terkekeh melihat reaksi Wakasa, tidak tahu menahu bahwa Keisuke sudah mengetahui semuanya.

“Kei, kakak datang nih!”

Teriak Shinichiro saat menyelundup masuk ke apartemen Keisuke, namun tidak ada jawaban dari juniornya yang lebih muda 10 tahun darinya itu.

“Keisuke?”

Lirih Shinichiro pelan ketika mendapati pemuda yang dicarinya duduk diam dengan mata sembab saat pertama memasuki kamar.

“Kamu kenapa, sayang—“

“Kak Shin, yang dipangku kakak tadi siapa? Dia cantik, bisa kenalin ke aku?”

Shinichiro yang terpotong perkataannya langsung terdiam. Wajahnya tetap tenang, namun sebenarnya kepanikan sudah mengujuri tubuhnya dan ia langsung mencari 1001 alasan untuk mengelabui Keisuke.

Tapi pada tahap ini, apa alasan yang bisa dia keluarkan? Bukannya sudah terlalu jelas? Namun yang namanya Shinichiro Sano, pantang menyerah adalah kualitas terbaik dari dirinya.

“Itu cuma teman kakak. Kalau Keisuke gak suka, kakak gak bakal mangku-mangku yang lain lagi, janji deh?”

Lagi-lagi mengucapkan kata janji semudah itu. Apa kata ‘janji’ sama sekali tidak ada maknanya untuk Shinichiro? Keisuke marah, ingin rasanya dia memukul Shinichiro sampai hidungnya berdarah dan bergigi retak.

Tapi, pada dasarnya Keisuke tahu dirinya adalah si bodoh yang telah jatuh terlalu dalam ke perangkap cinta dan Shinichiro Sano pun selamat lagi. Mau sampai kapan, Keisuke? Sampai kapan kamu begini terus?

“Maybe if we were closer in age, we would’ve worked this out.”

Ucap Shinichiro satu bulan kemudian. Keisuke masih mengingat betul perkataan Shinichiro yang membuatnya ingin mati pada saat itu juga.

Namun, segalanya bukankah omong kosong Shinichiro saja? Buktinya, Shinichiro datang ke pesta ini, dengan gandengan baru yang jika dilihat dari penampilannya, mungkin seumuran Keisuke.

‘Keparat’

batin Keisuke tiada henti menghujam Shinichiro dengan caci makian sedari Shinichiro datang.

Apa yang sebenarnya kurang dari dirinya, apa yang sebenarnya dicari Shinichiro? Apa yang diinginkan Shinichiro dari dirinya? Kekasih yang manis? Manja? Perhatian?

Apa Keisuke sama sekali tidak masuk ke dalam kriteria yang dicari Shinichiro? Apa karena itu sebabnya Shinichiro dengan mudah menggantikan dirinya?

“Stop melihat Shinichiro dengan tatapan itu, Baji. Memang dia tidak pernah menyukaimu dari awal.”

Ucapan Wakasa yang tiba-tiba muncul disampingnya memutus semua rentetan pikiran Keisuke. Oh, jadi memang Shinichiro bersamanya hanya untuk mempermainkan dirinya?

Baru saja Keisuke akan tenggelam dalam rentetan pikiran lain, Wakasa membuka mulutnya lagi.

“Ah, gue salah bicara. Bukannya tidak pernah, dia benar-benar suka sama lo, tapi intensitas perasaan kalian tidak imbang”

Keisuke tidak tahu ingin merespon apa, jadi dia hanya diam menunggu Wakasa lanjut berbicara,

“Memang sudah dari awal kalian akan berakhir seperti itu, lo tunggu tanggal mainnya aja. Sebentar lagi sama yang onoh juga selesai.”

Tunjuk Wakasa kepada orang yang berada di rangkulan Shinichiro sekarang. Shinichiro Sano brengsek, memang paling brengsek dari definisi orang brengsek yang ada di dunia ini.

“Lo gak ada salah. Jadi gausah dipikirin, Baji.”

Ucap Wakasa untuk terakhir kali lalu mengacak pelan rambut Keisuke sebelum pergi meninggalkannya sendirian di sofa.

‘Oh, jadi seperti itu’

Keisuke tersenyum miris, memang dari awal artinya Shinichiro sudah tahu. Ini bukan tentang umur, bukan tentang dirinya, hanya saja kemauan Shinichiro Sano dari awal sudah seperti itu dan tidak ada hal yang dapat dilakukan Keisuke Baji untuk merubahnya.

In the end, Keisuke is the only one to remember them all too well, isn’t that right, Shinichiro?