STORM


Wonwoo akhirnya menyelesaikan entry data untuk bahan skripsinya. Ini pun karena bantuan kekasihnya, Mingyu, jadi untuk bahan Bab V dia sudah selesai tinggal bimbingan saja. Hari ini, mereka akan pergi nonton festival yang menjadi agenda tahunan fakultas Mingyu. Wonwoo sudah siap, dia mengenakan jaket denim milik Mingyu, celana jeans berwarna hitam dan kaos grey polos.

Sementara Mingyu? Pemuda itu bahkan masih bergelung dengan selimut. Mingyu tidur, dan tidak mengenakan apapun. Siang tadi mereka baru selesai bermain diatas ranjang. Tapi baiknya, Mingyu tidak sampai membuat Wonwoo susah berjalan.

“Gu....bangun, kan mau nonton? Ayo udah jam sembilan” Wonwoo mengguncangkan bahunya. Mingyu melengguh.

“Semenit—” gumam Mingyu.

“Aku gak mau pergi kalau berangkatnya diatas setengah sepuluh malam”

Mingyu langsung duduk, menatap Wonwoo yang sudah rapih. Kemudian pemuda itu menarik dagunya, dan mengecup manis bibir ranum Wonwoo.

“Wangi banget pacarku~~” puji Mingyu dengan ekspresi wajah bantalnya. Wonwoo merona.

“Aku pakai jaket kamu ya?” Ucapnya. Mingyu mengangguk saja.

“Sini dulu”

Mingyu menariknya kelahunan. Wonwoo langsung duduk dipahanya, memeluk leher jenjang Mingyu. Bibir sejoli itu berpagutan lembut, penuh kasih sayang, begitu manis, dan diselingi senyuman yang merekah indah. Mingyu tidak pernah sedalam ini mencintai seseorang, hanya Wonwoo yang berhasil memberikannya perasaan asing namun indah ini. Begitupun Wonwoo, dia tidak pernah dicintai setulus Mingyu yang mencintainya. Hidup dia berwarna semenjak pemuda 20 tahun itu memasuki kisah hidupnya. Mereka bahagia dengan hubungan keduanya.

“Ayo mandi” Wonwoo bangkit namun dia malah di dekap erat Mingyu.

“Dengerin aku dulu” Mingyu menatapnya. Wonwoo menyimak.

“Jangan sampai kamu menjauh dari aku disana nanti okay? Karena pasti riuh, banyak warga sekitar yang datang juga”

“Bilang kalau kamu pengen ke toilet atau mau pulang ya? Dan ingat, please jangan jauh-jauh dari aku okay?”

Wonwoo mengangguk semangat. Dia pun antusias karena belum pernah datang ke festival apapun. Mingyu mengusak rambutnya gemas, kemudian menindih Wonwoo, membuat pemilik tubuh ringkih itu tertawa geli karena pinggangnya digelitik Mingyu.

“Ayo udaah malam Gu!” Wonwoo berusaha melepaskan dekapan Mingyu. Namun yang ada dirinya malah di cumbu manis bagian lehernya.

“Ngasih tanda dulu biar gak diambil orang” ujar Mingyu.

“Minguu aahh gelii—pleas” Wonwoo menggeliat geli karena Mingyu mendusel di ceruk lehernya.

“Ke pantai jadikan?” Tanya Mingyu.

“Yuk! Tapi kita camping ya?” Angguk Wonwoo.

“Okay paduka, hamba mandi dulu?” Mingyu bangkit. Wonwoo merapihkan rambutnya yang agak kusut.

“Jangan lama!” Seru Wonwoo kala melihat kekasihnya masuk kamar mandi.


Suasana riuh penuh teriakan penonton, dan musik menyatu menyapa telinga Wonwoo. Tangannya di genggam erat Mingyu, Wonwoo sudah lama sekali tidak berada di tengah kerumunan. Senyuman terbentuk diwajah tampannya, sesekali bertanya kepada Mingyu kala melihat stan-stan sponsor. Sementara pacar Wonwoo, Mingyu, sedang mencari kumpulan temannya.

“Hoooy!” Seru Jungkook. Mingyu menarik Wonwoo menghampiri sahabatnya itu.

“Mana yang lain???” Mingyu sedikit berteriak karena terlalu bising.

“Ngambil minum! Si Dokyeom nyamper Rosè dulu!” Sahut Jungkook berteriak juga.

