Potions
Tsukishima Kei. Semua murid bahkan professor yang ada di Hogwarts mengenal siapa itu Tsukishima Kei. Murid terpintar di asrama Ravenclaw yang sekaligus juga seorang Prefect ideal menjadi aspek besar dalam kepopuleran seorang Tsukishima Kei.
Di tahunnya yang ke lima ini, entah sudah berapa poin yang ia ambil dari asrama-asrama karena penjagaannya yang ketat dalam menjalankan tugas menjadi seorang prefect. Kei juga termasuk kedalam Slug Club karena kepintarannya dalam mata pelajaran ramuan. Menjadi murid kesayangan Professor Slughorn adalah salah satu kebanggaan dari diri Kei, hingga pada akhirnya ada seorang dari asrama Slytherin merebut tempat “anak emas” dari Professor Slughorn.
Kuroo Tetsurou, nama itu selalu Kei ingat. Bagaimana tidak, disaat Kei ingin menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan Professor Slughorn, Kuroo Tetsurou selalu merebut kesempatannya hingga membuat mata Professor Slughorn yang awalnya menatap bangga kearahnya menjadi menatap mata Kuroo Tetsurou.
Kei tidak suka, sangat tidak suka. Ditambah karena asrama Slytherin selalu merebut kemenangan dari Ravenclaw dalam sebagian besar pertandingan quidditch maupun perlombaan yang lainnya.
Kei tidak pernah berbicara secara langsung dengan Kuroo Tetsurou selama berada dalam satu club yang sama. Semakin dirinya ingin memulai sebuah percakapan, perasaan aneh memenuhi dirinya sehingga membuat dia tidak jadi untuk memulai percakapan.
Menatap kesal kearah Tetsu, Kei menutup buku ramuannya dan berpindah ke tempat duduk yang berada di depan Kuroo Tetsurou. Melihat hal itu, menolehlah Tetsu ke arah Kei yang sekarang di depannya.
“Halo, Kei ya? Aku Tetsu,” sapa Tetsu dengan lembut.
“Kei.., Tsukishima Kei” jawab Kei dengan sedikit jeda di awal.
Terkekeh pelan, Tetsu semakin mencondongkan badannya kearah Kei dan kembali bertanya, “kamu ini prefect Ravenclaw ya? Temen-temenku banyak yang kena ambil poinnya karena kamu tau ahahaha, tapi emang salah mereka sih ribut di area Ravenclaw.”
“Maaf” Kei membalas dengan pelan,
“No! Don’t be!” Teriak Tetsu dengan spontan hingga semua yang berada di ruang ramuan itu menoleh kearah Tetsu dan Kei. Langsung tersadar dengan tingkahnya, Tetsu meminta maaf kepada murid yang lainnya.
“Why are you sorry? It’s not your fault to take someone’s housess poin” Tetsu berucap lembut kearah Kei, oh dan jangan lupakan mata kucingnya yang mengeluarkan ekspresi sedikit memelas. Melihat hal itu, muncul semburat merat samar di pipi Kei yang tidak disadari oleh keduanya.
“Okay class, sudah siap memulai club ini?” Professor Slughorn berucap secara tiba-tiba sembari dirinya berjalan ke meja kerjanya. Terkejut akan suara Professor Slughorn, Kei memutar badannya menghadap Professor Slughorn yang sudah berada di depannya.
Professor Slughorn membawa satu kuali ramuan tertutup, dan satu botol kecil ramuan. Selesai menata kedua ramuan itu, Professor Slughorn menatap kearah para murid club yang ada disana. “Di depan saya dan kalian terdapat dua jenis ramuan yang berbeda, apakah kalian ada yang tahu jenis ramuan apa yang saya bawa pada hari ini”
Kei mengangkat tangan dengan cepat dan menjawab “Amortentia, sir.”
Professor Slughorn terkesan dengan kecepatan dan ketepatan muridnya, “Apa itu Amortentia, Mr. Tsukishima?” tanya Professor Slughorn kepada Kei,
“Ramuan cinta paling kuat yang bisa membuat peminumnya merasa keberahian dan obsesi kepada pemberi ramuan. Konon ramuan ini memiliki bau yang berbeda pada setiap orang, menurut apa yang menarik bagi mereka.”
Kei menjelaskan menurut pemahamannya, dan hal itu memnuat Tetsu yang berada di belakangnya terkagum dengan sosok Tsukishima Kei.
