Cemburu

Tag: jealousy, harsh words, cheating, death thread but not really, mentioned cigarettes, slightly nsfw


Brengsek.

Suna Rintarou menggeram dalam hati kala Atsumu Miya tanpa permisi mencium bibir Sakusa Kiyoomi. “Wei, gue tau lo berdua pacaran, tapi gak usah cipak-cipok bisa kali.”

Itu bukan dari Suna, namun keluar dari Shibaru Kenjiro yang mencibir tak suka. Di sampingnya Osamu Miya tertawa. Bahagia sekali bajingan itu—kata seseorang yang mencuri kekasih sahabatnya. “Biasa, namanya juga bucin-bucin tolol.”

“Mulut lo bau rokok.” Sakusa mendorong bibir Atsumu menjauh, mengusap bibirnya sendiri menciptakan tawa.

Suna mengangkat gelas berisi minuman beralkoholnya, menyembunyikan senyum. Kediaman Terushima ramai, biasa ada acara bakar-bakar. Belum sempat menyalakan api untuk membakar jagung, sudah ada Suna yang terbakar api cemburu. Terlebih ketika ia melihat Atsumu mencuri-curi untuk memberi kecupan.

Sialan.

Brengsek.

Rasa-rasanya ia ingin membunuh Atsumu di sana. Suna cemburu, pada mudahnya Atsumu menyentuh Sakusa tanpa perlu sembunyi-sembunyi. Suna cemburu, pada Atsumu yang tanpa malu menarik dagu kekasih gelapnya untuk memberikan ciuman. Kekasih gelap yang penuh api cemburu.

Hah, lihat tatap mata keduanya bertemu dan Sakusa dengan kurang ajarnya malah sengaja mematik api amarah. Tangannya melingkar di leher Atsumu, sengaja memperdalam ciuman. Sengaja sekali agar ia marah.

Kalau itu mau Sakusa ia berhasil. Suna meremas gelas kertas di tangannya kemudian melemparnya sembarang. Ia berdiri, memberikan kode lewat tatap mata. Langkahnya santai menuju kamar di lantai dua

Rokok yang sengaja ia sisakan dinyalakan, membuat malam yang dingin setelah hujan jadi lebih hangat. Asapnya ia hembuskan, “Gak di sini, gak di sana. Sama-sama bau rokok. Lo pada emang bakal mati ya kalau gak ngerokok?”

Suna malah nyengir, punggungnya bersandar pada pagar pembatas. “But you love it.”

“Gak. Gue benci.” Balasnya sambil merebut rokok di jemari Suna.

Ah, sayang sekali, belum juga sampai setengah sudah direbut. Mati apinya sebab ditekankan pada dinding, menciptakan hitam di sana. Pandangan mata Suna masih terfokus pada Sakusa. Lihat, malam ini cantik sekali kekasihnya.

“Omong-omong,” katanya membuka pembicaraan. Sudut matanya melirik pada Sakusa. “Gue emang mungkin akan mati karena rokok, tapi pacar lo.” Ia berhenti menarik pinggang Sakusa mendekat. Agak mendongak ia saat berbisik, “matinya gara-gara gue cemburu, gimana?”

Sudut bibir Sakusa terangkat. Suna yang cemburu itu lucu. Ia menunduk, “jangan lah. Nanti lo jadi tersangka.”

“Kalau gitu cegah gue.” Balasnya.

Pasang mata segelap lautan itu bertemu. Saling menatap. Bibir hanya berjarak beberapa senti kemudian tak lama bertemu.

Ada marah, lapar, dan ingin yang tertahan di sana. Ada Suna dan rasa cemburu. Ada Sakusa yang menang atas perasaan cemburu tersebut.

Jangan tanya perihal hubungan, sebab sudah jelas berada dalam bayang. Jangan tanya soal hati, sebab itu perihal nanti. Tanyakan saja pada tubuh yang saling memeluk, berbagi hangat juga menukar putih.

Jangan tanya soal kekasih di bawah terangnya lampu, nanti Suna bisa cemburu.

You like it right?” Tanya Suna setelah bibir keduanya berpisah.

“Apa?” Balas Sakusa, suaranya serak.

Dua pipinya merah, membuatnya makin cantik di bawah temaram lampu. Sakusanya cantik sekali. “Bibirku, bilang kamu lebih suka milikku dibanding Atsumu.”

Sakusa melingkarkan tangannya di leher Suna, membalas dengan kecupan. “Suka.

Bibir kembali bertemu, menyesap manisnya cemburu dalam bayang.