“Duduk disini”

Mingyu mendorong Wonwoo duduk dibangku, dan pacarnya nurut. Jungkook menyapanya ramah, bertanya kabar Wonwoo juga, dan membuat lelaki itu tersentuh? Karena teman Mingyu memang baik.

“Kak suka minum?” Tanya Jungkook iseng. Mingyu menendang lututnya.

“Anjing nanya doang!” Jungkook mengusap lututnya. Wonwoo hanya senyum saja.

“ALOHAAA!”

Seorang pemuda seumuran Mingyu datang membawa kresek putih berisi macam-macam minuman keras. Jungkook menyambutnya antusias, Mingyu tidak ikut gabung, dia hanya menemani Wonwoo dan sesekali mengajaknya bicara.

“Kamu mau minum juga?” Tanya Wonwoo. Mingyu menghembuskan asap rokoknya.

“Boleh?” Mingyu menyeringai.

“Gak papa kalau segelas kecil gitu” Wonwoo menunjuk gelas yang dipegang Bambam.

“Mending gak usah sekalian” Mingyu menginjak puntung rokoknya.

“Gak enak emang?” Wonwoo menatapnya polos. Mingyu gemas.

“Kamu tau sendiri aku kalau mabok suka lupa sekitar? Gak bisa aku begitu saat kamu ada disamping aku” Mingyu mengecup punggung tangan Wonwoo.

“Kan segelas gak bikin kamu mabok?

Mingyu terkekeh kecil, dan bibir Wonwoo kembali dicium olehnya. Enggak bisa, disaat suasana ramai begini, Mingyu gak mungkin mabok dan membiarkan Wonwoo sendirian. Untuk kali ini saja, dia hanya ingin menikmati waktu bersama pujaan hatinya itu.

“Udah jangan cipokan terus” celetuk seseorang. Mingyu melepaskan pagutannya.

“Mana aja lo nyet?” Mingyu bersalaman dengan Yugyeom. Wonwoo hanya menunduk saja.

“Rindu?” Candanya. Mingyu hanya mendengus, dan kembali duduk bersama Wonwoo.

“Gak mimi?” Yugyeom sedikit terkejut melihat Mingyu malah pacaran.

“Off dulu, lagi duty” Mingyu mengecup tangan Wonwoo, Yugyeom mendengus.

“Ciumin aja terus sampai puas” ujarnya sambil melenggang pergi. Mingyu hanya tertawa saja.

“Aku jarang liat dia, emang jurusan apa sih?” Tanya Wonwoo.

“Kedokteran, tapi kerjaan ngulang terus” jawab Mingyu. Wonwoo hanya mengangguk.

“Dia emang jadi jarang gabung sama kita, gak tau aku juga kenapa” lanjutnya.

“PAYUNG TEDUH GAN AYO MERAPAT!”

Dokyeom atau Seokmin memanggil teman-temannya. Mingyu menarik tangan Wonwoo, semua penonton berteriak heboh kala band tersebut membawakan lagu hitsnya, Berdua Saja. Jaehyun bersama Jungkook saling merangkul dan ikut melantunkan lirik lagu tersebut. Saat ditengah kerumunan, Wonwoo tak sengaja disenggol oleh penonton lain, dan Mingyu sigap melindunginya.

Wonwoo berdiri di depan Mingyu, tubuhnya dirangkul dari belakang. Ada kecupan manis dibahu dan pipinya yang diberikan Mingyu. Minghao dan pacarnya terlihat mabuk berat namun tangan keduanya melambai keatas, tubuhnya bergerak ke kiri kanan mengikuti alunan musik. Seokmin, mendekap posesif Rosè, berusaha menjauhkan para penonton dari pacarnya itu.

“Gu....” ucap Wonwoo. Mingyu memeluk pinggangnya erat.

“Iya sayang?”

Payung Teduh tengah menyanyikan lagu Untuk Perempuan Yang Sedang Di Pelukan. Suasana cukup kondusif karena penonton terbawa suasana, dan tidak seriuh awal. Wonwoo menggenggam tangan Mingyu.

“Makasih....”

Mingyu mencium pipinya dan senyum.

“Aku sayang kamu” ucap Wonwoo. Mingyu membalikan tubuhnya, dan kening mereka bersentuhan.

“Judul lagunya terlalu genderlisasi gak sih?” Ucap Mingyu. Wonwoo hanya senyum.

