Anandra hanya duduk melamun memandang tempat yang sudah di dekorasi cantik, penuh hiasan serba putih, bunga-bunga nan indah, meja yang di tata apik, dan beberapa orang berlalu lalang mempersiapkan pesta resepsi pernikahannya dengan Gianno. Benar, tepat pada hari ini tanggal 31 Desember 2020, menjadi momen bersejarah dalam kehidupan Anandra setelah lahir ke dunia. Menikah. Gianno dengannya resmi menikah.
Kalau meresmikan pernikahannya di depan penghulu sudah dilaksanakan satu hari sebelumnya, tanggal 30 kemarin. Alasannya agar lebih pribadi, dan mereka resmi menikah secara agama. Hari ini, adalah resepsinya, tapi memang tidak banyak mengundang tamu, mungkin yang hadir hanya 100 orang saja, dari masing-masing kedua pihak pengantin.
Di tengah lamunannya karena masih merasa ini tidak nyata, Andra dirangkul oleh Dinar, well, pria itu banyak campur tangan selama persiapan pesta resepsinya dengan Gianno. Bahkan hadiah pernikahan dari Dinar adalah, liburan full satu bulan ke Skandinavia, dan—
“Kak, beneran Ariana sama Train datang?” Anandra menatap Dinar yang hanya senyum sampai matanya sipit.
“Iyalah, mereka udah di hotel, keduanya nyanyi dua lagu, hadiah dari gue sama Amanda, harus langgeng” Dinar menyenggolnya.
“Anjirlah kak. Ariana Grande bakal nyanyi di pesta resepsi gue? Train juga? Gila!” Anandra masih tidak menyangka, tapi itu benar, Dinar yang mendatangkan mereka langsung.
“Lo suka MUSE juga,kan? Gue gak ada relasi buat ngundang mereka jadi agak susah” Dinar menyalakan rokoknya. Tenang acara masih H-5 jam.
“Bayar berapa lo? Tau gini gue request Adele aja sama Maroon 5” dengus Anandra.
“Kalau pesta lo dua hari, gue bisa sih ngurusin—”
“Sinting!”
Dinar ketawa lalu mengangkat satu alisnya. Apa sih yang tidak bisa ia lakukan? Uang dia memang cukup untuk mengundang penyanyi hollywood tersebut. Apalagi untuk Gianno, sahabatnya, Dinar tidak sungkan.
“Serius, Dra. Gue gak sungkan sama sekali, nanti deh ya pesta aniv pertama kalian? Hadiah dari gue, Adele sama Maroon 5” tutur Dinar dengan santai menghembuskan asap rokoknya.
“Makasih ya kak” Andra senyum, Dinar memukul bahunya.
“Anjing merinding gue, pokoknya—”
Dinar menepuk dada Anandra sambil tersenyum.
“Saat lo resmi menikah dengan Gianno, gue cuma minta, jaga baik-baik hubungan kalian, jangan ngutamain ego masing-masing, KOMUNIKASI, saling percaya satu sama lain,”
“Nikah gak mudah, kita tahu semua, tapi gue percaya lo sama Gianno, kalian bakal berusaha menjaga janji suci” Tutur Dinar.
“Once again, happy wedding yaa” mereka berpelukan. Anandra menepuk punggung Dinar.
“Kalian udah sah, silakan ngewe sebebas—”
Dinar dipukul pelan Anandra, mereka pun ketawa, hingga salah satu staff menghampiri keduanya mendiskusikan tentang guest list, apakah sudah betul semuanya. Terutama nomor meja tamu tersebut.
“I guess, you can asking for make sure the list to my husband, he knows more anything than me” ucap Anandra.
“Yes mr. Andra, I'll talk with him” Staff itu pamit.
Anandra melihat Gianno dan Maudy tengah mengarahkan staff WO mereka. Jika ditanya apa yang berbeda dari sebelum menikah dan setelah menikah, mungkin hanya satu jawabannya. Semakin cinta. Anandra semakin mencintai pria 27 tahun itu. Anandra semakin terjatuh pada pesona Gianno. Tiga tahun menjalin kasih, lima tahun saling mengenal, dan terus berjalan hingga sekarang, Anandra akan selalu mencintai Gianno.
