Di dorm satu, sepasang kekasih yang dimabuk asmara itu sudah sibuk saja melakukan kegiatan pada pagi hari. Hyunsuk meremas erat rambut Jihoon ketika kekasihnya mencium bibirnya lebih dalam dan mendesak lidah mereka untuk beradu satu sama lain. Hyunsuk tampak menikmatinya, sama seperti Jihoon. Tangan berotot itu berada di punggung dan belakang leher Hyunsuk, mendesak yang lebih kecil untuk menciumnya lebih dalam lagi. Seprai dan selimut di bawah mereka berdua sudah kusut tidak beraturan lagi akibat ciuman panas yang mereka lakukan. Bibir Jihoon melumat bibir Hyunsuk sangat ganas. Rasanya Hyunsuk merasa seperti berada di surga.
Jihoon membalikkan tubuh kekasihnya, membuat Hyunsuk berada di atas Jihoon tanpa melepaskan ciuman mereka. Tangan Hyunsuk menelusuri dada Jihoon lalu menuju perut, mengelus pelan abs itu dengan seduktif dan kembali lagi ke rambut kekasihnya. Jihoon tiba-tiba memutar tubuh Hyunsuk dan menindih yang lebih kecil dalam satu gerakan efektif. Ia menatap Hyunsuk sejenak, tatapannya gelap dan penuh gairah. Setelah itu bibirnya mencium Hyunsuk lagi. Ciumannya begitu ganas tetapi sangat luar biasa. Hyunsuk yang berada bawah Jihoon tampak kewalahan akan ciuman kekasihnya.
Jihoon membuka piyama motif babi yang Hyunsuk kenakan, mencoba menariknya ke atas tapi tiba-tiba saja Jihoon mendengar suara yang cukup mengganggu. Mereka berdua diam beberapa detik, setelah itu Jihoon terkekeh menyadari bahwa bunyi suara itu berasal dari perut kekasihnya. Hyunsuk lapar.
Hyunsuk tampak salah tingkah.
“Ayo bangun sayang,” ucap Jihoon sambil tersenyum.
“Tapi kita.....”
“Kau tidak akan mampu melakukan kegiatan sex panjang denganku jika perutmu kosong. Ayo bangun,” Jihoon menyeringai.
“Kau ingin sarapan apa?” tanya Hyunsuk.
“Karena aku hari ini berulang tahun, kau bisa membuat kue ulang tahun untukku, sayang.”
“Aku tidak bisa membuat kue ulang tahun,”
“Kau payah,”
Hyunsuk menggeram kesal. “Aku tidak!”
“Haha.. Kalau begitu buatkan saja aku pancake,”
“Baiklah.”
Hyunsuk mengeluarkan bahan untuk membuat pancake dari dalam lemari dapur. Ia mengambil susu, butter, tepung terigu, dan telur dari kulkas.
Hyunsuk mencampurkan semua bahan dan mengaduk adonannya, lalu menyalakan kompor dan menuangkannya ke teflon. Tidak perlu menunggu lama, sarapan mereka sudah siap untuk disantap.
“Hey pelan-pelan saja makan pancake nya. Makanan itu tidak akan pergi kemana-mana, Hoonie,” pinta Hyunsuk, kemudian mengambil whipped cream dan menyemprotkannya ke atas pancake miliknya. “Kau mau whipped cream juga di atas pancakemu?” tanya Hyunsuk.
Jihoon mengangguk pelan. Hyunsuk pikir kekasihnya jauh lebih lapar daripada dirinya, mulutnya terasa penuh dan pipinya mengembung.
Ssrrtttt... Hyunsuk menyemprotkan krim di atas pancake milik kekasihnya, lalu Jihoon memasukkan suapan lain ke dalam mulut dengan tangannya, menjilati sisa-sisa krim di sekitar jarinya secara bergantian.
“Jam berapa kau ke YG?” tanya Jihoon saat Hyunsuk masih mengunyah. Ia mencolek sedikit krim itu dari piring Hyunsuk lalu ia memasukkan ke dalam mulutnya.
“Sekitar jam sebelas pagi. Mungkin aku hanya akan bertemu dengan Yang Sajangnim saja, ia kemarin mengirim pesan padaku untuk menemuinya. Bagaimana denganmu?”
