erryoun

pernah dengar yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama?

klise, ya. seungwoo juga awalnya tidak pernah percaya sesuatu seperti itu. tidak, sampai di suatu pagi dia bertemu laki-laki kecil berseragam sma yang membantunya membereskan pecahan pot bunga di jalanan.

seungwoo bekerja di sebuah toko tanaman hias. pekerjaan yang di luar dugaan sempurna untuk orang yang gemar melatih otot seperti seungwoo, itu mengharuskannya sering-sering mengangkat karung pupuk, tanah humus, atau pot yang sangat besar. dia selalu berusaha bekerja dengan baik, tapi suatu hari dia tidak bekerja sefokus biasanya. sebuah pot tanah liat berukuran besar pecah berkeping-keping di jalanan karena itu.

saat itulah seorang anak berseragam sma muncul dan membantu seungwoo membereskan pecahan pot dan tumpahan tanas humus. seungwoo tidak terlalu memperhatikan anak itu sampai dia menahan tangan seungwoo dan berujar, “tangan kakak terluka.”

seungwoo tidak bisa menjelaskannya. anak itu memarahinya karena lebih peduli pada pot yang pecah dari pada lukanya, lalu saat itu pula seungwoo rasa darahnya berdesir dan jantungnya berdegup kencang. wajahnya memanas, otaknya tidak bisa bekerja dengan benar, hanya karena seorang anak yang jauh lebih kecil darinya.

berhari-hari kemudian, seungwoo akhirnya tahu anak itu tinggal tidak jauh dari tempatnya bekerja. namanya jung subin dan dia sudah kelas tiga sma. seungwoo tidak mengerti kenapa dia jadi bertingkah seperti gadis kecil yang jatuh cinta. setiap pagi subin akan berjalan sampai halte bus tidak jauh dari toko bunga dan setiap pagi itu pula seungwoo akan pura-pura menyiram bunga di depan toko hanya agar bisa menyapa dan mengobrol sedikit dengan subin sebelum dia pergi sekolah.

hari-harinya berjalan selalu seperti itu mungkin selama lebih dua minggu. sampai suatu pagi seungwoo memutuskan untuk mencoba mengenal subin lebih jauh. tidak hanya nama dan usianya yang terpaut lima atau enam tahun lebih muda, seungwoo juga ingin tahu hobinya, makanan kesukaannya, bagaimana selera humornya. seungwoo ingin tahu semuanya tentang subin.

maka pagi itu seungwoo mengabaikan detak jantungnya yang berdegup terlalu kencang, mengabaikan kedua tangannya yang gemetaran. setelah sapaan singkat dan senyuman malu-malu, seungwoo mengajak subin untuk bertemu di hari minggu. hanya untuk makan sambil mengobrol, tapi membayangkannya saja seungwoo sudah merasa malu luar biasa. padahal bukan kencan, baru juga kenalan.

sayangnya, subin mengatakan bahwa dia sedang sibuk dan tidak punya waktu luang. seungwoo berusaha menerimanya meskipun kecewa. dia hanya bisa menunduk sambil menggigit bibirnya.

berhari-hari kemudian, seungwoo menyadari subin tidak lagi membalas sapaannya sehangat sebelum-sebelumnya. mereka juga tidak bisa berbincang singkat karena subin selalu memotong perkataan seungwoo dengan alasan sedang terburu-buru. seungwoo tidak mengerti apa yang salah. apa subin tidak suka padanya? apakah seungwoo salah sudah mengajaknya bertemu berdua?

seungwoo bodoh. tentu saja subin tidak suka diajak bertemu dengan orang yang sudah tua dan tidak gaul seperti dirinya. pasti subin malu. seharusnya seungwoo menyadari itu sejak awal. seharusnya seungwoo sadar, anak sma tampan seperti subin tidak akan mungkin suka berteman dengannya, apalagi lebih dari itu. mungkin ada siswi-siswi cantik di sekolah subin, kenapa dia harus memilih untuk bertemu orang seperti seungwoo?

seungwoo berusaha mengabaikan subin, melupakannya. setiap anak itu pergi sekolah di pagi hari, seungwoo masuk ke dalam toko dan mulai mengerjakan hal lain, menyibukan dirinya. kadang-kadang seungwoo menemukan dirinya tetap mengintip dari jendela, memerhatikan langkah subin yang cepat dan ekspresi wajahnya yang datar. lalu seungwoo merasakan wajahnya memanas lagi, bersama dadanya yang sedikit terasa perih.

seungwoo pikir dia bisa menahan perasaannya, tapi ternyata tidak.

tidak lagi bicara dengan subin membuat seungwoo merindukannya alih-alih melupakan perasaannya.

maka suatu hari seungwoo menutuskan untuk kembali memberanikan dirinya.

mungkin seungwoo akan menyesalinya, mungkin seungwoo akan merasa terluka, tapi dia sudah terlalu banyak merindu.

hari senin pagi, seungwoo menunggu subin lewat dengan berdiri di halaman luar toko. dipeluknya sebuah kotak bekal makan siang yang dibuatnya sendiri khusus untuk subin. sebagai permintaan maaf, ceritanya. seungwoo malu mengakui bahwa makanan itu adalah hasil luapan perasaannya. dengan tidak tahu dirinya, seungwoo masih begitu menyukai subin.

akhirnya subin lewat di jalanan itu, mungkin pada hampir pukul delapan pagi. seungwoo menyapanya. subin berhenti dengan ekspresi sedikit terkejut. lalu dia tersenyum kikuk. seungwoo menunduk dalam-dalam, ragu sekali untuk mengatakan apa yang ingin dia katakan.

tapi pada akhirnya, kotak bekal makan siang itu berhasil disodorkannya ke hadapan subin.

“ini ... apa?”

“m-makan siang, untuk subin. kakak yang masak.”

subin tidak menjawab. lumayan lama. itu membuat jantung seungwoo bergemuruh begitu kuat. seungwoo menggigit bibirnya kuat-kuat sampai pada akhirnya subin membuka suara,

“tidak perlu kak, untuk kak seungwoo saja.”

“tapi ini untuk subin.”

“tidak perlu kak, sungguh.”

“aku membuatnya untuk subin,” seungwoo menggigit bibirnya lagi. bahunya turun. wajahnya memerah, kedua matanya menyayu.

“aku bilang tidak perlu,” subin mengulang, nada suaranya meninggi. “jangan melakukan ini lagi, kak seungwoo.”

seungwoo merasakan kedua kakinya melemas. penolakan itu terasa sangat menyakitkan. seungwoo menarik kembali kotak bekal makan siangnya, memeluk kotak itu di depan dadanya, menahan kedua tangannya yang gemetaran.

“apa kau sebegitunya tidak suka padaku, subin?”

“apa?” subin mengangkat wajahnya cepat, hampir seperti tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.

“aku tahu aku tua, jelek, dan tidak gaul. subin pasti malu, makanya tidak mau dekat denganku. ti-tidak masalah, tapi aku harap subin mau makan bekal ini, aku membuatnya dengan susah payah.”

“kak,” subin memotong, cepat dan tegas sekali sampai seungwoo mengangkat wajahnya hampir secara refleks. “kak seungwoo itu cantik,” katanya. “aku sudah memerhatikan kakak jauh sebelum pertama kali kita mulai bertegur sapa. sambil menunggu bis di halte aku bisa melihat kak seungwoo yang menyiram dan merawat bunga setiap hari di halaman toko. sejak saat itu, pun sampai sekarang aku tidak pernah berubah pikiran, bahwa kak seungwoo itu sangat cantik, sangat indah. aku suka senyum kakak, aku suka suara kakak,” subin menarik napasnya banyak-banyak. “karena itu kak seungwoo, berhentilah bersikap baik padaku. kalau tidak, aku bisa jatuh cinta.”

seketika, seungwoo merasakan wajahnya memanas.

“ah, tidak, mungkin sudah terlambat. aku benar-benar suka, benar-benar jatuh cinta pada kak seungwoo.” subin tidak ragu mengangkat wajah dan menatap lurus pada seungwoo. seungwoo sudah tidak tahu lagi sudah semerah apa wajahnya saat itu.

“t-tapi, subin, aku juga suka padamu.”

“hah?”

“aku memasak untukmu karena aku suka padamu,” seungwoo menunduk.

“HAH?” subin melongo, wajahnya merona tipis karena malu. “jangan bohong hanya karena tidak mau membuatku kecewa!”

“sungguh,” balas seungwoo. “makanya aku sedih waktu subin menghindariku.”

subin terdiam, hampir secara tidak sadar menahan napasnya sebentar. detik berikutnya dia meraih sebelah tangan seungwoo, menggenggamnya lembut. “maafkan aku,” katanya. “aku h-hanya tidak pernah berpikir kak seungwoo akan suka pada bocah sma pendek seperti aku.”

“subin, kamu tidak pendek.”

