it just a lookalike
“Kakucho gak capek apa lo ngintilin orang yang udah nikah, bahagia punya anak?”
Ucap Sanzu kesal masih melihat rekannya si nomor tiga Bonten yang masih memantau dari kaca tanpa ekspresi berubah, wanita impiannya menyusuri kota dengan dua gadis kecil di masing-masing genggamannya dan suami jangkungnya di samping mereka dengan tawa bahagia.
“Gue gak bisa lihat lo kayak gini, lo kan bisa bunuh Draken aja. Bos udah gak peduli lagi sama teman lamanya kan?”
Sahut Ran dan bohong saja kalau pikiran itu tidak pernah terlintas di benak Kakucho. Namun di malam itu Tata sudah jelas menolaknya dan pergi memilih Draken untuk selamanya. Kakucho harus menguatkan dirinya dan berkata ini cukup, ketika dia melihat Tata yang tampak bahagia walau suka sedikit kewalahan kadang-kadang.
Seingat Kakucho dia tidak pernah ingin menjadi seorang Ibu dan kalau tebakan Kakucho benar dia lebih ingin belanja sekarang. Walau Tata sangat egois seperti itu, Kakucho masih menginginkan dirinya yang menggantikan Draken disana.
“Atau lo bisa gunain uang kita yang melimpah daripada pakai untuk nyewa orang ngintilin Tata, sedekah ke sugar baby aja. Kasihan gaada duit, Tata mah banyak duitnya tuh terus juga ada preman pribadinya”
Lanjut Rindou meracau yang langsung di balas oleh teriakan Kokonoi, yang sebenarnya tidak ada bedanya dari mereka.
“Sedekah mah ke anak yatim anjinggg”
“Kata orang yang sugar babynya semua di permak sampai jadi kakaknya Inui, saran bagus tuh cho kalo lo mau yang mirip Tata permakin aja”
Sahut Sanzu lagi, membuat yang lainnya tertawa. Walau Kakucho tidak setuju dengan perkataan yang mereka katakan, namun mereka benar mungkin walau dia tidak akan bisa melupakan Tata, dia setidaknya bisa berusaha. Lebih baik mencoba daripada tidak pernah bukan?
Tahun-tahun berlalu dan dua gadis kecil di genggaman Tata sudah berubah menjadi dua gadis dewasa dengan adik remaja laki-laki dan yang satunya lagi berdiri di depan Tata sedang pusing setelah baru saja setahun memasuki kuliah.
“Maaaaa, aku masih gak tahu mau jadi apaan di masa depan, apa drop out aja ya?”
Keluh Summer yang masih saja tidak tahu tujuan hidupnya sedangkan Robin, adik kembarnya sudah bekerja untuk melanjuti usaha Ayahnya dan Om Seishu.
“Mau jadi model? Mama dulu waktu seumuran kamu waktu gabutnya itu, dan mama kan punya banyak koneksi. Atau kamu mau jadi aktris? Mama bisa ajarin kamu jalannya, kalau urusan wajah mah tenang aja kamu kan anak mama, pasti cantik”
Ucap Tata masih dengan nada percaya diri yang lebih bisa disebut sombong, dia sudah memasuki kepala empat sekarang menyisip kopinya. Summer hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Sebelum tiba-tiba mengajak Tata berbisik, bersembunyi di belakang menu café tersebut.
“Summer apa-apaan sih? Kenapa kita sembunyi di balik menu?”
Bisik-bisik Tata bingung atas kelakuan anaknnya yang langsung dibalas Summer dengan sedikit panik.
“Itu ma temen kelas aku di kuliah, dia cuti dua tahun. Aku biasa aja sih sama dia, yang lain ngehindarin dan mungkin dia ngerasa kita dekat tapi aku ga suka sama dia terlalu rese-“
Bisikan Summer terpotong saat si gadis di depan itu malah memanggil namanya dengan kencang.
“Gue senang banget kita bisa ketemu disini, lo kok gak pernah cerita punya kakak perempuan sih, seumuran gue lagi!”
Sahut si gadis menghampiri mereka, Summer hanya membalas dengan senyum canggung dan Tata sedikit mengernyit melihat penampilan si gadis.
Oke, mungkin warna rambut mereka sama dan dia tidak suka memakai make up tanpa tema untuk sehari-hari apalagi dengan maskara setebal itu tapi bentuk rahang, hidung dan dagu yang mirip sekali dengan miliknya.
