Setelah insiden Anandra yang keceplosan di chat, rumah yang biasanya hangat dan penuh canda tawa berubah menjadi hening dan dingin. Gianno sudah datang, dia membawa sate pesanan suaminya, namun pria itu tidak ikut makan. Bahkan tadi saja pas Andra cium bibirnya hanya senyum kecil, dan langsung pamit mandi. Hingga sekarang, Gianno tidak menunjukan batang hidungnya.

Andra yang pada awalnya lapar, langsung mendadak tidak nafsu padahal ada 30 tusuk sate sapi taichan favoritnya. Anandra menyesal karena sudah berlebihan kepada Gianno. Gianno mungkin tersinggung akibat ketikannya yang sangat keluar batas. Kala Andra sibuk menggaruk kepalanya karena gusar, Gianno turun, membawa iPad-nya dan duduk di ruang tengah. Anandra jelas peka kalau Gianno sedang mendiamkannya. Karena kalau tidak, pasti suaminya itu akan clingy as always, bermanja kepadanya, bertanya apakah belajarnya tadi susah, bercerita tentang harinya.

Anandra membuka kulkas, kemudian melihat isinya, lalu dia meraih bungkus puding instan, dan mulai membuatnya. Semoga saja, mood Gianno agak membaik. Anandra selesai membuat pudingnya sekitar 20 menit kemudian. Lalu anak itu membawanya ke ruang tengah, dan menaruhnya di meja samping Gianno. Tatapan yang sedari awal tertuju pada iPad langsung teralihkan ke piring kecil dengan puding mangga yang diberi toping vla vanilla.

“Dicoba dong....” ucap Andra. Gianno memotong puding itu, lalu mengunyahnya.

“Kemanisan gak?” Andra duduk di sampingnya.

“Enggak kok” geleng Gianno, lalu ia kembali fokus ke layar iPad.

Anandra mengintip apa yang sedang dikerjakan oleh Gianno. Ternyata suaminya itu sedang membaca jurnal internasional, sudah pasti. Anandra menghela nafas, dia berpikir apa yang harus dilakukan agar Gianno mau bicara dengannya, atau paling tidak jangan terlalu mendiamkannya. Karena rekor tercepat Gianno mendiamkan Anandra itu adalah 48 jam, dua hari saja. Paling lama waktu itu sampai dua minggu.

“Aku boleh nonton film?” Tanya Andra, Gianno mengangguk pelan.

Andra meraih remote smart TV dan mulai mencari film yang akan di tonton olehnya. Bohemian Rhapsody menjadi pilihannya. QUEEN adalah salah satu grup band rock favorite Anandra. Gianno melirik layar TV itu, dan tidak tertarik sama sekali karena dia sudah bosan menonton film itu. Namun berbeda dengan Andra anak itu tak berhenti melantunkan lirik lagu band itu. Gianno menatap Anandra yang tak berhenti tersenyum kala menonton film tersebut.

Jujur saja, Gianno sedikit tersinggung dengan ketikan Andra. Perihal masa kecilnya, yang dikatain bosan oleh Anandra. Well, suaminya tidak salah. Masa kecil Gianno memang tidak diwarnai dengan membaca buku dongeng, menonton kartun, mewarnai buku gambar, dan menggambar apapun. Dia memang masuk TK tapi bukan sekolah TK pada umumnya. Gianno iri dengan masa kecil Anandra yang dipenuhi kebahagian dan warna-warni khas masa kecil pada umumnya.

Seharusnya mood Gianno membaik, tidak terlalu terbawa perasaan, namun tetap saja Gianno tidak bisa mengendalikan perasaannya. Anandra tidak sesalah itu, anak itu tidak sengaja jelas. Ini hanya Gianno saja yang merutuki masa kecilnya yang tidak seindah orang lain.

“Dulu pas kita putus aku nyanyi lagu ini sampai berbusa kali ya” celetuk Anandra, kala film itu menayangkan lagu Love of My Life.

“Alay sih....” Andra menggaruk tengkuknya. Gianno diam saja.

Anandra menyanyikan lagu itu, Gianno menatap wajahnya dari samping. Tangannya di genggam Anandra, kemudian dicium punggung tangannya berkali-kali lalu senyum. Mau tak mau Gianno pun tersenyum juga, Andra meraih iPad-nya kemudian menaruhnya ke meja, dan menarik Gianno ke lahunannya. Kening mereka bersentuhan, kedua maniknya terpejam, menyalurkan perasaan satu sama lain. Cinta keduanya tidak berkurang, yang ada semakin bertambah dan kuat.

Gianno menangis, dia mendadak emosional karena teringat dengan masa kecilnya. Andra mengusap air matanya, dan menatap Gianno penuh kasih sayang. Gianno mengeratkan pelukannya, dan tetap terisak pelan. Anandra mengecup ujung hidungnya, dan Gianno pun terkekeh pelan, lalu menghapus air matanya.

“Maaf....” gumam Anandra. Gianno mengangguk pelan.