“tapi kak seungwoo jauh lebih tinggi dariku!”

“kau benar,” balas seungwoo dengan suara kecil. “tapi aku tidak peduli. aku mau mengenal subin lebih dekat.”

subin terdiam. memerhatikan seungwoo yang menunduk dalam-dalam menyembunyikan rona merah di wajahnya. subin ikut merona karena itu.

“jangan menunduk terus.”

“k-kenapa?”

“lucu,” balas subin singkat. “kak seungwoo lucu.”

seungwoo diam. berusaha menahan wajahnya yang memanas. “subin juga lucu.”

subin membalas agak kesal, “karena aku kecil?”

seungwoo mengangguk kecil. “t-tapi itu bukan hal yang buruk.”

subin menghembuskan napas panjang. “iya, sih.”

seungwoo meraih tangan subin. lalu dia tersenyum, mengangguk-anggukkan kepalanya lucu.

subin balas tersenyum. “makanannya,” katanya sambil meraih kotak bekal dari pelukan seungwoo, “aku akan makan. terima kasih kak seungwoo.”

seungwoo tersenyum lebar.

“lain kali kita makan bersama saja, ya. nanti aku traktir.”

“t-tidak perlu, subin.”

subin menggeleng. “aku yang mau. nanti aku ajak kak seungwoo ke tempat makan favoritku,” dia tertawa riang. “aku pergi dulu ya kak, nanti terlambat ke sekolah.”

“ah, iya,” seungwoo melepaskan tangan subin dengan kikuk. “hati-hati di jalan.” dia melambaikan tangan.

subin menyengir lebar tepat sebelum berbalik pergi. “sampai nanti kak seungwoo yang cantik!” serunya jenaka. sepertinya subin menemukan sesuatu yang adiktif dari menggoda seungwoo karena reaksinya yang menunduk-nunduk dengan telinga memerah itu benar-benar menggemaskan.

terusik mimpi di pagi hari karena cahaya matahari yang masuk melalui celah jendela, seungyoun sudah biasa menemu hal semacam itu. tapi belakangan ini, mungkin sejak sekitar tiga minggu yang lalu, pagi harinya juga disambut hangat pelukan lembut, dengkur halus, dan ekor kucing yang entah kenapa selalu berakhir membelit kaki seungyoun di pagi hari. menggemaskan sekali.

seungyoun memanggilnya wooya. bulan lalu dia memutuskan untuk membelinya karena merasa apartemennya terlalu sepi. wooya itu setengah kucing, seungyoun tidak tahu dia jenis kucing apa tapi telinganya kecil berbulu lebat. sebenarnya seungyoun tidak tahu apa-apa soal hybrid, tadinya dia mau memelihara anak anjing asli, tapi byungchan bilang memelihara hybrid lebih baik. mereka bisa diajak bicara dan itu menyenangkan.

seungyoun tidak memungkiri itu. tadinya dia pikir memelihara kucing besar itu merepotkan, tapi ternyata tidak demikian. wooya tidak terlalu banyak bicara waktu mereka pertama kali bertemu, tapi dia akan membuka suara dengan malu-malu setiap kali ingin seungyoun mengusap rambutnya. dia juga memeluk seungyoun dengan erat sambil membenamkan wajah di dada seungyoun setiap malam jika mau tidur. wooya juga senang sekali setiap kali seungyoun menyentuh telinga kucingnya, dia akan memejamkan mata erat-erat menikmati sentuhan seungyoun di atas kulitnya.

sedikit terlalu banyak melamun, seungyoun baru sadar bahwa wooya sudah bangun dari tidurnya. seungyoun mengusap rambutnya, memberinya senyuman cerah di pagi hari karena wooya selalu membalasnya sama cerah.

oh, atau, hari ini adalah pengecualian.

wooya tidak membalas tatapan matanya. dia menunduk begitu dalam seperti malu bertemu pandang dengan seungyoun. seungyoun juga baru menyadari bahwa wajahnya memerah sekali, sedikit hangat juga. dengan khawatir seungyoun menggenggam tangannya, menautkan jari-jari mereka, untuk kemudian menyadari bahwa sekujur tubuhnya sedikit gemetaran.

“oh, tidak,” gumannya sambil mengusap kepala wooya penuh sayang. “kamu sakit?”

wooya menunduk kian dalam alih-alih menjawab. lantas dipeluknya seungyoun begitu erat sambil menyembunyikan wajah di dada seungyoun dalam-dalam.

“wooya.”

si setengah kucing tidak menjawab, tapi dia menggeleng kuat sambil merengek tipis.

“katakan, kalau kamu tidak enak badan, aku akan membawamu ke dokter.”

wooya menggeleng lagi, tapi kali ini dia mengangkat wajahnya. seungyoun terkejut karena kedua matanya sudah memerah sayu berkaca-kaca.

seungyoun tidak mengerti. sepertinya tidak ada pilihan lain kecuali bertanya pada byungchan yang sudah lebih dulu punya pengalaman memelihara hybrid. makanya dia mencoba melepaskan pelukan wooya sejenak untuk mengambil ponsel di meja kerja.

tapi baru saja hendak turun dari ranjang, wooya sudah menahan tangannya. “seungyounie jangan pergi,” katanya tipis. menggemaskan. wooya tidak pernah bertingkah semanja ini sejak seungyoun membawanya pulang beberapa minggu lalu.

maka seungyoun mengurungkan niatnya, dia balas memeluk wooya, lalu mengelus-elus telinga kucingnya. wooya selalu menyukai itu, tapi reaksinya sekarang sedikit berlebihan dari biasanya.

seungyoun hendak membuka suaranya lagi, tapi dia urung tatkala wooya seperti secara refleks menggesek-gesekan tubuhnya ke tubuh seungyoun. kedua mata hybrid itu terpejam erat seperti menahan sesuatu. seungyoun tidak bohong, itu sedikit membuatnya teransangㅡ

ㅡterutama ketika dia sadar bahwa kemaluan si setengah kucing sudah berdiri tegak di balik piyama ungunya.

sontak seungyoun merasakan wajahnya memanas sendiri. dia tidak pernah menyangka bahwa peliharaan manisnya yang sangat menurut bisa menjadi ... seperti ini.

wooya seperti tidak bisa menahannya lagi. dia melepas celana piyama beserta celana dalamnya begitu saja. piyama atasannya yang panjang masih bisa menutup setengah paha, tapi seungyoun masih bisa melihat cairan bening yang membasahi paha wooya. itu bukan sperma, tentu saja. mirip cairan lubrikan, hanya saja secara alami wooya bisa mengeluarkan pelumas itu dari lubang analnya.

“seungyounie,” wooya membenamkan wajahnya lagi di dada seungyoun. sesekali merengek kecil seperti minta disentuh. wooya mulai mengeluarkan aroma bunga yang sangat manis dan saat itu seungyoun jadi tidak bisa berpikir benar atau salah lagi.

tangannya turun, membelai lalu meremas bokong telanjang wooya. ekornya menegang hanya karena itu. tangan seungyoun yang lainnya ikut turun, kini menyentuh lubang wooya yang sudah sangat basah. seungyoun menusuknya pelan dengan satu jari. semakin dalam seungyoun memasukkan jarinya, cairan pelicin itu keluar semakin banyak.

“se-seungyounie, lagi.”

wooya menatapnya penuh pinta, kedua matanya sayu memelas. seungyoun mendekat dan mencium bibirnya, bersamaan dengan itu dia menambah jari kedua, lalu ketiga. dia memijat-mijat cincin lubang wooya sedikit kuat. hybrid itu menggerak-gerakkan pinggulnya menahan nikmat. kedua matanya terpejam erat dan telinga kucingnya mengatup lucu. seungyoun tidak bisa menahan rasa gemas melihatnya.

wooya menggigit bibirnya, tapi sedikit-sedikit seungyoun bisa mendengar desah manisnya. itu membuat seungyoun semakin malas menimbang-nimbang. maka pelukannya pada wooya dilepas sejenak. dia menegakkan tubuh, lalu menurunkan celana membebaskan ereksinya. wooya menutup wajahnya sendiri malu ketika seungyoun membuka lebar-lebar tungkainya yang panjang.

seungyoun menggesekkan ereksinya ke mulut lubang wooya yang basah, dengan itu wooya merengek sedikit lebih keras. itu menggemaskan. seungyoun tidak bisa menahan diri untuk tetap tenang.

seungyoun mulai memasukkan kemaluannya. lubang wooya sangat sempit, juga sangat basah. dinding lubangnya menghimpit kemaluan seungyoun dan itu terasa menakjubkan.

semakin dalam seungyoun memasukkan kejantanannya, kedua kaki wooya gemetaran semakin kuat. kedua telinga kucingnya turun, wajahnya memerah begitu kentara.

seungyoun mulai menggerakkan pinggulnya, pelan-pelan pada awalnya. wooya melenguh keenakan setiap kali seungyoun menyentuh titik lemahnya. sesekali si setengah kucing mengeong kecil seperti mencicit dan itu memancing seungyoun untuk mempercepat tempo tidak lama kemudian.