Pesta di gelar sore hari, langit cerah, meskipun tadi sempat di guyur hujan salju, tapi tidak sampai mengganggu acara resepsi Gianno dan Anandra. Tamu satu persatu datang, disambut oleh orang tua kedua mempelai. Geng Anandra bersorak heboh saat memasuki lokasi garden party sahabat mereka. Dika hanya tersenyum kecil, andai Rosè masih bersamanya, perempuan itu pasti senang. Terlebih photo booth-nya aesthetic sekali, semua perempuan pasti akan betah berlama-lama di pesta resepsi Anandra dan Gianno.
“Dika!” Seru Martin. Dika tersentak, dan langsung menyusul mereka.
“Ini kita _bestman^,kan? Apa groomsman sih?” Tanya Askal heboh. Geng Anandra serempak mengenakan tuxedo serba hitam.
“Sama aja anjay, dua-duanya juga cowok, gak ada bridesmaid,” sahut Rafael.
“Yang datang dari sebelah hawanya manusia kalangan sosialita ya?” Bisik Miko, sambil membenarkan letak dasi kupu-kupunya.
“Tamu dari orang tua Gianno pasti, atau mungkin sanak saudaranya” ucap Jaka.
“Pudingnya enak sumpah!” Nauval melipir tadi dan membawakan puding buat mereka.
“Anjaayy gue lapar, keliatan kampungan banget kita” Dika meraih cup puding itu. Mereka semua ketawa pelan, mana di liatin keluarga Gianno.
“Anandra's friend right?” Seorang staff wanita menghampiri mereka.
“Oh yes,” sahut Jaka.
“Come with me” Staff itu mengarahkan mereka menuju paviliun tempat Anandra bersiap.
Di tempat Gianno, pria itu duduk menghadap cermin yang memantulkan bayangannya. Gugup, jangan ditanya lagi. Tangannya tidak mau berhenti bergetar, antara tremor karena suhu cukup dingin, atau mungkin gugup karena dia akan menjadi pengantin sore ini. Saat meresmikan pernikahan secara agama saja, kala menandatangani buku nikah, tangannya bergetar hebat. Hari ini pun ada sesi pembacaan surat terbuka untuk suaminya, Anandra. Tremornya semakin kuat.
“Breathe.....Gianno, breathe....” batinnya. Gianno memejamkan matanya, dia belajar meditasi sederhana dari Rafael beberapa hari ke belakang. Itu sangat membantu.
“Pak Gian?”
Suara lembut membuyarkan meditasinya. Gianno menengok ke arah pintu dan tersenyum manis kala Bu Diah masuk, lalu menghampirinya. Gianno berdiri, kemudian mereka berpelukan erat. Bu Diah sedikit terisak, lalu pipi menantunya itu ditangkup. Gianno mengusap air matanya.
“Astaga....ibu mimpi apa punya menantu tampan seperti kamu” Bu Diah meremat pelan bahunya.
“Bu....” Gianno malu.
“Ibu udah banyak bicara sama kamu, mungkin kamu sampai bosan mendengarnya,”
“Tapi pak, terima kasih sekali lagi sudah memilih, dan sudah siap menerima Anandra sebagai pendamping hidup”
“Kita tahu, Anandra masih remaja, mohon sabar apabila dia mulai lagi dengan tingkah kanak-kanaknya,”
“Tolong bimbing Andra pelan-pelan, tegur apabila dia mulai seenaknya atau nakal, jangan sungkan jewer telinganya kalau ngeyel”
Mereka tertawa sekilas. Gianno menggenggam erat tangan lembut Bu Diah.
“Jangan malu minta tolong sama ibu kalau ada apa-apa ya? Kamu anak ibu juga sekarang,”
“Jaga hubungan kalian, setelah semua rintangan yang dilewati, ibu yakin, hubungan kalian semakin kuat, fondasinya kokoh, tidak akan mudah goyah”
“Jaga Anandra ya, jaga anak nakal ibu, ibu minta maaf kalau Andra susah diurusnya,”
“Kamu pasti bisa jadi sosok suami, teman, dan kakak untuk Anandra”
Gianno mengangguk paham, mereka kembali berpelukan. Tangan Bu Diah meraih tangan Gianno, kemudian memasangkan sebuah gelang cantik.
“Simpan, ini milik ibu, tapi buat kamu” bisiknya.
“Bu, sudah cukup dengan ibu hadir dan merestui—”
“Ssstt, ini turun menurun, sudah hak kamu menerimanya, dan kewajiban ibu memberikannya, tidak terlalu perempuan juga,kan? Dipakai ya” tutur Bu Diah. Gianno mengangguk.