Anaknya saja tidak semirip itu? Tapi, tentu menurut Tata wajahnya lebih sempurna, tolong kalian ingat di aini sangat mencintai penampilannya.
“Ah, aku mamanya Summer bukan kakaknya. Kamu jangan terlalu memuji, tante ini sudah tua kok”
Balas Tata tertawa sekarang giliran si gadis yang tercengang.
“Astaga, maaf kalau nggak sopan tadi tante. Eh dia dipanggil Summer di rumah? Gue panggil lo Summer juga ya! By the way kulit tante kencang banget, gaada kerutannya. Beneran kayak umurnya baru 21 deh! Rahasianya apa ya tante?”
Summer hanya menggangguk walau dalam mulutnya dia sudah menggertakkan gigi berharap perempuan di hadapan mereka ini cepat pergi saja.
“Bercanda aja kamu, rahasianya mah gen keturunaan kali ya. Tante tahu muka tante muda tapi wajah di kepala empat ini. Yah paling umur 28 lah. Tante di usia 27 tuh baru wajahnya kayak anak 21 tahun”
Balas Tata biasa saja, Tata suka pujian namun dia tahu betul dirinya tidak mungkin terlihat seperti anak kuliah yang masih muda dan penuh dengan energi, tidak ada salahnya dengan wajah yang menua menurut Tata.
“Eh umur tante udah segitu, mirip umur pacarku dong!”
Tata sedikit tercengang dengan kalimat ini langsung berbalik menghadap Summer yang sepertinya tidak terkejut? Mau bagaimana lagi Tata hanya tertawa canggung seperti anaknya tadi.
“Omong-omong, daritadi tante kepo deh kamu operasi plastic di dokter Tanaka ya?”
Alih-alih menanyakan soal umur pacar si gaadis yang mungkin dua kali lipat umurnya, Tata malah menanyakan hal yang membuatnya lebih penasaran.
“Tante kok tahu? Ini di bayarin pacarku sih tapi aku makin cantik juga. Eh tante, Summer aku ambil orderanku dulu ya itu namaku di panggil!”
Seru si gadis menghilang sebentar ketika namanya dipanggil sang barista. Summer langsung berbalik menatap wajah Ibunya dengan sedikit amarah, apalagi memakai nama baratnya yang tidak diketahui semua orang.
“Mamaaaaaaaa gak ada yang tahu aku dipanggil Summer! Mama bisa usir dia gak sih, mama tau gak dia undang aku ke ulang tahunnya di klub minggu kemarin umur 21 dan aku tuh kan masih 19! Oh iya mama juga harus cerita kok mama tahu dia operasi plastik disana”
Seru Summer cepat dan ingin membuktikkan bahwa Ibunya mungkin membual sedikit tentang wajahnya yang Summer ingat sekali sewaktu kecil ketika Summer bertanya apakah Tuhan itu ada dan di jawab Tata, “Wajah mama ini bukti Tuhan itu nyata sayang”
Tidak ada masalah dengan hal itu, cuma Summer ingin membuktikkan kalau ibunya mungkin mendapat ‘beberapa’ bantuan, karena sudah terlampau terlalu banyak kejadian dimana orang-orang mengira Ibunya adalah saudaranya sedari kecil.
Dan lihat sekarang! Ibunya masih cantik dengan kulit mulus serta wajah yang cerah, mustahil tanpa bantuan bukan yang Ibunya selalu bantah.
“Tanya papamu aja, dia masih ingat kok mukulin dokter itu yang mau pakai wajah mama untuk contoh wajah operasi plastik waktu mama complaint ke dia, mana mama gak dibayar lagi. Wajah mama di ambil dari majalah? Eh, apa bukan papamu ya… Ingetin mama aja bawa kamu pergi minum waktu ulang tahun ke 21”
Balas Tata yang sama sekali tidak nyambung dengan topik pembicaraan mereka sebelumnya selain topik terakhir, membuat Summer semakin kesal saja. Dan siapa yang akan memukul orang untuk Ibunya selain Ayahnya sendiri? Walau Summer akui itu sedikit gila dan ayahnya yang selalu dia lihat selalu punya alasan sebelum marah apalagi main tangan dengan orang lain.