“a-ah, ahㅡ se-seungyounnieㅡ”

wooya tidak berhenti memanggil nama seungyoun di sela-sela napasnya. seungyoun tidak bisa berpikir jernih. wooya mengeluarkan aroma manis yang semakin menyengat. itu membuatnya bergerak mendekat dan hampir secara refleks mencium bibirnya dalam-dalam. seungyoun mempercepat tempo ketika wooya meremas bahunya kuat-kuat.

tidak lama, mereka sama-sama klimaks. seungyoun keluar lumayan banyak memenuhi lubang wooya yang memang sudah sangat basah sebelumnya. si kucing menutup wajahnya malu, menunduk dalam-dalam untuk menghindari tatapan seungyoun. seungyoun merasakan wajahnya memerah. malu. dia tidak menyangka dia sudah melakukan ini pada hybrid peliharaannya. tapi, ngomong-ngomong sekarang wooya kelihatan berantakkan dan seungyoun harus menelan air ludahnya sendiri bulat-bulat melihatnya.

seungyoun meraih kedua tangan wooya, wajahnya kelihatan memerah sekali meskipun wooya masih berusaha menyembunyikannya. seungyoun tertawa kecil, lalu mendekat untuk mencium hidung, dahi, bibirnya. wooya berusaha menghindar karena malu. bibirnya digigit kuat sampai memerah dan basah. lucu sekali.

seungyoun bergerak menjauh mengeluarkan kemaluannya, tapi niatnya itu terhenti ketika wooya meraih lengannya sambil berujar, “j-jangan.”

“aku tidak akan ke mana-mana.”

“seungyounie, jangan dikeluarkan.” wooya menunduk lagi. suaranya terdengar tipis disapu angin jendela. seungyoun harus menutup wajahnya sendiri karena ikut merasa malu.

“kamu suka ini?” seungyoun memasuk-keluarkan lagi kemaluannya, menggoda wooya seperti itu. dengan itu si setengah kucing mendesah kecil. cairan omeganya keluar lagi. banyak. oh, ingatkan seungyoun untuk mengganti seprai setelah ini.

kemaluan wooya menegak lagi. dia memeluk leher seungyoun erat, begitu posesif. “seungyounie, mau lagi!”

“satu kali lagi, setelah itu wooya harus sarapan, ya?”

wooya menggeleng kuat. “tidak mau,” katanya. seungyoun sedikit terkejut karena biasanya wooya tidak pernah membantah perkataannya. tapi melihatnya seperti ini benar-benar menggemaskan.

“ayolah, wooya harus sarapan, setelah itu mandi.”

“mau mandi dengan seungyounie.”

“kalau begitu sarapan dulu, ya?”

wooya diam sejenak, lalu mengangguk kecil.

seungyoun tertawa kecil. wooya memeluk lehernya lagi erat. “mau satu kali lagi!”

“iya,” seungyoun membalas, lalu mencium puncak kepala wooya penuh sayang sebelum akhirnya sedikit mengganti posisi untuk melanjutkan satu ronde tambahan.

ah, setelah ini seungyoun benar-benar harus bertanya pada byungchan tentang apa yang sebenarnya terjadi pada hybrid peliharaannya. dia bahkan tidak tahu apa konsekuensi mereka melakukan ini. bagaimana kalau wooya bisa hamil? dia keluar di dalam lumayan banyak, ngomong-ngomong.

ya, soal itu, pikirkan nanti saja, deh.

catatan: rut itu “musim kawin”-nya alpha. sama kaya “heat” pada omega


sebenarnya, sejak jinwoo lahir hyuk udah biasa terpaksa bangun tengah malam karena bayinya lapar, atau popoknya penuh, ditandai dengan suara tangisan jinwoo yang terdengar sampai ke ruangan kamar mereka.

namun malam ini, jinwoo padahal tidak terdengar menangis sama sekali, tapi jinhyuk terbangun, dan saat itu pula detak jantungnya terpacu begitu kencang seperti habis dikejar-kejar setan. tidak ada sama sekali hal yang salah dengan keadaan kamar mereka, kecuali satu, bau alpha yang menyengat menusuk hidung. youn gak pernah mengeluarkan bau semenyengat itu sebelumnya, setidaknya selama hyuk bertahun-tahun kenal sama dia.

hyuk masih diam, pura-pura masih tidur memunggungi youn. gak lama, lengan atasnya dicengkram kuat, hyuk kaget setengah mati. lantas youn peluk dia dari belakang, sekujur tubuhnya dipijat-pijat keras. hyuk pusing. itu kerasa enak dan bikin bagian bawah tubuhnya basah karena teransang.

hyuk tahu youn lagi rut. seinget dia, youn cukup hati-hati untuk gak pernah lupa minum obat supaya gak perlu kena rut. tapi mungkin kali ini dia kelepasan karena kejadiannya tengah malem, atau mungkin dia sengaja karena udah punya mate untuk ngelepasin rutnya.

hyuk awalnya gak setakut itu, tapi youn mulai bertingkah gak kaya youn yang biasa. dia menggigit dan menghisap leher hyuk kaya binatang kelaparan. di samping itu, sebelah tangannya peluk pinggang hyuk supaya gak bisa bergerak dan satu tangannya lagi masuk ke celana hyuk untuk remes-remes pantatnya, lalu nusuk-nusuk lubangnya.

“a-ahㅡ tu-tunggu, yonㅡ”

hyuk cuma bisa diem sambil merintih kecil. youn gak pernah sekasar ini. lubangnya kerasa agak perih karena youn main terlalu cepat.

youn ngejauh sebentar, tapi hyuk gak bisa sempet bernapas lega karena youn langsung narik paksa kaos yang dia pake supaya kelepas melalui kepala. begitupun celana dan dalaman hyuk ditariknya dalam sekejap mata. kedua kaki hyuk dibukanya lebar-lebar, cairan omeganya mengalir deras karena bau alpha youn yang bikin hyuk hilang akal.

punggung hyuk melengking, kedua kakinya gemetar hebat waktu youn masukin kemaluannya sedikit terlalu cepat. hyuk sempet mikir, berusaha nginget-nginget dan berdoa semoga dia gak lupa minum kontrasepsi sebelum ini. tapi waktu youn mulai gerak, masuk-keluarin kelaminnya cepat, hyuk udah gak bisa mikir lagi.

hyuk ngalungin tangannya di leher youn secara refleks, begitupun youn gak berhenti ciumin wangi omega yang menguar nyengat dari leher hyuk. sesekali lehernya itu digigit keras. youn gak berhenti ngelakuin itu meskipun hyuk merintih sakit atas permukaan kulitnya yang sekarang penuh merah dan biru.

bagian bawah tubuhnya udah mulai terbiasa dan lama-lama gerakkan youn makin kerasa enak. kemaluan youn makin mengeras di dalem tubuh hyuk dan itu makin ngebuat kedua kaki panjang hyuk gemeteran. titik lemahnya digempur bertubi-tubi dan hyuk udah gak bisa inget apa-apa lagi kecuali nama youn.

gak lama, mereka sama-sama klimaks. youn keluar banyak banget di dalem lubang hyuk. hyuk gigit bibirnya, peluk leher youn lebih erat soalnya cairan youn di dalem tubuhnya bikin perutnya kerasa anget. nyaman banget.

hyuk kaget banget waktu youn ngelepasin pelukannya gitu aja. lantas tubuhnya dibawa, bukan digendong kaya pengantin, tapi dipanggul kaya karung beras. hyuk diturunin di ruang tengah, disuruh nungging lalu dia disetubuhi gitu aja di atas lantai. hyuk nutup mulutnya rapat-rapat pake kedua tangan, berusaha nahan suaranya sendiri supaya gak bikin jinwoo di kamar sebelah kebangun.

youn narik paksa sebelah tangan hyuk, punggung tangannya dicengkram erat. hyuk udah gabisa nahan suaranya lagi waktu tangan youn yang lain mulai ngeremes-remes dadanya, main-mainin puting susunya. air susu yang harusnya untuk jinwoo itu netes lumayan banyak ke atas lantai.

youn langsung ganti posisi hyuk jadi menghadap ke atas, dipeluk erat banget supaya gak jatuh ke lantai. hyuk memekik kaget waktu youn remes-remes dadanya lagi, lalu puting susunya dicium, lalu dihisap. “ah.. hhngㅡ” hyuk cengkram lengan youn erat-erat, berusaha nahan sensasi yang bikin pikirannya melayang-layang.

youn turunin tubuh hyuk lagi. itu bikin punggung hyuk melengking lagi ketika bertemu dengan dingin dan kerasnya lantai. youn menyetubuhinya lagi. itu udah gak perih lagi sama sekali. hyuk pejamin matanya sambil peluk leher youn, menemu nikmat sambil cium aroma alpha menyengat yang membuatnya mabuk.

