LAKON BARU


Anandra duduk bersandar di dalam mobil Range Rover putihnya. Duduk di sebelah bangku kemudi yang kosong karena supirnya sedang ke toilet. Gianno mengantar Andra ke rumah sakit karena harus check up kaki kanannya. Andra mati bosan, ponselnya bukan lagi smartphone, melainkan Nokia 6600 yang isinya hanya game bounce sama snake xenzia. Tapi Andra gak bisa protes, atau nanti dirinya di pulangkan ke Batam.

“Anjin—” Andra terkejut saat melihat ke kaca mobil ada seorang gadis cantik tengah bercermin.

Andra mengerutkan alisnya bingung, kok bisa cewek ini ngaca santai begitu. Apa gak tahu di dalamnya ada manusia. Seringaian jahil muncul dari bibir Anandra, 'gue kerjain aja ni bocah' batinnya.

“Permisi??”

Kaca mobil itu turun perlahan, gadis itu langsung beku dan tidak mengedip sama sekali. Anandra menahan tawanya, gemas sekali.

“Ngaca dek?” Tanyanya santai. Perempuan itu langsung bergegas pergi. Anandra ketawa.

Tawanya langsung berhenti saat suaminya kembali. Anandra masih sedikit takut kepada Gianno, padahal Gianno udah normal lagi. Ya sekalipun judes dan galaknya masih ada.

“Ngetawain apa?” Tanya Gianno.

“Ada yang ngaca, dikira gak ada orang di mobil” jawab Andra.

Gianno hanya bergumam saja, kemudian melanjutkan perjalanan ke rumah sakit. Selama di jalan, Anandra hanya sibuk bermain game bounce, dan Gianno fokus nyetir. Mobil mewah itu turun ke bassement RS dan parkir di tempat parkir khusus.

“Mau pake kruk apa kursi roda?” Ujar Gianno sambil turun.

“Bebas” sahut Anandra yang sedang sibuk push rank game bounce-nya.

“AaaAAA—”

Anandra menjerit histeris saat ponsel nokianya dirampas Gianno. Pria itu sudah menurunkan kursi roda, Andra langsung turun dan duduk. Gianno menutup pintu mobilnya, kemudian mendorong Anandra yang cemberut duduk diatas kursi roda.

“Aku tuh lagi push rank! Main rampas aja!” Protesnya.

“Bisa lagi nanti” Gianno datar.

“Iyalah aku ngalah aja” Andra menyilangkan tangannya di dada. Gianno mengecup pucuk kepalanya.

“Hari ini gak usah sekolah ya?”

Andra melotot kaget, wow dia libur? Hukuman yang menimpa pemuda itu adalah sekolah seminggu full dan jam belajar sama dengan sekolah pada umumnya. Bayangkan betapa mumetnya kepala Anandra.

“Serius????”

“Hmm, kita istirahat”

“Bali yuk? ADUH!”

Gianno memukul kepalanya pelan, kemudian keluar lift dan berjalan kebagian spesialis ortopedi. Saat menyusuri lorong panjang, Anandra berpas-pasan dengan gadis tadi yang ngaca. Pemuda itu bahkan menunjuknya sambil tersenyum lebar. Gianno mengikuti arah tunjukan suaminya dan langsung mengangkat satu alis.

“Siapa?” Tanya Gianno.

“Ahahahaa hooyyy!” Andra malah menyapa gadis itu. Jelas perempuan itu langsung kikuk dan pura-pura tidak tahu.

“Itu yang ngaca tadi! Kok bisa ketemu lagi?” Andra masih tertawa. Gianno menggeleng jengah.

“Hai? Kontrol?” Dr. Galih menyambut mereka.

“Masih ngilu Da?” Tanyanya.

“Kalau berdiri masih sedikit” jawab Andra.

“Okay, langsung masuk saja!” Dokter tampan itu mendorong masuk Andra ke ruangan pemeriksaan, disusul Gianno yang masih memandangi gadis cantik itu.


