crystalfliexs


Alhaitham menyesali keputusannya untuk bergabung dengan Cyno pergi ke festival imondfest ini bersamanya. Entah keinginan apa yang mendoronya untuk pergi, lebih baik menghabiskan waktu dirumah dengan membaca buku atau sekedar bertukar pesan dengan teman teman online nya.

namun tak begitu buruk baginya, Sebab ia dapat melihat kaveh dari tempatnya. tak begitu jauh namun cukup jauh untuk Kaveh menangkap Alhaitham yang tengah memperhatikannya terus. Kaveh tak lagi peduli dengan eksistensi roomate dorm nya tersebut lagi. Masa bodoh, mereka juga tak terlalu dekat kok. Kadang ketika berada di Dorm hanya saling sapa lalu masuk ke kamar masing masing. Terkadang pun seperti kelu lidah mereka untuk sekedar bertukar sapa.

Giliran Diluc dan Band nya, DCKZ, Diluc, Childe, Kaeya dan Zhongli. Entah siapa yang mengusulkan nama itu. Mereka membawakan beberapa lagu orisinil mereka dan mengcover beberapa lagu juga. Salah satunya lagu 2112, Reality club. Mereka membawakan lagu itu dengan seorang soloist Wanita yang sepertinya sebentar lagi akan menjadi bagian dari Mereka, Lumine namanya. Kekasih Nilou.

Euforia langsung memenuhi hati Kaveh, salah satu lagu favoritnya. Alhaitham yang melihat Kaveh begitu bahagia hanya mencoba membaca situas, ia tak mengerti apa yang sedang terjadi disini. Kenapa Kaveh terlihat begitu bahagia? Apa 2112? Reality club? Isi kepala Alhaitham di penuhi tanda tanya.

“sorry?”

———

albedo tertidur setengah sadar, matanya terkadang terbuka dan terkadang tertutup. ia tidak bisa tidur dengan nyenyak karena banyak orang yang berlalu lalang di depan uks. ia sebenarnya tidak nyaman berbaring disini namun apa boleh buat, kepalanya sangat sakit bahkan ia hampir saja muntah.

saat mata albedo terbuka segaris ia melihat siluet dari seseorang berambut biru yang di ikat tinggi. mirip kaeya, pikirnya. orang itu tidur di ranjang kosong di samping ranjang tempat ia berbaring.

tak peduli, ia kembali memejamkan matanya, mulutnya terbuka sedikit agar membantunya bernafas lebih baik. ia masih bisa mendengar orang orang yang berbicara di sekitarnya sampai seseorang menyumbat telinga nya dengan earphone dan memutar lagu lagu yang ia kenal. lagu ini berasal dari playlist miliknya.

albedo membuka matanya perlahan, menatap pelaku yang menyumbat telinganya dengan tatapan sayu. matanya kemudia berkaca kaca melihat wajah yang kini mungkin hanya berjarak 10 cm dari wajahnya. ia tidak salah lihat siluet itu ternyata, itu benar benar kaeya.

“k-kak...” rintihnya, air mata rindu menetes satu demi satu bulir meluncur melewati pipinya chubby nya. ia kemudian memeluk tangan milik kaeya yang masih membeku habis menyumbat earphone putih itu di telinga albedo. air mata albedo membasahi lengan kaeya.

“tidur, ntar pulang gua bangunin” ucap kaeya dingin tanpa menatap albedo. albedo menggeleng sembari mempererat pelukannya pada tangan kaeya.

“maaf...” lirihnya yang kemudian di balas decihan oleh kaeya. kaeya kemudian menarik tangannya dari pelukan albedo, tidak secara kasar namun ada arti tersirat bahwa kaeya tidak suka dengan apa yang albedo lakukan barusan. albedo hanya menatapnya sendu, namun seakan tidak peduli, kaeya kembali ke ranjang kosong di sebelahnya lalu membuka buka komiknya tanpa mengidahkan albedo yang sedang menatapnya.

“tidur” kata kaeya dingin. albedo menghela nafas, untuk menatapnya saja kaeya enggan.

