dekhyuckie

NAKAL | 21. Bebek atau buttplug

Cw : mentions of property (bebek karet), anal sex.


“Engh–”

Setelah tawar menawar tadi, kini keduanya tenggelam dalam euforia.

Mereka saling menggesek, sementara Nana sedang menengadah dengan liur menetes melewati tubuh tanpa atasan.

“hik!” nana memekik kala tangan kekar noje menurunkannya dari pangkuan, membimbingnya tidur untuk posisi nyaman dan merilekskan.

Noje cekatan melepas semua kain yang menempel ditubuhnya. Untuk tadi, tidak terlalu ribet karena Nana hanya memakai kaos.

“Kayaknya kita butuh lube” antara benar atau tidak, Noje pernah bertanya tentang itu kepada Bagas. Awalnya akan terasa sakit, jadi Noje butuh pelumas atau sesuatu untuk melicinkan jalur senggamanya.

“Di situ, coba cari.” Nana menunjuk meja penuh perawatan kulit, lebih tepatnya menunjuk ke laci meja tersebut.

Eits, Nana tentu punya. Jangankan lube, borgol BDSM pun Nana ada. Hanya saja, dia tidak tau dengan siapa memakainya selain untuk properti foto. Selain itu, Nana emang masokis.

Noje dengan mudah mengetahui apa itu lube, dari bentukannya yang cukup vulgar lah yang membuat Noje paham itu lube.

“Strawberry? Loh emang ada rasanya?” Tanya Noje penasaran, melupakan Nana yang kepanasan. Wajar, ini kali pertama Noje menggunakan lube.

“CK, lama” tangan Nana merebut botol merah itu, sambil mengeluarkan penis Noje dan menumpahkan lube di telapak tangannya kemudian diusapkan pada kejantanan Noje yang setengah menegang.

“Ah-” sensasi dingin bikin Noje kegelian, ditambah si manis di depan yang menjilati pusat Noje.

“Rasanya bener strawberry? Bukannya Lo gak suka?” Bukannya mendapat jawaban, malah Nana berhenti sebentar.

Pipi Nana sakit, sudah lumayan lama Nana mengoral namun Noje tak kunjung keluar.

Plop

Nana melepas kulumannya, tidak biasanya Noje susah keluar begini.

“Pegel! Lo coli sendiri sana!” Mood Nana menurun, sebelum Noje dengan mudah membalikkan kata-katanya. Bikin Nana salting dan pengen langsung ketahap intinya.

“Soalnya gue pengen keluar di dalem”

Kegiatan mereka tertunda lama karena Noje idiot itu!. Meminta Nana mencari mainan bebeknya? Yang bahkan udah lama banget gak di ajak Nana mandi. Karena bebek itu teman mandinya, dan juga foto itu sudah lama.

Dengan tubuh polos dan penis menegang melawan gravitasi, serta bibir yang mengerucut marah, Nana melemparkan bebek-bebekannya ke Noje yang duduk di kasur sambil mengocok penisnya sendiri.

Noje tambah terangsang melihat Nana berjalan-jalan dengan penis mungilnya yang lucu.

“Tuh! Buat apasih?!” Kesal Nana. Dirinya juga pusing karena mainan itu udah Nana lupakan dulu.

“Cup cup, sini” Noje menepuk kasur disampingnya. Segera Nana mendekat, dia juga tak tahan melihat kejantanan Noje yang menegang tebal dan berurat.

Kini mereka duduk berhadapan, lalu Noje mengawali untuk berciuman. Pelan namun pasti, Noje berhasil merebahkan Nana. Kaki Nana dibuka lebar, menampung Noje yang bergerak brutal diatasnya.

“Nungging” mutlak Noje, permintaan seperti ini sudah biasa buat mereka. Namun kali ini..., untuk pertama kali Noje berani bermain dengan lubangnya.

“Ungh...” Desahan lolos dari bibir Nana kala lube dingin menyapa lubangnya, ditambah tiupan Noje yang semakin membuat Nana kacau.

“Akh!”

Sekiranya seperti itu, saat jari panjang Noje berusaha menerobos. Bukan main, Noje langsung memasukkan dua jarinya. Nana rasa lubangnya bisa sobek.

Mata berair Nana menatap Noje dengan kesal.

“Satu-satu bego! Sakit!” Nana maklum. Ini pengalaman pertama orang straight making out.

Noje mengangkat bahunya acuk, tidak mengindahkan perkataan Nana, terbukti dengan 3 jari Noje yang bertengger manis di anal Nana.

“ahh...nghh!” Sementara desahan Nana bikin Noje tambah semangat, semakin bergerak maju mundur dengan brutal. Rupanya Noje belajar cepat dari video yang dikirim Hyunjin.

“NGHH!” Kornea Nana menggulir keatas, menikmati tusukan Noje yang menemukan prostatnya.

Noje yang tidak bodoh tentu paham dengan lolongan nikmat Nana, maka jari nakalnya bergerak semakin dalam menumbuk dan menggaruk rektum Nana.

“Cum.... enghhh J-je— ohh cum!” Tubuh Nana ambruk, namun bokongnya masih terangkat dengan 3 jari Noje berada di lubangnya. Menikmati sisa pelepasannya.

“Akh– i-itu ap-hh” Nana kaget. Nafasnya masih tersengal-sengal namun terkejut gara-gara Jeno memasukan sesuatu kedalam dirinya.

“Bebek tenggelam” ah, mungkin ini alasan Noje meminta Nana mencari bebeknya. Ternyata untuk di masukkan kedalam anal Nana.

“b-buahht aph–

“Udah Lo diem aja.” Noje menegakkan tubuhnya, melihat bagaimana lubang Nana tersumpal dengan mainan karet. Lucu, sepertinya Noje balas dendam karena Nana sudah menggodanya dengan bebek itu.

Noje berdiri, meninggalkan Nana yang semakin kacau dengan kepala mainan bebek di lubangnya. Ditambah bebek itu akan berbunyi 'ciit' ketika anal Nana menciut menahan perih.

Noje kembali setelah 25 detik yang dia butuhkan untuk mengambil hp di saku celananya tadi. Mungkin ini percobaan terakhir kalinya, tentu Noje tidak lupa dengan taruhannya. Yaa, semoga ini terakhir. Doa Jeno.

Padahal masuk aja belum, kalo ketagihan kita gibeng bersama.

Noje membuka kameranya, menahan hpnya di sandaran yang pas. Tanpa sepengetahuan Nana tentunya. Karena si manis lagi merem melek keenakan.

Pertama, Noje mendekatkan wajahnya ke kamera. Bukti bahwa itu adalah dirinya. Lalu menyorot sedikit muka Nana dengan mulut terbuka. Mendesah nikmat karena rasa janggal di lubangnya.

“j-jeh– Noje....please” Nana menyerah, ini rasanya seperti memakai but plut ekor kucing miliknya. Justru karena but plug itu tidak bisa menyentuh prostatnya, Nana semakin bergerak gelisah. Mencoba melepas bebek tersebut namun Noje memberikan kode 'tidak' dengan telunjuknya.

“Hm?” Beneran deh, Noje berdoa dalam hati supaya ini terakhir. Namun berbeda dengan penisnya yang semakin menegang mendengar rintihan putus asa Nana.

“Fuck me!”


Mainan karet yang mengganjal lubang Nana akhirnya dibuang sama Noje. Walaupun hanya bagian kepala bebek, tapi itu lumayan sakit karena paruh bebek karet dibuat lancip. Dan asal kalian tau, kepala bebek sebesar lingkaran jempol dan telunjuk.

“ahh mashh” Nana mendesah 3 kali lebih ramai saat penis Noje mendobrak di dalamnya.

Setelah struggle penis Noje untuk masuk ke lubang Nana, akhirnya Noje dapat merasakan.

Hangatnya lubang Nana, remasan yang diberikan rektum Nana, Noje berani bersumpah! INI LEBIH NIKMAT DARIPADA DENGAN SORA.

“s-stophh berhentihh” titik pusat Nana di tubruk semakin keras, Nana ingin pelepasan tapi jempol Noje menutup lubangnya.

“Mashh, lemme cum-hh” pinta si manis.

“ugh- Lo udah cum 3 kali, tunggu gue bentar lagi sampe” Nana menggeleng, menunggu Noje itu lama. Padahal pelepasan Nana sudah didepan mata.

“aahh! Mas No–jehh sakitth-!” Penis mungil submisive di remas, hukuman karena tidak patuh.

Sodokan Noje semakin brutal, baru pertama kali Noje merasakan lubang serapat ini. Jangankan sama cowok, sama cewek saja Noje gak pernah anal sex. Itu kotor dan Noje tidak mau, tapi setelah melihat Nana... For fucks sake Noje kecanduan!

“emhh dalamhh... J-jehh dahlamhh banghhethh” Nana memegang perutnya, merasakan seberapa dalamnya penis Noje hingga terasa menyembul di balik perutnya.

“pelanhh- massh please... pelanhh pel- ahh” tapi Noje semakin kesetanan. Lubang Nana melahap habis miliknya, ini tidak bisa ditahan.

Delapan tusukan untuk Noje sampai, dibarengi Nana yang memuntahkan cairannya di seprei.

“Ahh-” Noje lega. Dia keluar banyak sekali sampai perut Nana kembung.

Dua ronde untuk Noje, namun ini ronde ke empat untuk Nana.

Noje melupakan hpnya yang mati karena kehabisan daya, tentu saja! Ini bahkan sudah jam 2 malam. Noje merapatkan tubuhnya pada Nana, yang sudah tertidur atau mungkin pingsan karena kelelahan.

“Gila. Gue beneran homo?” Pertanyaan Noje untuk mengakhiri rutinitasnya hari ini.

Cw // bxb, crossdressing, public sex, anal sex, anal fingering, degradation, finger sucking, explicit language, profanity, NSFW, fivesome but no penetration, strangers, sex record, cum in face, cum in mouth, slapping, nipple playing.


“Kamu sekarang makan tuna aja, ya? Ga tega tau ngasih kamu whiskas—” Jeno menjelaskan kenapa sekarang dirinya berdiri dirak tuna kaleng dan daging lainnya, namun yang diberi penjelasan tidak merespon membuat Jeno menoleh.

“Na?” Dan baru sadar eksistensi Nana tidak ada disampingnya.

“Anjing, kok ilang?!” Jeno setengah berteriak, troli belanjanya ditinggal begitu saja.

Berlari kecil mengitari rak-rak panjang di supermarket yang besar.

Jeno takut kucingya mengalami hal buruk jika berpisah dengannya, sejak awal Jeno sudah mewanti-wanti agar Nana tetap memegang tangannya meski Nana hanya mengeong sebagai jawaban.

“Nana?!” desperate, Jeno hampir memutuskan untuk meminta bantuan security sebelum segerombolan remaja mengerubungi sesuatu buat langkahnya berbelok.

“Ini kayaknya asli dah,”

“Kakinya juga aneh,”

“Jalannya ngerangkak loh,”

Bisikan-bisikan itu terdengar jauh sebelum Jeno mendekat. Dalam hati berdoa kalau tebakannya salah, yang mereka bicarakan bukanlah Nana.

Tapi pupus sudah melihat Nana menungging seperti kucing, mendusalkan kepalanya ke kaki orang asing.

miauu? hrrrr,” Nana terus berputar-putar di sekitar lima remaja yang penuh penasaran.

Sementara Jeno, tidak ada niat menarik kucingnya dari sana.

Uh, entahlah, Jeno tiba-tiba penasaran dengan reaksi orang lain kalau tau Jaemin adalah kucing yang berubah jadi manusia, kemudian jadi boneka seks-nya selama beberapa bulan terakhir.

Nafas Jeno tercekat saat melihat salah satu dari mereka menyibak rok Nana keatas punggung.

Mungkin fokus mereka adalah ekor Nana yang sangat terlihat asli, namun fokus Jeno malah ke pantat sinyalnya yang mulus dan bersih.

Oh God, Nana memang tidak pakai celana dalam. Sudah Jeno bilang, kucingnya tidak suka memakai celana.

“Lho cowok?”

Dang! iya cowok...”

Sangking cantiknya Nana, rambut pendek tidak dianggap cowok— mungkin mereka berpikir Nana cewek tomboi, dan setelah melihat penis mungilnya, mereka baru terkejut.

Ngghh—hrrrrr!” Telinga dan ekor Nana mengembang kala lubang pantatnya dicolek tanpa izinnya.

“Eh videoin-videoin!”

“Cabul banget, tapi gua setuju!”

Mereka bersorak gembira, layaknya menemukan mainan yang bisa digangbang semalaman.

mhfuuuu— miaaw!! miauuuw!” Nana memberontak ketika pundaknya ditahan agar diposisi yang sama, namun dua orang lainnya menarik paha Nana sampai terbuka lebar.

Hnghhh!! Mi— auuhnhhh,” raungan Nana tidak menghentikan aksi bejat mereka dan terus mencolok lubang merahnya secara bersamaan.

Yang bertugas mendokumentasi dengan pintar menyoroti wajah sayu Nana dan lubang yang diperkosa beberapa jari dengan bergantian.

Merasa mereka melampaui batas, Jeno segera bergerak mendekatinya.

“Yo, bro.” Sapaan Jeno mengagetkan mereka dan membuatnya ketakutan karena ketahuan melecehkan seseorang.

“Lepasin dulu kali tangannya.” Sampai mereka tak sadar jarinya belum dicabut dari anal Jaemin.

“Lu siapa berani ngatur-ngatur?” Ada yang tidak terima.

“Gua? Gua pacarnya cowok yang lagi kalian lecehin.”

Mereka gugup sejenak, namun salah satunya melempar Jeno dengan permintaan bukti kalau cowok manis ini memang pacarnya.

“Buktinya apa?”

Jeno terkekeh geli, ini kecil baginya. Jari Jeno berseluncur di layar ponselnya, membuka galeri dan mecari album “Nana”.

Begitu puluhan video dan foto Jeno ketika bersetubuh dengan Nana diperlihatkan— Jeno hobi mengabadikan momennya bersama Nana, mereka kembali gugup dan meminta maaf.

It's okay, biasa aja kali, pacar gua juga ga marah.” Jeno mengulum senyumnya dengan bangga.

“Ini pacarnya beneran kan? Lo ga beli dia buat dijadiin kayak gini kan?” maksudnya, Jeno memaksa Nana untuk melakukan fetish atau kinknya.

“Sembarang kalau ngomong, ya beneran lah, kita aja udah mau nikah.” Jeno itu licik, mulutnya dengan gampang melempar kebohongan.

“Kok nurut banget dia? Di training kayak apa dah.” Lagi-lagi ujung bibir Jeno terangkat.

“Lu cekokin sperma tiap hari, lama-lama juga nurut.” Jawab Jeno, matanya terkunci pada Nana yang masih ditengah-tengah mereka.

Omong-omong, libidonya naik pesat melihat Nana yang pasrah tidak bisa apa-apa dan hampir diperkosa.

Jeno ingin melihatnya lagi.

“Mau nyobain dia kagak?” Remaja-remaja itu membelalakkan matanya, mulutnya terbuka lebar karena terkejut.

“Santai aja, anaknya suka diginiin kok. Iya kan, Nana?”

miauu—” suara pemiliknya sangat khas, tanpa tau menau apa yang dibahas Nana hanya meresponsnya karena dia kucing yang baik.

“Ga nolak loh ini.” Jeno mengangguk mantap dan mundur beberapa langkah.

“Tapi, jangan ada penetrasi.”

“Wah— ga adil!” Sanggah mereka. Mana mungkin tidak ada penetrasi, lalu, bagaimana mereka klimaks? Pasti sakit kalau dikeluarkan.