“Benar yang dikatakan Mr. Tsukishima, ramuan ini tidak diperjual belikan secara umum karena efeknya.” Professor Slughorn menjelaskan lagi, kemudian tersenyum dan kembali berucap, “jika kalian mendengar apa yang Mr. Tsukishima ucapkan, tadi ada kata “konon” dalam kalimatnya and I want to tell you all, bahwa itu adalah kebenaran. Mr. Tsukishima, bisa bantu saya kedepan? Dan coba beritahu saya aroma apa yang kamu cium”
Kei berjalan kedepan meja ramuan, dan membuka tutup kuali ramuan. Terlihat jelas cairan berwarna silver metalic dengan sedikit warna merah muda. Dengan perlahan, Kei mendekatkan indera penciumannya ke arah kuali, kemudian kembali pada posisi berdiri tegak, dan menatap mata Professor Slughorn.
“sweet sugar, coconutt, a little bit of spicy and warm like cedarwood, fresh mint, and clean water.”
‘Perasaanku aja, atau emang itu baunya kaya aku’ Tetsu bertanya dalam hati, tidak terlalu memikirkan lebih jauh dan kembali fokus pada materi.
Professor Slughorn berterima kasih dan menyuruh Kei untuk kembali duduk ke tempatnya, kemudian menjelaskan sedikit tentang Amortentia atau ramuan cinta, dan memberi tugas untuk membuat ramuan draught of living death.
Ramuan itu sebenarnya sangat mudah, tetapi beberapa takaran dan cara pembuatan ramuan yang ada di buku tidak sesuai dengan aslinya sehingga banyak dari mereka yang gagal dalam membuat ramuan ini. Professor Slughorn sudah paham akan hal ini sehingga memberi sebuah pengumuman jika ada satu murid yang bisa membuat ramuan dengan baik, maka akan diberi hadiah ramuan kedua yang tidak lain adalah Felix Felicis atau ramuan keberuntungan.
Kei maupun Tetsu semakin bersemangat untuk membuat ramuan dengan baik.
Tetapi keberuntungan tidak berpihak kepada Kei, karena ramuannya gagal seperti murid yang lain. Dan hari itu, hanya satu murid yang berhasil membuat ramuan dengan baik atau bahkan sempurna. Murid itu adalah Kuroo Tetsurou, rival Kei dalam Slug Club.
Empat bulan berlalu sejak pertama mereka berbicara satu sama lain, sudah empat bulan juga Kei dan Tetsu berteman baik. Saling membantu ketika berada di club (kecuali ketika ada hadiah), Kei menonton dan mendukung quidditch Tetsu, dan Tetsu yang membantu Kei dalam tugas prefectnya.
Lambat laun, perasaan Kei kepada Tetsu semakin besar dan Kei semakin takut untuk mengungkapkannya. Selain karena Tetsu sangat populer di Hogwarts, Kei juga tidak ingin pertemanannya dengan Tetsu hancur karena masalah percintaan. Tetapi saat itu, Kei melakukan sesuatu yang diluar pemikirannya.
“Tooru, pembuatan Amortentia berapa lama sih?” Tanya Kei secara tiba-tiba menyebabkan temannya yang bernama Tooru itu terkaget.
“Mau buat siapa itu ramuan, Kei? Pengedarannya aja dilarang masa lu mau buat sih”
Kei memutar mata malas, “Buat tugas gua, pinter. Ngapain juga bikin Amortentia, bukan diri gua itu kalo bikin gituan, mending bikin Felix Felicis biar keberuntungan ada di gua terus.”
Tooru tertawa akan penjelasan Kei, kemudian menjelaskan apa yang ditanyakan Kei tadi.
Kei bohong. Dia berbohong. Dia ingin membuat ramuan Amortentia, dan keinginannya sudah bulat.
Satu bulan kemudian
Kei sedang berada di ruang kelas ramuan untuk menyempurnakan Amortentia buatannya. Ia secara diam-diam selama satu bulan berusaha membuat ramuan tujuannya untuk tingkat kesempurnaan yang baik, lebih baik dari apa yang dijual di pasar gelap luar sana.
“Ngapain, Kei?”
Suara Tetsu mengejutkan Kei hingga secara spontan menutup kuali ramuannya,
“Ngagetin aja sih, ini lagi bikin ramuan healing paste soalnya Tooru kakinya kena luka bakar” jelas Kei.
Tetapi Kei berbohong, lagi. Kaki Tooru tidak terkena luka bakar. Dan jikapun terkena luka bakar, Tooru bisa ke hospital wings yang ada di Hogwarts.
“Oh oke, gws buat Tooru ya. Aku pergi dulu, ada latihan quidditch. Bye Ke-”
“Tetsu!” Kei memotong ucapan Tetsu tadi,
“Ya?”
“Besok, mau ke Hogsmaede? Aku dapet nilai outstanding di mata pelajaran ramuan, aku mau ajak kamu minum butterbeer” ucap Kei pelan,
“Sure, besok aku jemput di tangga menara asrama Ravenclaw ya? Bye Kei!” Ucap Tetsu sebelum dirinya pergi.