“Bukan itu poinnya maaa, we aren’t close yet she told me all about her crazy plans like 21 shots for tuning 21? Then she told me about how she would be so wasted the time she went home, and how about that gross old man she called boyfriend can’t has his piece. I didn’t need to know that mom!”
Sahut Robin yang masih semangat bercerita dengan jijik, Tata hanya manggut-manggut mendengarkan anaknya dan berpikir mungkin anaknya akan lebih takut lagi mendengarkan cerita kelakuan ayah dan Ibunya waktu masih muda. Ayahnya dengan kelakuan gengnya dan kejadian-kejadian yang hamper membuatnya meninggal.
“21 shots for 21? I did that and it was wild, gak cukup buat mama mabuk sih” Ucap Tata terkekeh. “Hah, tradisi itu ada di jaman mama?” Tanya Robin tidak percaya “Kamu pikir kamu bicara sama siapa ini? I’m the one who invented it!” Tentu saja bukan tapi,mengingat rekor minumnya dia adalah ratunya.
“Setidaknya mama gak mabuk dan ngumumin ke satu klub bakal pulang ke rumah pacarnya, yang menurut rumor kampus mafia ma”
Bisik-bisik Robin dengan ketakutan, tidak tahu kalau geng-gengan ayahnya bisa saja jadi seperti itu kalau mereka tidak berhenti dan pemimpin geng mafia nomor satu di Jepang sekarang? Ketua geng ayahnya dulu!
“Nggg, iya tapi mama waktu itu di jemput, terus di gendong keluar cowok sih padahal mama masih kuat”
Lanjut Tata mengingat-ngingat masa mudanya yang ternyata sudah lebih dari dua dekade lalu.
“Maksudnya Papa?”
“Bukan papamu sih tapi dia ganteng, matanya merah dan super seksi. His arms are super sexy”
Tata memainkan alisnya sebelum tertawa melihat anak perempuannya sedikit jijik dengan deskripsi mantan pacarnya.
“Maksud mama kaya pria itu?”
Tanya Summer menunjuk seseorang di pintu café, saat Tata menoleh orangnya sudah tidak ada dan mereka malah di sambut lagi oleh si gadis yang datang dengan kopinya.
“Tante, ada pameran buku di sana boleh aku curi Summernya sebentar buat bantu aku milih buku kuliah?”
Summer langsung berteriak dalam hati, apa gadis di depan mereka ini kelewat bodoh bukankah list buku yang harus dibeli di berikan tiga bulan lalu dan menolak dengan kencang karena harus berapa kali dia menolak hingga gadis ini sadar Summer sama sekali tidak ingin berteman dengannya. Summer hendak menolak namun anggukan kepala dari Tata lebih cepat.
“Makasih banyak tante, pacarku masih di kamar mandi nanti kesini jangan di curi ya!”
Serunya sebelum melarikan Summer ke pameran buku di seberang jalan. Tata hanya tertawa dan membiarkan anaknya disiksa sedikit, dia sama sekali tidak mengerti jalan pikiran teman anaknya.
Bagaimana mungkin pria seumurannya yang sudah jelas pasti bermata keranjang untuk memacari gadis berumur dua puluh satu tahun mau dengan dirinya?
“Tata?”
Namun Tata bisa saja salah, terutama di kasus ini. Kepalanya langsung menoleh melihat wajah yang tidak pernah di temuinya selama belasan tahun.
“Hai, Kakucho”
Sahut Tata balik seraya pria di depannya mengambil kursi di depannya tempat Summer tadi. Wajahnya tidak banyak berubah selain tambahan kantung mata dan kerutan yang tampak karena penuaan.
“Jadi gimana rasanya usia pacarmu nggak pernah berubah? Pasti seru dan dengar-dengar lo dapat sesuatu ya kemarin ahaha. Sebenarnya gak ada masalah sih, tapia was aja lo deketin anak gua”
Tanya Tata berusaha menutupi kecanggungan mereka namun di akhir dia cukup serius melihat umur kekasih Kakucho sekarang yang sedikit mengkhawatirkannya, namun Kakucho malah membuat suasana semakin canggung dengan tatapannya yang tidak berpindah dari wajahnya.
“Biasa saja dan tidak ada apa-apa”
Balas Kakucho karena entah dia sudah penat dengan berapa banyak gadis yang sudah gonta ganti menemaninya dan walau kata Ran mereka hanya tidak cocok dengannya atau kata Rindou, Kakucho yang tidak berusaha cukup keras udalam hubungannya, padahal dia selalu baik kepada setiap gadis yang menjalani hubungan asmara dengannya.