“Mau kagak? Lu colokin aja tuh lubangnya, udah kedutan, kalau ga mau gua bawa pulang.” Lempar Jeno.

Mereka saling tatap sebelum mengangguk serempak.

“Boleh divideoin gak?” Jeno mengangguk sekali.

Mata bulat Nana menatap Jeno dengan heran, berpikir kenapa pemiliknya berjongkok di depannya? Kemana whiskas yang dijanjikan?!

MIAAUW!” Protes Jaemin, merangkak dengan cepat ke arah Jeno. Meninggalkan gerombolan yang sedang menurunkan resletingnya.

mhfuuuu rrrrr!

Jeno terkekeh geli, hampir terjungkal kebelakang karena diterjang Nana. Kepala Nana diusap Jeno dengan halus.

“Kamu lagi dihukum, ya? Karena ngilang, sekarang terima aja konsekuensinya.”

mi– miauu...” Nana merengek sedih, nada lembut Jeno seperti menjelaskan bahwa Nana tidak mendapat wet food dalam Minggu ini.

“Kesana, balik ke mereka, ya?” Telunjuk Jeno mengarah ke gerombolan yang menurut Nana aneh, mereka jahat karena memainkan ekornya yang hanya boleh disentuh oleh Jeno.

miau...” Nana memutar badannya, menghampiri mereka dengan ketakutan.

“Anjing, gua ga tau yang gila yang mana.”

“Sama sama gila deh, pacaran mereka ga sehat banget ini cok.” Sementara menunggu Nana yang merangkak dengan amat sangat pelan, mereka asik bergibah.

Grrr!” Nana mengerang rendah.

“Kak, pacar lu tuh ga sayang sama lu, mending putus dan pacaran sama gua.” Salah satunya berbisik di telinga Nana.

“Lu cuma disuruh lakuin kink dia haha, ga ada pacar yang rela pacarannya disentuh gini kak.”

Mereka tertawa sarkas langsung berhenti karena Jeno berteriak, “sepuluh menit, lebih dari itu ga boleh ada yang nyentuh pacar gua.”

“Buset, sepuluh menit belum keluar lah bro.”

Jeno hanya mengangkat bahunya sebagai respon.


Napas Nana memburu, tubuhnya sangat lemas tergeletak tak berdaya di lantai supermarket yang besar— namun ajaibnya sama sekali tak ada yang memergoki mereka.

Penis mungil Nana membengkak dan sakit karena terus menerus pipis, lubang belakang terasa menebal karena terus digaruk oleh mereka.

Seperti yang mereka bilang, 10 menit adalah waktu yang singkat untuk mencapai pelepasan. Bahkan saat Jeno mengambil alih tubuh Nana, mereka belum meneteskan cairannya.

Miauw! Miauu!” Pinggang Nana diangkat tinggi, Jeno setengah berdiri di belakangnya.

Tangan kirinya menahan pinggang Nana, yang satunya ditugaskan untuk melepas celana.

Penis Jeno yang keras sudah sangat siap membobol anal Nana. Mengabaikan protes para remaja yang seakan berkorban membuka jalan penisnya, tapi mereka tidak kebagian.

A–AUUUH! MIAAUUUUUW! nhhhh,” Nana tersedak ludahnya sendiri karena Jeno melesakkan penisnya dengan telak.

Sialnya, itu mengenai prostat Nana sangat tepat. Seakan penis Jeno dan prostat Nana ada magnetnya, apapun posisinya dan bagaimana mereka bersetubuh, Jeno selalu berhasil membuat prostat Nana bengkak.

huuuu— miauuurrrr...

Remaja sekitar 17 tahun hanya mampu mematung. Ikhlas lahir batin meski mereka tidak kejatahan merasakan lubang sempit Nana, tapi dengan melihat Jeno menggenjot penisnya rasa nikmat seakan bisa mereka rasakan.

Tempo Jeno semakin tepat dan cepat, tubuh Nana sampai terhentak-hentak. Pahanya terbuka lebar, pantatnya sesekali ditampar oleh Jeno dan menyisakan bekas merah yang indah.

Ah fuck, kamu suka kan dilihat banyak orang gini?”

miau.

“Lubang kamu kedutan Na, kamu ga bisa bohong, kamu suka dilihat orang lain waktu diperkosa.” Jeno meremas pinggang Nana, tangannya perlahan merambat ke dua pink di payudara Nana.

Aurrrr! Meooow nggghhh!” Nana melolong kesakitan karena putingnya ditarik dan dipelintir dengan agresif.

Bekas gigitan Jeno kemarin belum hilang, areola-nya masih lecet, dan sekarang tanpa belas kasih Jeno meremas payudara Nana sangat kuat.

ha—auuuh, ah hahhh mi–uuuuhh” Nana mendongak saat kepalanya diusap, salah satu dari mereka mencuri kesempatan disaat Jeno keenakan menggenjot penisnya.

“Bro, giginya dia kok gini?” Jempol yang mengusap kepala Nana turun ke mulutnya.

Menarik bibir bawah Nana dengan jempolnya, memperlihatkan 4 gigi Nana yang runcing— tapi tidak seperti gingsul. Menyentuh lidah hangat Nana yang teksturnya terasa lebih kasar.

“Awh! Galak bro.” Tanpa sengaja Nana menggigit jempol yang kurang ajar bermain dengan gigi-giginya.

Jempolnya bahkan langsung berdarah.

Ah ahhh, ghhh!” Jeno bergerak semakin kesetanan, memeluk tubuh kecil Nana dari belakang agar tidak terjatuh.

“Kak, gua keluarin di mukanya boleh?” Jeno menoleh dan baru sadar beberapa dari mereka tetap melanjutkan masturbasinya.

Jeno tertawa renyah, “muncratin aja.”

Arghhh!” Mereka sangat kompak mendekatkan penisnya di depan wajah Nana, mengocoknya dengan cepat seperti tempo genjotan Jeno di lubang Nana.

“Bareng-bareng.” Titah Jeno.

Beberapa tusukan semakin cepat dan berakhiran dengan penis Jeno yang tertanam sangat dalam di tubuh Nana. Jeno mengeluarkan semua spermanya di dalam perut ramping Nana.

anghhhh, Nana,” Jeno keluar banyak, Nana sampai menggeliat karena sensasi hangat dan penuh di perutnya yang beberapa bulan selalu dia rasakan.

Wajah Nana juga penuh sperma, belum berani membuka mata karena takut cairan kental itu mengenai matanya. Bahkan dengan sengaja mereka membuat Nana harus menelan sperma yang muncrat di dalam mulutnya.

“Mau lanjut, ga? Yang ini beneran ngewe, kita gangbang anaknya sampai teler.” Tawar Jeno dan mereka mengangguk dengan kompak.

Cw // bxb, nsfw, boypussy, pussy, food play, mastrubation, harshwords, insert property (lollipop), dirty talk lokal, profanity, fingering, sucking / rimming, unprotected sex, squirt, watersport, clit torture, EWE INTINYA.


Jaemin terus mengerang nikmat dengan tiga lollipop didalam vaginanya hingga tidak sadar pria jakung sedang berdiri di ambang pintu kamarnya. Jangan tanya bagaimana, mereka sudah pacaran sangat lama, masuk ke rumah tanpa izin bukan masalah besar.

Posisi Jaemin menungging memudahkannya mendorong tangkai permen semakin dalam. Lollipop terus ditarik dan dorong dengan malang.

unghhh...” Lenguhan Jaemin buat Jeno merinding seluruh badan.

Sadar hanya berdiri dan melihat pacarannya masturbasi tanpa diperkosa itu buang-buang waktu. Maka Jeno dengan nafas memburu mendekati Jaemin-nya.

“Cuma ini?”

Jaemin memekik kecil, deep voice Jeno mengagetkannya.

Pergelangan tangan Jaemin ditarik begitu saja, menyisakan tiga tangkai panjang yang tertanam di vagina merekah Jaemin.

uhm— kak je–jeno, nhh?” Jaemin bertanya sambil menggerakkan tangannya yang ditahan Jeno.

“Lollipop kamu masih banyak sayang, kenapa cuma tiga yang dimasukin?” Jeno melirik ke meja kamar Jaemin, selusin lollipop edisi white day masih terbungkus rapi.

Jaemin menggeleng, tangannya memberontak dengan lemah.

“I–ini udah penuh kak,”

“Masa?” Jeno menyunggingkan senyum yang kata Jaemin mematikan, tapi sialnya sangat cocok untuk wajah sombong pacarannya itu.

Demi apapun, tiga lollipop berbagai bentuk itu sangat penuh didalam vaginanya. Namun rasa lengket ketika bergesekan dengan klitorisnya buat Jaemin ingin memasukkan lollipop sebanyak mungkin.

shhh,” Jaemin mendesis pelan saat Jeno menarik tangkai lollipopnya sampai keluar.

Vagina merah Jaemin langsung berkedut dengan rakus, klitorisnya bengkak mengintip malu-malu, pemandangan itu, buat penis Jeno keras.

“Nana, memek kamu becek banget.” Puji Jeno.

Lollipop berbentuk love Jeno gesekkan di klitoris Jaemin secara kasar— Jaemin menggelinjang hebat dibuatnya.

nhhh— jenohhh, ngh...” Jaemin menenggelamkan wajahnya di atas bantal, mencengkeram kuat lengan Jeno yang masih mengunci tangannya dibalik punggung.

Pantatnya semakin diangkat tinggi, bergerak seirama dengan lollipop yang keluar masuk di vaginanya.

Bunyi kecipak basah semakin jelas ditelinga, terlebih bunyi vulgar dari daging kenyal yang ditampar dengan lollipop.

Ahh hahhh! J-jenohh—” punggung Jaemin membusung setelah merasakan sesuatu yang panas di vaginanya.

Lidah Jeno, lidah hangat pria itu tengah menjilati vagina Jaemin yang basah. Sesekali menyedot klitorisnya dan buat Jaemin melolong kenikmatan.

Jeno masih dalam agenda 'memakan vagina pacar binalnya', dengan sisa rasa manis di sana membuat Jeno semakin betah memuluti vagina Jaemin.

AHH! AANGHHH!” Jaemin mengepalkan tangannya, lututnya terasa sangat lemas seiring lidah Jeno melesak kedalam tubuhnya.

Lidah panjang Jeno terus mengorek vagina Jaemin dengan cepat, menyeruput apapun yang keluar dari lubang kencing vagina Jaemin yang terasa sangat manis.

ahnhg— Jeno! Stophh, pipis, pipiiiis!” Jaemin memberontak dan menahan hasrat untuk kencing, karena Jaemin tidak mau mengotori wajah pacarnya.

Tapi sialnya, bukan Jeno yang tidak iseng. Pria itu dengan kurang ajar menggigit klitoris Jaemin sampai empunya memekik keras, tubuhnya bergetar dan seketika air mancur tercipta dari vagina Jaemin.

Jeno menarik diri, memperhatikan tubuh mulus pacarannya yang masih bergetar hebat pasca orgasme pertamanya— mungkin?

Should we put all the lollipops in your pussy?” Tanya Jeno, telapak besarnya memijat paha Jaemin dengan pelan.

Jaemin mengerang, matanya terpejam menikmati pijatan dadakan Jeno.

Okay, happy white day babe.” Tawa Jeno mengudara, pria itu dengan gesit mengambil lollipop milik Jaemin.

Membawanya ke kasur dan membuka kemasannya. Memasukkan satu persatu lollipop berbagai bentuk ke dalam vagina Jaemin.

Eungh— kak, gakh mu—aathhh,” Jaemin menggeleng merasakan perutnya benar-benar penuh.

“Nanggung sayang, tinggal dua lagi kok.” Jeno merenggangkan bibir vagina Jaemin dengan telunjuknya, menarik berlawanan arah hingga lubang senggamanya terbuka lebar.

Dua belas lollipop berhasil masuk di dalam vagina Jaemin.

Tangkainya kecil sehingga tidak menyakiti lubang vaginanya, namun, bagaimana dengan dalamnya?

Anggghhhh haaahhh, kak Jeno... penuh—hhh!” Jaemin memberontak, perutnya terus diremas karena rasa aneh yang memenuhinya.

Bukan sakit, tapi juga tidak nikmat. Rasa mengganjal di dalam tubuhnya sangat baru dan aneh.

Wow.” Jeno masih speechless, euforia kemenangan karena berhasil memasukkan banyak permen masih terasa jelas.

Jujur Jeno bukan pengidap kink atau fetish food play dan semacamnya, tapi setelah melihat bagaimana vagina kecil Jaemin terus berkedut seakan menghisap lollipop dengan rakus mendorong Jeno untuk punya kink tersebut.

Akhhh! Nouuuu!— jangan digerakin!” Jaemin menatap Jeno dengan memohon.

“Kamu sendiri yang nantangin kan? Aku lagi kerja buat modal kita nikah malah kamu teased.” Jawab Jeno, tangannya tetap bermain dengan belasan tangkai yang tidak bisa masuk ke dalam vagina Jaemin.

Memutar mereka serempak sampai Jaemin memekik keras.

Ampu—nhhh! Sa–sakithh kak,” Jaemin menangis, namun juga klimaks bersamaan.

“Yakin sakit? Sakit kok pipis-pipis, lihat memek kamu tambah banjir gini.” Jempol Jeno mengusap klitoris bengkak Jaemin, memelintir dan mencubitnya dengan gemas.

Unghh— hahhh, udaaah!” Jaemin meraung keras, pipinya semakin basah.

Jeno terkekeh geli, mengambil ancang-ancang untuk menarik semua lollipop dengan sekali hentakan.

AKHH—!!” Lolongan kesakitan Jaemin memenuhi ruangan, kala lubang senggamanya dipaksa melebar sesuai ukuran dua belas lollipop. Sialan, itu sakit!

Jaemin mengatur napasnya yang tersengal-sengal, sementara Jeno mengamati vagina Jaemin dan lollipop bergantian.

Vagina Jaemin tetap berkedut kelaparan mencetak sebuah lingkaran, dan sebagian lollipop sudah tak terbentuk— mungkin karena meleleh di dalam tubuh pacarnya.

Jeno menyentuh vagina Jaemin dengan telunjuknya, digaruk-garuk kecil sehingga Jaemin mau tak mau orgasme lagi.

ha—ahhh!

Yes babe, pipis yang banyak, ya? Sampai memek kamu tambah bengkak gara-gara pipis terus.” Jeno menyempatkan untuk menarik klitoris Jaemin— sampai anaknya kelojotan, sebelum berdiri dan melepaskan celananya.

Akhirnya Jeno merasa lega karena penisnya berhasil dia keluarkan. Dari tadi menahan sesak sangat menyiksa.

Jaemin masih bergeming tak jelas, high pasca orgasme bikin Jaemin acuh dengan sekitar. Termasuk penis besar Jeno yang siap melesak ke dalam vaginanya.

Hik— auuuhhhh!” Tubuh Jaemin berjengit, napasnya lagi-lagi tercekat.

Jaemin ingin menolehkan kepalanya kebelakang namun tangan Jeno dengan sigap menahan tengkuknya— Lebih tepatnya lagi, mencengkeram leher belakang Jaemin.

“Aku tau memek kamu ga bakal puas sama lollipop tadi, your pussy needs a real lollipop.” Bisik Jeno di telinga Jaemin.

Satu tangannya menekan pinggang Jaemin supaya tidak memberontak, dan memastikan penisnya harus mengenai g-spot Jaemin.

Oh damn,” Jeno mengerang rendah, Jaemin terus memberontak tanpa sadar dinding vaginanya semakin mencengkram kuat penis Jeno.