“Pestanya akan dimulai, ibu tunggu di luar” Wanita 53 tahun itu keluar sambil melambaikan tangan dan tersenyum hangat.
“Bu, terima kasih....” ucap Gianno. Bu Diah mengedipkan sebelah matanya, Gianno terkekeh pelan, diajarin Anandra pasti.
Semua tamu sudah memenuhi meja yang disediakan, di sebelah kanan khusus tamu pihak Anandra, dan di sebelah kiri khusus tamu pihak Gianno. Mereka semua berbincang hangat, sambil menyantap hidangan yang sudah di sediakan, sembari menunggu mempelai muncul. Kemudian suara microphone di ketuk, seorang MC pria dibalut jas hitam formal, berdiri sambil tersenyum kepada para tamu. Acara pun dimulai.
Sang MC sebelumnya menyapa tamu, menanyakan kabar, hanya sekadar basa-basi sebelum masuk ke acara inti. Geng Anandra sibuk mengabadikan moment sakral itu, berulang kali Askal berdecak kagum dengan dekorasi indah dan unik. WO-nya mahal pasti.
“Ini berapa em kira-kira?” Bisiknya.
“Anandra bilang sih total semuanya sampai tetek bengek 250.000 ribu” sahut Rafael yang sibuk memakan tiramisunya.
“Hah?” Askal bingung.
”—Euro” sambung Jaka. Askal langsung membuka ponsel pintar, lalu mengkonversi mata uang rupih ke euro—
“Anjing. Empat kali lipat harga rumah gue brengsek” Askal memijat pelipisnya.
“Sederhana loh” lirik Rafael santai.
“Belum guest star-nya, asoy banget” sambung Martin.
“Sederhana tapi ngundang Ariana sama Train” bisik Miko.
“Sumpah ada Ariana sama Train? Lihat entar gue duet sama Ari” Askal joget heboh meskipun duduk.
“Ssstt!” Nauval mengetuk mejanya pelan.
Semua tamu langsung menengok ke belakang. Lampu mulai di redupkan, staff WO meminta para undangan untuk menyalakan lilin yang sudah disediakan. Dinar dan Amanda menyalakan lilin, Dennis heboh dan antusias menggenggam lilin putih yang di lilit pita warna cream itu.
“Panas ganteng, aduh ibu kamu yang marah sama papah kalau kena lelehannya” Dinar berisik sendiri karena putranya ingin memegang lilin.
“Yiyin! Pengen yiyin!” Dennis kekeh.
“Lilin!” Koreksi Dinar.
“Yiyin!”
“Berisik!” Amanda merampas mereka. Dinar dan Dennis langsung hening.
Dika diminta Anandra untuk menjadi penyanyi yang menyambut kala dirinya dan Gianno berjalan bersama di altar. Pemuda itu berdiri di samping MC, dan band pengiring mulai memainkan musiknya. Lagu pertama yang dinyanyikan oleh sahabat Anandra itu adalah Michael Jackson – One Day In Your life.
One day in your life
You'll remember a place
Someone touching your face
You'll come back and you'll look around, you'll
Para undangan diminta berdiri, Dika melantunkan lirik lagu itu dengan begitu merdu. Tidak salah dia dijuluki bapak paduan suara SMANTA. Semua orang menggenggam lilin itu, Dinar masih ribut dengan Dennis, Askal dan yang lain sibuk dengan ponselnya, Bu Diah tersenyum antusias. Keluarga Gianno tak mau kalah, Maudy tampil cantik dengan balutan dress mewah dan cantik, berdiri disamping Manggala yang tampak gagah dan berwibawa, Gianna tersenyum dan mengagumi suara merdu Dika. Perempuan itu tak sedetik pun melepaskan pandangan kagumnya kepada sahabat suami adiknya itu.
You'll remember me somehow
Though you don't need me now
I will stay in your heart, and when things fall apart
You'll remember one day
Anandra dan Gianno muncul. Andra mengangkat tangan kirinya, dan Gianno menyambutnya hangat, kemudian mereka saling tersenyum manis, berjalan menyusuri altar. Dika ikut tersenyum dari panggung, pemuda itu menghayati lirik lagu romantis tersebut. Entah hanya bayangannya atau memang itu benar, Dika beradu pandangan dengan kakak Gianno.