Walau pada akhirnya semua akan dia kandaskan sendiri. Mungkin dia akan berhenti dan puas ketika suatu hari dia bangun dan dirinya adalah Draken yang melihat Tata setiap hari sebagai pandangan pertamanya.
“Mmm, yang aneh katanya si gadis gua lupa namanya, lo bayarin dia operasi plastik? Bukannya dokter Tanaka tidak boleh pakai foto gua lagi ya karena false advertisements”
Lanjut Tata yah walau masih canggung dia sedikit penasaran, tanpa dia ketahui sudah berapa banyak gadis yang Kakucho minta untuk melakukan prosedur ini dengan entah imbalan apapun yang mereka inginkan.
“Aku ingat, aku yang pukul orang itu”
Tata hanya menjawab dengan simple “Oh” sebelum membenamkan dirinya kali ini pada kopi Summer yang tertinggal karena miliknya sudah habis. Tapi memang benar kata orang, imitasi tidak dapat menyaingi yang asli.
Kakucho sadar dirinya hanya membodohi penglihatannya agar dia dapat berpura-pura semua orang yang dia kencani adalah Tata di benaknya. Gerakan yang berbeda, nada suara, apalagi penampilan semuanya bisa di manipulasi dengan latihan dan uang.
Namun sama saja bohong jika keesokan harinya dia bangun dan menyadari bahwa dia hanya mebuang-buang uangnya saja karena bagaimanapun hanya ada satu Tata di dunia ini yang sudah menjadi milik orang lain.
Sudah berapa banyak gadis keluar masuk tempat tinggalnya yang masih sama dengan kamar tidur yang tidak berubah, dari luar mereka semua mirip sekali dengan penampilan Tata ketika memutuskan hubungan mereka lebih dari dua puluh tahun lalu.
Tata lanjut bercerita tentang anak-anaknya dan keluarganya, kebiaasaan yang Kakucho tahu betul dia ambil ketika dia sedang tidak nyaman. Kakucho hanya tersenyum kecil meresponi cerita Tata, namun mentalnya sedang menyumpahi dirinya yang mau saja ikut saran bodoh Ran.
Kakucho tahu dirinya putus asa untuk mencari pengganti Tata, lebih tepatnya dia tidak ingin mengganti melainkan wanita di depannya ini yang menurutnya masih saja cantik seperti dulu kala dan Kakucho masih saja ternyata menginginkan dirinya menjadi pendamping hidupnya.
Daripada sibuk menyelipkan nama Tata tanpa sadar saat dia bercinta dengan gadis lain yang tampaknya tidak pernah mengungkit hal tersebut karena materi yang dia berikan, dia bisa saja duduk di café ini dengan Tata dan mengantar anak mereka pergi kuliah bukannya membuang waktu untuk mengejar sesuatu yang sudah jelas tidak bisa di raihnya lagi.
Lagi-lagi Kakucho teringat yang satu lagi juga tidak mungkin terwujud, Tata sudah jelas memilih Draken dan bukan dirinya di malam itu.
“Kakucho that night in the back of my mind, I don’t want you to be happier than ever with somebody else, I’m an egoist I think you know that. But as it turns out after years not seeing you, I’m actually glad that you find happiness too”
Ucap Tata tersenyum, namun bukannya merasa senang karena Tata turut senang atas keadaannya Kakucho malah merasa senang untuk setiap alasan yang salah.
Kakucho merasa senang karena Tata masih setidaknya pernah merasa egois tentang dirinya dengan orang lain.
Sedikit mengecewakan Tata mengubah opininya pada topik itu, namun setidaknya memberikan Kakucho keberanian sedikit untuk mengungkapkan apa yang di pikirannya selama ini.
“Tata kalau kamu milih aku waktu itu, atau aku memperjuangkan kamu lebih keras apa kita masih bersama sampai sekarang?”
Tanya Kakucho mengenggam tangan Tata, mengelus punggung tangan wanita yang masih menghantui sisi sebelah tempat tidurnya yang sampai sekarang masih terasa aneh tanpa keberadaannya.
“Kaku aku sudah nikah sama Draken, anakku tiga, aku bahagia dan aku nggak mau ganti satu hal pun-“
Namun saat Tata melihat tatapan Kakucho yang penuh angan-angan, dia hanya menarik nafas dan mungkin tidak ada salahnya mengintip apa yang akan terjadi jika dia memilih jalan lain bukan?