Ah hahh, Jeno uhhh, anhhh...” Jaemin menangis, antara keenakan atau mulai lelah.

Jeno menulikan telinganya, tetap menggenjot Jaemin dengan tempo tak main-main. Penisnya yang berukuran sempurna menggesek klitoris Jaemin sampai si manis meraung-raung.

Agh ah ah, Nana—” urat leher Jeno sampai keluar, rasa legit vagina Jaemin adalah candu baginya.

Sementara Jaemin mulai pasrah, diam ketika Jeno membolak-balikkan tubuhnya tanpa izin, mendorong penisnya kuat-kuat, mencubit dan memelintir klitoris yang bengkak.

Seakan Jaemin dilahirkan hanya untuk orgasme berkali-kali menerima penis besar pacarnya.

“Jeno! Pipis! Please, pipi—shhh, ahh!” Tubuh Jaemin ambruk dengan pantat terangkat dan masih digempur Jeno dari belakang.

Membuat urat penis Jeno terasa jelas pada dinding vaginanya yang basah.

mhhh—” Jeno mencengkeram pinggang Jaemin dan menambah tempo genjotnya semaksimal mungkin.

Memukul titik terdalam Jaemin dengan telak,

AAAH JENO NHHHH!

Sampai Jaemin squrting dan menambah genangan mani di atas kasurnya.

Beberapa tusukan penis Jeno semakin tak beraturan, pria itu sebentar lagi akan mengeluarkan putihnya.

Penis Jeno terasa membengkak, bergerak cepat sebelum Jeno menembakkan seluruh spermanya di dalam tubuh Jaemin.

Ahhh,” Jeno menekan pinggangnya dan melesakkan penisnya semakin dalam.

Memuntahkan laharnya yang panas di dalam perut Jaemin. Dan memastikan perut Jaemin penuh dengan spermanya.

Keduanya masih tersengal-sengal, namun Jeno yang pertama kali menarik diri.

Meninggalkan vagina Jaemin yang menganga— mencetak penisnya dan becek sisa spermanya mulai meluber keluar. Tubuh Jaemin juga masih bergetar, kaki lemahnya terbuka lebar.

Plak

Jeno terkekeh setelah menampar vagina tembam Jaemin dengan amat sangat keras.

eunghh—” Jaemin hanya melenguh merespon tingkah nakal pacarnya.

Stop—hhh, gak lagi!,”

AKH JENOHHH!” Jaemin menjerit saat merasakan sesuatu aneh dimasukkan kedalam vaginanya lagi.

Jeno benar-benar nakal karena melesakkan beberapa lollipop tadi secara bersamaan di vagina Jaemin yang bengkak.

Jeno terus menampik tangan Jaemin yang berusaha menarik lollipop di vaginanya.

“Udah diemin aja, nanti juga habis sendiri.” Titah Jeno sambil tetap mengaduk tangkai lollipop di lubang vagina Jaemin.


Ada yang haus ga? Boleh nih beli bobba ku 😔

Cw // bxb, nsfw, boypussy, pussy, food play, mastrubation, harshwords, insert property (lollipop), dirty talk lokal, profanity, fingering, sucking / rimming, unprotected sex, squirt, watersport, clit torture, EWE INTINYA.


Jaemin terus mengerang nikmat dengan tiga lollipop didalam vaginanya hingga tidak sadar pria jakung sedang berdiri di ambang pintu kamarnya. Jangan tanya bagaimana, mereka sudah pacaran sangat lama, masuk ke rumah tanpa izin bukan masalah besar.

Posisi Jaemin menungging memudahkannya mendorong tangkai permen semakin dalam. Lollipop terus ditarik dan dorong dengan malang.

unghhh...” Lenguhan Jaemin buat Jeno merinding seluruh badan.

Sadar hanya berdiri dan melihat pacarannya masturbasi tanpa diperkosa itu buang-buang waktu. Maka Jeno dengan nafas memburu mendekati Jaemin-nya.

“Cuma ini?”

Jaemin memekik kecil, deep voice Jeno mengagetkannya.

Pergelangan tangan Jaemin ditarik begitu saja, menyisakan tiga tangkai panjang yang tertanam di vagina merekah Jaemin.

uhm— kak je–jeno, nhh?” Jaemin bertanya sambil menggerakkan tangannya yang ditahan Jeno.

“Lollipop kamu masih banyak sayang, kenapa cuma tiga yang dimasukin?” Jeno melirik ke meja kamar Jaemin, selusin lollipop edisi white day masih terbungkus rapi.

Jaemin menggeleng, tangannya memberontak dengan lemah.

“I–ini udah penuh kak,”

“Masa?” Jeno menyunggingkan senyum yang kata Jaemin mematikan, tapi sialnya sangat cocok untuk wajah sombong pacarannya itu.

Demi apapun, tiga lollipop berbagai bentuk itu sangat penuh didalam vaginanya. Namun rasa lengket ketika bergesekan dengan klitorisnya buat Jaemin ingin memasukkan lollipop sebanyak mungkin.

shhh,” Jaemin mendesis pelan saat Jeno menarik tangkai lollipopnya sampai keluar.

Vagina merah Jaemin langsung berkedut dengan rakus, klitorisnya bengkak mengintip malu-malu, pemandangan itu, buat penis Jeno keras.

“Nana, memek kamu becek banget.” Puji Jeno.

Lollipop berbentuk love Jeno gesekkan di klitoris Jaemin secara kasar— Jaemin menggelinjang hebat dibuatnya.

nhhh— jenohhh, ngh...” Jaemin menenggelamkan wajahnya di atas bantal, mencengkeram kuat lengan Jeno yang masih mengunci tangannya dibalik punggung.

Pantatnya semakin diangkat tinggi, bergerak seirama dengan lollipop yang keluar masuk di vaginanya.

Bunyi kecipak basah semakin jelas ditelinga, terlebih bunyi vulgar dari daging kenyal yang ditampar dengan lollipop.

Ahh hahhh! J-jenohh—” punggung Jaemin membusung setelah merasakan sesuatu yang panas di vaginanya.

Lidah Jeno, lidah hangat pria itu tengah menjilati vagina Jaemin yang basah. Sesekali menyedot klitorisnya dan buat Jaemin melolong kenikmatan.

Jeno masih dalam agenda 'memakan vagina pacar binalnya', dengan sisa rasa manis di sana membuat Jeno semakin betah memuluti vagina Jaemin.

AHH! AANGHHH!” Jaemin mengepalkan tangannya, lututnya terasa sangat lemas seiring lidah Jeno melesak kedalam tubuhnya.

Lidah panjang Jeno terus mengorek vagina Jaemin dengan cepat, menyeruput apapun yang keluar dari lubang kencing vagina Jaemin yang terasa sangat manis.

“ZAhnhg— Jeno! Stophh, pipis, pipiiiis!*” Jaemin memberontak dan menahan hasrat untuk kencing, karena Jaemin tidak mau mengotori wajah pacarnya.

Tapi sialnya, bukan Jeno yang tidak iseng. Pria itu dengan kurang ajar menggigit klitoris Jaemin sampai empunya memekik keras, tubuhnya bergetar dan seketika air mancur tercipta dari vagina Jaemin.

Jeno menarik diri, memperhatikan tubuh mulus pacarannya yang masih bergetar hebat pasca orgasme pertamanya— mungkin?

Should we put all the lollipops in your pussy?” Tanya Jeno, telapak besarnya memijat paha Jaemin dengan pelan.

Jaemin mengerang, matanya terpejam menikmati pijatan dadakan Jeno.

”“Okay, happy white day babe*.” Tawa Jeno mengudara, pria itu dengan gesit mengambil lollipop milik Jaemin.

Membawanya ke kasur dan membuka kemasannya. Memasukkan satu persatu lollipop berbagai bentuk ke dalam vagina Jaemin.

Eungh— kak, gakh mu—aathhh,” Jaemin menggeleng merasakan perutnya benar-benar penuh.

“Nanggung sayang, tinggal dua lagi kok.” Jeno merenggangkan bibir vagina Jaemin dengan telunjuknya, menarik berlawanan arah hingga lubang senggamanya terbuka lebar.

Dua belas lollipop berhasil masuk di dalam vagina Jaemin.

Tangkainya kecil sehingga tidak menyakiti lubang vaginanya, namun, bagaimana dengan dalamnya?

Anggghhhh haaahhh, kak Jeno... penuh—hhh!” Jaemin memberontak, perutnya terus diremas karena rasa aneh yang memenuhinya.

Bukan sakit, tapi juga tidak nikmat. Rasa mengganjal di dalam tubuhnya sangat baru dan aneh.

Wow.” Jeno masih speechless, euforia kemenangan karena berhasil memasukkan banyak permen masih terasa jelas.

Jujur Jeno bukan pengidap kink atau fetish food play dan semacamnya, tapi setelah melihat bagaimana vagina kecil Jaemin terus berkedut seakan menghisap lollipop dengan rakus mendorong Jeno untuk punya kink tersebut.

Akhhh! Nouuuu!— jangan digerakin!” Jaemin menatap Jeno dengan memohon.

“Kamu sendiri yang nantangin kan? Aku lagi kerja buat modal kita nikah malah kamu teased.” Jawab Jeno, tangannya tetap bermain dengan belasan tangkai yang tidak bisa masuk ke dalam vagina Jaemin.

Memutar mereka serempak sampai Jaemin memekik keras.

Ampu—nhhh! Sa–sakithh kak,” Jaemin menangis, namun juga klimaks bersamaan.

“Yakin sakit? Sakit kok pipis-pipis, lihat memek kamu tambah banjir gini.” Jempol Jeno mengusap klitoris bengkak Jaemin, memelintir dan mencubitnya dengan gemas.

Unghh— hahhh, udaaah!” Jaemin meraung keras, pipinya semakin basah.

Jeno terkekeh geli, mengambil ancang-ancang untuk menarik semua lollipop dengan sekali hentakan.

AKHH—!!” Lolongan kesakitan Jaemin memenuhi ruangan, kala lubang senggamanya dipaksa melebar sesuai ukuran dua belas lollipop. Sialan, itu sakit!

Jaemin mengatur napasnya yang tersengal-sengal, sementara Jeno mengamati vagina Jaemin dan lollipop bergantian.

Vagina Jaemin tetap berkedut kelaparan mencetak sebuah lingkaran, dan sebagian lollipop sudah tak terbentuk— mungkin karena meleleh di dalam tubuh pacarnya.

Jeno menyentuh vagina Jaemin dengan telunjuknya, digaruk-garuk kecil sehingga Jaemin mau tak mau orgasme lagi.

ha—ahhh!

Yes babe, pipis yang banyak, ya? Sampai memek kamu tambah bengkak gara-gara pipis terus.” Jeno menyempatkan untuk menarik klitoris Jaemin— sampai anaknya kelojotan, sebelum berdiri dan melepaskan celananya.

Akhirnya Jeno merasa lega karena penisnya berhasil dia keluarkan. Dari tadi menahan sesak sangat menyiksa.

Jaemin masih bergeming tak jelas, high pasca orgasme bikin Jaemin acuh dengan sekitar. Termasuk penis besar Jeno yang siap melesak ke dalam vaginanya.

Hik— auuuhhhh!” Tubuh Jaemin berjengit, napasnya lagi-lagi tercekat.

Jaemin ingin menolehkan kepalanya kebelakang namun tangan Jeno dengan sigap menahan tengkuknya— Lebih tepatnya lagi, mencengkeram leher belakang Jaemin.

“Aku tau memek kamu ga bakal puas sama lollipop tadi, your pussy needs a real lollipop.” Bisik Jeno di telinga Jaemin.

Satu tangannya menekan pinggang Jaemin supaya tidak memberontak, dan memastikan penisnya harus mengenai g-spot Jaemin.

Oh damn,” Jeno mengerang rendah, Jaemin terus memberontak tanpa sadar dinding vaginanya semakin mencengkram kuat penis Jeno.

Ah hahh, Jeno uhhh, anhhh...” Jaemin menangis, antara keenakan atau mulai lelah.

Jeno menulikan telinganya, tetap menggenjot Jaemin dengan tempo tak main-main. Penisnya yang berukuran sempurna menggesek klitoris Jaemin sampai si manis meraung-raung.

Agh ah ah, Nana—” urat leher Jeno sampai keluar, rasa legit vagina Jaemin adalah candu baginya.

Sementara Jaemin mulai pasrah, diam ketika Jeno membolak-balikkan tubuhnya tanpa izin, mendorong penisnya kuat-kuat, mencubit dan memelintir klitoris yang bengkak.

Seakan Jaemin dilahirkan hanya untuk orgasme berkali-kali menerima penis besar pacarnya.

“Jeno! Pipis! Please, pipi—shhh, ahh!” Tubuh Jaemin ambruk dengan pantat terangkat dan masih digempur Jeno dari belakang.

Membuat urat penis Jeno terasa jelas pada dinding vaginanya yang basah.

mhhh—” Jeno mencengkeram pinggang Jaemin dan menambah tempo genjotnya semaksimal mungkin.

Memukul titik terdalam Jaemin dengan telak,

AAAH JENO NHHHH!

Sampai Jaemin squrting dan menambah genangan mani di atas kasurnya.

Beberapa tusukan penis Jeno semakin tak beraturan, pria itu sebentar lagi akan mengeluarkan putihnya.

Penis Jeno terasa membengkak, bergerak cepat sebelum Jeno menembakkan seluruh spermanya di dalam tubuh Jaemin.

Ahhh,” Jeno menekan pinggangnya dan melesakkan penisnya semakin dalam.

Memuntahkan laharnya yang panas di dalam perut Jaemin. Dan memastikan perut Jaemin penuh dengan spermanya.

Keduanya masih tersengal-sengal, namun Jeno yang pertama kali menarik diri.

Meninggalkan vagina Jaemin yang menganga— mencetak penisnya dan becek sisa spermanya mulai meluber keluar. Tubuh Jaemin juga masih bergetar, kaki lemahnya terbuka lebar.

Plak

Jeno terkekeh setelah menampar vagina tembam Jaemin dengan amat sangat keras.

eunghh—” Jaemin hanya melenguh merespon tingkah nakal pacarnya.

Stop—hhh, gak lagi!,”

AKH JENOHHH!” Jaemin menjerit saat merasakan sesuatu aneh dimasukkan kedalam vaginanya lagi.

Jeno benar-benar nakal karena melesakkan beberapa lollipop tadi secara bersamaan di vagina Jaemin yang bengkak.

Jeno terus menampik tangan Jaemin yang berusaha menarik lollipop di vaginanya.

“Udah diemin aja, nanti juga habis sendiri.” Titah Jeno sambil tetap mengaduk tangkai lollipopnya.

Cw // bxb , Jaemin cat , hybird , anal sex , fingering , necking , breeding , nipple biting , breastfeeding , cnc , male lactation , childbirth , vulgar language , unprotected , pet-names


“Na?” Perubahan suara Jeno karena menahan nafsu sangat jelas. Dominan itu masih asik menggerayangi tubuh laki-laki diatasnya.

ngg miaaw” mungkin kalau diterjemahkan, Nana pasti ngomong 'kenapa?'

Jeno mendengus saat dia tidak mendapatkan perhatian Nana sepenuhnya. Manusia kucing itu masih fokus menonton kartun Tom and Jerry.

Kaki kurusnya terus bergerak, ekornya melambai-lambai dengan tenang, dan tangannya mendekap Jeno di bawah tubuhnya.

Disisi lain pikiran Jeno berkelana hebat, membayangkan bagaimana dia melakukan senggama dengan Nana layaknya seekor hewan.