Lagi-lagi Kei berbohong. Entah sudah berapa kebohongan yang ia ucapkan, hanya berharap semoga besok rencana nya berjalan sempurna.
Keesokan harinya, Tetsu menjemput Kei seperti yang sudah direncanakan kemarin.
Mereka berjalan menikmati suasana Hogwarts yang sedang merayakan hari libur peringatan The Battle of Hogwarts.
Perjalanan dari menara Ravenclaw hingga ke Hogsmaede memang jauh, tapi entah kenapa kedua insan ini merasa perjalanan mereka terlalu dekat. Atau hanya karena mereka menikmati makanya terasa cepat. Entahlah, hanya mereka yang tau.
Tetsu dan Kei sampai di Hogsmaede dan langsung ke The Three Broomsticks untuk memesan butterbeer.
Kedua butterbeer mereka sudah disajikan di meja, tetapi belum ada yang meminum. Entah kenapa suasana terasa canggung, sehingga Tetsu meminta izin untuk pergi ke toilet.
Ketika Tetsu berada di toilet, Kei menuangkan Amortentia kedalam minuman Tetsu. Dan tidak lama setelah itu, Tetsu kembali ke tempat duduk mereka.
“Ayo minum” Kei berucap untuk menurunkan kecanggungan di antara mereka.
Mereka tertawa pelan kemudian minum butterbeer yang sudah mereka pesan. Kei minum sembari melihat kearah Tetsu dengan pandangan cemas,
“Apa butterbeer hari ini rasanya terasa berbeda?” Tanya Tetsu pelan kepada Kei yang hanya dibalas tatapan (pura-pura) bingung Kei.
“Atau ini kah rasanya Amortentia bikinan sendiri” ucap Tetsu secara tiba-tiba hingga menyebabkan Kei tersedak butterbeernya sendiri.
Kei menatap horor manusia dihadapannya yang sedang memasang wajah jahil. Rasa malu dan terkejut Kei sangat besar hingga menyebabkan wajahnya terasa panas dan memerah.
Tetsu tertawa melihat reaksi Kei,
“Aku tau kamu bikin Amortentia, tapi aku baru tau kalau kamu bikinnya buat aku” ucap jahil Tetsu membuat Kei semakin malu,
“Gimana kamu tau?” Tanya Kei,
“Aku dari bulan lalu ngerasain hal yang aneh sih dari kamu, dan kemarin waktu aku nyamperin kamu di kelas, aku kecium bau something yang aku percaya kalau itu Amortentia. Tapi kamu dengan alibi yang bagus, lumayan membuatku terkesan. Dan tiba-tiba, kamu mengajakku minum butterbeer yang dimana kamu kurang suka sama rasanya. Jadi tadi aku ke toilet untuk minum Felix Felicis yang Professor Slughorn kasih bulan lalu.” Jelas Tetsu dengan senyum jahilnya yang tidak lepas dari wajahnya.
“Lagian kenapa harus pake Amortentia sih, kenapa kamu ga bilang lang–”
“Aromanya” potong Kei,
“Hah?”
“Aroma yang kamu cium kemarin waktu kamu percaya aku bikin Amortentia apa?”
“Strawberry shortcake” jawab Tetsu dengan lembut,
Kei kaget. Itu wanginya. Tapi ia tidak yakin, hingga kalimat Tetsu selanjutnya,
“I love you, Kei. I like you since we first met. And I know that you like me too, but I didn't expect that you would use Amortentia on me.”
“I'm sorry..” ucap Kei pelan
“Dimaafin kalo kamu jadi pacarku” ucapan Tetsu sukses membuat Kei yang awalnya menunduk menjadi terangkat menatap kearah mata Tetsu.
“Jadi pacarnya Tetsu, mau ya? Tetsu suka Kei, jadi Kei mau ya jadi pacarnya Tetsu?” Tanya Tetsu lembut tanpa melepas kontak matanya dengan Kei.
Kei mengangguk pelan, “Iya. Iya Kei mau jadi pacar Tetsu” Ucap Kei final kepada Tetsu.
Mereka tertawa bahagia, untuk beberapa saat sebelum,
“Yah, Kei berarti ini butterbeer gabisa diminum dong, kan udah ada campurannya”
Lagi-lagi, senyum jahil Tetsu muncul membuat Kei kembali malu. Kemudian Tetsu tertawa mengejek Kei yang berakhir dilempar tas oleh Kei.
Kei bahagia, dia bisa mendapatkan apa seseorang yang dia sukai. Meskipun caranya salah dan gagal, tapi perasaannya tidak gagal dan terbalaskan.
Fin.