One day in your life
When you find that you're always lonely
For a love we used to share
Just call my name, and I'll be there
Lagu selesai, Anandra dan Gianno sudah berdiri di depan para tamu. Tepatnya di tengah-tengah, karena meja para tamu dibuat melingkar. Pasangan manis itu, saling memandang, dengan tangan menggenggam satu sama lain. Keduanya kompak mengenakan pakaian serba putih, rambut ditata rapih, bunga mawar tersemat di saku kiri jasnya. Dika dan Gianna masih saling bertatapan, Gianna menatap penuh kagum, sementara Dika menatap hanya untuk memastikan perempuan itu kakak Gianno atau bukan.
Acara berlanjut, MC meminta Gianno dan Anandra membacakan surat untuk keduanya. Gianno menatap Anandra, pemuda itu yang duluan membaca suratnya, jantungnya berdegup kencang. Berusaha menebak isi surat suaminya itu. Setelah menerima mic dari MC, Anandra berdehem terlebih dahulu, kemudian, membuka selembar kertas lusuh yang ujungnya sudah sobek dan terlipat. Kapan dia menulisnya? Ada senyuman sebelum dia membaca surat itu.
“Pertama, surat ini aku tulis dalam bahasa Indonesia, mungkin tiga tahun yang lalu, saat kami berdua putus”
Gianno meremas ujung jasnya.
“Makanya, terlihat lusuh, isinya....akan membuat kalian tertawa, karena tulisan pujangga yang tengah patah hati”
Geng Anandra menyorakinya. Rafael hanya menggeleng sambil tertawa. Dika sudah bergabung dengan mereka lagi.
“Untuk, Pak Gianno, yang mungkin sekarang sudah resmi menikah, hallo pak, ini Anandra,”
“Pertama......aku ingin mengucapkan terima kasih kepada Tuhan yang sudah menciptakan kamu dengan begitu indah dan mempesona pada saat pertama kali aku bertemu dengannya”
“Klise, kita bertemu memang tidak seperti sinetron pada umumnya, tapi....satu hari ditengah teriknya panas matahari membakar kulitku, kamu muncul, dengan ransel hitam dipunggungnya. Berjalan melewati lapang upacara, dan disana pertama kalinya mataku menangkap kamu”
“Bercahaya, yaa, kamu bercahaya. Untuk orang awam mungkin tidak bisa melihatnya, tapi aku yang melihatmu langsung begitu silau dan terpesona, bahkan kamu hanya jalan saja sudah seindah itu”
“Status kita hanya sebatas guru dan murid, dengan rentan usia cukup jauh, almost ten years. Tapi— ibu aku pernah bilang, jangan terpaku pada suatu hal yang tidak bisa dirubah, lalu jadi penghalang kamu jatuh cinta, mencintai seseorang tidak ada salahnya meskipun beda usia 25 tahun sekalipun”
Bu Diah menggeleng pelan, Dinar hanya tertawa menemani Bu Diah bersama istri dan putranya . Ada senyuman bangga dari wanita itu. Semua tamu begitu serius mendengar surat Anandra.
“Dengan bekal percaya diri, dan nekat, tentu, aku kejar kamu. Tentu, untuk pria seusia kamu, itu akan sangat risih, malu, kesal, dan tidak suka. Aku tahu, aku bisa menebaknya dari cara kamu menjewer, mencubit, aku tahu kamu tidak suka pada awalnya”
“Hingga satu waktu dimana usaha aku mulai berbuah hasil, dimana kamu tidak lagi menjewer dan mencubitku, aku tahu, Tuhan mungkin sudah mengubah takdirku. Atau mungkin, menambah takdirku, dengan masuknya kamu ke kehidupanku, Gianno”
“Kita bersama akhirnya. Mengubah status menjadi sepasang kekasih. Tidak bohong, aku bangga sekali ketika kamu jadi kekasihnya aku. Teman-temanku tidak percaya—”
Anandra melirik meja gengnya. Askal dan Martin pura-pura terharu dengan menyeka air mata. Rafael menggeleng terus, Miko sibuk merekam dengan ponselnya.
“Tapi kita bersama. Hingga dua bulan yang lalu, kita resmi berpisah”
Gianno menunduk. Dia hanya diam, kisah pahit itu terulang kembali di kepalanya.
“Kisah kita berakhir, kamu memilih cinta pertama kamu, aku paham. Hari ini katanya kamu menikah, kalau boleh jujur, aku tidak ikhlas sampai kapan pun, Gianno. Bagaimana bisa kamu melepaskanku disaat nama kamu akan selalu ada di bagian terdalam hatiku. Tapi— Tuhan mungkin memang hanya memberikanku kesempatan—”
“Anandra” Gianno memotongnya. Andra senyum.