Diam-diam tangan Jeno menelusup diantara perutnya dan Nana, telunjuknya berputar-putar di pusar si kucing.

mfuu miiaw” alis Nana mengerut, kepala bertelinga kucing itu menunduk untuk melihat apa yang terjadi pada tubuhnya.

hrrrr meooong! meow!” Suara Nana menjadi lebih vokal, merasa terganggu dengan tangan kekar Jeno diperutnya.

“Halus.” Celetuk Jeno. Merasakan lembutnya perut si kucing.

nghrrrr” Nana menggeram, dia merasa terganggu dengan gerakan asing di bawahnya.

Nana memberontak layaknya kucing yang teritorialnya terganggu, namun dengan cekatan Jeno mengunci tubuh Nana melalui kakinya.

Kucingnya tetap mengerang, malah bertambah keras. Tapi Jeno masa bodoh, semakin gencar menyentuh tiap inchi tubuh halus Jaemin.

shhhh, miaaw!” Nana menunjukkan giginya yang runcing, dan mendesis saat Jeno merubah posisi mereka tanpa aba-aba.

Jeno duduk dengan posisi Nana yang terkunci diantara paha kokohnya. Sementara kaki Nana mengangkangi tubuh atletis Jeno.

Nana menatap Jeno sangat tajam, alisnya menungkik menunjukkan bahwa dia marah.

“Jangan gitu liatnya, bikin gua tambah sange.” Jeno langsung memeluk Nana, dagunya di sandarkan pada pundak kecil kucingnya.

miaw miaw miaaw! ngggmiauw” seakan Nana baru saja protes.

“Lama-lama gua punya pet kink beneran, anjing.”

Meong!” Nana kembali memberontak, kukunya yang terawat mencoba mencakar punggung Jeno.

“Jangan galak-galak jadi kucing, nanti susah dapet jodoh.”

ngggrrrrr miyauuuung?” Nana menatap Jeno dengan kepala ditelengkan, kelopak yang dihias bulu mata lentik beberapa kali mengerjap pelan.

Sial, Jeno nggak bisa ditatap polos begitu. Rasanya seperti Nana masih menjadi kucing.

“Jangan ngeong terus dong, sekali-kali bilang ahhh.” Goda Jeno.

Kemudian Jeno menggigit pundak putih Nana, menggoda mereka dengan lidahnya. Menyusur sampai ceruk leher dan bermain sebentar di sana— namun tercipta ruam-ruam merah yang indah.

mhuu— meong...

Tubuh Nana tersentak ketika merasakan sensasi asing ini, tanpa sadar punggungnya melengkung, dadanya bersandar pada tubuh Jeno di depannya. Bergerak mengikuti naluri, uh, mengikuti Jeno juga.

Tangan Jeno bergerak dibelakang sementara mulutnya tetap pada leher wangi Nana.

Jeno menarik ekor Nana pelan-pelan, menggelung di jari-jarinya dan semakin lancang saat mendengar Nana mendesah.

Lebih tepatnya mengeong.

“Kucing kalo ngewe suka ga tau tempat kan? Gimana kalo kita nyoba, hm?” Telinga Nana bergetar sebagai respon.

“Ga deh haha, gua bukan kucing.” Jeno tersenyum remeh.

mhhgrr” Nana membusung ketika Jeno meniup-niup dadanya.

Bergerak gelisah saat dirasa Jeno hendak memakan puting merahnya, Nana takut.

mia—awhhh miaaughhh” tubuh Nana mengejang hebat, kakinya bergetar menerima rangsangan dari dimensi yang bukan asalnya.

Menerima dengan pasrah bagaimana gigi Jeno menggigit kecil areolanya, lidah Jeno dengan lihai memelintir putingnya, jangan lupakan tangan Jeno yang masih memainkan ekornya. Semua diluar kendali Nana.

Nana mendengkur saat Jeno menyusu pada dirinya.

mmh—aaauhw,!” Nafas Nana tersendat, jari kakinya menekuk dan pantatnya ditekan kebawah saat rasa aneh mendesak keluar dari kelaminnya.

Jeno paham dengan apa yang terjadi pada kucingnya, tanpa belas kasih, Jeno menggigit puting Nana dengan kuat.

GRRRR MEAOOW!” Suara raungan kucing memenuhi telinga Jeno.

hhh,” nafas Nana memburu, baru saja dia kencing setelah Jeno menggigit puting susunya.

Kalau saja Jeno bisa mencium harum slick yang dikeluarkan Nana, mungkin birahi Jeno bisa meledak seperti kucing saat musim kawin.

Karena bukan cuma penis kecil Nana yang mengeluarkan klimaks, lobang pantat Nana juga ikut basah.

Jeno merasakannya, perlahan mengangkat Nana dan menempatkan telapak tangannya di bawah pantat Nana.

“Becek banget, sange Na?” Jeno meremehkan kucingnya yang terbiasa galak.

Jarinya merasakan betapa basahnya dibawah sana, slick Nana meluber sampai ke paha-paha.

Nana mengedip beberapa kali sebelum sadar bahwa ia juga bernafsu. Tapi bagaimana ini? Nana masih bingung dengan yang terjadi.

Sementara itu telunjuk Jeno mengitari lobang berkerut Nana, menggaruknya sebentar sebelum melesakkan kukunya ke dalam.

mfuuu ngrrrh” Nana menggeleng cepat, rasanya sakit sampai tak sadar ekornya mengembang.

Tapi karena slick yang dihasilkan tubuh Nana secara alami, Jeno dengan mudah memasukkan telunjuknya ke dalam lobang Nana.

rarhhh!! MEOONGnhhh” lolongan Nana terdengar memprihatinkan.

Padahal baru telunjuk Jeno.

Nana ingin lari dari pemiliknya, namun tidak bisa. Tubuhnya dikunci dengan teramat erat.

“Lu biasanya ngawinin kucing kompleks kan? Sekarang gantian gua kawinin.” Bisik Jeno di telinga berbulu Nana.

“*amuuuow miaaw! shhh miaung!“”

“Caranya ga beda jauh, sama kayak lu kawin sama Molly.” Jeno menyebut kucing tetangganya yang tiga bulan lalu dijodohkan dengan Nana— supaya dapat keturunan ras.

“Tapi bedanya lu jadi Molly, dan gua yang di atas lu, paham?” Nana menggeleng cepat, selain mengeong, Nana hanya bisa melengos dan menggeleng, juga marah.

Jeno merebahkan tubuhnya, menuntun Nana mencari posisi yang pas.

Kaki Nana melemas, Jeno harus menahan beban di perutnya.

“Gua masukin, jangan berisik.” Ingat gimana ricuhnya kucing kalau bergaul, Jeno jadi was-was.

Jeno menggerakkan badan Nana sesuka hatinya, mengatur agar Nana setengah berdiri dengan kedua lututnya hingga mengangkangi tubuh Jeno sendiri.

Jeno hanya membuka zipper tanpa melepas celananya— dengan buru-buru mengeluarkan penisnya yang sangat tegang.

Mengocoknya beberapa kali seraya menatap wajah keenakan Nana dari bawah.

Shut.” Nana mengangguk, dilihat dari kode Jeno mengunci mulut, intinya dia tidak boleh berisik seakan meminta whiskas basah.

Jeno menarik Nana perlahan, mempertemukan penisnya dan lobang Nana.

MHI—aw” Nana menelan ludahnya, hampir dia berteriak keras kala penis besar Jeno melesak kedalam tubuhnya.

Ini beda! Penis Nana nggak sebesar itu dan tidak menyakiti Molly!

Tapi apa sekarang? Lubangnya terasa sobek dan perih.

“miauw...” Nana menatap Jeno dibawahnya, laki-laki itu memejamkan mata dan alisnya menungkik tajam.

“Miaw?!” Nana pikir Jeno juga merasakan sakit yang sama. Perlahan Nana memajukan tubuhnya, memeluk kepala Jeno hingga tenggelam di dada mulusnya.

Penis Jeno berhasil masuk dengan mudah tanpa pelumas— karena slick Nana sendiri sudah cukup.

Ah— ahhh,” bibir Jeno menipis, otot lehernya menegang sampai menyembul samar-samar, rasanya— di luar ekspektasi Jeno!

miaw” rasanya sangat sakit, pelukan Nana bahkan sampai terlepasnya.

Rintihan kucing membuat Jeno mendongak, menatap Nana yang menangis sampai tubuhnya bergetar.

Shhh— sakit?”

miaaw” Nana mengangguk kecil.

Jeno terkekeh, tangannya menuntun pinggang Nana supaya bergerak.

mi—awhh” lalu tubuh Nana bergerak sesuai arahan Jeno.

Merasakan lubangnya yang sesak karena penis Jeno, terasa penuh, asing namun nikmat juga.

meong miaaunhh” Telapak halus Nana bertumpu pada perut kotak-kotak Jeno.

Jeno menahan paha Nana agar tetap terbuka lebar, membuat Nana berjongkok di atas selangkangannya.

Pasrah dengan Jeno yang menggerakkannya keatas dan kebawah tanpa kesusahan sama sekali.

Jeno bertaruh, rasanya ini terlalu nikmat dan susah dideskripsikan. Penisnya yang terjepit kuat oleh anal Nana, hangat dan basah di dalam sana rasanya sangat nikmat!

anhh— ghh enak gak mhh?” Jujur Jeno ingin sekali bergerak brutal, tapi ingat kalau ini pengalaman pertama Nana, jadi dia tahan.

Mungkin kelamaan sabarnya tinggal seutas benang karena pemandangan penisnya yang terus keluar masuk di lobang Nana sangat menarik.

“Gua bakal kasih Nana bayi disini.” Jeno mengusap perut ramping Nana yang mencetak bentuk penisnya.

“Bayi kucing? Ga buruk, gua jadi punya banyak Nana kecil yang suka ngambek, terus lari-larian di rumah.”

“Mereka suka nyari Nana buat nyusu, Nana jadi kesusahan karena empat bayi kucing nyusu barengan.”

“Ya? Nana mau hamil, kan?” Bisiknya, hanya direspon dengan paha yang bergetar dan lubang Nana berkedut hebat.

Jeno menggenjot tubuh Nana dari bawah dengan tempo acak, tangannya kembali menarik ekor Nana.

ANGHHH— MIAAAW! GRRRR!” Nana ambruk ke depan, Jeno dengan sigap memeluk tubuhnya.

mhhh miaaw~” Nana mengendus leher Jeno, menggesek hidung mancungnya di rahang tajam Jeno.

Jeno mengerang keras, mencuri kecupan di bibir Nana sebelum bergerak brutal mengejar pelepasan.

Mata Nana terbuka lebar, menyadari gerakan tak masuk akal ini bisa saja merobek lubangnya.

Penis Jeno di dalam tubuhnya juga semakin bengkak, rasanya bertambah panjang dan memukul telak prostatnya berulangkali.

mi—miaaw, mhfuuu” Nana menggeleng, tangannya tanpa sadar mencakar pundak Jeno sampai terluka.

Nana menggeleng, tangan kokoh Jeno melilit tubuhnya memaksa Nana untuk pasrah menerima perlakuan kasar pemiliknya.

Pergerakan pinggang Jeno semakin cepat, bunyi tepuk antar paha ikut meramaikan setelah raungan kucing, perut ramping Nana juga jadi pelampiasan.

Jeno memeras pinggang Nana dengan lengan kokohnya, ekor Nana berdiri karena kesakitan namun Jeno malah menariknya kuat.

Jeno menahan kepala Nana dengan dagunya, si kucing masih saja memberontak.

Ghh— haaahh, Nana!” Teriakkan Jeno mencapai pelepasannya.

Nafas keduanya tersengal, dada mereka naik turun mencuri oksigen dengan rakus.

Sejenak mereka terdiam, hanya terdengar suara deru nafas.

Jeno terkekeh geli, tangannya mengelus ekor Nana penuh hati-hati.

“Loh iya, kita ga ada ciuman kan ya?” Nana hanya mengangguk— terlalu lemah untuk sekedar mengeong.

Nana mati rasa, lubangnya perih namun enak, perutnya terasa kenyang namun ingin diisi lagi— sensasi sperma Jeno yang memenuhi lubangnya sangat asing dan candu, terlebih racauan rendah suara Jeno yang terekam jelas di otak.

“Lagi? Mau nyoba di halaman rumahnya Molly?”

Kalau ditelaah, ini semua gila. Jeno bersetubuh dengan kucingnya yang kebetulan berubah menjadi manusia.

Cw // bxb , Jaemin cat , hybird , anal sex , fingering , necking , breeding , nipple biting , breastfeeding , cnc , male lactation , childbirth , vulgar language , unprotected , pet-names


“Na?” Perubahan suara Jeno karena menahan nafsu sangat jelas. Dominan itu masih asik menggerayangi tubuh laki-laki diatasnya.

ngg miaaw” mungkin kalau diterjemahkan, Nana pasti ngomong 'kenapa?'

Jeno mendengus saat dia tidak mendapatkan perhatian Nana sepenuhnya. Manusia kucing itu masih fokus menonton kartun Tom and Jerry.

Kaki kurusnya terus bergerak, ekornya melambai-lambai dengan tenang, dan tangannya mendekap Jeno di bawah tubuhnya.

Disisi lain pikiran Jeno berkelana hebat, membayangkan bagaimana dia melakukan senggama dengan Nana layaknya seekor hewan.

Diam-diam tangan Jeno menelusup diantara perutnya dan Nana, telunjuknya berputar-putar di pusar si kucing.

mfuu miiaw” alis Nana mengerut, kepala bertelinga kucing itu menunduk untuk melihat apa yang terjadi pada tubuhnya.

hrrrr meooong! meow!” Suara Nana menjadi lebih vokal, merasa terganggu dengan tangan kekar Jeno diperutnya.

“Halus.” Celetuk Jeno. Merasakan lembutnya perut si kucing.

nghrrrr” Nana menggeram, dia merasa terganggu dengan gerakan asing di bawahnya.

Nana memberontak layaknya kucing yang teritorialnya terganggu, namun dengan cekatan Jeno mengunci tubuh Nana melalui kakinya.

Kucingnya tetap mengerang, malah bertambah keras. Tapi Jeno masa bodoh, semakin gencar menyentuh tiap inchi tubuh halus Jaemin.

shhhh, miaaw!” Nana menunjukkan giginya yang runcing, dan mendesis saat Jeno merubah posisi mereka tanpa aba-aba.

Jeno duduk dengan posisi Nana yang terkunci diantara paha kokohnya. Sementara kaki Nana mengangkangi tubuh atletis Jeno.

Nana menatap Jeno sangat tajam, alisnya menungkik menunjukkan bahwa dia marah.

“Jangan gitu liatnya, bikin gua tambah sange.” Jeno langsung memeluk Nana, dagunya di sandarkan pada pundak kecil kucingnya.

miaw miaw miaaw! ngggmiauw” seakan Nana baru saja protes.

“Lama-lama gua punya pet kink beneran, anjing.”

Meong!” Nana kembali memberontak, kukunya yang terawat mencoba mencakar punggung Jeno.

“Jangan galak-galak jadi kucing, nanti susah dapet jodoh.”

ngggrrrrr miyauuuung?” Nana menatap Jeno dengan kepala ditelengkan, kelopak yang dihias bulu mata lentik beberapa kali mengerjap pelan.

Sial, Jeno nggak bisa ditatap polos begitu. Rasanya seperti Nana masih menjadi kucing.

“Jangan ngeong terus dong, sekali-kali bilang ahhh.” Goda Jeno.

Kemudian Jeno menggigit pundak putih Nana, menggoda mereka dengan lidahnya. Menyusur sampai ceruk leher dan bermain sebentar di sana— namun tercipta ruam-ruam merah yang indah.

mhuu— meong...