“Mungkin hanya di dorm saja. Aku sedang malas keluar dari dorm.” jawab Jihoon sembari mencolek krimnya lagi. Krim itu tidak langsung dimasukkan ke dalam mulutnya tapi ia justru menempelkan krimnya ke pipi kanan Hyunsuk dengan cepat lalu bergerak maju dan menjilat pipi kanan kekasihnya.
“Park Jihoon, hentikan! Kau sangat jorok.” Hyunsuk menatap jijik kekasihnya. Sedangkan Jihoon hanya tertawa mengejek, seolah-olah ini adalah lelucon.
Jihoon mengambil botol whipped cream dan melihat Hyunsuk dengan tatapan cukup mencurigakan. “Mau apa kau? Kau masih lapar? Jika masih lapar, aku masih bisa membuatkanmu pancake lagi,” tanya Hyunsuk.
Jihoon menggeleng. Sudut bibirnya terangkat seperti seringaian licik dan Hyunsuk tidak tahu apa yang di pikiran kekasihnya saat ini. Ia mengambil tangan Hyunsuk, lalu menyemprotkan sedikit krim itu ke telapak tangan yang lebih kecil dan menjilatnya dengan lembut. Bibirnya terus menjilat dan mendaki di tangan Hyunsuk.
Jihoon menatap Hyunsuk dari balik bulu matanya. Pria yang lebih kecil itu membiarkan kekasihnya melakukan kegiatan yang ia suka. Sementara Hyunsuk melanjutkan sarapannya. Ketika Jihoon sudah sampai di lehernya, ia terkekeh geli merasakan bibir Jihoon menggelitik permukaan kulit Hyunsuk.
Ia dengan cepat mendorong Jihoon menjauh darinya. Ia tidak bisa sarapan dengan tenang kalau kekasihnya terus saja mengganggunya dengan cara seperti ini.
“Hentikan. Dan katakan apa maumu?”
“Aku menginginkanmu, hyung,” bisik Jihoon pelan dan tatapannya cabul. Hyunsuk diam-diam juga menginginkan kekasihnya. Oh ayolah, kegiatan mereka berdua di atas kasur sempat tertunda akibat perut kosong Hyunsuk.
“Baiklah. Tunggu setelah aku membersihkan meja ini,” ucap Hyunsuk. Namun yang lebih muda menggeleng cepat, mencoba menghalangi kekasihnya yang hendak menaruh piring ke wastafel. Tubuhnya mendesak kekasihnya bersandar pada meja di belakang Hyunsuk.
“Aku menginginkanmu. Sekarang. Hyung. Jangan membantah.” bisik Jihoon dengan seduktif, dan dalam hitungan detik ia menempelkan bibirnya di bibir Hyunsuk. Tangannya merenggut ujung piyama Hyunsuk dan menariknya keatas hingga terlepas, menyisakan hanya celana dalam Hyunsuk saja. Ia mendorong Hyunsuk agar berbaring di atas meja, lalu menarik celana dalam Hyunsuk dengan paksa hingga kekasihnya ini sudah telanjang bulat.
Jihoon menatap Hyunsuk dengan penuh napsu, penuh cabul, dan penuh gairah. Hyunsuk yang ditatap seperti itu memerah. Astaga... Bisakah ini menjadi lebih panas lagi?
Jihoon menekuk lutut Hyunsuk ke atas dan membukanya lebar-lebar. Ini belum apa-apa, bahkan Jihoon belum menyentuhnya tapi adik kecil Hyunsuk sudah merasa tegang di bawah sana.
“Aku belum menyentuhmu hyung, tapi penis kecilmu ini sudah tegang saja.”
Jihoon membungkukkan tubuhnya di atas Hyunsuk dan mengambil whipped cream di dekatnya. “Buka mulutmu manis,” pinta Jihoon. Hyunsuk menurut. Ia menyemprotkan whipped cream bertekstur lembut itu ke dalam mulut Hyunsuk dan menelannya. “Mmm... Kau suka?”
Hyunsuk mengangguk. “Mhmm”
“Sekarang aku ingin merasakannya di sekujur tubuhmu. Boleh?”
Hyunsuk hanya bisa mengangguk pelan.