“hp kakak gimana?” tanya albedo.

“nanti kan gua ambil, ga usah terlalu di pikirin. ga penting juga” ucap kaeya sembari membaca buku komik nya.

albedo hanya menunduk kemudian kembali membaringkan tubuhnya sembari mendengarkan lagu lagu dari hp milik kaeya. bahkan tak terasa ia sebentar saja terlelap.

kaeya sesekali melirik kearah albedo yang terlelap. kalau boleh jujur, ia sangat rindu albedo namun apa boleh buat. gengsi membuatnya menahan rindu yang kian terasa sesak.

ia memutuskan untuk tidur di ranjang sebelah albedo, sembari menghadap si manis yang sudah tertidur meringkuk. menatapnya hingga mengantar dirinya ke dunia mimpi.

“eh itu si rambut biru gatau malu banget ga sih wkwkwk, padahal kakak nya termasuk orang yang paling di segani di sini kok ini adeknya malah seenak jidat ngebully anak orang”

“gatau diri banget, ga pernah di ajarin etika kali”

“sok kegantengan tau, freak”

“sick banget, katanya dia suka sama albedo tapi albedo nya malah suka sama xiao jadi dia ngelakuin itu. serem ya”

Kaeya mendengar semuanya walaupun telinganya tersumpal oleh earphone, padahal ia sengaja mendengar lagu saat melewati koridor sekolah hanya untuk menghindari mendengar hal hal yang tak mengenakkan.

Kaeya berjalan menuju lokernya, lalu membuka lokernya yang sudah berisi tumpukan sampah kertas dan tulisan tulisan dengan kata kata yang tidak baik. ia tidak peduli, dengan santainya ia membuang semuanya ke tong sampah dan kembali menyusun buku dan hendak berjalan menuju kelasnya.

langkahnya terhenti ketika ia melihat dari kejauhan albedo yang terlihat kelelahan dengan lingkar mata hitam dan wajahnya yang benar benar murung. kaeya tidak cukup percaya diri untuk berfikir bahwa alasan albedo murung adalah karena nya.

“Kak kaeya!” albedo baru sadar bahwa kaeya sedari tadi memperhatikannya dari kejauhan. bahkan kini ia berlari kearah kaeya. Kaeya kemudian segera beranjak dari tempat dimana ia berdiri sekarang menuju kelasnya tanpa mengidahkan seruan albedo.

“Kak!!” panggil albedo sekali lagi, berharap kaeya untuk berpaling ke arahnya namun lagi lagi ia gagal.

kaki albedo tidak sanggup lagi untuk di paksakan berlari sehingga lantai terasa licin dan ia terpeleset. membuat jaraknya antara kaeya semakin jauh. bahkan kaeya sama sekali tidak menoleh ke arahnya, mereka benar benar seperti orang asing.

mata albedo berkaca kaca, ia ingin menangis namun tidak di tempat yang seperti ini sekarang. setidaknya di tempat yang lebih sepi.

“Al gapapa?” Xiao datang lalu membantu albedo berdiri. Albedo kemudia mengangguk kemudian menepuk nepuk celananya mana tau ada noda lantai yang tertinggal di celananya.

“gapapa kak, aku permisi ya” ucap albedo lalu segera meninggalkan xiao yang berdiri seperti patung di sana dan menatap albedo tidak percaya. Xiao mengepalkan tangannya melihat albedo yang sekarang terlihat acuh tak acuh terhadapnya atau jangan jangan albedo sudah tau bahwa ia dalang di balik semuanya?

——

“eh al, kenapa nih? kok mau ketemu sekarang ga nanti aja pas ma-”

srakk!

albedo melempar potongan kertas itu tepat pada dada kaeya membuat si tinggi berambut biru itu terkejut bukan main hingga ia membelalakkan matanya menatap albedo tidak percaya.

“al??”

“kakak berengsek tau gak!! aku benci banget sama kakak” ucap albedo dengan tangan terkepal di kedua sisi tubuhnya dan mata berkaca kaca, air matanya sudah membendung tinggal menunggu tumpah saja.