“Belum selesai sayang” bisiknya.
“Kesempatan untuk membahagiakannya hanya sementara. Sekilas, seperti angin yang berhembus.” Andra membuka lembar berikutnya.
“Dan bolong, suratnya hanya selesai sampai disini”
Semua tamu tertawa pelan. Maudy bahkan ikut tertawa bersama Manggala. Darimana putranya bisa bertemu pemuda unik seperti Anandra. Gianno membuang mukanya, dia tersenyum. Anandra menautkan tangan kanannya dengan jemari Gianno. Surat lusuh itu ia taruh di dalam sakunya.
“But here we are right now. Kamu, berdiri di depanku, dengan jari manismu mengenakan cincin yang disematkan oleh aku, tanda kisah kita masih berlanjut”
“Tidak mudah untuk bisa menyematkan cincin itu, banyak latar belakang drama sabun colek yang kita lewati bersama, dibantu orang sekitar kita, hingga kita bisa berdiri disini”
“Ini tidak terlihat nyata. Kayak mimpi, yang. Aku nikah sama kamu, itu beneran gak sih?”
Tamu ketawa kembali, Rafael meringgis pelan. Dika hanya ketawa saja sambil tepuk tangan.
“Apapun yang akan kita hadapi setelah menikah.....kita jangan sampai melepaskan cincinnya,”
“Mandi sekalipun, pakai apabila bisa” Gianno memukul bahunya. Anandra ketawa sekilas.
“Gianno, mungkin ini cheesy, tapi aku sayang kamu. Aku sayang kamu dari awal kamu lewat di depan aku, sampai detik ini,dan akan terus berlangsung sampai Tuhan memisahkan kita”
“Terima kasih, sudah mau menerimaku, si anak nakal ini yang masih banyak kekurangannya, bantu aku—”
“Bantu aku melengkapinya, bantu aku mempertahankan pernikahan kita, sayangi aku juga, jangan bosan tegur aku kalau aku ada salah”
“Sambut aku dengan senyuman kamu saat bertemu, peluk aku saat kita tidur, bisikan namaku saat kita bercinta, simpan namaku di hati kamu sayang”
Gianno tidak bisa menahan air matanya dari awal Anandra membacakan suratnya. Pria itu mengangguk setiap Anandra berbicara.
“Hari ini akan menjadi hari terbaik dalam hidup kita bukan?”
“I—iya” bisik Gianno.
“Maka esok dan seterusnya pun harus menjadi yang terbaik, karena kamu dan aku, akan terus bersama selamanya.”
Anandra mengakhiri pembacaan suratnya dengan kecupan manis di kening Gianno. Askal tepuk tangan heboh, bersuit heboh, Nauval begitu bangga, dia mengepalkan tangannya keatas. Para tamu berdiri dan tepuk tangan. Bu Diah menggeleng pelan meskipun matanya berurai air mata. Keluarga Gianno ikut tepuk tangan, Manggala tersenyum dan merangkul istrinya, Maudy. Bimasena, dia memang tidak pernah salah pilih. Dinar menggendong putranya, mengangkat jempolnya, dia bangga sekali.
“Cium bibirnya Da!” Seru Jaka. Anandra melotot kearahnya.
“Ayo giliran kamu” Anandra menunjuk surat Gianno.
Para tamu duduk kembali. Suasana kembali hening, menunggu Gianno yang gemetar membuka suratnya. Andra membantunya, lengannya digenggam oleh pemuda itu.
“Rileks sayang....” Andra berbisik sambil mengusap punggung tangannya.
“Aku pegangin saja” Andra bergerak mendekat, memegang mic dan surat Gianno. Wajah mereka sangat dekat, alih-alih melihat isi suratnya, Andra memilih menatap pahatan sempurna Tuhan di hadapannya. Gianno, semakin indah setiap harinya.
“Untuk Anandra, suamiku” Suara Gianno sedikit bergetar.
“Rileks....” bisik Andra.
“Aku tidak sempurna seperti yang diucapkan olehmu. Tapi mungkin, dengan hadirnya kamu, membuatku semakin lebih baik. Kehadiranmu sudah membawa warna baru dalam kehidupan abu-abuku. Cara kamu memperhatikanku, cara kamu mencintai aku, cara kamu berbicara denganku, semuanya hal yang kamu lakukan, begitu membuatku terpesona.”
