“jadi yang kayak gitu tuh biasa?”

“ya, biasa,” seungwoo tertawa halus. “hampir semua pernah kayak gitu. even para agen yang punya pacar, tetap nggak dapet pengecualian. misi ya misi. kalau ketika di misi mereka harus ngerayu atau bikin target informasi naksir, ya harus dilakukan.”

“selingkuh dong?”

“kan nggak pake hati, cuma profesional aja.” seungwoo membenarkan posisi tidurnya dan byungchan mengangkat sedikit kepalanya sebelum kembali rebah di atas lengan seungwoo. “lagipula kita pas misi bukan kita. identitas segala macam kan baru. mirip sama aktor?”

byungchan manggut-manggut. “kamu pernah baper nggak?”

“kebawa perasaan?” seungwoo tertawa geli. “nggak lah. ngapain baper sama mereka.”

lagi, byungchan manggut-manggut. mau diusahakan seperti apa pun untuk tidak merasa biasa saja, dirinya tidak bisa. rasanya aneh mendengar cerita kekasihnya seintim itu dengan orang lain meskipun sebatas misi belaka. ia pertahankan ekspresinya sebiasa mungkin meski jika diperhatikan baik-baik, aslinya ekspresi itu berubah masam.

manusiawi kalau ia cemburu, bukan?

seungwoo si agen profesional sudah biasa menangkap perubahan emosi seminim apa pun. sejak tadi ia memperhatikan byungchan yang ia sadari sedang mempertahankan faset kalem namun pikirannya jelas sedang tidak kalem-kalem saja. lelaki itu dengan tenang mengambil tangan byungchan, mengecek pergelangan tangannya tanpa mengatakan apa-apa.

“normal.” gumamnya lalu mengernyit. byungchan yang bingung menatapnya terheran-heran.

“apa yang normal?”

seungwoo tidak menjawab. ia bergerak menjangkau dernwatch di atas meja lalu mendekatkannya pada kening byungchan. jam tangan itu berbunyi dan seungwoo bergumam lagi. “nggak demam.”

“kamu ngapain?”

“bukan cemas atau takut. kamu juga nggak mungkin jadi nggak nyaman karena cerita gore karena kamu bahkan bersihin organ-organ yang berceceran terus habis itu santai makan jeroan. aku daritadi berusaha memikirkan beberapa kemungkinan kenapa kamu berekspresi begitu tapi belum ketemu. aku belum pernah ketemu ekspresi begitu,” napasnya terhela panjang. “aku jadi nggak pro banget sejak dikurung nyaris sedekade.” lanjutnya dengan nada getir.

byungchan menatap seungwoo tanpa ekspresi lalu merespon dengan nada datar. “aku cemburu.”

sedetik, dua detik, seungwoo seperti patung yang tak bergerak. hingga dernwatch yang melingkari tangannya berbunyi berisik hingga perhatian-perhatian mereka teralih ke sana.

“kenapa jamnya? kamu ada panggilan misi?”

seungwoo menggeleng. tatapannya sempurna tertuju pada byungchan dan dia terlihat seperti setengah menerawang. “bukan. aku palpitasi.”

“karena dicemburuin?”

“aku nggak pernah dicemburuin.”

jam tangannya terus berbunyi dengan berisik.