inginkan aku — SakuAtsuHina

cw // harsh words , slightly (impliciy) nsfw (sex scene)


Hinata Shoyo berdiri di tengah lampu sorot dengan kaus tanpa lengan yang mencetak dada. Keringatnya turun, mencetak otot perut juga dadanya. Keringatnya turun, menciptakan sungai indah yang menagih untuk ditenggak.

Tubuhnya bergerak, tangan diangkat seolah menarik siapapun untuk mendekat. Gerakan tangannya membuat kaus yang ia gunakan terangkat. Rambutnya basah, bersinar di bawah lampu sorot, dalam tiap gerakannya yang makin lama makin terlihat sensual. Beberapa lelaki mulai mendekati, tanpa permisi menjamah. Menjelajahi jemari pada punggung juga lengan. Sengaja merasakan otot keras yang menggoda atau barang kali sekedar menyentuh bokong bulat yang berteriak memanggil.

Di tempatnya, Sakusa Kiyoomi menatap tajam pada Hinata yang kini melingkarkan tangannya di leher Atsumu Miya. Juga pada tatapan menggoda yang diberikan. Keduanya berada dalam kompetisi saling tatap dengan gairah sebagai pialanya.

Sialan. Sakusa bisa merasakan amarah dalam dirinya. Pun pada miliknya yang meronta sebab tempatnya merengkuh hangat digoda tanpa tahu pemiliknya siapa.

Keduanya saling menatap, saling menilai satu sama lain. Perihal hubungan? Katakanlah sangat kompatibel di atas ranjang. Perihal cemburu? Jangan bercanda. Cukup katakan tak menyukai jika miliknya disentuh.

Tubuh Hinata dan Atsumu terlalu dekat hingga titik saling bergesekan. Keduanya terlalu dekat hingga pada titik bibir mereka hampir bersentuhan. Ada geram yang tertinggal pada tatap mata yang membakar. Ah, brengsek. Pemandangan di hadapannya lebih membakar dibandingkan minuman beralkohol yang ia tenggak.

Sakusa menenggak minuman keras di cangkirnya dalam satu tegukan. Gelas terakhir itu dibanting keras ke atas meja, ia menderap menuju lantai dansa. Tangannya terulur, menarik Hinata dalam pelukan Atsumu yang malah dibalas tarikan bibir di sudut. “Heh, Sakusa-san kalau ingin berdansa harus mengantri.”

Atsumu tak membantu dengan tangan yang melingkar di pinggang Hinata. Sakusa tak suka. Juga pada si rambut kuning yang bersandar di kepala Hinata-nya.

Oh, Hinata menyukai bagaimana kelereng gelap itu berapi. Panas kecemburuan yang menyebar pada perlakuan. Tangannya yang ditarik ia hempas perlahan, sudut bibir masih bertahan menampilkan senyuman sinis. Oh, Hinata suka melihat topeng ketenangan pada diri Sakusa copot, luruh seluruhnya pada lantai dansa.

Sentuhan tangan Atsumu di pinggangnya pun ia lepas. Langkahnya mengalun, pelan dan penuh perhitungan menuju lampu sorot. Hinata menyukai ketika tatapan mata itu terfokus padanya. Pada gerak tubuhnya, pada tiap bulir keringat yang turun, juga pada tiap kali ia menoleh.

Hinata menyukai berada di lampu sorot, juga ada tatap menginginkan dari orang lain. Oh, favoritnya adalah tatapan panas membakar dari Sakusa Kiyoomi. Ia melirik, kembali melihat Sakusa yang menatap dari sisi lantai dansa.

Tubuhnya bergerak, sengaja bergesekan dengan orang asing yang tak ia tahu namanya. Membakar api pada mata yang menatapnya tajam. Jika tatapan bisa melucuti, pakaian Hinata telah tanggal sejak tadi.

Di sisi Sakusa, Atsumu berbisik. Lama keduanya tak berfokus padanya dan ia tak menyukainya. Namun, kala dua tangan itu menariknya, ia tak menolak. Sebab Sakusa menggodanya dengan suara rendahnya, “Can you take us, tonight?”

Dan tentu Hinata tak bisa menolaknya. Ia menyukai lampu sorot, namun mengambil tantangan dari keduanya bukan sesuatu yang buruk juga. Oh, lihat, Hinata menyukai bagaimana keduanya menatap penuh ingin untuk kemudian memenuhinya dalam-dalam.