“Harusnya, Untuk Kamu Yang Sedang Di Pelukan, karena gak semua orang menyukai perempuan”

Wonwoo tertawa dan mengangguk setuju. Mingyu menciumnya kembali, cukup menuntut, dan penuh kasih sayang. Wonwoo memundurkan kepalanya, memiringkan kepala, dan memeluk Mingyu erat. Keduanya tidak sadar, jika sedari awal, kemesraan mereka mengundang pandangan tidak suka.

Yugyeom menghisap rokoknya, lalu menghubungi seseorang.

“Ayo eksekusi”


Mingyu membopong Bambam yang kolaps, dibantu Jungkook sekalipun dia juga agak mabuk. Wonwoo bersama Rosè berjalan paling belakang. Seokmin menggendong Jaehyun juga karena tumbang saat sedang menonton tadi. Mingyu sesekali melirik ke belakang, memastikan keberadaan Wonwoo. Dia senyum saat mata keduanya bertemu.

“Ngerepotin anjing!” Seokmin kesal. Dia membanting tubuh Jaehyun ke kursi belakang mobilnya.

“Hao kemana lagi? Yugi juga?” Tanya Rosè.

“Hao ngewe sama cowoknya, hahahaha” Bambam ketawa garing.

“Bacot enyah sana!” Mingyu mendorong masuk Bambam ke mobilnya.

Wonwoo ada di belakangnya, tampak setengah mengantuk dan kedinginan. Jaket Mingyu pun bahkan dikenakan olehnya karena terlalu dingin. Jam tangannya menunjukan pukul 03.15 dini hari.

“Kita anterin Bambam sama Jungkook dulu, lalu pulang ya?” Tutur Mingyu.

“Aku ngantuk” rengeknya. Mingyu mengecup pucuk kepalanya.

“Yuk, bobo dimobil aja ya?”

Akhirnya mereka pulang. Seokmin mengantarkan Jaehyun bersama Rosè, dan Mingyu juga bersama Wonwoo mengantarkan Bambam dan Jungkook yang kebetulan satu kost. Setelah selesai mengantarkan dua sahabatnya, Mingyu dan Wonwoo pun pulang juga akhirnya. Karena tidak tahan ingin buang air kecil, akhirnya Mingyu mampir ke SPBU. Wonwoo lapar, dia pun turun dan masuk ke dalam minimarket disana.

Saat sedang memilah snack, dia melihat teman Mingyu, dan Wonwoo lupa tidak mengenakan kacamatanya jadi wajahnya sedikit buram. Pemuda itu menghampirinya, dan senyum kepada Wonwoo. Yugyeom.

“Hai?” Sapanya. Wonwoo hanya senyum.

“Mana pacarnya kak?” Yugyeom mengambil beberapa aqua dan camilan.

“Toilet” sahutnya. Wonwoo berjalan ke kasir, lalu menyerahkan belanjaannya.

Tidak ada perbincangan lagi setelah itu. Wonwoo sedikit tidak nyaman dengan sahabat Mingyu itu. Beda kala dia mengobrol dengan Jungkook, atau Seokmin, Yugyeom menurutnya cukup tidak enak di ajak ngobrol. Karena sedari awal mereka berkenalan, pandangan Yugyeom kepadanya beda.

“Duluan ya?” Wonwoo pun pergi. Yugyeom hanya memandanginya.

Saat tengah berjalan menuju mobilnya, Wonwoo terkejut dan langsung berlari saat melihat Mingyu terkapar tidak sadarkan diri di samping mobil mereka. Wonwoo panik setengah mati, tubuhnya mulai tremor. Belanjaanya berserakan.

“TOLONG!” Teriaknya histeris, wajah Mingyu babak belur parah sekali.

“TOLONG! YUGI!” Seru Wonwoo kala melihat Yugyeom datang. Namun—

“HMMPHH—”

Kepala Wonwoo dibungkus kain hitam oleh seseorang, dan tubuhnya diseret masuk ke dalam sebuah mobil pick up. Tubuh kurus Wonwoo bergerak berusaha melepaskan diri dan berhasil, namun saat kepalanya terlepas dari kain hitam itu—

“Mau kemana kak?”

Wonwoo terpojok didalam mobil pick up itu, memeluk lututnya ketakutan. Yugyeom bersama lima orang temannya berdiri mengelilinginya. Wonwoo takut, dia takut sekali, juga teringat kondisi Mingyu yang terkapar tak berdaya.

Mingyu....” gumamnya.