Anandra menunggu Gianno yang sedang menebus obat. Hp Nokia-nya kembali, dan dia langsung fokus membuat rekor baru snake xenzia-nya. Suara keypad ditekan terdengar begitu nyaring, membuat beberapa orang menatapnya. Mungkin keheranan karena masih ada yang mengenakan hp jadul.

“Buntu! Buntu ALAAH!” Andra memekik kesal. Ularnya mencium ekor, dan game over.

“Sakit apa kamu?”

Anandra mengedarkan pandangan, dan mendongak ke atas saat melihat—

“Ohh hai tukang ngaca” sapa Andra. Gadis itu mendengus.

“Hati-hati lain kali, takut yang liatin lo kakek mesum gimana?”

Gadis itu kesal dan mengibaskan rambutnya lalu duduk di samping Andra.

“Gue check up kaki, lo sendiri?” Tatap Anandra.

“Nunggu papah beres praktek” ujarnya.

“Ohh? Dokter disini?”

“Iya dokter Tjandra”

Anandra mengangguk saja. Lalu memainkan ponselnya lagi. Sebentar—

“Dokter Tjandra....lah dokter gue dong?”

Anandra menatap gadis itu lagi. Sementara yang di tatap hanya mengangkat bahunya saja.

Sempit banget dunia....” gumam Anandra.

“Sama siapa kesini? Kok sendirian?” Tanya gadis itu.

“Ohh— sama suami haha” Andra ketawa garing.

“Pardon?”

“Suami. Gue udah nikah”

Anandra menunjukan cincin nikahnya. Perempuan cantik itu cukup kaget.

“Ohh....aku pikir masih anak SMA?” Ujarnya.

“Oh gue emang masih SMA, tapi homeschooling

Sekali lagi perempuan itu terkejut, Anandra terkekeh pelan saja. Mereka pun mengobrol santai, dan seolah sudah lama bertemu. Padahal Andra sendiri tidak tahu nama teman ngobrolnya itu. Gianno lama sekali, daripada bosan mending ngobrol ya,kan? Apalagi lawan bicaranya cukup asyik.

What? Ohh kamu jadi sedang di hukum karena nakal?” Perempuan itu tak berhenti mentertawakannya.

“Lucu memang, tapi gue serius” Andra mencebik kesal.

“Okay, make sense kok suami kamu marah juga, aku pun kalau punya suami kayak kamu bakal kesal sih” tuturnya.

Jadi Anandra menceritakan kecelakaan yang menimpanya, dan tanpa sadar malah curhat colongan. Padahal dia sendiri tipe yang tidak akan menceritakan hal random pada orang asing. Tapi gak bohong, Andra nyaman ngobrol bersama perempuan itu.

“Btw, gue Anandra”

“Ohh, Yuna”

Mereka berjabat tangan dan saling tersenyum. Senyuman manis Andra membuat perempuan itu salah tingkah dan pipinya memerah.

“Kelas berapa lo?” Tanya Andra.

“SMP kelas 3” jawabnya.

“Hah? Wow hai adik kicik” Andra kaget. Karena penampilan Yuna sedikit lebih dewasa.

“Kelas berapa kamu?” Tanya Yuna balik.

“Otw kelas 12,” Andra tersenyum bangga.

“Kuliah dimana nanti?”

“Gak tau, usulan suami gue sih katanya dalam negeri aja, gue masih belum punya tujuan to be honest

Anandra menghela nafas pelan. Yuna hanya mengangguk saja. Tiba-tiba hening menyelimuti, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.

“Gak punya tujuan bukan berarti hidup kita buruk,kan?” Celetuk Yuna.

“Bisa saja saat kita menjalani hidup, tujuan kita muncul, tanpa perlu rencana, jadi ngalir gitu aja?”

Anandra mengangguk pelan.

“Orang dewasa gak bakal setuju. Tapi gue paham maksud lo” ucap Anandra.