Tubuh Nana tersentak ketika merasakan sensasi asing ini, tanpa sadar punggungnya melengkung, dadanya bersandar pada tubuh Jeno di depannya. Bergerak mengikuti naluri, uh, mengikuti Jeno juga.

Tangan Jeno bergerak dibelakang sementara mulutnya tetap pada leher wangi Nana.

Jeno menarik ekor Nana pelan-pelan, menggelung di jari-jarinya dan semakin lancang saat mendengar Nana mendesah.

Lebih tepatnya mengeong.

“Kucing kalo ngewe suka ga tau tempat kan? Gimana kalo kita nyoba, hm?” Telinga Nana bergetar sebagai respon.

“Ga deh haha, gua bukan kucing.” Jeno tersenyum remeh.

mhhgrr” Nana membusung ketika Jeno meniup-niup dadanya.

Bergerak gelisah saat dirasa Jeno hendak memakan puting merahnya, Nana takut.

mia—awhhh miaaughhh” tubuh Nana mengejang hebat, kakinya bergetar menerima rangsangan dari dimensi yang bukan asalnya.

Menerima dengan pasrah bagaimana gigi Jeno menggigit kecil areolanya, lidah Jeno dengan lihai memelintir putingnya, jangan lupakan tangan Jeno yang masih memainkan ekornya. Semua diluar kendali Nana.

Nana mendengkur saat Jeno menyusu pada dirinya.

mmh—aaauhw,!” Nafas Nana tersendat, jari kakinya menekuk dan pantatnya ditekan kebawah saat rasa aneh mendesak keluar dari kelaminnya.

Jeno paham dengan apa yang terjadi pada kucingnya, tanpa belas kasih, Jeno menggigit puting Nana dengan kuat.

GRRRR MEAOOW!” Suara raungan kucing memenuhi telinga Jeno.

hhh,” nafas Nana memburu, baru saja dia kencing setelah Jeno menggigit puting susunya.

Kalau saja Jeno bisa mencium harum* slick* yang dikeluarkan Nana, mungkin birahi Jeno bisa meledak seperti kucing saat musim kawin.

Karena bukan cuma penis kecil Nana yang mengeluarkan klimaks, lobang pantat Nana juga ikut basah.

Jeno merasakannya, perlahan mengangkat Nana dan menempatkan telapak tangannya di bawah pantat Nana.

“Becek banget, sange Na?” Jeno meremehkan kucingnya yang terbiasa galak.

Jarinya merasakan betapa basahnya dibawah sana, slick Nana meluber sampai ke paha-paha.

Nana mengedip beberapa kali sebelum sadar bahwa ia juga bernafsu. Tapi bagaimana ini? Nana masih bingung dengan yang terjadi.

Sementara itu telunjuk Jeno mengitari lobang berkerut Nana, menggaruknya sebentar sebelum melesakkan kukunya ke dalam.

mfuuu ngrrrh” Nana menggeleng cepat, rasanya sakit sampai tak sadar ekornya mengembang.

Tapi karena slick yang dihasilkan tubuh Nana secara alami, Jeno dengan mudah memasukkan telunjuknya ke dalam lobang Nana.

rarhhh!! MEOONGnhhh” lolongan Nana terdengar memprihatinkan.

Padahal baru telunjuk Jeno.

Nana ingin lari dari pemiliknya, namun tidak bisa. Tubuhnya dikunci dengan teramat erat.

“Lu biasanya ngawinin kucing kompleks kan? Sekarang gantian gua kawinin.” Bisik Jeno di telinga berbulu Nana.

“*amuuuow miaaw! shhh miaung!“”

“Caranya ga beda jauh, sama kayak lu kawin sama Molly.” Jeno menyebut kucing tetangganya yang tiga bulan lalu dijodohkan dengan Nana— supaya dapat keturunan ras.

“Tapi bedanya lu jadi Molly, dan gua yang di atas lu, paham?” Nana menggeleng cepat, selain mengeong, Nana hanya bisa melengos dan menggeleng, juga marah.

Jeno merebahkan tubuhnya, menuntun Nana mencari posisi yang pas.

Kaki Nana melemas, Jeno harus menahan beban di perutnya.

“Gua masukin, jangan berisik.” Ingat gimana ricuhnya kucing kalau bergaul, Jeno jadi was-was.

Jeno menggerakkan badan Nana sesuka hatinya, mengatur agar Nana setengah berdiri dengan kedua lututnya hingga mengangkangi tubuh Jeno sendiri.

Jeno hanya membuka zipper tanpa melepas celananya— dengan buru-buru mengeluarkan penisnya yang sangat tegang.

Mengocoknya beberapa kali seraya menatap wajah keenakan Nana dari bawah.

Shut.” Nana mengangguk, dilihat dari kode Jeno mengunci mulut, intinya dia tidak boleh berisik seakan meminta whiskas basah.

Jeno menarik Nana perlahan, mempertemukan penisnya dan lobang Nana.

MHI—aw” Nana menelan ludahnya, hampir dia berteriak keras kala penis besar Jeno melesak kedalam tubuhnya.

Ini beda! Penis Nana nggak sebesar itu dan tidak menyakiti Molly!

Tapi apa sekarang? Lubangnya terasa sobek dan perih.

“miauw...” Nana menatap Jeno dibawahnya, laki-laki itu memejamkan mata dan alisnya menungkik tajam.

“Miaw?!” Nana pikir Jeno juga merasakan sakit yang sama. Perlahan Nana memajukan tubuhnya, memeluk kepala Jeno hingga tenggelam di dada mulusnya.

Penis Jeno berhasil masuk dengan mudah tanpa pelumas— karena slick Nana sendiri sudah cukup.

Ah— ahhh,” bibir Jeno menipis, otot lehernya menegang sampai menyembul samar-samar, rasanya— di luar ekspektasi Jeno!

miaw” rasanya sangat sakit, pelukan Nana bahkan sampai terlepasnya.

Rintihan kucing membuat Jeno mendongak, menatap Nana yang menangis sampai tubuhnya bergetar.

Shhh— sakit?”

miaaw” Nana mengangguk kecil.

Jeno terkekeh, tangannya menuntun pinggang Nana supaya bergerak.

mi—awhh” lalu tubuh Nana bergerak sesuai arahan Jeno.

Merasakan lubangnya yang sesak karena penis Jeno, terasa penuh, asing namun nikmat juga.

meong miaaunhh” Telapak halus Nana bertumpu pada perut kotak-kotak Jeno.

Jeno menahan paha Nana agar tetap terbuka lebar, membuat Nana berjongkok di atas selangkangannya.

Pasrah dengan Jeno yang menggerakkannya keatas dan kebawah tanpa kesusahan sama sekali.

Jeno bertaruh, rasanya ini terlalu nikmat dan susah dideskripsikan. Penisnya yang terjepit kuat oleh anal Nana, hangat dan basah di dalam sana rasanya sangat nikmat!

anhh— ghh enak gak mhh?” Jujur Jeno ingin sekali bergerak brutal, tapi ingat kalau ini pengalaman pertama Nana, jadi dia tahan.

Mungkin kelamaan sabarnya tinggal seutas benang karena pemandangan penisnya yang terus keluar masuk di lobang Nana sangat menarik.

“Gua bakal kasih Nana bayi disini.” Jeno mengusap perut ramping Nana yang mencetak bentuk penisnya.

“Bayi kucing? Ga buruk, gua jadi punya banyak Nana kecil yang suka ngambek, terus lari-larian di rumah.”

“Mereka suka nyari Nana buat nyusu, Nana jadi kesusahan karena empat bayi kucing nyusu barengan.”

“Ya? Nana mau hamil, kan?” Bisiknya, hanya direspon dengan paha yang bergetar dan lubang Nana berkedut hebat.

Jeno menggenjot tubuh Nana dari bawah dengan tempo acak, tangannya kembali menarik ekor Nana.

ANGHHH— MIAAAW! GRRRR!” Nana ambruk ke depan, Jeno dengan sigap memeluk tubuhnya.

mhhh miaaw~” Nana mengendus leher Jeno, menggesek hidung mancungnya di rahang tajam Jeno.

Jeno mengerang keras, mencuri kecupan di bibir Nana sebelum bergerak brutal mengejar pelepasan.

Mata Nana terbuka lebar, menyadari gerakan tak masuk akal ini bisa saja merobek lubangnya.

Penis Jeno di dalam tubuhnya juga semakin bengkak, rasanya bertambah panjang dan memukul telak prostatnya berulangkali.

mi—miaaw, mhfuuu” Nana menggeleng, tangannya tanpa sadar mencakar pundak Jeno sampai terluka.

Nana menggeleng, tangan kokoh Jeno melilit tubuhnya memaksa Nana untuk pasrah menerima perlakuan kasar pemiliknya.

Pergerakan pinggang Jeno semakin cepat, bunyi tepuk antar paha ikut meramaikan setelah raungan kucing, perut ramping Nana juga jadi pelampiasan.

Jeno memeras pinggang Nana dengan lengan kokohnya, ekor Nana berdiri karena kesakitan namun Jeno malah menariknya kuat.

Jeno menahan kepala Nana dengan dagunya, si kucing masih saja memberontak.

Ghh— haaahh, Nana!” Teriakkan Jeno mencapai pelepasannya.

Nafas keduanya tersengal, dada mereka naik turun mencuri oksigen dengan rakus.

Sejenak mereka terdiam, hanya terdengar suara deru nafas.

Jeno terkekeh geli, tangannya mengelus ekor Nana penuh hati-hati.

“Loh iya, kita ga ada ciuman kan ya?” Nana hanya mengangguk— terlalu lemah untuk sekedar mengeong.

Nana mati rasa, lubangnya perih namun enak, perutnya terasa kenyang namun ingin diisi lagi— sensasi sperma Jeno yang memenuhi lubangnya sangat asing dan candu, terlebih racauan rendah suara Jeno yang terekam jelas di otak.

“Lagi? Mau nyoba di halaman rumahnya Molly?”

Kalau ditelaah, ini semua gila. Jeno bersetubuh dengan kucingnya yang kebetulan berubah menjadi manusia.

“Na— Nana, bangun dulu coba, jangan ndeprok di situ.” Jeno mengusapkan kakinya dilengan Nana, mengkode supaya laki-laki kecil itu agar berdiri.

Nana menggeleng kecil sambil mengusap punggung tangannya ke wajah. Matanya yang bulat menatap minat kebabunya.

miaaw” suara Nana sangat sopan masuk ke telinga Jeno.

“Laper?” Karena Nana tak kunjung berdiri, Jeno memilih ikut jongkok. Menyetarakan tingginya dengan Nana.

Nana tersenyum lebar, lidahnya keluar masuk dengan lembut. Memperhatikan dengan seksama bagaimana Jeno tertawa karena tingkahnya.

“Er— pakai baju dulu, ya?” Bisik Jeno, yang sangat dekat dengan wajah Nana, bibir Jeno bahkan bergesekan dengan bibir merah kucingnya.

Modus itu, karena Jeno sangat sangat penasaran dengan semua yang ada pada Nana-nya.

Sejujurnya Nana tidak paham dengan maksud Jeno, hanya saja dia mengangguk kecil dan berancang-ancang pergi dari duduknya.

Dan buat Jeno kaget lagi, meskipun jadi manusia punya kaki sama tangan, Nana masih merangkak!

Nafas Jeno tercekat— bagaimana Nana merangkak seperti bayi. Pantat bulatnya bergerak sangat provokatif, ekornya mengayun ke-kanan dan ke-kiri hingga lubang merah yang tersembunyi mengintip lucu, buat dunia Jeno seakan berhenti.

Nana merangkak naik ke ranjangnya, bergelung di bawah selimut Jeno, dan mendengkur halus sementara Jeno gelisah di tempat.

“Nana, pakai baju dulu yuk, nanti dapet whiskas basah, mau?” Bujuk Jeno.

Ingat sewaktu jadi kucing, Nana bisa tidur seharian di ranjangnya. Karena sekarang berubah, Jeno takut kucingnya nanti sakit— seperti penisnya.

Masih belum direspon, maka dengan ketegaran hati Jeno mendekati Nana yang meringkuk *kecil.”

Jari Jeno bermain di pipi Nana, menusuk-nusuk halus gembulan kesukaannya. Tapi, sekarang lebih halus dan lembut.

grrrr

“Ayo bangun dulu, mau makan engga?” Bisik Jeno ditelinga Nana.

Masih belum mempan, tapi tenang saja, Jeno punya jurus andalannya.

Jeno segera meninggalkan Nana, berlari ke dapur tempat dia menyimpan makanan kucingnya.

Krusek-krusek

Suara plastik digesek kuat menghadirkan gedebuk keras dari arah kamar Jeno.

Yang punya rumah terkekeh geli, ampuh kan? Telinga Nana sangat responsif sama suara plastik.

Meski tawa Jeno langsung berhenti karena pemandangan Jaemin merangkak terlihat sangat seksi, buat libidonya terpancing lagi.

Cw // bxb, consensual non-consent, anal sex, nipple sucking, degrading, first time, slapping, little dirty talk, insert of property (botol), doggy-style, dry orgasm, alcohol, drunk, unprotect sex, POKOKNYA JOROK!

Jeno menyusun rencana dengan cepat setelah atasannya mengabari tentang targetnya.

Disebuah kelab, malam ini, Jeno akan memberi tahu bagaimana cara dia bekerja.

Jaemin masih belum sadar yang terjadi pada dirinya, dia terus meminum Wine yang tercampur afrodisiak dengan rakus.

Jaemin bahkan lupa dengan gathering para pemimpin besar— dunia hitam.


Setelah susah payah usaha Jeno buat masuk ke kelab— apalagi menyamar jadi pelayan dan masuk ke ruang VVIP, Jeno akhirnya bernafas lega.

Yah, meski cuma sebentar leganya. Karena, rasanya nafas Jeno berkali-kali tersendat sejak otaknya memproses tentang targetnya.

Harusnya Jeno tetap pada pendiriannya, nggak pernah percaya sama isu-isu diluar sana. Terlebih jika di logika, nggak mungkin pemimpin mafia itu perempuan.

Ah sial, Jeno ketipu besar.

Ingin kembali dengan baki ditangannya, namun Jeno keburu dipanggil. Langkah polisi muda itu agak ragu, antara lanjut atau mundur dan susun rencana ulang.

“Bro, ini sajian buat tamu VVIP kan? Ya sini, jangan diem disitu.” Suara berat menyapa pendengarannya, benar-benar bukan perempuan.

Yang digadang pemimpin mafia mengayunkan tangannya, melempar kode pada Jeno agar mendekatinya.

Jeno meneguk ludahnya kasar, yah, buat yang 'cantik' dan 'Aphrodite' Jeno setuju.

Dilihat dari dekat, laki-laki kecil itu sangat cantik. Matanya bulat polos dihiasi bulu mata lentik, kulitnya seperti bayi meski arm-veinsnya menonjol brutal.

Dibalut jas hitam yang kebesaran, rambutnya menjuntai menutupi dahinya— terkesan laki-laki manis dengan poni anak perempuan.

Maka Jeno memutuskan untuk tetap dalam rencana. Mau perempuan atau bukan, laki-laki didepannya ini adalah pemimpin mafia yang akan melakukan transaksi besar.

Lagipula wine yang ditanganya sudah dicampur afrodisiak.

Jeno mengangkat ujung bibirnya, melakukan service dengan hati-hati dan senatural mungkin. Takut si kecil jadi curiga.

“Gua Na Jaemin.” Jeno menoleh sebentar, kemudian kembali fokus menuang wine-nya.