“ah, ah, aanmㅡm.”

hyuk rasa dia gak pernah ngalamin ini sebelumnya. dia klimaks, tapi bukan hanya air mani keluar dari penisnya, tapi lubangnya juga menyemburkan cairan omega. semakin cepat youn menyetubuhi lubangnya, cairan omeganya makin banyak keluar. banyak banget. enak banget sampai hyuk gabisa ngomong, hanya bisa merintih kecil sambil menahan gemetar tubuhnya.

gak lama, youn klimaks juga. hyuk udah lemes banget waktu itu, tapi youn angkat tubuhnya lagi kaya staminanya gak akan pernah habis.

hyuk diangkatnya ke atas sofa, lalu disetubuhi lagi. hyuk diem aja, cuma bisa gigit bibirnya sambil sekali-sekali cengkram lengan youn kuat-kuat.

“ah! ahㅡ”

hyuk panik, tubuhnya menegang karena tiba-tiba saja youn diam, lalu penisnya terasa membesar. makin lama hyuk ngerasa perutnya makin kerasa penuh. jantungnya mulai berdegup kencang, youn mau ngelepasin knot.

hyuk merintih lebih kencang ketika penisnya youn itu gak mau berhenti membesar di dalam tubuhnya. sakit, sakit. lama-lama rasanya kaya dirobek dari dalam. hyuk cengkram bahu youn kuat-kuat, lalu leher alpha itu digigitnya karena gak kuat menahan sakitnya.

“y-yon, u-udah, udahㅡa-ah.”

tapi youn gak jawab, tentu saja. hyuk makin lemes, bahkan gak punya tenaga lagi untuk memukul atau nyakar youn. dia jatuh lemes ke atas sofa, tapi gak lama youn nangkep tubuhnya, dipeluk erat banget, lalu kepalanya dicium beberapa kali. waktu itu hyuk sadar bau alpha youn gak lagi menguar semenyengat sebelum-sebelumnya.

youn kecup bibirnya hyuk, lama-lama menjadi mencumbu. hangat, lembut banget. itu bikin hyuk sedikit lupa dengan perih di bagian bawah tubuhnya.

youn ngelepasin cumbunya. terus nyengir, nyengir sok gantengnya yang kaya biasa. waktu itu hyuk tahu youn udah sepenuhnya sadar.

“katanya mau diknotting.”

senyumnya youn itu ngeselin parah. hyuk dorong. wajahnya menjauh, tapi pelan-pelan banget karena tubuhnya udah gak punya tenaga lagi. “e-elu tuh yang pengen,” katanya. “a-ah sa-sakit bangetㅡ u-udahanㅡ”

“gak bisa sayang, kalau udah mulai harus sampe beres.”

hyuk diem, cuma pejamin mata sambil gigit bibirnya keras-keras. youn cium lagi dahinya, hidungnya, bibirnya beberapa kali. hyuk buka matanya pelan-pelan, wajahnya memerah banget dan dia keliatan menggoda. youn sampe nelen air ludahnya sendiri karena itu.

perut hyuk lama-lama kerasa anget. youn lagi ngelepasin knotnya. cairan sperma masuk ke bagian tubuh terdalam hyuk. sebenarnya proses ini bisa bikin kemungkinan hamil jadi jauh lebih besar dari pada seks biasa, makanya hyuk berdoa dia beneran gak lupa minum pil kontrasepsi. dia baru aja ngelahirin jinu, terlalu dini rasanya kalau harus punya anak lagi.

youn udah selesai keluar, tapi knotnya belom juga mengecil sehingga kemaluannya gak bisa dulu dikeluarin dari lubang hyuk. lalu tubuh hyuk diangkatnya dari sana, hyuk peluk dia kaya koala, wajahnya yang melemas dibenamkan di bahu youn dalam-dalam.

mereka pindah lagi ke kamar, youn narik selimut sebatas bahu hyuk, terus peluk dia lagi, kepalanya diusap-usap pelan.

“lo sengaja ya?” nada suara hyuk terdengar kesel, tapi lemah karena udah habis tenaga.

“soal apa?”

“kena rut.”

youn ketawa. “gua beneran lupa minum obat.”

“bohong.”

“emang kenapa? sakit ya? maaf,” balas youn lembut.

“gak sakit,” lama-lama suara hyuk berubah jadi gumaman karena dia mengantuk. “gua kan kuat.”

“iya lo kuat,” youn ketawa sambil ngelus-ngelus pelipis hyuk. “omega lain kalau diknotting bisa sampe nangis.”

“mana ada gua nangis.”

“iya,” youn peluk hyuk lebih erat lagi. “omega gua emang paling keren.”

kalimat youn itu cuma dibales gumaman gak jelas hyuk. dia bener-bener ketiduran karena lelah. youn senyum lembut ngeliat wajah tidur hyuk yang damai. gak lama, dia ikutan menyamankan diri untuk segera menjemput mimpi.

yon baru pulang setelah seharian ada di restoran mami untuk belajar bisnis. mungkin waktu itu udah mau jam sembilan. begitu masuk, dia disambut sama jinhyuk yang lagi gendong jinu, anak itu diangkatnya tinggi-tinggi. jinwoo ketawa ketawa riang.

yon manggil dia, hyuk berbalik, kaget banget waktu liat yon bawa buket bunga yang besar. bunga matahari, soalnya dia tahu hyuk suka matahari. hyuk nyimpen jinu di dalem box bayi, terus dia jalan ngedeket ke yon.

“a-apaan nih?” berusaha pakai nada cuek, padahal seneng dalam hati.

“kan sekarang hari kasih sayang.”

“norak,” ejek hyuk pelan. tapi dia terima bunganya. “udah gede masih suka valentine-valentine-an.”

yon cemberut, tapi dia ngedeket untuk cium bibir hyuk sekilas. “lo gak punya apa apa buat gua, gitu?”

“gak ada uang.”

“lah kan lo bisa minta ke gua.”

“goblok. gua ngasih ke elu dari duit elu, gitu?”

“ya gak apa-apa. kalau lo yang ngasih kan gua seneng,” kata yon sambil taruh tasnya di atas sofa. “biasanya tiap tahun banyak omega yang naro coklat di atas meja gua tau. sejak orang orang tahu gua mating dan punya anak sama lo, jadi gak ada lagi yang ngasih cokelat ke gua.”

“lo segitunya pengen coklat? beli sana, duit lu kan banyak.”

yon ketawa hambar. dia jalan ngedeket, terus pipi hyuk diuyel-uyel. “lo kenapa dari tadi ketus, hah? ngeselin banget, padahal udah gua bawain bunga.”

yon lantas pergi gitu aja ke arah dapur. hyuk gigit bibirnya sambil ngeliatin punggungnya. dia tahu yon sebenarnya marah dan kecewa, tapi ditahan.

haruskah hyuk minta maaf?

tapi dia terlalu malu.

lagian gak ada juga yang minta dibeliin bunga.

yon sendiri langsung pergi ke dapur karena memang lagi nahan rasa kecewanya. ya, salahnya sendiri udah ngarepin si hyuk bakal jadi manis setidaknya sehari saja di hari kasih sayang. harusnya dia udah tahu, hyuk kan cuek banget. gak mungkin dia peduli sama hal kaya gini.

nyampe dapur yon langsung manasin air untuk bikin kopi. terus ambil toples bubuk kopi dan gula. pas ngambil toples gula, gerakannya terhenti sejenak. gulanya udah mau abis. aneh. padahal tadi pagi masih penuh. masa si mamet nyemilin gula pasir, sih?

yon gak nyangka dia bakal ngelakuin ini, tapi kantong keresek sampah yang ternyata udah menggembung besar dibuka dan dilihat isinya. yon kaget. ada banyak kotak bubuk kokoa, tepung terigu, dan cangkang telur, juga bolu coklat gosong yang hancur, udah berbau karena disatuin sama sampah laen.

yon ngerasain hatinya menghangat. hyuk gak secuek yang dia kira. kayanya dia ketus karena kesel kue bolu yang udah dibuatnya seharian gagal total. gemes banget.

habis cuci tangan sebersih mungkin, yon bawa kopi yang selesai diseduhnya ke ruang tengah. buket bunga yang dikasihnya udah disusun di dalem vas bunga berisi air supaya awet. hyuk langsung angkat wajahnya begitu lihat yon. kelihatan ragu mau buka suaranya.

yon senyum tipis, terus dia duduk di sebelah hyuk. kopinya yang masih panas ditaruh di atas meja.

setelah sekian detik hening, akhinya hyuk bilang, “maaf,” katanya. “makasih bunganya.”

yon senyum, dia bales tatapan hyuk. “gua yang harusnya minta maaf. lo bener, hari kasih sayang itu gak penting, kaya anak kecil aja. untuk apa ada hari kasih sayang? gua sayang sama lo setiap hari.”

hyuk sama sekali gak menduga yon bakal ngomong kaya gitu. wajahnya jadi kerasa panas banget.

yon ngelanjutin, “gua bodoh udah selalu ngerasa lo gak pernah ngasih apa-apa buat gua,” katanya. “tapi gua lupa satu hal, hal yang justru harusnya gak gua lupain. lo udah ngasih jinu buat gua, kebahagiaan terbesar gua saat ini.”

hyuk nunduk. malu banget. bibirnya digigit keras.