“bukan —”

“bukan apanya?! aku jelas jelas denger sendiri temen sekelas kakak ngomong kalau kakak yang ngelakuin itu semua! kakak gatau seberapa keras aku kerjain ini semua hah?! Cape tau kak!” Ucap albedo, tanpa sadar satu tetes air mata lolos dari tampungan kelopak matanya. Kaeya kemudian mengutip kertas yang kini telah berserakan di atas lantai.

“Al...”

“JAHILNYA KELEWATAN TAU GA KAK! AKU BENCI BANGET SAMA KAKAK, AKU GAMAU NGELIAT KAKAK MUNCUL DALAM PANDANGAN KU LAGI, AKU NYESEL BANGET KENAL KAKAK” ucap albedo sembari meremat ujung kemeja sekolahnya. Kaeya membeku di tempatnya, cukup mengejutkan mendengar kalimat menyakitkan itu keluar dari mulut albedo. Tatapannya menatap albedo penuh luka. Ekspresi wajah kaeya menggambarkan perasaan hatinya sekarang. Ia kemudian menundukkan kepalanya mengutip kertas yang albedo lempar dan berserakan tadi, ia memegang pergelangan tangan albedo lalu menaruh lembaran kertas itu di atas telapak tangan albedo. Ia kemudian menarik nafas panjang.

“Yaudah, kalau lu mikirnya gue yang ngelakuin ini semua maafin gua ya al. Tapi gua berani bersumpah, gua engga tau sama sekali tentang ini al. Masalah lo gamau ngeliat gua lagi, oke deh gua kabulin. Gua bakal berusaha engga muncul di hadapan lo lagi, kalaupun ketemu mulai sekarang gua bakal pura pura ga kenal lo.” Ucap kaeya lalu melepaskan genggaman tangannya pada tangan albedo, ia kemudian tersenyum pahit.

“Maafin gua al, tapi sebelum kita ngejauh lagi, can u let me just...” kaeya kemudian mendekatkan wajahnya dengan albedo, menempelkan bibirnya di pipi albedo mendiamkannya sejenak lalu kembali membuat jarak di antara mereka.

“Maaf ya, gua takut gua ga pernah bisa ngecium lo heh. See ya, i guess?” ucapnya masih dengan senyum yang sama, bahkan ia tersenyum hingga matanya menyipit lalu meninggalkan albedo dengan perasaan yang teramat sesak didada keduanya.

Ketika punggung kaeya menghilang dari pandangannya, albedo terduduk di tempatnya. Lalu Menutup mulutnya untuk meredam suara tangisnya yang akhirnya lepas juga setelah ia tahan sedari ia bicara dengan kaeya.

“eh al, kenapa nih? kok mau ketemu sekarang ga nanti aja pas ma-”

srakk!

albedo melempar potongan kertas itu tepat pada dada kaeya membuat si tinggi berambut biru itu terkejut bukan main hingga ia membelalakkan matanya menatap albedo tidak percaya.

“al??”

“kakak berengsek tau gak!! aku benci banget sama kakak” ucap albedo dengan tangan terkepal di kedua sisi tubuhnya dan mata berkaca kaca, air matanya sudah membendung tinggal menunggu tumpah saja.

“bukan —”

“bukan apanya?! aku jelas jelas denger sendiri temen sekelas kakak ngomong kalau kakak yang ngelakuin itu semua! kakak gatau seberapa keras aku kerjain ini semua hah?! Cape tau kak!” Ucap albedo, tanpa sadar satu tetes air mata lolos dari tampungan kelopak matanya. Kaeya kemudian mengutip kertas yang kini telah berserakan di atas lantai.

“Al...”

“JAHILNYA KELEWATAN TAU GA KAK! AKU BENCI BANGET SAMA KAKAK, AKU GAMAU NGELIAT KAKAK MUNCUL DALAM PANDANGAN KU LAGI, AKU NYESEL BANGET KENAL KAKAK” ucap albedo sembari meremat ujung kemeja sekolahnya. Kaeya membeku di tempatnya, cukup mengejutkan mendengar kalimat menyakitkan itu keluar dari mulut albedo. Tatapannya menatap albedo penuh luka. Ekspresi wajah kaeya menggambarkan perasaan hatinya sekarang. Ia kemudian menundukkan kepalanya mengutip kertas yang albedo lempar dan berserakan tadi, ia memegang pergelangan tangan albedo lalu menaruh lembaran kertas itu di atas telapak tangan albedo. Ia kemudian menarik nafas panjang.