“Tahu gak? Selama gue hidup, bernafas sampai saat ini, gue cuma ingin menjadi lebih baik? Baik kepada ibu, baik kepada suami, baik kepada teman juga”

“Soal sukses itu mengikuti? Karena menurut gue, selama kita berusaha memperbaiki diri agar lebih baik, maka kesuksesan pun akan menghampiri, ya gak?”

Yuna menatapnya, begitu juga Anandra. Tatapan mereka terkunci untuk beberapa detik, hingga—

“Lama ya?”

Gianno muncul. Andra langsung menatap suaminya itu. Lalu cemberut, merajuk karena lelah menunggunya.

“Kamu tuh nebus obat ke Jedah?” Anandra manyun.

“Tadi ada pak Dekan, ya jadi ngobrol dulu” tutur Gianno, namun pandangannya menatap Yuna. Andra peka dengan tatapan suaminya itu.

“Ohh, ini Yuna yang. Anaknya dokter Tjandra!” Andra mengenalkan gadis itu.

“Yang aku ceritain ngaca—”

Andra mengerang pelan karena Yuna mencubit lengannya. Yuna kikuk dan malu tentu saja. Terlebih Gianno menatapnya tidak ramah. Yuna tebak pasti suami pasien papahnya itu posesif.

“Gianno” Gianno mengulurkan tangannya. Yuna menyambutnya ramah.

“Yuna, om?” Yuna bingung memanggilnya.

“Pfffffttt....” Andra menahan tawanya.

“Dia emang om-om, mau 30 tahun” celetuk Andra. Gianno menghela nafas pelan.

Yuna menunduk, dia merasa terintimidasi oleh tatapan Gianno. Mungkin dia harus pergi saja, karena kondisi mulai tidak kondusif.

“Kak aku duluan ya?” Yuna bangkit. Andra mengangguk.

“Yaa....” sahut Anandra.

“Sampai jumpa?”

Yuna mengulurkan tangan. Gianno menatap keduanya. Andra menyambutnya ramah dan mengangguk pelan.

“Sampai jumpa juga” ucap Andra. Yuna pergi dan melambaikan tangannya sambil senyum.

“Akrab sekali”

Gianno mendorong kursi roda Anandra.

“Ya kamu lama....aku kan bosen gak ada temen, dia muncul yaudah aku ajak ngobrol” terang Anandra.

“Gak nyangka juga dia putra dokter Tjandra” Andra mendongak menatap Gianno.

“Fate?” Dengus Gianno.

“Maksudnya?” Andra bingung.

“Aku gak suka dia”

Andra menghela nafas. Ya sejak kapan Gianno suka sama perempuan yang dekat dengannya? Kadang sama ibu aja, Gianno cemburu.

“Yang....cukup” Andra jengah.

“Aku cuma bilang” Gianno menekan tombol lift.

“Iyaa....tapikan dia itu orang asing,” Ucap Andra.

Andra menarik tangan Gianno, lalu melahunnya. Gianno terkejut, takut kaki kanan Andra sakit.

“Ngapain? Kaki kamu—”

Anandra menciumnya lembut, Gianno terbuai. Kemudian pria itu memeluk lehernya erat.

“Kalau kamu cemburu, ingat ini ya?”

Anandra mengangkat jari manis Gianno, ada cincin emas melingkar cantik, lalu senyum.

“Kita di ikat seumur hidup, kita menikah, singkatnya aku milik kamu, kamu milik aku juga”

Gianno mengangguk pelan, dan langsung mencium bibir Anandra kembali. Keduanya cukup intens berciuman, dan harus melepaskan diri kala pintu lift terbuka.

“Mereka boleh akrab sama aku, tapi aku tetap milik kamu, Gianno”

“Posisi kamu itu nomor satu, dan akan selalu menjadi yang nomor satu”

Anandra mengusap pipinya, kemudian Gianno berdiri dan mendorong kursi rodanya kembali. Berjalan menuju mobil mereka sambil berbincang pelan. Tanpa sadar, Tuhan baru saja menambahkan lakon lain di skenario hubungan keduanya, dan siap menguji mereka, terutama Gianno.

Ya. Selamat datang musuh baru Gianno.