“makasih,” yon berbisik pelan, tapi tetep kedengeran jelas banget. tangan jinhyuk diraihnya, jari-jarinya ditautkan, digenggam erat.

yon ngedeket, nyudutin hyuk di ujung sofa. dia ketawa kecil lihat ekspresi was-was hyuk dan merah padam di wajahnya. lalu bibirnya dikecup, dicium. hyuk buka mulutnya gitu aja, ngebiarin yon memperdalam cumbunya.

gak butuh waktu lama sampai bau alpha-omega menguar ke mana-mana dan baju mereka udah berserakan di atas lantai.

Langkah pelan bersama angin, ada senandung tipis yang mengintip dari bibir. Han Seungwoo menyusuri jalanan yang penuh rerumputan lumayan tinggi itu dengan membawa sekotak besar kue coklat. Ada aroma manis yang menguar bersama asap yang sedikit mengepul karena memang kue itu baru saja keluar dari pemanggang. Hangat, seperti hangat hatinya, riang hatinya saat ini.

Seungwoo sebenarnya tidak begitu mahir memanggang kue. Tapi ini menjadi kebiasaannya untuk membuat kue coklat setiap tahun, setiap hari kasih sayang, sejak pertama kali bertemu dengan Seungyoun enam tahun yang lalu.

Kue pertamanya dulu adalah sebuah kegiatan iseng saja, dan sebenarnya kue itu terlalu lembek untuk bisa disebut kue, tapi Seungyoun memakannya. Dan, dia tersenyum. Riang sekali, indah sekali senyumannya ketika mencicipi kue gagalnya. Seungwoo tahu Seungyoun tidak terlalu suka makanan manis, tapi kue itu dihabiskannya. Enak, katanya.

Tahun berikutnya, Seungwoo membuatnya lagi. Iseng menambahkan bubuk kopi karena Seungyoun suka kopi. Lalu Seungyoun menghabiskannya seperti itu adalah kue paling enak yang pernah ada di dunia.

Seungwoo terus membuat kue setiap tahun. Mereka akan menggelar tikar di atas padang rumput sambil memakan kue buatan Seungwoo setiap hari kasih sayang. Seungwoo tahu selalu ada yang kurang dari kue yang dia buat. Kadang-kadang terlalu lembek, kadang-kadang terlalu kering. Dia pikir Seungyoun hanya pura-pura menyukainya saja, tapi suatu saat dia pernah berkata,

“Egoiskah aku kalau aku mau Kakak membuat ini lagi tahun depan?”

Dan kalimat sederhana itu menjadi semangat Seungwoo untuk bisa membuat kue yang sempurna. Kue yang benar-benar enak, lembut, tidak terlalu manis seperti selera Seungyoun.

Itu membutuhkan waktu enam tahun, tapi akhirnya Seungwoo berhasil melakukannya. Ada aroma kopi di antara cokelat yang menguar hangat dari dalam kotak yang dia bawa. Saat itu langkahnya menjadi cepat. Wajahnya berseri-seri memerah. Waktu sudah hampir sampai di lokasi, Seungwoo berlari kian kencang. Begitu bersemangat.

Dia ingin melihat Seungyoun tersenyum.

Dia ingin Seungyoun memujinya.

Dia ingin Seungyoun memeluknya.

Lalu membisikan kata cinta yang tidak ada habisnya.

Seungwoo menghabiskan waktu sungguh lama sejak pagi tadi untuk menyiapkan kuenya. Setiap detiknya, setiap peluh yang mengalir melalui pelipisnya, dia memikirkan Seungyoun. Tentang cintanya, tentang hangatnya.

Maka akhirnya Seungwoo sampai, dia menjatuhkan tubuhnya ke atas tikar piknik yang sudah lusuh. Dia duduk. Membuka kotak kue, lalu memotong kuenya.

Seungwoo menggigit bibirnya, nyaris terlalu keras.

Kuenya bisa dipotong dengan mudah. Lembut sekali seperti bulu burung yang berterbangan.

Lalu Seungwoo menyajikan dua potong kue di atas piring kertas. Satu piringnya itu disodorkannya pada Seungyoun.

Seungyoun, pikirnya. Meskipun itu hanyalah sebuah batu marmer yang berdiri di atas gundukan tanah. Diam, membisu. Seungwoo lama menatapnya, tidak mengatakan apapun kecuali berusaha menelan kue yang dibuatnya dengan susah payah. Pandangannya mulai memanas, mengabur. Nama Seungyoun yang terukir di atas batu itu tidak lagi terlihat jelas.

Seungwoo tidak pernah bertemu orang yang bisa mencintainya seperti Seungyoun.

Ada banyak sekali senyuman, pelukan, kehangatan yang Seungyoun berikan padanya secara cuma-cuma.

Seungwoo tahu dia tidak sempurna.

Dia tidak tahu apa yang Seungyoun lihat darinya.

Bahkan dari keinginan sederhananya saja,

Seungwoo selalu gagal melakukannya.

Butuh enam tahun,

enam tahun untuk membuat sebuah kue yang setidaknya terlihat normal untuk dimakan.

Seungwoo menyesal.

Kalau saja dia tidak selamban ini,

kalau saja dia bisa menyempurnakan kue ini lebih cepat,

mungkin rasanya tidak akan semenyakitkan ini.

Seungwoo meremas tikar piknik lusuh yang menjadi alas duduknya.

“Seungyoun, kalau aku berjanji akan membuat kue ini setiap hari, apakah kau akan kembali?”

“Aku berjanji tidak akan terlalu banyak menyusahkanmu.”

Seungwoo menunduk, dalam sekali.

“Aku tidak akan lagi tiba-tiba menyuruhmu datang ke rumah malam-malam.”

Air matanya turun, satu-dua tetes.

“Aku tidak akan mengganggu pekerjaanmu.”

Seungwoo mengangkat wajahnya, wajahnya yang sudah basah dan memerah padam.

“E-enak 'kan kuenya? Kalau mau lagi, aku bisa membuatkannya lagi besok.”

Seungwoo tidak bisa menahan pecah tangisnya.

“Ka-kau mau seberapa banyak? Aku akan membuat yang banyak.”

Semakin deras, semakin deras.

“Aku akan membuatnya sebanyak apapun kau mau.”

Dia menangis, di depan batu nisan yang berdiri kokoh. Sunyi, di bawah langit sore yang berangin kencang. Merindu, menyesal, semuanya menjadi satu mencipta pilu. Sakit, sakit sekali rasanya hingga Seungwoo hanya bisa menunduk, mengenang senyuman terkasihnya, ciuman hangatnya, cinta terakhirnya; Cho Seungyoun.

Langkah pelan bersama angin, ada senandung tipis yang mengintip dari bibir. Han Seungwoo menyusuri jalanan yang penuh rerumputan lumayan tinggi itu dengan membawa sekotak besar kue coklat. Ada aroma manis yang menguar bersama asap yang sedikit mengepul karena memang kue itu baru saja keluar dari pemanggang. Hangat, seperti hangat hatinya, riang hatinya saat ini.

Seungwoo sebenarnya tidak begitu mahir memanggang kue. Tapi ini menjadi kebiasaannya untuk membuat kue coklat setiap tahun, setiap hari kasih sayang, sejak pertama kali bertemu dengan Seungyoun enam tahun yang lalu.

Kue pertamanya dulu adalah sebuah kegiatan iseng saja, dan sebenarnya kue itu terlalu lembek untuk bisa disebut kue, tapi Seungyoun memakannya. Dan, dia tersenyum. Riang sekali, indah sekali senyumannya ketika mencicipi kue gagalnya. Seungwoo tahu Seungyoun tidak terlalu suka makanan manis, tapi kue itu dihabiskannya. Enak, katanya.

Tahun berikutnya, Seungwoo membuatnya lagi. Iseng menambahkan bubuk kopi karena Seungyoun suka kopi. Lalu Seungyoun menghabiskannya seperti itu adalah kue paling enak yang pernah ada di dunia.

Seungwoo terus membuat kue setiap tahun. Mereka akan menggelar tikar di atas padang rumput sambil memakan kue buatan Seungwoo setiap hari kasih sayang. Seungwoo tahu selalu ada yang kurang dari kue yang dia buat. Kadang-kadang terlalu lembek, kadang-kadang terlalu kering. Dia pikir Seungyoun hanya pura-pura menyukainya saja, tapi suatu saat dia pernah berkata,

“Egoiskah aku kalau aku mau Kakak membuat ini lagi tahun depan?”