“Yaudah, kalau lu mikirnya gue yang ngelakuin ini semua maafin gua ya al. Tapi gua berani bersumpah, gua engga tau sama sekali tentang ini al. Masalah lo gamau ngeliat gua lagi, oke deh gua kabulin. Gua bakal berusaha engga muncul di hadapan lo lagi, kalaupun ketemu mulai sekarang gua bakal pura pura ga kenal lo.” Ucap kaeya lalu melepaskan genggaman tangannya pada tangan albedo, ia kemudian tersenyum pahit.

“Maafin gua al, tapi sebelum kita ngejauh lagi, can u let me just...” kaeya kemudian mendekatkan wajahnya dengan albedo, menempelkan bibirnya di pipi albedo mendiamkannya sejenak lalu kembali membuat jarak di antara mereka.

“Maaf ya, gua takut gua ga pernah bisa ngecium lo heh. See ya, i guess?” ucapnya masih dengan senyum yang sama, bahkan ia tersenyum hingga matanya menyipit lalu meninggalkan albedo dengan perasaan yang teramat sesak didada keduanya.

Ketika punggung kaeya menghilang dari pandangannya, albedo terduduk di tempatnya. Lalu Menutup mulutnya untuk meredam suara tangisnya yang akhirnya lepas juga setelah ia tahan sedari ia bicara dengan kaeya.

“eh al, kenapa nih? kok mau ketemu sekarang ga nanti aja pas ma-”

srakk!

albedo melempar potongan kertas itu tepat pada dada kaeya membuat si tinggi berambut biru itu terkejut bukan main hingga ia membelalakkan matanya menatap albedo tidak percaya.

“al??”

“kakak berengsek tau gak!! aku benci banget sama kakak” ucap albedo dengan tangan terkepal di kedua sisi tubuhnya dan mata berkaca kaca, air matanya sudah membendung tinggal menunggu tumpah saja.

“bukan —”

“bukan apanya?! aku jelas jelas denger sendiri temen sekelas kakak ngomong kalau kakak yang ngelakuin itu semua! kakak gatau seberapa keras aku kerjain ini semua hah?! Cape tau kak!” Ucap albedo, tanpa sadar satu tetes air mata lolos dari tampungan kelopak matanya. Kaeya kemudian mengutip kertas yang kini telah berserakan di atas lantai.

“Al...”

“JAHILNYA KELEWATAN TAU GA KAK! AKU BENCI BANGET SAMA KAKAK, AKU GAMAU NGELIAT KAKAK MUNCUL DALAM PANDANGAN KU LAGI, AKU NYESEL BANGET KENAL KAKAK” ucap albedo sembari meremat ujung kemeja sekolahnya. Kaeya membeku di tempatnya, cukup mengejutkan mendengar kalimat menyakitkan itu keluar dari mulut albedo. Tatapannya menatap albedo penuh luka. Ekspresi wajah kaeya menggambarkan perasaan hatinya sekarang. Ia kemudian menundukkan kepalanya mengutip kertas yang albedo lempar dan berserakan tadi, ia memegang pergelangan tangan albedo lalu menaruh lembaran kertas itu di atas telapak tangan albedo. Ia kemudian menarik nafas panjang.

“Yaudah, kalau lu mikirnya gue yang ngelakuin ini semua maafin gua ya al. Tapi gua berani bersumpah, gua engga tau sama sekali tentang ini al. Masalah lo gamau ngeliat gua lagi, oke deh gua kabulin. Gua bakal berusaha engga muncul di hadapan lo lagi, kalaupun ketemu mulai sekarang gua bakal pura pura ga kenal lo.” Ucap kaeya lalu melepaskan genggaman tangannya pada tangan albedo, ia kemudian tersenyum pahit.