“Saya Jeno.” Balas Jeno dengan sopan. Dia kembali ragu, kalau-kalau salah target, Jeno bisa digantung.

“Uhm— Jeno, gua boleh minta temenin sebentar gak?” Bisik Jaemin kecil.

Waiters yang melayani sekarang terlihat seperti orang baik dan tidak neko-neko.

Sedikit cerita, Jaemin menahan kesal sejak kakinya pertama kali menginjak di kelab. Hampir semua ingin melecehkannya, melempar cat calling dan yang paling parah menggesekkan mulut botol di pantatnya.

Itu gila! Jaemin hampir menelpon semua bawahannya dan membakar kelab bersama isinya.

Jaemin jadi takut disini, sebelum laki-laki adem menatapnya dengan mata sabit.

Jeno berakting tengah berpikir keras. Bisa saja Jeno berteriak girang— oh ayolah, kapan lagi targetnya melempar diri cuma-cuma.

“Berapa lama? Karena saya masih punya tugas lainya.” Jawab Jeno.

Punggungnya ditegakkan, Jeno memainkan peran seorang waiters dengan profesional.

Mata Jaemin membulat, binar cerah mengisi manik hitamnya.

Just a second. Sampai temen-temen gua dateng aja, easy Jeno? I'll give you a tip.” Jaemin berkata dengan senyuman manisnya.

Okay.

Jeno hampir terpana tapi banyak simpatinya. Akankah senyuman Jaemin masih sama setelah meminum wine-nya?

Lihat saja, sebentar lagi.

Jantung Jeno berdetak lebih cepat kala tangan yang diberi julukan bayi menyambar gelas dari bakinya.

Jaemin menggoyangkan gelasnya beberapa kali sebelum bibir tipis dan merahnya mencium gelas.

Menyesap perlahan sampai rasa pahit dan manis dikecap lidahnya, hingga tetes-tetes wine membasahi tenggorokannya.

Jaemin menikmati minumannya dengan khidmat.

Dan suara kecap bibir Jaemin mengisi ruang privat— VVIP.

“Ini wine tahun berapa?” Jaemin mendongak, menatap Jeno dengan wajah kemerahannya.

Sial, Jeno juga gugup. Secepat itu reaksi antara wine dan afrodisiaknya? Wah, gila.

Pipi bulat Jaemin merah padam, bahkan hidungnya juga. Tapi akhirnya Jaemin masih tersenyum lebar.

Berati ganti pertanyaan, akankah senyuman Jaemin masih sama setelah Jeno memerkosanya?

Lihat saja nanti.

Jeno berdeham, sayangannya Jeno belum belajar tentang per-wine-an. Harus jawab apa dia?

“Tahun— tahun 1980.” Jawab Jeno dengan amat teramat asal.

“Huk— winenya pasti udah capek sama kerasnya hidup. Kasi—aaaaaaaan huwaa!!”

Tiba-tiba Jaemin menangis. Jeno menebak kalau Jaemin sudah dibawah pengaruh alkohol

Jeno sekeras mungkin menahan tawanya, dia kembali menuang dan terus menuang wine sampai sisa setengah di botol saja— untuk Jaemin.

Laki-laki kecil itu meminumnya habis.


Huuh— hahhh,” Jaemin merasa kepalanya akan pecah, semua barang disekitar seperti berputar dan membesar.

Yang normal hanya Jeno, waiters tampan itu asik tersenyum memandanginya kesusahan.

haa— unghh...” Jaemin tidak bisa mengeluarkan kalimat dengan kohoren, mulutnya terus melenguh dan membuatnya terlihat nakal.

Jaemin menggelengkan kepalanya, berusaha membuang pikiran tentang yang nakal sebenarnya bukan dia, melainkan waiters itu.

Otak Jaemin masih bisa berfikir rasional meski sedikit.

Hey, You're so red.” Jeno mengerang rendah, suaranya serak karena bernafsu dengan Jaemin.

Bagaimana mata Jeno diberkati karena melihat si manis frustasi, menggesekkan pahanya sejak tadi, menahan tangannya untuk tidak menyentuh tubuhnya sendiri, Jeno hampir gila.

Dahi Jaemin berkerut setelah mendengar ucapan Jeno. Berusaha menyadarkan dirinya dengan menatap Jeno balik.

Jaemin membuka mulutnya, “Ahhh—!” dia ingin mengumpat bukan mendesah!

Sementara Jeno hanya tertawa kecil seraya melepas rompi seragamnya.

Jeno dengan kemeja putih yang dilinting sampai siku mendekati Na Jaemin yang terengah-engah di atas sofa.

Mata si manis masih nyalang, dan tangan 'bayinya' sibuk merogoh saku jas serta celana.

“Oh wow—” Jeno dengan sigap menghentikan Jaemin, apapun itu, sesuatu didalam saku seorang mafia tidak semuanya baik.

Siapa tau itu pistol.

Fu—fuck you, umhh,” meski Jaemin berhasil mengumpat, tapi rasa geli dan panas ditubuhnya semakin karu-karuan.

Pusatnya berdenyut minta dibebaskan, ini aneh tapi puting Jaemin juga ikut gatal.

Semua afeksi ini pasti ada sebabnya, ini bukan mabuk biasa.

You mean, fuck me?, and I'll do.” Ralat Jeno, wajahnya merunduk, mengamati ekspresi Jaemin yang sungguh menggoda.

Lupakan tugasnya, karena nafsu di atas segalanya— termasuk rencana penangkapan ketua mafia meresahkan ini.

nhhh— Jenohhh!” Jaemin memberontak saat Jeno melepas jasnya, tapi sayang, tenaga Jaemin benar-benar hilang sekarang.

Senyum kemenangan Jeno tercetak jelas setelah menemukan beberapa barang yang bisa dijadikan bukti dari jas itu— tentunya menguatkan tuduhan jika Na Jaemin benar-benar ketuanya.

Wow, sekarang Jeno bisa memperkosa laki-laki manis dengan tenang.

Yes, baby?” Jeno menegakkan tubuh lemah Jaemin, sampai mereka duduk berhadapan.

No, no!” Jaemin menggeleng kuat saat Jeno semakin merapatkan jaraknya.

Jeno ingin mencium bibir merah Jaemin, tapi Jeno juga mau main-main. Hidungnya mengendus mulut Jaemin yang beraroma wine, namun reaksi Jaemin yang terus memberontak buat Jeno geram.

no— mhhh,” Jaemin menahan pundak Jeno, sisa tenaganya berusaha mendorong laki-laki kurang ajar itu dari tubuhnya. Meski gagal.

Jaemin memejamkan matanya saat bibir dingin Jeno melumat bibirnya, menjilat bilah atas bawah dengan sensual, Jeno menggigit bibir Jaemin dan menariknya dengan lembut.

Tangan Jaemin yang sejak tadi mendorong Jeno sekarang ditahan, dikunci dengan satu tangan sampai Jaemin benar-benar pasrah.

umhh, hahhh...”

Jeno mendorong tubuh Jaemin hingga tertidur di sofa, lututnya sengaja dia gesekkan dengan penis keras laki-laki dibawahnya.

ahhh haahh,” Jaemin meringsek mundur namun terbatas dengan lengan sofa.

Yang perlu Jaemin tau, dirinya terkunci, tidak bisa lari.

Jeno melepas ciumannya, sebelum menarik diri dia sempatkan menggigit dagu Jaemin dengan kuat.

“Jaemin Jaemin, dunia harus tau kalau ketua yang dipanggil cantik itu punya penis,” Jeno terkekeh geli.

Terlebih ekspresi Jaemin, mungkin terkejut karena ada yang tau identitasnya.

“tapi gua akuin, lu emang cantik.” Jeno setengah berbisik, tangannya melepas satu persatu kancing kemeja Jaemin.

Sejenak dia menahan nafas karena collarbone Jaemin yang menonjol indah mengintip sedikit. Buat dia semakin tidak sabar.

Jeno menyibak kemeja putih laki-laki dibawahnya, terlihat tubuhnya begitu halus dan lembut. Dua titik cantik yang dipanggil puting menegak keras, perutnya kembang kempis amat ramping.

“Untuk ukuran cowok, lu itu kelewat cantik. Perut lu mulus, mana abdomennya haha? Kayak gini jadi ketua mafia, mending jadi jalang.” Jeno menjilat bibirnya sembari mengusap perut ramping Jaemin.

Jeno berusaha tenang, menahan hasrat untuk tidak menghajar Jaemin sekarang. Namun Jaemin yang setengah telanjang rasanya susah dibiarkan.

Bugh

Fuck!” Jeno yang sempat melamun karena memuja tubuh Jaemin, membuat peluang untuk empunya.

Jaemin dengan sisa tenaga menendang dada Jeno sampai laki-laki itu terhuyung, meski nggak berefek apa-apa, dan Jaemin nggak mampu untuk lari.

Tapi Jaemin tetap berusaha, dia bangkit meski Jeno dengan sigap mengurung tubuhnya lagi.

“Bajingan kecil, emang ga bisa dibaikin.”

Jeno melepas ikat pinggangnya, lalu mengikat tangan Jaemin dengan itu. Menahannya di atas kepala, sementara tangannya mengurus celana mahal Jaemin.

Haaah— nhhh, ngh!” Kaki kecil Jaemin merapat, upayanya untuk menahan agar celana tetap ditempat.

Sekali sentak semua terlepas, jadilah tubuh Jaemin telanjang. Jeno tertawa puas, bibirnya terasa kering dan penisnya sendiri ikut berdiri— kayak punya Jaemin.

“Nurut sama gua, Jaemin, ini bakal enak.” Jaemin menggeleng cepat, kakinya dibawah Jeno kembali menendang-nendang.

Plak

Suara nyaring dari tamparan di paha atas Jaemin menggema. Bekas telapak tangan Jeno terlihat mengerikan di paha putih Jaemin.

Tch, nakal.” Nafas Jaemin memburu, kakinya terus memberontak dibawah kuncian Jeno.

Jeno turun dari atas tubuh Jaemin, dia mengambil botol wine yang isinya tinggal sedikit. Dengan cepat menyodorkan wine tersebut untuk Jaemin, dan mencekoki si manis sampai tersedak.

Uhk— uhuk, mhhhh!” Posisi tidur membuat alkohol tertelan dengan gampang.

“Mabuk gini kan nurut.” Bisik Jeno, botolnya dikembalikan lagi.

Lihat saja, Jaemin benar-benar lemah tak berdaya. Matanya terpejam, pipinya memerah padam, bibirnya terus digigit— uh, tubuhnya berkilauan.

Jangan lupakan penis mengacung tegak punya Jaemin yang ukurannya sejengkal.

Jeno menyelipkan tangannya dibawah lutut Jaemin, membukanya lebar-lebar sampai kerutan merah tersembunyi itu terlihat jelas.

Wow, jangan bilang lu belum pernah kayak gini?” Nafas Jeno tercekat karena Jaemin meresponnya dengan gelengan.

Jeno mengangguk, matanya mencari sesuatu yang bisa dipakai buat pelumas. Dan wine tadi menarik perhatiannya.

Jeno menyambar botol wine, yang tersisa beberapa tetes saja. Tapi itu masih bisa digunakan untuk pelumas kan?

Jaemin memekik tertahan, tangannya yang terikat memukul-mukul Jeno dengan kuat.

Lubangnya yang basah karena wine terasa aneh, dingin dan panas jadi satu. Jaemin nggak mau!

“Jangan nakal, mau gua hukum?” Ucap Jeno sibuk menuangkan sisa wine-nya.

Masa bodoh, Jaemin berulangkali dihadapkan dengan tembak-tembakan, dia nggak takut hukuman. Semakin dia memberontak, semakin Jeno menatapnya marah.

Jeno mengabaikan rasa sakit dari pukulan Jaemin, lubang berkedut Jaemin menarik perhatian dan libidonya.

AKHH—!!! anghhh!” Mata Jaemin membola, otot lehernya menegang, dan nafasnya berhenti sebentar.

Air mata yang Jaemin tahan sejak awal jatuh dari persinggahannya. Karena rasa perih level tertinggi dan panas jadi satu di analnya.

Gila, Jeno baru saja melesakkan mulut botol kedalam analnya.

“O ou, sorry.” Jeno terkekeh, pura-pura menatap Jaemin penuh penyesalan.

Kontras dengan tangganya yang menggerakkan botol kaca dengan perlahan, memutar-mutar botolnya dan mendorongnya masuk semakin dalam.

Hanya sebatas pegangan, karena semakin kebawah botolnya semakin besar, Jeno nggak mau Jaemin kesakitan.

anghhh huuh— Jen, ohh,” Jaemin nggak pernah rasain lemah dan pasrah sebegini kasihannya.

Bukan juga keinginan membuka pahanya semakin lebar karena dilecehkan, bukan juga mengedutkan lubangnya karena disumpal botol alkohol.

Jaemin kasihan sama dirinya sendiri.

“Ja—jangan botol, hahhh, stop...” Jaemin membuka mata basahnya, menatap Jeno penuh permohonan.

Jeno langsung menarik botolnya keluar.

Jeno merasa keterlaluan, yah, meski belum mau berhenti sekarang. Minimal setelah dia klimaks dan mengisi perut ramping ketua mafia yang cantik itu.

Jaemin merasa bisa bernafas lega, matanya terbuka menatap Jeno yang bergerak rusuh diatasnya. Tangan Jaemin masih terikat, dengan pikiran kosong dan nggak jalan sama hatinya, Jaemin dengan gila membantu melucuti celana Jeno.

Jeno terkekeh lagi, ia pikir Jaemin benar-benar mabuk.

“Uh!” Jaemin meneguk ludahnya kasar. Fokusnya pada penis Jeno yang besar!

Besar! Tebal! Berurat! Itu gila!

Tanpa disadari penis Jaemin banjir pre-cum hanya karena melihat milik Jeno.

“Ngeliatinnya ga usah gitu, ga sabar mau dirojok kasar? hm?” Jeno mengarahkan jarinya ke mulut Jaemin, menggesek bibir merah itu sampai terbuka dan Jeno melesakkan jarinya ke dalam.

hokk— hmpphh!” Jaemin menggeleng cepat, jari besar Jeno menarik dan mencubit lidahnya kurang ajar.

Berhasil mengambil saliva Jaemin, Jeno langsung mengusap penisnya.

Hu—uhhh,”

“Hu'uh? Ga sabar?” Tanya Jeno dan Jaemin mengangguk lagi.

Jeno mengocok penisnya sebentar sebelum diarahkan ke lubang Jaemin. Masih mau main-main, Jeno hanya menggesek lubang Jaemin saja tanpa ada niatan melesakkan.

Bikin Jaemin frustasi.

umhhh, hahhh, je—nohhh?” Pintanya.

Jeno mencium bibir Jaemin dengan cepat sebelum mencari posisi yang pas Merasa puas membuat Jaemin memohon tanpa sadar, dengan cepat mendorong tubuhnya, memasuki lubang senggama Jaemin yang teramat sempit.

HAHHH— nhhhh!” Lolongan yang mengiris hati.

“Oh God,” Jeno melayang, rasanya sangat luar biasa nikmat. Penisnya diremas kuat sama lubang Jaemin, hangat dan sempitnya buat Jeno lupa dunia.

Ungh, ah ah,” desah Jaemin tersengal kala Jeno bergerak pelan.

“Sempit banget, mau dibikin longgar ghh?” Jeno merendahkan kepalanya, berbisik di telinga Jaemin dan menjilatinya.

Jaemin mengangguk lagi. Malam ini, biarkan laki-laki brengsek itu melakukan apapun dengan tubuhnya.