“Berhenti memujiku dengan mengatakan aku indah, karena asal kamu tahu, kamu lebih daripada indah”
“Benar, butuh waktu cukup lama agar aku bisa yakin memberikan hatiku untuk kamu, tapi cukup lama itu terasa singkat bagiku, Anandra”
“Pertama kita bertemu, berlanjut kita berpacaran, dan sampai sekarang—”
“Kita menikah” Gianno membalas tatapan Anandra.
“Sangat singkat rasanya. Kamu tumbuh begitu saja bersamaku, menjadi seorang pemuda tinggi tegap, dengan senyuman khasnya. Membuatku, dan siapapun yang melihatnya ikut tersenyum dan kagum”
“Aku suka saat kamu senyum, karena ketika senyum, kamu membuatku terus jatuh, jatuh, dan jatuh cinta kepada kamu”
“Maaf apabila kamu sempat menangis karena aku, air mata kamu berbuah manis karena berganti dengan senyuman bahagia hari ini”
Anandra tersenyum. Tangannya menggenggam erat pergelangan tangan Gianno.
“Bahkan sekalipun kita tidak menikah, kita masih tetap akan terus bersama, saling mencintai, melindungi, melengkapi—”
“Bersama. Kamu dan aku. Aku akan berusaha untuk menjadi partner terbaik hidup kamu, mungkin aku tidak banyak sesuai ekspetasimu, tapi aku terus, terus berusaha menjadi lebih baik”
“Tolong peringatkan aku kalau ada salah, jangan segan tegur aku juga, jangan banyak mendiamkanku”
Dinar berdehem keras, disambut kekehan dari geng Anandra.
“Amsterdam!” celetuk Rafael. Andra tidak peduli dengan celetukannya.
“Terima kasih sudah mau bertahan denganku sampai sekarang, banyak kesalahan yang aku lakukan dan membuatmu sedih, tapi kamu tetap bersedia menerimaku”
Gianno meremas surat itu, manik keduanya tidak lepas, saling berpandangan.
“Jangan tinggalkan aku lagi, aku butuh kamu, hanya kamu, Anandra” Gianno wajahnya basah karena menangis. Anandra tertawa pelan, pemuda itu hanya berkaca-kaca saja. Tangannya menangkup pipi Gianno.
“Aku sayang kamu. Dari hari pertama aku menyadari rasaku terhadap kamu, aku sangat sayang kamu” lirihnya. Andra mengusap air mata Gianno.
“Jangan dilepas cincinnya, aku takut—hiks”
Anandra mendekapnya, Gianno jadi emosional. Para tamu kembali tepuk tangan, Gianno menangis sejadinya di bahu Anandra. Pembacaan surat keduanya selesai. Gianno masih terisak, sementara Anandra menenangkannya. Acara tetap berlanjut, dan sekarang adalah yang paling ditunggu. Guest stars, Train muncul disambut suara riuh tamu yang tidak tahu kalau pengisi acara malam ini penyanyi hits hollywood itu.
Band itu membawakan salah satu lagu hitsnya, Hey Soul Sister. Para tamu berdiri, bertepuk tangan kembali. Geng Anandra berlarian ke depan panggung, tidak ingin berada di barisan belakang. Bu Diah ditemani Amanda, sementara Dinar menggendong Dennis ikut menonton di barisan depan.
“Di jaga Dennisnya! Jangan joget!” Seru Amanda. Dinar mengangguk mantap.
“Train, bisa request nyanyi pacar lima langkah, gak ya?” Ucap Martin disambut geplakan keras Rafael.
“Hey, soul sister
Ain't that Mr. Mister on the radio, stereo”
“The way you move ain't fair, you know”
Jaka dan Dika saling merangkul dan bernyanyi bersama. Askal melambaikan tangannya ke kiri kanan dan bernyanyi juga.
“Hey, soul sister
I don't wanna miss a single thing you do tonight”
“Hey, soul sister
I don't wanna miss a single thing you do tonight”
Dika terkejut saat bahunya menabrak seorang perempuan. Refleks tangannya meraih pinggang ramping— Dika melotot saat sadar yang ditabrak olehnya kakak Gianno.
“Sorry, sorry” Dika kelabakan. Gianna hanya tersenyum.
“Gianna,” perempuan itu mengulurkan tangannya.
Dika bengong, kemudian menerima uluran tangan itu.
“Radika, hehe” Dika cengengesan karena gugup.