“Mungkin lebih baik kalau aku ketemu kamu duluan dan hidupku lebih normal, aku tahu cara hidup selain berkelahi”
“Mungkin Kaku, mungkin”
Sahut Tata kali ini mengelus balik punggung tangan Kakucho di genggamannya. Walau mereka tahu betul kalau mereka bertemu duluan, semua ini akan beda ceritanya dari awal hingga akhir.
Khususnya Kakucho, tidak ada di kamusnya kata merelakan Tata barang sedetik dari pandangannya.
“Mungkin kita punya keluarga, anak-anak yang mirip kamu berlarian di halaman besar”
Kakucho pertama kali mengeluarkan senyum tulus setelah bertahun-tahun.
“Or maybe they have your red orbs? I always love them, dan pesta barbeque di kebun tiap akhir pekan”
Tata tertawa kecil membayangkan Kakucho mini berkeliaran di rumah mereka, sedangkan Kakucho terdiam sebentar dengan pipi memerah mendengar pujian Tata yang dia tahu sedari dulu.
“Kamu ada di rumah, menyambut aku waktu pulang dengan anak-anak kita”
Kakucho mulai berimajinasi kehidupan sempurna mereka, dimana dia pulang kerja dari pekerjaan normalnya dan Tata yang mencium pipi menyambut kepulangannya dan anak-anak mereka berlari menyambutnya.
“Atau kita tukar-tukaran, aku juga suka bekerja. Kamu juga jago masak, nyiapin makan malam dengan rambutmu di jepit pita dan bando aneh hasil keusilan anak perempuan kita”
Lanjut Tata menyambungkan cerita mereka dan Kakucho bisa melihat dengan jelas dirinya di rumah mereka, foto pernikahan mereka yang besar terpajang di ruang tamu lalu di lorong dinding pintu masuk ada foto mereka dan anak-anak mereka liburan ke suatu tempat dengan ekspresi bahagia. Dan Kakucho sekarang sedang menemani anak-anaknya di rumah menunggu Tata pulang.
“Anak-anak mama pulang!”
Ucap Tata yang langsung di sambut kedua anak mereka berlari menabrak kaki Tata dan dirinya yang mencium pipi Tata lembut.
“Selamat datang kembali sayang”
Ucap Kakucho balik dan Tata akan mencabuti bando dan pita yang terikat di rambutnya sambil terkekh kecil dengan jari manis di tangan kirinya dihiasi cincin pernikahan mereka berdua.
Lalu Kakucho akan memanggil mereka untuk menyantap makan malam di meja dan mengakhiri malamnya seperti malam lainnya, tidur setelah kecupan malam dari Tata di sampingnya.
“Waktu liburan semester kita bisa bawa mereka ke pantai, kamu selalu suka pantai Tata”
Ucap Kakucho yang di sahut balik oleh Tata,
“Lebih baik lagi pantai di luar negeri, aku sama anak-anak tersesat dan mana aku buta arah lagi. Terus tugas kamu nyari aku dan anak-anak, tapi sayangnya yang bisa bahasa negara itu aku”
Balas Tata tertawa renyah membayangkan dirinya yang sampai sekarang masih buta arah dan Kakucho panik mencari mereka, Kakucho bisa melihat ini terjadi karena sangat akurat dengan perilaku dan sifat mereka.
Mereka berbincang cukup lama, bertukar pikiran tentang masa depan yang dapat mereka dapatkan. Namun ada waktu angan-angan harus dihenyikan, khususnya yang tak akan jadi kenyataan.
“Dan mungkin sekarang kita akan disini, rumah kosong setelah mengantar anak-anak kita ke kampus. Sisa kita berdua lagi menjadi penghuni rumah yang tersisa, Tata”
Dan menurut Tata di momen ini mimpi itu harus berhenti.
“Kaku, ini belum terlambat kalau kamu mau punya keluarga. Kamu bisa mulai sekarang tapi tentunya nggak dengan temannya Summer”
Guyon Tata tapi Kakucho tidak bergeming, kenapa Tata tidak mengerti setelah semua ini kalau Kakucho tidak menginginkan yang lain. Yang dia inginkan adalah posisi Draken sekarang!