Jeno Jeno ahhh!” Jaemin menahan diri untuk tidak menyentak tubuhnya kebawah.

“Ya, Jaemin? Boleh gua rusakin anal lu? Sampai ga bisa jalan, sampai nangis mohon-mohon mau pipis, huh?”

Tanpa sadar Jaemin mengedutkan lubangnya, meremas penis Jeno dengan kuat di dalam tubuhnya.

Ahhh,” Jeno mulai bergerak kasar, temponya lebih cepat.

Jeno menegakkan tubuhnya, menatap Jaemin yang pasrah dari atas enak juga.

Bagaimana Jaemin membuka pahanya lebar-lebar, bagaimana lubang Jaemin menghisap penisnya rakus.

Terlebih punya Jeno nyembul di perut ramping Jaemin. Oh astaga, sebesar itu kah penis Jeno sampai tercetak jelas dibalik perut 'bayi' Jaemin?

Membuat sisi liar Jeno bangun. Jeno tidak bisa menahannya lagi. Tangannya mencengkram paha Jaemin kuat sebelum bergerak dengan brutal.

Mhhh— unghhh, pelan! ahh!!” Jaemin memohon belas kasih, dia nggak sanggup kalau Jeno bergerak tanpa aturan seperti ini.

Tapi rasanya mustahil, Jeno hanya ingin kenikmatan tanpa harus tahu Jaemin kesakitan.

“Enak diperkosa kasar gini?” Jeno merendah untuk puting Jaemin.

AKhhh—! Shhh, sakit!“ Puting keras sewarna nude itu Jeno gigit dengan kuat.

Tangan terikat Jaemin ingin menjambak rambut Jeno agar berhenti menggigit putingnya.

hahhh,

“Haha, bilangnya sakit tapi malah klimaks.” Jeno mendengus saat merasakan sesuatu basah dan lengket keluar dari penis Jaemin, membasahi perut kotak-kotaknya.

Ah ah, nhhh... Jenohh kithh, perihh huhh ga— tehh,” Jaemin cacat dalam ucapannya, mabuk dan terangsang buat dia nggak bisa berkata-kata.

“Enak banget ya? sampai ngomong aja ga jelas.” Jeno terkekeh.

Kembali ke gerak pinggulnya yang bertempo acak, sebentar lagi Jeno akan klimaks.

Jeno tak berhenti memuluti puting Jaemin, kalau bisa Jeno memainkannya sampai bengkak.

Ghh— ah, Jaemin Jaemin, hngg.” Jeno mengerang nikmat di dada Jaemin, gerakkannya semakin cepat.

Jaemin tanpa sadar mengedutkan lubangnya kuat-kuat, merasakan penis didalam tubuhnya semakin besar dan menebal, menyentuh prostat-nya berkali-kali.

Ahh fuck—” karena pijatan nikmat lubang Jaemin, Jeno cepat klimaks. Tusukan keempat Jeno mengeluarkan semua spermanya di dalam tubuh Jaemin, memenuhi anal si kecil.


Dua jam lebih Jaemin disetubuhi Jeno dengan brutal, Jaemin merasa tubuhnya kebas dan sakit semua. Bercak merah memenuhi setiap inchi tubuhnya, putingnya lecet dan satunya berdarah, penisnya lemas sampai tak kuat klimaks.

Semua ulah laki-laki yang sampai sekarang masih menggenjot tubuhnya dari belakang.

Mereka melakukan gaya doggy style, Jeno menyuruh Jaemin menungging di lantai ruang VVIP yang becek sama mani mereka. dan Jeno merojoknya dari belakang. Menahan tangannya dan buat Jaemin nggak punya tumpuan— kecuali kepalanya yang bersimpuh di lantai.

Menghujani gigitan kasar dipunggung halus Na Jaemin, meninggalkan bekas kebiruan yang bakal susah hilang.

Ahhh! Ouhhhh— jenohhh!!” Jaemin orgasme kering lagi. Penisnya tidak mengeluarkan sperma samasekali, hanya mani dan itu tidak banyak.

Semua sudah terkuras habis.

Tapi Jeno? Terlihat masih sanggup menggarap si kecil berjam-jam lagi.

Dominan itu sangat kuat, klimaksnya juga lama...

Plak

Ahnhhg!” Pantat Jaemin mungkin hancur, jiplakan tangan Jeno yang selalu menamparnya tercetak jelas.

Hahhh, dikit lagi,” erangan dibelakang dibarengi gerakan kasar.

Jeno semakin bergerak brutal, sampai bunyi antar paha memenuhi ruangan. Jeno mengejar pelepasan dengan cepat.

Se—stop nhhh...” Pinta Jaemin. Itu terlalu keras, pipi Jaemin sakit karena bergesekan dengan lantai.

Jaemin berjanji akan ada perang darah setelah ini.

Ahh— hahh, Jaemin!” Jeno mengeram rendah, tangannya meremas perut Jaemin dengan kuat.

“ambil semuanya, sampai perut lu kembung.” Bisik Jeno setelah klimaks.

Sementara Jaemin orgasme kering, lagi! Rasa hangat dan penuh di lubangnya sangat luar biasa, candu.

“Hah, capek.” Lenguh Jeno, menarik tubuhnya dari Jaemin.

Menyisakan Jaemin yang ambruk di atas lantai, bokongnya terangkat tinggi dengan lubang menganga mengeluarkan sperma dari dalam.

“Oh ya, gua Jeno, polisi yang beruntungnya megang kasus ini.”

Oh God, Jaemin rasa sialnya dalam satu tahun habis di hari ini.

“Na Jaemin, yang mimpin organisasi kotor dan sering transaksi narkoba, punya rumah bordil, kan?”

Jaemin menggoyangkan pantatnya didepan wajah Jeno bak kucing birahi, lalu mengedutkan lubangnya untuk menggoda dominan itu lagi.

Plak

“Unghh!” Jaemin memekik kecil, pantatnya ditampar Jeno dengan kejam.

Jeno meneguk ludahnya kasar, dia bangkit untuk duduk di sofa.

“Urusannya gampang, sini goyang dulu sampai gua puas.”

Jaemin mengira negosiasinya berhasil.

Padahal, memang seperti ini cara Jeno bertugas.

Jeno tetap akan menangkap Jaemin, tapi mungkin hukumannya akan berbeda karena Jeno sendiri yang akan menghukum ketua seksi itu.

Huh, mungkin menyandera Jaemin dan memperkosanya setiap hari ide yang cemerlang?

Cw // bxb, consensual non-consent, anal sex, nipple sucking, degrading, first time, slapping, little dirty talk, insert of property (botol), doggy-style, dry orgasm, alcohol, drunk, unprotect sex, POKOKNYA JOROK!

Jeno menyusun rencana dengan cepat setelah atasannya mengabari tentang targetnya.

Disebuah kelab, malam ini, Jeno akan memberi tahu bagaimana cara dia bekerja.

Jaemin masih belum sadar yang terjadi pada dirinya, dia terus meminum Wine yang tercampur afrodisiak dengan rakus.

Jaemin bahkan lupa dengan gathering para pemimpin besar— dunia hitam.


Setelah susah payah usaha Jeno buat masuk ke kelab— apalagi menyamar jadi pelayan dan masuk ke ruang VVIP, Jeno akhirnya bernafas lega.

Yah, meski cuma sebentar leganya. Karena, rasanya nafas Jeno berkali-kali tersendat sejak otaknya memproses tentang targetnya.

Harusnya Jeno tetap pada pendiriannya, nggak pernah percaya sama isu-isu diluar sana. Terlebih jika di logika, nggak mungkin pemimpin mafia itu perempuan.

Ah sial, Jeno ketipu besar.

Ingin kembali dengan baki ditangannya, namun Jeno keburu dipanggil. Langkah polisi muda itu agak ragu, antara lanjut atau mundur dan susun rencana ulang.

“Bro, ini sajian buat tamu VVIP kan? Ya sini, jangan diem disitu.” Suara berat menyapa pendengarannya, benar-benar bukan perempuan.

Yang digadang pemimpin mafia mengayunkan tangannya, melempar kode pada Jeno agar mendekatinya.

Jeno meneguk ludahnya kasar, yah, buat yang 'cantik' dan 'Aphrodite' Jeno setuju.

Dilihat dari dekat, laki-laki kecil itu sangat cantik. Matanya bulat polos dihiasi bulu mata lentik, kulitnya seperti bayi meski arm-veinsnya menonjol brutal.

Dibalut jas hitam yang kebesaran, rambutnya menjuntai menutupi dahinya— terkesan laki-laki manis dengan poni anak perempuan.

Maka Jeno memutuskan untuk tetap dalam rencana. Mau perempuan atau bukan, laki-laki didepannya ini adalah pemimpin mafia yang akan melakukan transaksi besar.

Lagipula wine yang ditanganya sudah dicampur afrodisiak.

Jeno mengangkat ujung bibirnya, melakukan service dengan hati-hati dan senatural mungkin. Takut si kecil jadi curiga.

“Gua Na Jaemin.” Jeno menoleh sebentar, kemudian kembali fokus menuang wine-nya.

“Saya Jeno.” Balas Jeno dengan sopan. Dia kembali ragu, kalau-kalau salah target, Jeno bisa digantung.

“Uhm— Jeno, gua boleh minta temenin sebentar gak?” Bisik Jaemin kecil.

Waiters yang melayani sekarang terlihat seperti orang baik dan tidak neko-neko.

Sedikit cerita, Jaemin menahan kesal sejak kakinya pertama kali menginjak di kelab. Hampir semua ingin melecehkannya, melempar cat calling dan yang paling parah menggesekkan mulut botol di pantatnya.

Itu gila! Jaemin hampir menelpon semua bawahannya dan membakar kelab bersama isinya.

Jaemin jadi takut disini, sebelum laki-laki adem menatapnya dengan mata sabit.

Jeno berakting tengah berpikir keras. Bisa saja Jeno berteriak girang— oh ayolah, kapan lagi targetnya melempar diri cuma-cuma.

“Berapa lama? Karena saya masih punya tugas lainya.” Jawab Jeno.

Punggungnya ditegakkan, Jeno memainkan peran seorang waiters dengan profesional.

Mata Jaemin membulat, binar cerah mengisi manik hitamnya.

Just a second. Sampai temen-temen gua dateng aja, easy Jeno? I'll give you a tip.” Jaemin berkata dengan senyuman manisnya.

Okay.

Jeno hampir terpana tapi banyak simpatinya. Akankah senyuman Jaemin masih sama setelah meminum wine-nya?

Lihat saja, sebentar lagi.

Jantung Jeno berdetak lebih cepat kala tangan yang diberi julukan bayi menyambar gelas dari bakinya.

Jaemin menggoyangkan gelasnya beberapa kali sebelum bibir tipis dan merahnya mencium gelas.

Menyesap perlahan sampai rasa pahit dan manis dikecap lidahnya, hingga tetes-tetes wine membasahi tenggorokannya.

Jaemin menikmati minumannya dengan khidmat.

Dan suara kecap bibir Jaemin mengisi ruang privat— VVIP.

“Ini wine tahun berapa?” Jaemin mendongak, menatap Jeno dengan wajah kemerahannya.

Sial, Jeno juga gugup. Secepat itu reaksi antara wine dan afrodisiaknya? Wah, gila.

Pipi bulat Jaemin merah padam, bahkan hidungnya juga. Tapi akhirnya Jaemin masih tersenyum lebar.

Berati ganti pertanyaan, akankah senyuman Jaemin masih sama setelah Jeno memerkosanya?

Lihat saja nanti.

Jeno berdeham, sayangannya Jeno belum belajar tentang per-wine-an. Harus jawab apa dia?

“Tahun— tahun 1980.” Jawab Jeno dengan amat teramat asal.

“Huk— winenya pasti udah capek sama kerasnya hidup. Kasi—aaaaaaaan huwaa!!”

Tiba-tiba Jaemin menangis. Jeno menebak kalau Jaemin sudah dibawah pengaruh alkohol

Jeno sekeras mungkin menahan tawanya, dia kembali menuang dan terus menuang wine sampai sisa setengah di botol saja— untuk Jaemin.

Laki-laki kecil itu meminumnya habis.


”“Huuh— hahhh,*” Jaemin merasa kepalanya akan pecah, semua barang disekitar seperti berputar dan membesar.

Yang normal hanya Jeno, waiters tampan itu asik tersenyum memandanginya kesusahan.

haa— unghh...” Jaemin tidak bisa mengeluarkan kalimat dengan kohoren, mulutnya terus melenguh dan membuatnya terlihat nakal.

Jaemin menggelengkan kepalanya, berusaha membuang pikiran tentang yang nakal sebenarnya bukan dia, melainkan waiters itu.

Otak Jaemin masih bisa berfikir rasional meski sedikit.

Hey, You're so red.” Jeno mengerang rendah, suaranya serak karena bernafsu dengan Jaemin.

Bagaimana mata Jeno diberkati karena melihat si manis frustasi, menggesekkan pahanya sejak tadi, menahan tangannya untuk tidak menyentuh tubuhnya sendiri, Jeno hampir gila.

Dahi Jaemin berkerut setelah mendengar ucapan Jeno. Berusaha menyadarkan dirinya dengan menatap Jeno balik.

Jaemin membuka mulutnya, “Ahhh—!” dia ingin mengumpat bukan mendesah!

Sementara Jeno hanya tertawa kecil seraya melepas rompi seragamnya.

Jeno dengan kemeja putih yang dilinting sampai siku mendekati Na Jaemin yang terengah-engah di atas sofa.

Mata si manis masih nyalang, dan tangan 'bayinya' sibuk merogoh saku jas serta celana.

“Oh wow—” Jeno dengan sigap menghentikan Jaemin, apapun itu, sesuatu didalam saku seorang mafia tidak semuanya baik.

Siapa tau itu pistol.

Fu—fuck you, umhh,” meski Jaemin berhasil mengumpat, tapi rasa geli dan panas ditubuhnya semakin karu-karuan.

Pusatnya berdenyut minta dibebaskan, ini aneh tapi puting Jaemin juga ikut gatal.

Semua afeksi ini pasti ada sebabnya, ini bukan mabuk biasa.

You mean, fuck me?, and I'll do.” Ralat Jeno, wajahnya merunduk, mengamati ekspresi Jaemin yang sungguh menggoda.

Lupakan tugasnya, karena nafsu di atas segalanya— termasuk rencana penangkapan ketua mafia meresahkan ini.

nhhh— Jenohhh!” Jaemin memberontak saat Jeno melepas jasnya, tapi sayang, tenaga Jaemin benar-benar hilang sekarang.

Senyum kemenangan Jeno tercetak jelas setelah menemukan beberapa barang yang bisa dijadikan bukti dari jas itu— tentunya menguatkan tuduhan jika Na Jaemin benar-benar ketuanya.

Wow, sekarang Jeno bisa memperkosa laki-laki manis dengan tenang.

Yes, baby?” Jeno menegakkan tubuh lemah Jaemin, sampai mereka duduk berhadapan.

No, no!” Jaemin menggeleng kuat saat Jeno semakin merapatkan jaraknya.

Jeno ingin mencium bibir merah Jaemin, tapi Jeno juga mau main-main. Hidungnya mengendus mulut Jaemin yang beraroma wine, namun reaksi Jaemin yang terus memberontak buat Jeno geram.

no— mhhh,” Jaemin menahan pundak Jeno, sisa tenaganya berusaha mendorong laki-laki kurang ajar itu dari tubuhnya. Meski gagal.

Jaemin memejamkan matanya saat bibir dingin Jeno melumat bibirnya, menjilat bilah atas bawah dengan sensual, Jeno menggigit bibir Jaemin dan menariknya dengan lembut.