Jihoon mengumpulkan kedua tangan Hyunsuk dan menaruhnya di atas kepala Hyunsuk. “Awas saja kalau kau turunkan tangan nakalmu ini,”
Kemudian ia mengarahkan krim nya ke dalam mulut Hyunsuk lagi dan menyuruhnya untuk menutup mulut rapat-rapat. Ia membuat gunungan kecil di atas bibir Hyunsuk lalu menjilatnya secara perlahan, membuat krimnya menyebar di sekitar mulut dan hidung kekasihnya. Hyunsuk mengerang dan ikut menjilati krim dan lidahnya. Jihoon mencium bibir Hyunsuk tiga kali lalu ia bergerak turun ke leher Hyunsuk, mengecupnya pelan dan menyemprotkan whipped cream itu lagi di bagian sana.
Hyunsuk memiringkan kepalanya ketika Jihoon menjilat krim itu sampai habis tak bersisa, lalu menghisapnya. Tangannya turun ke puting cokelat Hyunsuk yang tegang dan memilin nya dengan lembut. “Mmmm,”
“Kau menikmatinya sayang?”
Hyunsuk mengangguk. Ia mengecup kedua puting cokelat itu lalu kembali menyemprotkannya ke puting Hyunsuk dan membuat gunungan kecil namun tinggi hingga menutup seluruh puting cokelatnya. Yang lebih tua mengerang, merasakan sensasi dingin dari krimnya. “Ingat jangan sampai ambruk. Kau paham hyung?”
Jihoon menyeringai puas pada Hyunsuk sebelum menempelkan hidungnya di bawah dada, menelusuri perut Hyunsuk dengan bibirnya lalu berhenti di atas pusar Hyunsuk. Ia kembali membuat gunungan lain di sana, lalu ia membuatnya satu lagi tepat di atas kepala penis Hyunsuk. “Jihoon!” teriak Hyunsuk. Punggungnya terangkat secara refleks dan ia merasakan krim di atas kedua puting cokelatnya mulai goyah.
Jihoon menatap Hyunsuk sinis.
“Ingat jangan sampai jatuh krimnya, sayang. Jatuh atau kau merasakan akibatnya,” jelas Jihoon dengan nada mengancam, namun terdengar panas di telinga Hyunsuk. Ia membaringkan punggungnya lagi dengan hati-hati. Ia menelan ludah dan benar-benar tidak tahu apa yang Jihoon lakukan pada tubuhnya.
Jihoon kemudian membuat gunungan lain di kedua lutut Hyunsuk yang menekuk. “Sial! Permainan macam apa lagi yang ia mainkan dan tidak mudah untuk aku ikuti.” ujar Hyunsuk dalam hati. Mungkin ini akan menjadi pengalaman seks yang paling erotis sepanjang hidupnya, dan langsung diberi judul, “Pengalaman Seks Erotisku Bersama Park Jihoon.” Hyunsuk takut gunungan-gunungan krim itu jatuh dan Jihoon akan menghukumnya. Ia merasa jantungnya hampir terlepas.
“Jangan menjatuhkannya, oke?”
Hyunsuk hanya mengangguk lagi. Jihoon menaruh whipped cream di sebelahnya kemudian berlutut memegang adik kecil Hyunsuk yang sudah ia buatkan gunungan pada kepala penis milik kekasihnya. Tak lama kemudian Hyunsuk merasakan bibir Jihoon mengecup dan menghisap kepala penisnya yang sudah mengeluarkan precum. Tangan Hyunsuk menjangkau ke atas berharap bisa berpegangan pada sesuatu benda, namun ia tidak menemukan apa-apa. Hal selanjutnya yang ia rasakan ketika tangan Jihoon mencengkram kedua kakinya agar tetap diam. Kepala Jihoon bergerak maju mundur menghisap penisnya dalam tempo lambat, seakan-akan adik kecilnya itu layaknya seperti lollipop.
“Mhmm, Jihoon...”
Jihoon melanjutkan siksaannya dengan menjilat, menghisap dan mengocok penis Hyunsuk berkali-berkali, sampai Hyunsuk tidak diberi ampun. Pinggulnya terangkat ke atas dan gunungan krim itu lagi yang ia buat menjadi goyah karena gerakannya yang tiba-tiba. Jihoon mendecak. “Tetap diam, manis.”