Dia tidak perlu perempuan umur 20 tahunan ayng dia pakai untuk berpura-pura semirip mungkin menjadi Tata di masa dia meninggalkannya.
Yang dia mau adalah saat ini, momen ini di umur-umur dimana dia seharusnya menua Bersama wanita yang di dambakannya. Bukan memulai suatu keluarga yang tidak di inginkannya kalau bukan di bangun bersama Tata.
“Tapi, Tata aku tidak mau yang lain. Aku cuma mau kamu dan hanya dengan kamu membangun keluarga itu”
Dan sekarang Tata mengerti, selama bertahun-tahun ini, pria yang dudk di seberangnya tidak pernah berhenti mencintainya. Namun hidup memang tidak adil dan Tata tahu, satu bagian dari hati kecilnya akan selalu mencintai Kakucho juga namun itu tidak akan menjadi jawaban yang cukup memuaskan apalagi untuk lelaki yang menunggu dirinya selama dua dekade bukan?
“Kaku, kamu akan selalu punya sekeping bagian di hatiku tapi sayangnya di kehidupan ini kita sudah selesai Kakucho”
Jawab Tata berusaha menatap Kakucho yang menunduk dengan tangannya di dahinya,menutupi bagian atas wajahnya.
“Kalau begitu di kehidupan lain?”
Tanya Kakucho di sela tangisan kecilnya.
“Mungkin”
Jawab tata sekenanya karena dia tidak terlalu percaya dengan reinkarnasi. Kakucho hanya tertawa hambar sedangkan Tata tersenyum pahit masih mengusap punggung tangan yang tidak mengenggam tangannya lagi.
Sayang sekali pemandangan ini di lihat oleh Summer di ujung jalan, yang langsung menghampiri mereka meninggalkan si gadis. Kakucho dan Tata berpamitan di saat Summer mau memasuki café dengan langkah panik, Tata menemuinya di luar.
“Mama itu siapa? Apa-apaan itu tadi?”
Tanya Summer panik sambil mereka berjalan pulang.
“Pacar temanmu dan mantannya mama”
Balas Tata masih santai, dan sekarang mata Summer mebelalak mau keluar.
“Lho, bukannya mama pacaran sama papa dari SMP?”
Summer mengernyitkan keningnya, orang tua nya selalu bilang mereka satu-satunya untuk sama lain.
“Mama selingkuh?”
Tanya Summer dengan panik dan sekarang giliran Tata yang matanya mau keluar.
“Nggak lah, dalam hubungan papa-mama kaya remaja lainnya kita ada masa putus nyambung dan mama ketemu Kakucho di masa-masa putus itu”
Tata berusaha menjelaskan, namun Summer sudah lebih dulu tidak percaya apalagi dengan pandangan yang di lihatnya beberapa saat lalu masih terbakar segar di ingatannya.
“Summer, rahasiakan pertemuan ini dari papamu ya. Papamu nggak perlu tahu sempat ada yang lain selain dia”
Sebut Tata sedikit berbhohong, karena Draken jelas tahu siapa Kakucho mereka bertemu di perkelahian yang menumbangkan Kurokawa Izana malam itu dan Sano Emma yang anak-anaknya kenal sebagai Tante Emma yang mereka sudah takuti kalau ayahnya akan kembali bersamanya ketika meninggal nanti. Summer mengangguk dan Tata mulai bercerita tentang dirinya dan Kakucho tidak dalam detail eksplisit sudah jelas.
“Mama gak akan ninggalin kita kan?”
Tanya Summer dengan mata berkaca-kaca, karena sudah jelas pria ini berbahaya apalagi dengan pekerjaannya namun anehnya dia tidak pernah mengusik mereka dan mencintai ibunya dalam diam?
“Gak mungkin dong sayang, papamu mati duluan kali kalau mama pergi dan kamu kan tahu mama gak mau jadi Ibu tapi karena kalian mama jadi berubah pikiran, anak lain mana bisa”
Tata langsung mendekap anaknya ke dalam pelukannya. Mereka terus diam di posisi itu hingga ponsel Summer berdering tiba-tiba, memaksa Summer untuk mengeceknya. Summer membaca pesan yang dia terima dan seketika mukanya pucat.
“Mamaaaaaaaaaaa, temanku tadi baru aja di putusin sama mantan mama itu”
Keluh Summer menatap Tata dengan muka memelas. Tata terdiam di tempat. Uh oh, apa yang akan terjadi sekarang?