Sedetik kemudian terdengar suara teriakan minta tolong dan jeritan histeris Wonwoo. Yugyeom dan yang lainnya bergantian menyentuh tubuh Wonwoo yang dipaksa telanjang bulat, dan—

“Gu....”

“Gu....hikss—”

Teriakan minta tolong itu menghilang. Wonwoo tak sadarkan diri.


Mingyu kacau saat dia terbangun di rumah sakit dengan keadaan tubuh penuh luka lebam bekas pukulan benda tumpul. Minghao berusaha menenangkannya saat pemuda itu tahu Wonwoo sudah menghilang selama 3 hari.

“LO KALAU MAU MENCARI COWOK LO MINIMAL SEHAT DULU KIM MINGYU!” Teriak Minghao.

“Ayo— please Gyu....kita semua lagi usaha juga, ayo istirahat dulu” Hao melembut kembali.

Mingyu menangis didekapan Hao. Saat dia sadarkan diri, yang Mingyu ingat langsung adalah Wonwoo. Terakhir ia ingat sebelum kejadian tragis itu, Mingyu di hajar oleh segerombol orang bertopeng, dan dia tidak bisa melawan karena kepalanya dihantam oleh kayu. Hal itu juga yang membuatnya tak sadarkan diri selama tiga hari, dan Wonwoo menghilang.

“Kak Won....” bisiknya. Minghao miris melihatnya.

“Makan dulu ayo” bujuknya.

“Dia kemana?” Mingyu meringkuk memunggungi Hao.

Junhui, pacar Minghao muncul dengan deru nafas tak beraturan. Pemuda itu langsung menarik Hao keluar.

“Ketemu” bisiknya. Hao melotot.

“Dimana? Dia sehat,kan?” Cerca Hao.

Junhui menunduk, lalu mengusap wajahnya. Ekspresi wajahnya redup dan matanya berair. Minghao panik, perasaannya tidak enak.

“Ge?” Panggil Hao. Junhui meremas bahu Minghao.

He was—

No

Rap—ped...

Minghao lemas. Junhui mengusap air matanya. Dia memang tidak mengenal Wonwoo secara personal, namun kala mendapat kabar buruk itu, hatinya ikut teriris. Apalagi dirinya melihat langsung kondisi— kekasih Mingyu itu.

“Dia ditemukan di semak-semak dekat rumah kosong sebelah SMA, kondisinya mengenaskan, tidak berbusana, penuh sundutan rokok, luka lebam, but he's still breathing saat aku dan tim polisi menemukannya”

Minghao duduk meremas kepalanya. Bagaimana reaksi Mingyu nanti, dia saja yang mendengarnya merinding parah dan sakit hati.

“Mau tau apa yang diucapkannya saat ditemukan?”

No...

“Dia manggil Mingyu, sayang”

Minghao menutup telinganya tak sanggup lagi mendengar cerita dari Junhui.

“Cukup, kamu yang kasih tau Mingyu” Minghao bangkit dan pergi gitu saja.

Junhui pun masuk ke dalam kamar Mingyu. Dia melihat sosok sahabat pacarnya itu tengah melamun dan memainkan ujung bantal. Tatapannya kosong, penuh putus asa dan penyesalan.

“Makan belum?” Tanya Junhui. Mingyu menatapnya.

“Gyu, Wonwoo ketemu”

Mingyu langsung duduk, dan selang infusnya sampai terlepas. Junhui panik namun tangannya ditahan Mingyu.

“Dimana? Dia kesini?”

“Gyu...”

Junhui membisikan ucapannya. Telinga Mingyu langsung berdengung, ucapan Junhui tak sampai saat pacar Hao itu menyebut satu kata yang membuat hidupnya hancur detik itu juga.

“Dia sedang di visum, di rumah sakit ini juga” tutur Junhui. Mingyu hanya diam, pendengarannya masih berdengung.

“Siapa orangnya?” Mingyu akhirnya buka suara. Junhui membisikannya kembali.

Yugyeom dan lima orang lainnya....

Mingyu semakin hancur. Kepalanya sakit, dan langsung histeris. Junhui kewalahan menghadapinya. Minghao datang bersama dokter dan dua perawat. Mereka bersama menahan gejolak emosi Mingyu.

“Bawa gue ke kantor polisi sekarang!” Teriak Mingyu.

“Lo harus—”

“BAWA GUE POKOKNYA ANJING!”

“BAWA GUE KESANA!”

“BAWA GUE!!!”