“Jihoonie aku tidak bisa,” Hyunsuk merengek pada kekasihnya.
“Tahan sebentar lagi. Kau akan menyukainya. Percaya saja padaku hyung.”
Jihoon kembali mengibaskan lidahnya, menjilat penisnya dengan sensual. Hyunsuk tidak bisa menutup kakinya atau bahkan menggerakkannya tanpa membuat krimnya jatuh. Rasanya sungguh intens. Begitu intens.
Kedua jari Jihoon tiba-tiba saja meluncur masuk ke dalam lubang sempit Hyunsuk, membuat sang pemilik lubang sempit itu menjerit lebih keras. “Jihoon!”
Jihoon menggerakkan jarinya keluar masuk dan menambahkan satu jari lain ke dalam sana. Hyunsuk bisa merasakan lubang sempitnya menjepit kuat ketiga jari kekasihnya, otot-otot di perutnya mengencang dan secara refleks punggungnya melengkung ke atas, namun ia berusaha mempertahankan agar gunungan krimnya tidak jatuh.
Hyunsuk menutup matanya, mencoba menikmatinya dengan tenang, tanpa tertekan ataupun memikirkan soal krimnya. Beberapa menit kemudian, Jihoon menarik jarinya keluar. Hyunsuk membuka matanya, dan mendapati Jihoon melepaskan boxer putihnya. Ia menatap Hyunsuk yang lemah sudah tak berdaya akibat siksaan dari Jihoon yang sangat nikmat. Tapi sejauh ini Hyunsuk merasa lega, krim di tubuhnya masih berdiri dan tidak jatuh meskipun gunungan krim di kedua puting cokelatnya mulai miring dan mungkin tidak lama lagi akan ambruk.
Jihoon mendorong kejantanannya tenggelam ke dalam lubang sempit Hyunsuk, begitu pelan dan lambat. “Ahh...” Hyunsuk mengerang. Telapak tangannya menempel pada keramik di bawah tubuhnya, mencoba menggapai sesuatu namun tidak ada yang bisa Hyunsuk jadikan pegangan. Lalu kedua tangannya bergerak ke pahanya, menjaga-jaga agar tetap terbuka lebar. Sementara Jihoon mendorong keluar masuk kejantanannya, mengisi dan meregang. Perlahan Jihoon menaikkan ritmenya dan sekarang ia benar-benar bergerak, membuat suara perpaduan tubuh mereka berdua memenuhi dapur.
“Ahh, sayang...” Jihoon mengerang nikmat dan memejamkan matanya. Ia menarik keluar kemudian mendorong keras ke dalam lubang sempit milik Hyunsuk lagi.
“Ah Jihoon!” jerit Hyunsuk.
Jihoon menekan keras, mencabut dengan kasar lalu mendorong kejantannya lagi dengan lembut. “Mhmm Jihoon...” Hyunsuk mengerang dan mengangkat punggungnya tanpa sadar, menyebabkan kedua gunungan krim di kedua puting cokelatnya jatuh dan tercecer.
“Dasar nakal. Kau menjatuhkannya, sayang.” bisik Jihoon kemudian ia menampar bokong Hyunsuk dua kali dengan keras.
“Ahh Jihoon!” teriak Hyunsuk dan membaringkan tubuhnya kembali. Rasanya sangat menyakitkan tapi membuat Hyunsuk semakin terangsang. Ia menyukainya.
Hyunsuk memejamkan matanya dan menggigit bibir bawahnya, menikmati kejantanan kekasihnya saat Jihoon memompa dan mempercepat dorongannya. Hyunsuk menggila. Suara teriakan Hyunsuk memenuhi dapur dan juga suara dari persatuan tubuh mereka.
“Ah, ah, ah! Mhmmm, Jihoon!”
“Kau begitu nikmat hyung.”
“Mhmm... Jihoon!”