“Maafin gua al, tapi sebelum kita ngejauh lagi, can u let me just...” kaeya kemudian mendekatkan wajahnya dengan albedo, menempelkan bibirnya di pipi albedo mendiamkannya sejenak lalu kembali membuat jarak di antara mereka.

“Maaf ya, gua takut gua ga pernah bisa ngecium lo heh. See ya, i guess?” ucapnya masih dengan senyum yang sama, bahkan ia tersenyum hingga matanya menyipit lalu meninggalkan albedo dengan perasaan yang teramat sesak didada keduanya.

Ketika punggung kaeya menghilang dari pandangannya, albedo terduduk di tempatnya. Lalu Menutup mulutnya untuk meredam suara tangisnya yang akhirnya lepas juga setelah ia tahan sedari ia bicara dengan kaeya.

–––

“hah...” albedo menghelai nafas kasar, wajahnya terlihat masam. ia lalu meng-lock ponselnya dan menyimpannya di dalam kantong celana seragamnya.

“kenapa al? gara gara menfess tadi?” tanya kaeya yang sibuk dengan kotak bekalnya, albedo hanya mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun.

“udah, jangan di pikirin. nih” kaeya menyodorkan sendok untuk di pakai albedo.

“bisakan pake sendok aja, atau mau garpu nya juga??” tanya kaeya, albedo mengangguk tidak yakin. bukan karena ia tidak bisa makan hanya menggunakan sendok, ia memikirkan bagaimana cara kaeya makan hanya dengan menggunakan garpu.

“kak”

“hmm?” kaeya menolehkan kepalanya, menatap mata biru kehijauan milik albedo.

“kakak gimana makannya?” tanya albedo khawatir dan tidak enak, sedikit.

“gua makan dikit doang, pake garpu ya fine fine aja. gua udah sarapan tadi pagi, lu belum kan?” albedo mengangguk lalu menunduk menatap kotak bekal yang disodorkan kaeya untuknya.

“ini gua yang buat, gausah lu habisin kalau lu ga suka atau ga enak. entar kita cari roti di minimarket di samping sekolah” ucap kaeya.

“eh?? aku habisin??” tanya albedo.

“sisain kalau lu ga sanggup habisinnya, gua yang makan sisanya.” albedo menerima dengan setengah hati kotak bekal milik kaeya.

“ga laper kak?”

“duhh, makan aja kenapa sih. nanya mulu”

“ini kan punya kakak ya kali aku yang makan semuanya” albedo memajukan bibirnya kesal.

“gua sengaja masakin itu untuk lo, karena gua tau sipat lu tuh jelek banget. suka skip sarapan” gumam kaeya, terdengar seperti orang sedang ngelantur. namun beberapa kalimatnya terdengar jelas di telinga albedo. membuatnya menundukkan wajahnya, bersembunyi dari kaeya lalu tersenyum sembari semburat merah menghiasi pipi chubby nya.

“kak, ayo makannya barengan” ajak albedo, sembari tersenyum kecil. Kaeya malah melamun, ia terpukau lagi lagi melihat senyum yang terlukis di wajah manis itu.

“kak...”

“eh sorry sorry, iya. ayo makan bareng” ucap kaeya sembari membalas senyum albedo, lalu entah kenapa mereka berdua sama sama tertawa kecil karena malu. albedo makan dengan sendok, sedangkan kaeya makan dengan garpu. walaupun sedikit sulit makan dengan garpu, namun kaeya senang dapat melihat albedo makan dengan lahap di sampingnya.

“enak ga??”

“enak banget!! aku kira bakal keasinan” ucap albedo sembari mengunyai nasi goreng dan omelet ala kaeya. kaeya tertawa mengejek.

“jahat banget” yang dibalas cengiran oleh albedo.

“pelan pelan aja cil makannya, gausah kaya babi gituu ahahahah”

“kak kaeya sifat anjingnya hilang dulu sebentar boleh ga??padahal tadi hampir aja aku suka sama kakak”

“hah?”

“eh?”