#sampaikan pada renja, si perengkuh bahu sekuat baja
Apa kabar?
Salam awal terlupakan, karna tuju tulisan ini cuma sampaian kerinduan.
Buat renja, yang karvanya mampu buat hati berantakan.
Masih sering terbayang lekuk manis dua sisi yang dulunya sering jadi candu waktu dini hari. Karna serius, renja, nikotin mahal kualitas premium pun kalah kalau kamu singgungkan bahagia lewat ekspresi.
Kupu-kupu tak jadi terbang, malu, takut kalah saing dengan pesonamu.
Waktu kamu tawarkan bahu kala senduku mendayu-dayu, aku saat itu langsung sadar kalau titik jatuhku ada di kamu.
Aku jatuh, melumpuh, pertahanan waktu utuh tak mau lagi nampak kukuh.
Dia melebur terbuai rengkuh.
Aku dapat semua huru hara perasaan yang menggelora, belajar jatuh cinta, belajar kenal rasa, kamu tuntun tanpa tergesa aku yang waktu itu terjebak dunia fana.
Jenandra si buta rasa, mati hatinya, gelap jiwanya, jadi kenal bahagia.
Karena kamu, renja.
Kamu dan hati baikmu penopang aku si tukang onar yang hidupnya berantakan.Penuh cacian, biasa oleh cemooh tak berperikemanusiaan.
Sekarang kemana perginya?
Katanya, kamu letih ya? Kenapa tidak coba bersandar, rehat sejenak, tarik nafas sesaat.
Kamu sampaikan begitu sama aku, renja ingat tidak?
Kamu bilang jangan memaksa, bahagia ada waktunya, jadi cukup nikmati semua prosesnya dan syukuri apa yang sudah ada.
Kamu sampaikan begitu, renja, waktu aku bilang semesta tukang bohong, kamu sampaikan kalau hatiku saja yang terasa kosong, jadi menolak semua yang tuhan beri sebagai penolong.
Kamu boleh pakai bahu aku buat rehat.
Boleh pinjam raga aku buat pelindung.
Boleh genggam jari aku kalau ragu mulai mengganggu.
Boleh, boleh kok, renja.
Tapi kenapa malah memilih kabur?
Kamu malah pergi ninggalin hati yang udah terlanjur terisi.
Jauh, saking jauhnya sampai netraku kabur waktu coba telusuri jalur. Kepalaku pening menerka-nerka kemungkinan jahat penyebab perginya kamu.
Renja, kamu cerah berseri, tolong jangan redup cuma karna ucapan orang-orang berhati mati.
Renja, kamu sekuat baja, ayo lebih dewasa dengan pahami keadaannya.
Jangan kabur, jangan pergi.
Aku siap jadi ufuk buat kamu pulang kalau waktu sudah bergeser petang. Menepuk kepala dipangkuan, menggenggam jemari indah untuk penenang, mengusir semua yang risak dari hati yang sudah hampir rusak.
Karna waktu aku tatap bola mata sayu saingan purnama itu, aku temukan bintang yang sedang menari-nari. Ada pelangi yang indah berseri, ada hidup yang selama ini aku cari-cari.
Renja, kalaupun kamu pergi berkunjung ke asterik pun, kamu akan tetap aku temukan.
Jadi, daripada letih berlari, ayo kembali.
Atap teduh buatan kita sudah hampir jadi.
Salam aku, catatan kusam simpananmu yang masih siap diisi lembar baru, jenandra.