Dan kalimat sederhana itu menjadi semangat Seungwoo untuk bisa membuat kue yang sempurna. Kue yang benar-benar enak, lembut, tidak terlalu manis seperti selera Seungyoun.

Itu membutuhkan waktu enam tahun, tapi akhirnya Seungwoo berhasil melakukannya. Ada aroma kopi di antara cokelat yang menguar hangat dari dalam kotak yang dia bawa. Saat itu langkahnya menjadi cepat. Wajahnya berseri-seri memerah. Waktu sudah hampir sampai di lokasi, Seungwoo berlari kian kencang. Begitu bersemangat.

Dia ingin melihat Seungyoun tersenyum.

Dia ingin Seungyoun memujinya.

Dia ingin Seungyoun memeluknya.

Lalu membisikan kata cinta yang tidak ada habisnya.

Seungwoo menghabiskan waktu sungguh lama sejak pagi tadi untuk menyiapkan kuenya. Setiap detiknya, setiap peluh yang mengalir melalui pelipisnya, dia memikirkan Seungyoun. Tentang cintanya, tentang hangatnya.

Maka akhirnya Seungwoo sampai, dia menjatuhkan tubuhnya ke atas tikar piknik yang sudah lusuh. Dia duduk. Membuka kotak kue, lalu memotong kuenya.

Seungwoo menggigit bibirnya, nyaris terlalu keras.

Kuenya bisa dipotong dengan mudah. Lembut sekali seperti bulu burung yang berterbangan.

Lalu Seungwoo menyajikan dua potong kue di atas piring kertas. Satu piringnya itu disodorkannya pada Seungyoun.

Seungyoun, pikirnya. Meskipun itu hanyalah sebuah batu marmer yang berdiri di atas gundukan tanah. Diam, membisu. Seungwoo lama menatapnya, tidak mengatakan apapun kecuali berusaha menelan kue yang dibuatnya dengan susah payah. Pandangannya mulai memanas, mengabur. Nama Seungyoun yang terukir di atas batu itu tidak lagi terlihat jelas.

Seungwoo tidak pernah bertemu orang yang bisa mencintainya seperti Seungyoun.

Ada banyak sekali senyuman, pelukan, kehangatan yang Seungyoun berikan padanya secara cuma-cuma.

Seungwoo tahu dia tidak sempurna.

Dia tidak tahu apa yang Seungyoun lihat darinya.

Bahkan dari keinginan sederhananya saja,

Seungwoo selalu gagal melakukannya.

Butuh enam tahun,

enam tahun untuk membuat sebuah kue yang setidaknya terlihat normal untuk dimakan.

Seungwoo menyesal.

Kalau saja dia tidak selamban ini,

kalau saja dia bisa menyempurnakan kue ini lebih cepat,

mungkin rasanya tidak akan semenyakitkan ini.

Seungwoo meremas tikar piknik lusuh yang menjadi alas duduknya.

“Seungyoun, kalau aku berjanji akan membuat kue ini setiap hari, apakah kau akan kembali?”

“Aku berjanji tidak akan terlalu banyak menyusahkanmu.”

Seungwoo menunduk, dalam sekali.

“Aku tidak akan lagi tiba-tiba menyuruhmu datang ke rumah malam-malam.”

Air matanya turun, satu-dua tetes.

“Aku tidak akan mengganggu pekerjaanmu.”

Seungwoo mengangkat wajahnya, wajahnya yang sudah basah dan memerah padam.

“E-enak 'kan kuenya? Kalau mau lagi, aku bisa membuatkannya lagi besok.”

Seungwoo tidak bisa menahan pecah tangisnya.

“Ka-kau mau seberapa banyak? Aku akan membuat yang banyak.”

Semakin deras, semakin deras.

“Aku akan membuatnya sebanyak apapun kau mau.” Dia menangis, di depan batu nisan yang berdiri kokoh. Sunyi, di bawah langit sore yang berangin kencang. Merindu, menyesal, semuanya menjadi satu mencipta pilu. Sakit, sakit sekali rasanya hingga Seungwoo hanya bisa menunduk, mengenang senyuman terkasihnya, ciuman hangatnya, cinta terakhirnya; Cho Seungyoun.

yon masuk ke rumahnya dengan berlari setelah markirin motor. baru buka pintu, bau omega udah menguar pekat banget. gak bohong, itu bikin dia hampir ilang akal. padahal hyuk ada di dalem kamar, tapi bau omeganya bisa kecium sampe pintu depan.

sampe ke dalem kamar, yon nemuin hyuk yang udah sembunyi di dalem gundukan selimut.

“metㅡ”

hyuk nyembulin kepalanya keluar. yon kaget. dia udah temenan sama hyuk sejak sma, tapi baru kali ini liat hyuk dalam keadaan heat. dia telanjang di dalem selimut dan wajahnya merah banget. kayanya hyuk lagi nusuk nusuk lubangnya sendiri pake jari. yon tegang sendiri bayanginnya.

“mana jinu?” tanya hyuk. suaranya tipis.

“di mamih.”

“hah??”

“gua titipin ke mamih.”

“kenapa lo titipin ke mamih?”

“ya dari pada gua titipin ke si yupin.”

“maksud gua kenapa ditiㅡ” hyuk memekik kaget waktu yon jalan mendekat dan nyibak selimutnya, dijatuhin gitu aja ke sisi ranjang. hyuk narik bantal dengan panik, berusaha nutupin tubuhnya.

“lo kenapa tiba-tibaㅡ?!”

yon senyum tipis. terus dagunya hyuk diangkat supaya tatapan mereka ketemu. “alah, kan gua udah pernah lihat lo telanjang.”

hyuk panik. tatapan yon agak beda. mungkin karena dia kepengaruh bau omeganya hyuk yang nyengat banget.

“m-mana obatnya? obat heat gua.”

yon gak jawab. kantong plastik dari apotek yang dijinjingnya sejak tadi direbut paksa sama hyuk. isinya ditumpahin gitu aja berserakan di atas ranjang.

hyuk kaget. isinya sama sekali bukan pil penangkal heat, tapi kondom. banyak banget lagi.

“g-gua minta lo beliin obat heat!”

“lo gak butuh itu,” yon buka kaosnya, terus dia naik ke atas ranjang. hyuk dipeluknya dari belakang. bahunya dicium satu-dua kali. “kan ada gua.”

hyuk mau nolak, tapi dia gak bisa gerak waktu yon mulai masukin jari ke dalem lubangnya. karena lagi heat dia basah banget dan cairannya mengalir keluar terus sampe ke paha.

bau alphanya yon bener-bener bikin hyuk hilang akal. kedua kakinya gemetaran, matanya terpejam erat. yon masuk-keluarin tiga jarinya dan itu kerasa enak banget.

yon turunin celananya. kepala hyuk diarahinnya ke samping, terus bibirnya dicium, dilumat dalam.

“a-ah. yon, m-masukin.”

hyuk gerak-gerakin pinggulnya gak nyaman. sejak tadi yon cuma gesek-gesekin ereksinya di luar, itu bikin dia gak sabar.

“hm? mau hamil lagi?”

“m-mau.”

senyuman yon melebar. dia tau hyuk udah gak bisa mikir karena udah sepenuhnya memasuki masa heat.

“a-ahㅡah!”

yon mulai masukin kemaluannya pelan-pelan. lubangnya kerasa sempit meskipun hyuk udah pernah melahirkan. yon mulai gerak masuk-keluar. hyuk ngerintih kecil, bau omeganya makin menguar pekat dan itu bikin yon hilang akal.

makin lama gerakan yon makin cepat. hyuk gigit bibirnya sendiri keras-keras tiap kali yon nyentuh titik lemahnya.

hyuk pusing. tapi dia meleleh setiap kali yon berhenti sejenak untuk kecup lembut bahu dan punggungnya dua-tiga kali.

hyuk klimaks gak lama kemudian. yon ngeluarin kemaluannya tepat sebelum dia klimaks. cairan spermanya itu ditumpahin di luar, ngotorin pantat sampe pahanya hyuk yang sebelumnya udah basah banget sama cairan omega. hyuk keliatan berantakkan, bikin yon makin pening lihatnya.

yon peluk hyuk, didekapnya erat.

“lo cemen keluar di luar,” hyuk berujar, suaranya masih kedengeran lemah.

“ini soalnya lo masih heat makanya bisa ngomong gitu. kalau gua keluar di dalem terus lo udah sadar pasti gua diamuk dan disuruh tidur di teras tiga minggu.”