Tidak ada percakapan lagi selanjutnya. Dika tidak sadar saat tampil diawal tadi, dirinya menggetarkan hati Gianna. Kakak Gianno itu tertarik kepadanya.
“Promise me you'll always be happy by my side~”
“I promise to sing to you when all the music dies~”
Semua tamu ikut bernyanyi kala band itu membawakan lagu lamaran Anandra kemarin, Marry Me.
“Marry me”
“If I ever get the nerve to say hello in this cafe”
“Say you will”
“Say you will”
“Marry me....”
Anandra dan Gianno hanya berpelukan sambil menonton penampilan Train. Gianno masih menangis, Anandra terus mengusap punggungnya. Mengecup kepalanya, sementara tamu yang lain mulai berdansa, diiringi lagu Marry Me.
“Udah dong nangisnya” Anandra menangkup wajah Gianno.
“Jelek tuh, bengkak” Andra merapihkan poni Gianno yang berantakan.
“Aku sayang kamu....” bisiknya.
“Iyaa satu alam semesta tahu, Gianno sayang Anandra, Anandra sayang Gianno juga” Anandra mengecup punggung tangannya.
“Sini”
Anandra membawanya ke tengah lalu keduanya berdansa. Maudy berdansa dengan Manggala, hubungan mereka sedang kurang baik sebenarnya, tapi mungkin sedikit meluruh dengan acara hari ini. Dika sibuk berjoget bersama gengnya, setelah Train selesai tampil, Askal naik panggung dan mulai bernyanyi lagu Maroon 5 – Sugar. Rafael melihat Dika asyik berjoget dengan kakak Gianno, Gianna.
Sugar!
Yes, please!
Won't you come and put it down on me?
I'm right here, 'cause I need
Little love and little sympathy
Yeah, you show me good loving
Make it alright
Need a little sweetness in my life
Sugar!
Yes, please!
Won't you come and put it down on me?
“Hilang satu tumbuh seribu, gak sih?” Celetuk Jaka. Rafael meliriknya.
“Jodoh itu lebih lawak dari jokes kakek lo” Rafael kembali berjoget. Askal suaranya boleh juga.
“Kita kondangan lagi nanti?”
Mereka tertawa. Andra bergabung bersama gengnya. Gianno membaur dengan tamu lainnya. Askal bersemangat melantunkan lagu kebangsaannya itu. Dinar ikut join, bersama Dennis dipangkuannya.
“Om Andaaa!” Dennis melentangkan tangannya, Andra menggendongnya. Dinar langsung heboh jogetnya.
“Kasihan kamu, punya papah gila” Anandra menggeleng miris.
I want that red velvet
I want that sugar sweet
Don't let nobody touch it
Unless that somebody is me
I gotta be a man
There ain't no other way
'Cause, girl, you're hotter than the southern California day
I don't wanna play no games
I don't gotta be afraid
Don't give all that shy shit
No make up on
“SUGAR! YES PLEASE!” Seru Dinar bersama Dika dan Rafael.
Pesta berlangsung meriah. Gianno merangkul pinggang Anandra, keduanya mengecup satu sama lain, dan ikut menggerakan tubuhnya sesuai irama lagu. Setelah saudara Gianno, Harris menyumbangkan suaranya dengan menyanyi lagu Westlife – Nothing Gonna Change My Love For you, Martin tadi sempat iseng ingin bernyanyi lagu Pacar Lima Langkah, tapi urung diri saat dilirik sinis Gianno.
“Ariana! Woylah!” Seru Askal saat MC memanggil bintang utama malam ini, Ariana Grande.
Semua tamu menjerit histeris dan bertepuk tangan heboh, saat penyanyi pop terbaik di dunia itu naik ke atas panggung. Anandra dan Gianno jelas sudah paling depan, karena mereka pemilik pestanya. Dinar menggendong Dennis di pundaknya. Gianna selalu berusaha mendekati Dika, sekalipun dia sudah ada tunangan, Samuel.
Suhu dingin tidak mengurangi semangat mereka bernyanyi bersama Ariana. Penyanyi itu kembali menyanyikan lagu yang dikutip oleh Anandra saat mereka selesai break. Gianno tersenyum, dia menyukai liriknya, terlebih pas bagian 'Id love to see me in from your point of view'. Sesuai judul lagunya, POV. Andra mengajaknya melipir, menuju tempat yang sedikit sepi. Suara merdu Ariana masih terdengar, disambut seruan heboh tamu undangan.
