Tell me your secrets, ask me your questions, let's go back to the start, begitu kata salah satu lirik lagu Coldplay. Wonwoo menjadikannya sebuah mantra disetiap harinya, ketika ia merasa insecure atas segalanya tentang Mingyu.

Tapi Coldplay juga menyisipkan kata-kata disana, bahwa nobody said it was easy.

Malam ini contohnya, disaat Wonwoo hanya ingin malam minggu yang damai tanpa harus memikirkan betapa rapuh hubungannya dengan Mingyu, lalu semesta berkata lain.

Ada Mingyu pojok sana, datang bersama entah siapa lagi, dan Wonwoo di bangkunya, menahan segala batas kesabaran yang tersisa dalam dirinya.

Wonwoo tahu Mingyu sadar ada dia disana. Sesekali Mingyu melirik, dan Wonwoo juga tahu pandangan itu ditujukan kepada siapa. Namun laki-laki dipojokan sana tetap tidak bergeming pun bertindak.

Satu jam. Satu jam Wonwoo duduk dengan kepala kosong dan pandangan yang terus mengarah ke satu titik. Ia bahkan tanpa sadar mengabaikan segala obrolan yang ada disekelilingnya, dan Wonwoo benci.

Ia benci menjadi bodoh karena cinta.

“Won.”

Wonwoo terlalu lelah untuk merespon siapapun dan apapun.

“Wonwoo.”

“Hah?”

“Ditanyain ini mau ikut lanjut karaoke gak?”

“Gue skip ya,” Jawabnya dengan senyum seadanya. “Gak konsen gue, ngantuk.”

Good thing teman-temannya bukan tipe orang yang pemaksa, setelah mereka semua pergi Wonwoo bergegas membereskan barang-barangnya lalu pindah duduk ke meja tempat Mingyu duduk sekarang.

Perempuan yang ada disana jelas kaget, begitu pula dengan Mingyu. Namun satupun tatapan itu tak ada yang membuat Wonwoo gentar.

“Hai.” Ucap Wonwoo, sambil tersenyum manis.

Sorry, siapa...?”

Senyum manis masih belum hilang dari wajah Wonwoo. “Pacar cowok yang duduk disebelah lo.”

“Oh.” Jawab perempuan itu datar.

Wonwoo meremas tangannya kencang dari kolong meja.

“Wonwoo...” Desah Mingyu pelan, frustasi.

“Lo umur berapa?”

“19, kenapa?” Suara Wonwoo saat bertanya barusan terdengar demanding, tapi cara anak ini menjawab juga tidak kalah menyebalkan.

Pandangan Wonwoo berpindah dari anak kecil di depannya ke arah Mingyu. Giginya menggertak. “Sembilan. Belas. Tahun, Mingyu.”

Mingyu menutupi wajahnya dalam diam, lalu mengacak-acak rambutnya geram.

“Bentar nih, lo tau kan kalau gue bayar dia?” Perempuan di depannya menyelak perang dingin diantara mereka.

“Tau. Gue yang lebih tau dia, kok. Jangan khawatir.” Jawab Wonwoo, masih dengan senyum mematikannya.

So?” Tanya perempuan itu lagi.

“Oh, gak apa. Go ahead, lanjutin aja apapun yang lagi kalian lakuin. Gue cuma mampir sebentar to check up on him. Siapatau masih ada sisa-sisa kewarasan yang ada di kepalanya.”

Alright,” Perempuan itu terkekeh pahit, lalu menolehkan kepalanya kearah Mingyu. “Lo bisa selesain masalah pribadi lo dulu, gak? Jujur gue merasa gak nyaman.”

“Oke, oke.” Mingyu bangun dari kursinya, tapi Wonwoo mencegahnya untuk bergerak lebih jauh.

“Engga. Lo duduk, Gu. Gue pulang sekarang.”

“Wonwoo. Please.”

No i meant it. Gue mau balik, gak perlu repot-repot diusir. Kalau lo kejar gue malah bakalan teriak. So stay. You’re being paid anyway, right?” Wonwoo melemparkan senyum terakhirnya sebelum bangkit dari kursi, dan melangkahkan kakinya keluar.

Tanpa ada suara yang memanggil. Tanpa ada langkah yang mengejar.