“cemen,” hyuk gerak-gerakin pinggulnya lagi, ngegoda yon supaya tegang lagi. “gak pake knot.”

senyumnya yon melebar. “mau pake knot?” godanya. tiga jarinya dimasukin lagi ke lubang hyuk. terus dia bikin gerakan menggunting, maksa lubang hyuk supaya terbuka lebar-lebar.

“a-ah! ahh!”

“segini aja udah berisik, berlagak mau pake knot.”

“m-mau pakeㅡ” hyuk cuma bergumam gak jelas karena dia setengah sadar. “k-knot.”

yon gak jawab, masih dengan seringai tipis dia ganti posisi hyuk jadi berbaring di bawahnya. kedua kaki hyuk dibukanya lebar-lebar. lubangnya dimasukin lagi. sedalem mungkin.

“a-ah, aaahh ...”

hyuk refleks cengkeram lengan yon, nahan nikmat. yon raih tangan hyuk, jari-jarinya ditautkan. jari manis hyuk yang ada cincin tunangan mereka dikecupnya lembut.

terus yon ngedeket, cium lagi bibirnya hyuk. hyuk buka mulutnya, ngasih akses lebih dalam.

mereka ngelanjutin kegiatan itu. beberapa ronde, beberapa kali klimaks, sampe heatnya hyuk bener-bener abis.

Mereka sama sama diem, ngeliatin tayang tv yang gak terlalu menarik sore itu. Hyuk sekali kali main-mainin tangan kecil Jinwoo, bikin anak itu ketawa lucu.

“Gua punya kejutan nih,” Yon tiba tiba buka suara.

Hyuk ngangkat kepalanya. “Apaan?”

“Tutup mata dong.”

“Hah? Apaan sih, sosoan lu.”

“Tutup mata donggg.”

“Yaudah iya,” Hyuk pejamin matanya.

Yon raih sebelah tangan Hyuk. Terus punggung tangannya dikecup pelan. Hyuk mau narik tangannya, tapi ditahan sama Yon.

“Jangan buka mata dulu!”

“Ih, yaudah cepetan!”

Beberapa lama, akhirnya Yon bilang, “Buka matanya.”

Hyuk buka matanya. Di jari manisnya udah tersemat cincin emas putih yang berkilauan. Cantik banget. Mukanya Hyuk kerasa panas.

“Anggap aja cincin tunangan,” kata Yon. “Nanti pas lulus kuliah, ayo nikah.”

“Goblok lu,” balas Hyuk cepet. “Orang lain nanya dulu kek, gua mau atau nggak nikah sama lo, lah elu malah langsung main dipasangin aja cincinnya.”

“Ya gak mungkin lah lo gak mau nikah sama alpha ganteng kaya gua.”

“Kepedean lo.”

Yon ketawa. “Ya, lagian kita udah mating, kan? Tinggal nikah resminya aja,” katanya. “Lagian lo inget sama emak lo Met, dia pengen naik bmw gua.”

Hyuk mencibir. “Bangga bener punya bmw dari duit Mami jugak.”

“Ya, lo bener...” nada suara Yon mengecil. “Itu yang gua pikirin belakangan ini. Gua gak bisa ngasih makan lo sama Jinwoo pake duit Mami selamanya,” dia narik napas. “Makanya, mungkin nanti gua beberapa hari dalam seminggu bakal pulang malem. Gua mau belajar nerusin bisnis Mami selagi kuliah juga.”

Yon genggam tangan Hyuk erat, punggung tangan Hyuk dielus-elus ibu jarinya.

“Gua minta maaf harus bikin lo banyak repot karena itu. Tapi sabtu-minggu mungkin gua di rumah terus kok, jadi Jinwoo bisa giliran gua yang urus.”

Hyuk diem. Lumayan lama. Cuma nunduk doang tanpa ngomong apa-apa.

“Hyuk?”

Berbagai pertanyaan di kepala Yon seketika luntur begitu Hyuk langsung angkat kepalanya dan cium bibirnya. Yon kaget, tapi detik berikutnya dia nutup mata dan balas ciumannya, sama lembut.

Yon ngelepasin ciumannya, terus dahi dan hidung Hyuk dikecupnya lagi satu kali.

Hyuk lempar wajahnya. Ngalihin perhatiannya ke Jinwoo, pipi anaknya yang bulet banget itu dielus-elus. “Cincin yang punya lo mana? Dipake dong,” katanya.

“Oh iya,” Yon jawab sedikit kikuk. Dia langsung ngerogoh saku celana buat nyari kotak cincinnya. Terus cincinnya itu langsung dipake. “Udah nih.”

“Nah gitu,” kata Hyuk. “Biar lo inget untuk gak jajan omega.”

“Jangan ngadi-ngadi, masa gua jajan omega,” Yon ketawa kecil. Dia ngeliatin Hyuk lama. Pipinya bersemu semakin lama semakin jelas. Gemes banget.

hyuk gak ingat detailnya, bau alpha yon bikin dia gak bisa mikir dan tahu-tahu dia udah di kamar, telanjang, dan yon masih cumbu bibirnya dalam.

“ahㅡ!”

hyuk gigit bibirnya, kaget waktu yon masukin jarinya ke dalem lubang yang basah. rasanya sedikit sakit, itu bikin kedua kaki hyuk gemetaran. yon ngedeket, cium kepala hyuk, bibirnya, terus perutnya yang buncit. yon gerakin jarinya pelan-pelan, bikin lubang itu makin basah dan licin. wangi. wangi banget cairan omeganya hyuk, itu bikin yon makin pusing, makin keras di dalem celananya.

yon cium bibir hyuk lagi sambil masukin jari kedua. hyuk gak bisa nahan suaranya setiap yon bikin gerakan menggunting, persiapin lubangnya untuk kebuka lebih lebar.

yon ngelepasin hyuk sebentar. dia buka kaosnya, ngeliatin badannya yang penuh tato. terus celananya diturunin, kemaluannya yang mengeras digesek-gesekan ke lubang hyuk. hyuk gigit bibirnya lebih keras, itu rasanya enak banget tapi jantungnya bergemuruh kenceng. dia sedikit takut.

“ah, a-ah ... y-yonㅡ”

hyuk sedikit panik waktu lubangnya mulai dimasukin. yon genggam tangan hyuk, terus jari-jarinya dikecup lembut. hyuk pusing. kepalanya panas, tubuhnya gemeteran. yon baunya enak banget.

yon mulai gerak keluar-masuk pelan. lubang itu menyempit setiap kali yon nyentuh titik lemahnya hyuk, itu bikin dia pusing. enak, banget. bau omega, rintihan hyuk yang tipis, yon gak bisa mikir. tahu-tahu gerakkannya makin cepat dan hyuk mulai memekik tertahan.

yon ngedeket, berusaha sehati-hati mungkin supaya perut hyuk gak tertekan. lehernya hyuk dikecup, terus digigit kecil, dan dihisap. dia ninggalin beberapa bekas merah-merah.

“a-ah!”

hyuk kaget waktu yon remes dadanya kenceng banget. terus diikutin sama pijatan yang sama keras. badannya hyuk makin lemes, gemeteran, cuma bisa diem sambil nahan bunyi keenakan. yon gigit puting susunya, cairan susu bener-bener keluar gara-gara itu.

“ng ... ㅡa-ah,” hyuk merintih waktu yon menghisap puting susunya lebih keras. dadanya membusung, gak kuat nahan sensasinya.

yon mulai gerakin pinggulnya lagi, lebih cepet. “a-ah... ah,” hyuk cengkram lengan atas yon keras banget, nahan nikmat dan sedikit perih. lubangnya kerasa panas banget. hyuk nutup matanya, terus memekik kecil waktu sampai klimaks.

yon sampai juga beberapa lama kemudian. spermanya keluar lumayan banyak. hyuk gerak-gerakin pinggulnya gak nyaman. lubangnya kerasa penuh banget sama cairan sperma alpha.

tanpa keluarin kemaluannya dari lubang hyuk, yon bantu hyuk untuk ganti posisi jadi tiduran ke samping. terus bahu polosnya hyuk dikecup, pindah sampe ke belakang leher. hyuk cengkram lengan yon lebih keras, dia panik. dia tahu yon mau nandain hyuk sebagai kepemilikannya.

“tahan, ini bakal sedikit sakit,” yon berbisik di telinga hyuk. lalu bagian belakang leher hyuk betul-betul digigit. kenceng banget, sakit banget.

“sa-sakitㅡ” hyuk merintih tipis. lengan atasnya yon dia cakar tanpa sadar saking sakitnya. “y-yon.” air matanya turun setetes.

yon ngelepasin gigitannya, terus darah yang keluar dijilatnya. belakang leher hyuk kerasa perih, tapi anget. bau alpha yon makin nusuk penciuman hyuk, tapi lama-lama bikin tenang. waktu itu hyuk tahu, mereka udah terikat.

jadi, mulai sekarang yon bener-bener alphanya hyuk, mate-nya.

catatan: aku gak pernah bilang ini sejak awal awal au, tapi di sini semestanya macam-macam omegaverse lah. makanya woo bisa basah sendiri dan bisa hamil ya.