“Mmmh....” Gianno memejamkan mata saat bibirnya dicium rakus Anandra.
“First kiss sebagai suami...” bisik Andra. Gianno memukul pelan bahunya.
“Kok kesini? Kan Ariana lagi tampil” Gianno mengalungkan tangannya ke leher Anandra.
“Biar lebih romantis, ramai disana”
Dahi mereka bersentuhan. Anandra perlahan menyanyikan lirik lagu yang tengah dinyanyikan. Gianno tersenyum, oh mungkin Andra malu kalau ketahuan tengah bernyanyi. Padahal suaranya bagus, tidak kalah dengan Askal dan Dika.
“Eksklusif? Hanya untuk aku?” Gianno tertawa pelan. Anandra terus menyanyikan lagu itu.
“I wanna trust me, the way that you trust me, baby,”
“Cause nobody ever loved me like you do, I'd love to see me from your point of view”
Gianno mengecup bibirnya. Tepuk tangan terdengar kembali. Anandra kembali memagut bibirnya. Lagu selanjutnya adalah Stuck With You, setelah penyanyi itu mengobrol sebentar bersama penonton. Samar-samar ditengah ciuman hangat itu, seseorang memanggilnya.
“Heey!! Ayo dipanggil Ariana!” Seru Gianna.
“Ayoo!” Perempuan itu menarik tangan keduanya.
Pesta terus berlanjut. Mereka bernyanyi bersama melantunkan lirik lagu Stuck With U. Askal dan Miko sudah mabuk, mereka menenggak satu botol campagne berdua saja. Para orang tua hanya mengawasi dari belakang. Oh, grandpa Gianno absen karena kesehatannya tidak mendukung untuk datang. Tapi beliau kemarin menjadi salah satu saksi saat menikah secara agama. Bu Diah tak lelah tersenyum melihat putra satu-satunya bahagia dan tak berhenti tertawa. Dia lega, dia tidak khawatir lagi bagaimana kehidupan nanti kelak saat ia dipanggil Tuhan.
“Anandra, ibu tahu, kamu bisa menjadi seseorang yang berhasil di masa depan. Bukan hanya karena dukungan orang sekitar kamu, tapi karena usaha gigihmu, sifat tangguhmu yang membawa kesuksesan ke genggaman kamu, anak lanang ibu” batin bu Diah.
“Buu!” Anandra tersenyum memanggilnya, lalu mengedipkan matanya. Bu Diah hanya tersenyum.
“Semua orang disekitarmu akan sangat membantu, mereka pun akan sangat membutuhkanmu, terutama Gianno. Semoga kamu bahagia bersamanya, melihat senyuman cerah kamu apabila tengah menceritakannya, ibu tahu, seberapa pentingnya Gianno untuk kamu”
“Kesedihan masa kecil kamu, berbalas kebahagian tak terduga,kan? Tuhan memberi kamu hadiah berupa kebahagian dan orang-orang yang menyayangimu, terutama ibu dan bapak disana...”
“Anandra, saat ibu tidak ada nanti, kamu harus terus bahagia, karena bahagia kamu, bahagia ibu juga, bahagia kami, bahagia semua orang”
“Anandra.....” pemuda itu menatapnya kembali.
“Selamat atas pernikahannya, terima kasih sudah menjadi salah satu sumber kebahagian ibu”
“Ibu sayang kamu.”
Anandra menghampirinya, lalu memeluknya erat sekali. Bu Diah terisak pelan, dia bisa pergi dengan tenang nanti. Putranya sudah ada yang menjaga, Anandra-nya tidak sendirian lagi.
“Makasih atas doanya bu...” gumam Anandra. Ah ikatan batin mereka kuat.
“Anandra juga sayang ibu, selalu.”
Gianno yang melihatnya tersenyum manis. Dia pun menatap mommy-nya, dan langsung berjalan menghampirinya. Gianno pun tak kalah, dia juga punya ibu, dan Maudy tersenyum bahagia saat putra bungsunya menghampirinya, dan memeluknya hangat. Pesta malam ini berakhir dengan begitu hangat. Di tutup senyuman penuh bahagia dari semua orang dan kembang api pertanda tahun sudah berganti. Anandra dan Gianno kembali berpelukan, dan kemudian juru foto mengambil potret manis keduanya bersama yang lain. Senyuman tidak ada surut sedikitpun dari wajah semua yang hadir. Terutama Anandra dan Gianno.
Happy wedding, Anandra & Gianno.
Happy New Year, also.