“Ssttt... Kau berisik sekali hyung. Kurasa aku harus menutup mulut manismu itu.” ujar Jihoon terengah-engah, masih mendorong keluar masuk penisnya tanpa henti. “Anak-anak di dorm sebelah akan kemari dan menanyakan keadaan eommanya. Kau tidak mau ketahuankan jika eomma yang mereka banggakan sedang digagahi hebat oleh appanya, hm? Kau tidak mau itu terjadi kan? Kau juga tidak akan mau jika kita menghentikan ini.” gumam Jihoon yang tiba-tiba saja berhenti bergerak. Hyunsuk mengerutkan dahinya, klimaksnya tertunda sejenak.
Hyunsuk membuka matanya, melihat Jihoon meraih botol whipped cream di sebelah Hyunsuk, kemudian Jihoon menangkupkan wajah Hyunsuk dengan tangannya, kembali membuat gunungan lain di atas bibir Hyunsuk, memaksa yang lebih tua untuk membungkam mulutnya sendiri.
“Jangan jatuhkan lagi,” pinta Jihoon dan ia mulai melanjutkan dorongannya ke lubang milik kekasihnya.
Kaki Hyunsuk tidak bisa bergerak, mulutnya tidak bisa terbuka, dan Jihoon menyetubuhinya tanpa ampun. Hyunsuk meledak dan menemui pelepasan pertama. Cairan putih itu muncrat di atas perutnya. Ia lelah, capek tapi Jihoon tidak menghentikannya.
Jihoon melenturkan pinggulnya sehingga kejantanannya terus mendesak ke lubang sempit itu. Rasanya tak tertahankan dan Hyunsuk menjerit membuka mulutnya, membuat gunungan krim itu masuk ke dalam mulutnya dan ia menelannya bulat-bulat.
“Kau benar-benar tidak mendengarkanku, sayang...” Jihoon menampar bokong kekasih Hyunsuk lagi, membuatnya menggeliat dan hampir saja nyaris krim di atas lututnya terjatuh.
Jihoon bergerak mendekat pada Hyunsuk, menyebabkan krim di atas pusarnya tertindih oleh Jihoon, dan sekarang krim itu tersebar di perutnya dan juga di perut Jihoon. Tubuh mereka berdua menjadi lengket.
Jihoon menjilat sekitaran mulut Hyunsuk, turun ke leher, lalu ke kedua puting cokelat Hyunsuk yang tertutupi oleh krim. Ia menjalankan lidahnya dengan liar, seperti anjing yang kelaparan, berkali-kali mulut dan lidahnya mencium dan menjilat puting Hyunsuk. “Mhmm Jihoon...”
“Mmm... Cukie-cake... Kau rasanya begitu nikmat, sayang...”
Cukie-cake? Panggilan baru untuk Hyunsuk? Demi apapun, Hyunsuk menyukai panggilan terbarunya. Ia memerah.
Jihoon masih terus memompa tubuh Hyunsuk dan menjilati tubuh kekasihnya. Hyunsuk baru sadar bahwa sarapan Jihoon adalah tubuhnya.
Selang beberapa menit kemudian, Hyunsuk meraih pelepasannya yang kedua, namun kali ini diikuti oleh Jihoon.
Jihoon mendekap erat-erat ketika ia keluar di dalam lubang Hyunsuk.
“Oh! Hyunsuk!” erang Jihoon. Mereka terengah-engah, setelah itu Jihoon menjilati krim di lutut dan di paha Hyunsuk setelah menarik dirinya keluar.
Jihoon melirik jam di dinding menunjukkan sudah pukul 10.45 pagi, artinya Hyunsuk sudah hampir telat menemui Yang Sajangnim. Ia terkekeh, “Hyung kau telat, ini sudah pukul 10.45, haha.”
Hyunsuk mendecak kesal. “Sialan kau!”
“Ayo bangun. Aku akan membantumu mandi dan membersihkan krim di tubuhnya,” ajak Jihoon dengan lembut.
“Boleh. Jihoonie, gendong...”
“Siap sayang.”
“Ji?”
“Iya?”
“Selamat ulang tahun sayang-nya, Cukie”
“Terima kasih hyung. Terima kasih juga atas hadiah sarapan seks nya. Itu kado terindah untukku. Aku mencintaimu,”
Hyunsuk terkekeh karena penuturan Jihoon. “Haha baiklah. Aku juga mencintaimu, Hoonie.”
@clvrmnn