Seungwoo tidak ingat betul apa saja yang sudah terjadi dalam dua menit ke belakang. Tahu-tahu mereka sudah ada di kamar, tidak berhenti saling mencumbu seperti haus akan cinta. Sepertinya Seungyoun sudah mengunci pintu. Sepertinya, Seungwoo tidak ingat. Dia hanya bisa berharap semoga Dongpyo tidak tiba-tiba terbangun dan masuk begitu saja ke kamar tanpa mengetuk pintu.

Seungwoo pikir dia bisa memimpin permainan karena dia lebih tua dari Seungyoun dan mungkin pengalamannya lebih banyak. Tapi, ayolah, Seungwoo ini mau membodohi siapa? Ketika Seungyoun membantu menanggalkan satu per satu pakaian Seungwoo, lalu mencium setiap inci permukaan kulitnya, sesekali menjilat, menghisap. Begitu tenang meskipun itu saja berhasil membuat kedua tungkai Seungwoo gemetaran, membuatnya tidak berhenti merintih nikmat. Seungwoo akhirnya ingat tentang Wooseok, laki-laki setampan itu bisa hampir didapatkan Seungyoun. Dan, dari sana Seungwoo sudah bisa membayangkan seperti apa tipe-tipe mantan kekasih Seungyoun. Itu bukan hanya soal wajah Seungyoun, bukan hanya soal keluarganya yang lumayan kaya, tapi juga ini. Tentang bagaimana dia bisa memerlakukan pasangan seksnya dengan begitu spesial, seperti Tuan Putri.

Lalu Seungyoun memasukkan satu jarinya pada lubang Seungwoo yang sudah begitu basah. Jari ke-dua masuk tidak lama kemudian, memancing semakin banyak cairan merembes melalui dinding prostat Seungwoo. Seungyoun membuat gerakkan menggunting, menikmati setiap kali laki-laki yang lebih tua darinya itu mendesah sedikit merintih.

Seungwoo sebenarnya tidak senakal kelihatannya. Dia tidak pernah tidur dengan laki-laki manapun setelah perceraian. Seungyoun adalah yang pertama, itu sudah lumayan lama sejak terakhir kali dia melakukan seks. Sepertinya itu adalah kenapa sekujur tubuhnya terasa begitu sensitif saat ini.

Seungyoun menggunakan sebelah tangan lainnya untuk meremas-remas dada Seungwoo. Itu memancing lebih banyak desah tipis keluar dari mulutnya. Kulit Seungwoo begitu putih pucat dan hanya dengan pijatan sedikit kasar, dadanya memerah begitu kentara. Seungyoun mencium, lalu menghisap puting susu lainnya, keras sekali sampai Seungwoo hampir berteriak. Seungyoun tidak terlalu mengindahkannya, dia menggigitnya sekali-kali, lalu menjilat lagi, lalu menghisap lagi.

Seungwoo menjambak rambut Seungyoun nyaris tanpa sadar, “U-udah ...” katanya tidak jelas sambil menggigit bibir.

Seungyoun mengangkat wajahnya, tersenyum menyeringai melihat wajah kepayahan Seungwoo. “Biasanya pagi dan malam nawarin nyusu, begitu aku nyusu beneran malah minta udahan.”

“Hgmㅡ” Seungwoo masih tidak bisa berhenti sedikit-sedikit menggigit bibirnya sendiri karena sebelah tangan Seungyoun masih bermain-main di lubangnya. “J-jangan keras-keras.

Gak keluar-keluar susunya.”

A-aku gak lagi hamil.

Yaudah aku hamilin, gimana?

Ja-jangan ...

Jangan tapi kok kamu basah banget.

Seungwoo tidak bisa berpikir lagi, dia hanya sibuk menahan desah dengan menggigit bibir. Itu lucu. Seungyoun tertawa kecil melihatnya.

Seungyoun mengeluarkan jari-jarinya dari lubang Seungwoo. Lantas dia menurunkan celana dalam yang sejak tadi masih dia pakai. Kejantanannya yang menegak itu digesek-gesekkannya pada lubang Seungwoo yang basah, menggodanya seperti itu.

“Kamu cantik,” gumam Seungyoun sambil memain-mainkan lubang Seungwoo dengan jarinya lagi. Seungyoun tidak bisa melupakan fakta bahwa cairan Seungwoo betul-betul wangi seperti bunga yang mekar. “Wangi banget,” gumam Seungyoun pelan, untuk kemudian memasukkan kejantannya pelan-pelan.

Seungyoun mulai dengan gerakkan pelan, tapi dia mempercepat tempo tidak lama kemudian. Seungyoun tahu Seungwoo menikmati itu karena desah indahnya semakin mengeras setiap kali Seungyoun menyentuh titik manisnya.

Seungyoun mengecup, lalu mencumbu bibir Seungwoo, memaksanya membuka mulut. Beberapa rintihan tipisnya lolos karena itu. Seungwoo membalas ciuman itu, melingkarkan tangannya di leher Seungyoun, menariknya untuk memperdalam ciuman mereka.

Seungyoun melepaskan cumbu ketika klimaksnya sudah hampir sampai. Dia mempercepat tempo, sedikit terlalu kasar. Seungwoo memejamkan matanya erat-erat, menahan nikmat yang teramat sangat. Punggungnya melengkung cantik ketika pelepasannya hampir sampai.

“Yonㅡ”

Keluarin aja.

Sekian detik, Seungwoo klimaks di atas perutnya sendiri. Seungyoun mengeluarkan kejantannya dari lubang Seungwoo, lalu memijat dan menggosoknya beberapa kali untuk kemudian ikut klimaks, mengotori paha Seungwoo yang terbuka lebar.

Pucat kulit Seungwoo kini dihiasi merah di mana-mana, lalu soal cairan sperma yang membuatnya berantakkan, dia kelihatan sangat menggoda.

Kamu nggak keluar didalem.

Seungyoun tertawa, “Katanya nggak mau hamil.

Seungwoo diam, sedikit menggembungkan pipinya. Dia terlalu rindu hangatnya ketika cairan sperma memenuhi lubangnya dari bawah sana. Dia sejenak melupakan fakta bahwa Seungyoun masih kuliah dan Seungwoo belum siap untuk punya anak lain selain Dongpyo.

Seungyoun pergi sejenak untuk mengambil handuk basah. Seungwoo sedikit tersentak kaget ketika laki-laki yang lebih muda darinya itu menyapukan handuk ke atas tubuh Seungwoo, membersihkan lengket cairan sperma dari kulitnya.

Oh, itu manis sekali. Mantan suaminya dulu bahkan tidak pernah melakukan itu. Wajah Seungwoo merona tipis karena itu.

Bang Woo jangan cemberut,” Seungyoun tiba-tiba berujar tanpa mengalihkan perhatian dari kegiatannya membersihkan tubuh Seungwoo. “Maaf ya, aku masih belum lulus kuliah dan belum bisa ngasih Bang Woo kebahagiaan yang utuh.

Yon, jangan ngomong gitu,” balas Seungwoo cepat. “Aku yang udah tua dan bekas orang ini harusnya nggak pantes sandingan sama kamu.

Seungyoun menggeleng kecil. “Bang Woo makin dilihat makin cantik, makin lucu,” katanya. “Aku nggak peduli Bang Woo pernah nikah sebelumnya. Yang penting sekarang cuma ada kita,” Seungyoun mendekat untuk mencium dahi Seungwoo sekilas, “dan Dongpyo.

Seungyoun tertawa, bersamaan dengan itu Seungwoo tersipu malu. Seungyoun hampir saja menyelesaikan kegiatannya membersihkan tubuh kekasihnya itu sampai tiba-tiba,

“Hnggㅡ”

Gerakkan Seungyoun seketika terhenti ketika Seungwoo bersuara kecil sambil secara refleks mencengkram lengan Seungyoun erat-erat. Sekian detik hening, Seungyoun akhirnya menyadari sesuatu. Dia tiba-tiba tertawa renyah sekali sampai Seungwoo kesal melihatnya.

Abang kok basah lagi?

Kamu nyenggol puting aku, Yon!

Nggak sengaja itu Bang,” balas Seungyoun di sela tawanya.

“Y-ya, tapi enak.”

“Bang Woo, Bang Woo ... lucu banget sih,” gumam Seungyoun jenaka. Tanpa mengindahkan ekspresi cemberut Seungwoo, laki-laki itu menarik selimut untuk menutupi tubuh polos mereka berdua. Lantas dipeluknya Seungwoo, dicium dahi dan bibirnya tiga-empat kali. Seungwoo membalas pelukan itu, menyamankan diri di dalam pelukan Seungyoun sambil menghitung waktu sebelum akhirnya terjun ke dalam alam mimpi.