Tangan Jaemin yang sejak tadi mendorong Jeno sekarang ditahan, dikunci dengan satu tangan sampai Jaemin benar-benar pasrah.

umhh, hahhh...”

Jeno mendorong tubuh Jaemin hingga tertidur di sofa, lututnya sengaja dia gesekkan dengan penis keras laki-laki dibawahnya.

ahhh haahh,” Jaemin meringsek mundur namun terbatas dengan lengan sofa.

Yang perlu Jaemin tau, dirinya terkunci, tidak bisa lari.

Jeno melepas ciumannya, sebelum menarik diri dia sempatkan menggigit dagu Jaemin dengan kuat.

“Jaemin Jaemin, dunia harus tau kalau ketua yang dipanggil cantik itu punya penis,” Jeno terkekeh geli.

Terlebih ekspresi Jaemin, mungkin terkejut karena ada yang tau identitasnya.

“tapi gua akuin, lu emang cantik.” Jeno setengah berbisik, tangannya melepas satu persatu kancing kemeja Jaemin.

Sejenak dia menahan nafas karena collarbone Jaemin yang menonjol indah mengintip sedikit. Buat dia semakin tidak sabar.

Jeno menyibak kemeja putih laki-laki dibawahnya, terlihat tubuhnya begitu halus dan lembut. Dua titik cantik yang dipanggil puting menegak keras, perutnya kembang kempis amat ramping.

“Untuk ukuran cowok, lu itu kelewat cantik. Perut lu mulus, mana abdomennya haha? Kayak gini jadi ketua mafia, mending jadi jalang.” Jeno menjilat bibirnya sembari mengusap perut ramping Jaemin.

Jeno berusaha tenang, menahan hasrat untuk tidak menghajar Jaemin sekarang. Namun Jaemin yang setengah telanjang rasanya susah dibiarkan.

Bugh

Fuck!” Jeno yang sempat melamun karena memuja tubuh Jaemin, membuat peluang untuk empunya.

Jaemin dengan sisa tenaga menendang dada Jeno sampai laki-laki itu terhuyung, meski nggak berefek apa-apa, dan Jaemin nggak mampu untuk lari.

Tapi Jaemin tetap berusaha, dia bangkit meski Jeno dengan sigap mengurung tubuhnya lagi.

“Bajingan kecil, emang ga bisa dibaikin.”

Jeno melepas ikat pinggangnya, lalu mengikat tangan Jaemin dengan itu. Menahannya di atas kepala, sementara tangannya mengurus celana mahal Jaemin.

Haaah— nhhh, ngh!” Kaki kecil Jaemin merapat, upayanya untuk menahan agar celana tetap ditempat.

Sekali sentak semua terlepas, jadilah tubuh Jaemin telanjang. Jeno tertawa puas, bibirnya terasa kering dan penisnya sendiri ikut berdiri— kayak punya Jaemin.

“Nurut sama gua, Jaemin, ini bakal enak.” Jaemin menggeleng cepat, kakinya dibawah Jeno kembali menendang-nendang.

Plak

Suara nyaring dari tamparan di paha atas Jaemin menggema. Bekas telapak tangan Jeno terlihat mengerikan di paha putih Jaemin.

Tch, nakal.” Nafas Jaemin memburu, kakinya terus memberontak dibawah kuncian Jeno.

Jeno turun dari atas tubuh Jaemin, dia mengambil botol wine yang isinya tinggal sedikit. Dengan cepat menyodorkan wine tersebut untuk Jaemin, dan mencekoki si manis sampai tersedak.

Uhk— uhuk, mhhhh!” Posisi tidur membuat alkohol tertelan dengan gampang.

“Mabuk gini kan nurut.” Bisik Jeno, botolnya dikembalikan lagi.

Lihat saja, Jaemin benar-benar lemah tak berdaya. Matanya terpejam, pipinya memerah padam, bibirnya terus digigit— uh, tubuhnya berkilauan.

Jangan lupakan penis mengacung tegak punya Jaemin yang ukurannya sejengkal.

Jeno menyelipkan tangannya dibawah lutut Jaemin, membukanya lebar-lebar sampai kerutan merah tersembunyi itu terlihat jelas.

Wow, jangan bilang lu belum pernah kayak gini?” Nafas Jeno tercekat karena Jaemin meresponnya dengan gelengan.

Jeno mengangguk, matanya mencari sesuatu yang bisa dipakai buat pelumas. Dan wine tadi menarik perhatiannya.

Jeno menyambar botol wine, yang tersisa beberapa tetes saja. Tapi itu masih bisa digunakan untuk pelumas kan?

Jaemin memekik tertahan, tangannya yang terikat memukul-mukul Jeno dengan kuat.

Lubangnya yang basah karena wine terasa aneh, dingin dan panas jadi satu. Jaemin nggak mau!

“Jangan nakal, mau gua hukum?” Ucap Jeno sibuk menuangkan sisa wine-nya.

Masa bodoh, Jaemin berulangkali dihadapkan dengan tembak-tembakan, dia nggak takut hukuman. Semakin dia memberontak, semakin Jeno menatapnya marah.

Jeno mengabaikan rasa sakit dari pukulan Jaemin, lubang berkedut Jaemin menarik perhatian dan libidonya.

AKHH—!!! anghhh!” Mata Jaemin membola, otot lehernya menegang, dan nafasnya berhenti sebentar.

Air mata yang Jaemin tahan sejak awal jatuh dari persinggahannya. Karena rasa perih level tertinggi dan panas jadi satu di analnya.

Gila, Jeno baru saja melesakkan mulut botol kedalam analnya.

“O ou, sorry.” Jeno terkekeh, pura-pura menatap Jaemin penuh penyesalan.

Kontras dengan tangganya yang menggerakkan botol kaca dengan perlahan, memutar-mutar botolnya dan mendorongnya masuk semakin dalam.

Hanya sebatas pegangan, karena semakin kebawah botolnya semakin besar, Jeno nggak mau Jaemin kesakitan.

anghhh huuh— Jen, ohh,” Jaemin nggak pernah rasain lemah dan pasrah sebegini kasihannya.

Bukan juga keinginan membuka pahanya semakin lebar karena dilecehkan, bukan juga mengedutkan lubangnya karena disumpal botol alkohol.

Jaemin kasihan sama dirinya sendiri.

“Ja—jangan botol, hahhh, stop...” Jaemin membuka mata basahnya, menatap Jeno penuh permohonan.

Jeno langsung menarik botolnya keluar.

Jeno merasa keterlaluan, yah, meski belum mau berhenti sekarang. Minimal setelah dia klimaks dan mengisi perut ramping ketua mafia yang cantik itu.

Jaemin merasa bisa bernafas lega, matanya terbuka menatap Jeno yang bergerak rusuh diatasnya. Tangan Jaemin masih terikat, dengan pikiran kosong dan nggak jalan sama hatinya, Jaemin dengan gila membantu melucuti celana Jeno.

Jeno terkekeh lagi, ia pikir Jaemin benar-benar mabuk.

“Uh!” Jaemin meneguk ludahnya kasar. Fokusnya pada penis Jeno yang besar!

Besar! Tebal! Berurat! Itu gila!

Tanpa disadari penis Jaemin banjir pre-cum hanya karena melihat milik Jeno.

“Ngeliatinnya ga usah gitu, ga sabar mau dirojok kasar? hm?” Jeno mengarahkan jarinya ke mulut Jaemin, menggesek bibir merah itu sampai terbuka dan Jeno melesakkan jarinya ke dalam.

hokk— hmpphh!” Jaemin menggeleng cepat, jari besar Jeno menarik dan mencubit lidahnya kurang ajar.

Berhasil mengambil saliva Jaemin, Jeno langsung mengusap penisnya.

Hu—uhhh,”

“Hu'uh? Ga sabar?” Tanya Jeno dan Jaemin mengangguk lagi.

Jeno mengocok penisnya sebentar sebelum diarahkan ke lubang Jaemin. Masih mau main-main, Jeno hanya menggesek lubang Jaemin saja tanpa ada niatan melesakkan.

Bikin Jaemin frustasi.

umhhh, hahhh, je—nohhh?” Pintanya.

Jeno mencium bibir Jaemin dengan cepat sebelum mencari posisi yang pas Merasa puas membuat Jaemin memohon tanpa sadar, dengan cepat mendorong tubuhnya, memasuki lubang senggama Jaemin yang teramat sempit.

HAHHH— nhhhh!” Lolongan yang mengiris hati.

“Oh God,” Jeno melayang, rasanya sangat luar biasa nikmat. Penisnya diremas kuat sama lubang Jaemin, hangat dan sempitnya buat Jeno lupa dunia.

Ungh, ah ah,” desah Jaemin tersengal kala Jeno bergerak pelan.

“Sempit banget, mau dibikin longgar ghh?” Jeno merendahkan kepalanya, berbisik di telinga Jaemin dan menjilatinya.

Jaemin mengangguk lagi. Malam ini, biarkan laki-laki brengsek itu melakukan apapun dengan tubuhnya.

Jeno Jeno ahhh!” Jaemin menahan diri untuk tidak menyentak tubuhnya kebawah.

“Ya, Jaemin? Boleh gua rusakin anal lu? Sampai ga bisa jalan, sampai nangis mohon-mohon mau pipis, huh?”

Tanpa sadar Jaemin mengedutkan lubangnya, meremas penis Jeno dengan kuat di dalam tubuhnya.

Ahhh,” Jeno mulai bergerak kasar, temponya lebih cepat.

Jeno menegakkan tubuhnya, menatap Jaemin yang pasrah dari atas enak juga.

Bagaimana Jaemin membuka pahanya lebar-lebar, bagaimana lubang Jaemin menghisap penisnya rakus.

Terlebih punya Jeno nyembul di perut ramping Jaemin. Oh astaga, sebesar itu kah penis Jeno sampai tercetak jelas dibalik perut 'bayi' Jaemin?

Membuat sisi liar Jeno bangun. Jeno tidak bisa menahannya lagi. Tangannya mencengkram paha Jaemin kuat sebelum bergerak dengan brutal.

Mhhh— unghhh, pelan! ahh!!” Jaemin memohon belas kasih, dia nggak sanggup kalau Jeno bergerak tanpa aturan seperti ini.

Tapi rasanya mustahil, Jeno hanya ingin kenikmatan tanpa harus tahu Jaemin kesakitan.

“Enak diperkosa kasar gini?” Jeno merendah untuk puting Jaemin.

AKhhh—! Shhh, sakit!“ Puting keras sewarna nude itu Jeno gigit dengan kuat.

Tangan terikat Jaemin ingin menjambak rambut Jeno agar berhenti menggigit putingnya.

hahhh,

“Haha, bilangnya sakit tapi malah klimaks.” Jeno mendengus saat merasakan sesuatu basah dan lengket keluar dari penis Jaemin, membasahi perut kotak-kotaknya.

Ah ah, nhhh... Jenohh kithh, perihh huhh ga— tehh,” Jaemin cacat dalam ucapannya, mabuk dan terangsang buat dia nggak bisa berkata-kata.

“Enak banget ya? sampai ngomong aja ga jelas.” Jeno terkekeh.

Kembali ke gerak pinggulnya yang bertempo acak, sebentar lagi Jeno akan klimaks.

Jeno tak berhenti memuluti puting Jaemin, kalau bisa Jeno memainkannya sampai bengkak.

Ghh— ah, Jaemin Jaemin, hngg.” Jeno mengerang nikmat di dada Jaemin, gerakkannya semakin cepat.

Jaemin tanpa sadar mengedutkan lubangnya kuat-kuat, merasakan penis didalam tubuhnya semakin besar dan menebal, menyentuh prostat-nya berkali-kali.

Ahh fuck—” karena pijatan nikmat lubang Jaemin, Jeno cepat klimaks. Tusukan keempat Jeno mengeluarkan semua spermanya di dalam tubuh Jaemin, memenuhi anal si kecil.


Dua jam lebih Jaemin disetubuhi Jeno dengan brutal, Jaemin merasa tubuhnya kebas dan sakit semua. Bercak merah memenuhi setiap inchi tubuhnya, putingnya lecet dan satunya berdarah, penisnya lemas sampai tak kuat klimaks.

Semua ulah laki-laki yang sampai sekarang masih menggenjot tubuhnya dari belakang.

Mereka melakukan gaya doggy style, Jeno menyuruh Jaemin menungging di lantai ruang VVIP yang becek sama mani mereka. dan Jeno merojoknya dari belakang. Menahan tangannya dan buat Jaemin nggak punya tumpuan— kecuali kepalanya yang bersimpuh di lantai.

Menghujani gigitan kasar dipunggung halus Na Jaemin, meninggalkan bekas kebiruan yang bakal susah hilang.

Ahhh! Ouhhhh— jenohhh!!” Jaemin orgasme kering lagi. Penisnya tidak mengeluarkan sperma samasekali, hanya mani dan itu tidak banyak.

Semua sudah terkuras habis.

Tapi Jeno? Terlihat masih sanggup menggarap si kecil berjam-jam lagi.

Dominan itu sangat kuat, klimaksnya juga lama...

Plak

Ahnhhg!” Pantat Jaemin mungkin hancur, jiplakan tangan Jeno yang selalu menamparnya tercetak jelas.

Hahhh, dikit lagi,” erangan dibelakang dibarengi gerakan kasar.

Jeno semakin bergerak brutal, sampai bunyi antar paha memenuhi ruangan. Jeno mengejar pelepasan dengan cepat.

Se—stop nhhh...” Pinta Jaemin. Itu terlalu keras, pipi Jaemin sakit karena bergesekan dengan lantai.

Jaemin berjanji akan ada perang darah setelah ini.

Ahh— hahh, Jaemin!” Jeno mengeram rendah, tangannya meremas perut Jaemin dengan kuat.

“ambil semuanya, sampai perut lu kembung.” Bisik Jeno setelah klimaks.

Sementara Jaemin orgasme kering, lagi! Rasa hangat dan penuh di lubangnya sangat luar biasa, candu.

“Hah, capek.” Lenguh Jeno, menarik tubuhnya dari Jaemin.

Menyisakan Jaemin yang ambruk di atas lantai, bokongnya terangkat tinggi dengan lubang menganga mengeluarkan sperma dari dalam.

“Oh ya, gua Jeno, polisi yang beruntungnya megang kasus ini.”

Oh God, Jaemin rasa sialnya dalam satu tahun habis di hari ini.

“Na Jaemin, yang mimpin organisasi kotor dan sering transaksi narkoba, punya rumah bordil, kan?”

Jaemin menggoyangkan pantatnya didepan wajah Jeno bak kucing birahi, lalu mengedutkan lubangnya untuk menggoda dominan itu lagi.

Plak

“Unghh!” Jaemin memekik kecil, pantatnya ditampar Jeno dengan kejam.

Jeno meneguk ludahnya kasar, dia bangkit untuk duduk di sofa.

“Urusannya gampang, sini goyang dulu sampai gua puas.”

Jaemin mengira negosiasinya berhasil.

Padahal, memang seperti ini cara Jeno bertugas.

Jeno tetap akan menangkap Jaemin, tapi mungkin hukumannya akan berbeda karena Jeno sendiri yang akan menghukum ketua seksi itu.

Huh, mungkin menyandera Jaemin dan memperkosanya setiap hari ide yang cemerlang?

Cw // bxb, consensual non-consent, anal sex, nipple sucking, degrading, first time, slapping, little dirty talk, insert of property (botol), doggy-style, dry orgasm, alcohol, drunk, unprotect sex, POKOKNYA JOROK!

*Jeno menyusun rencana dengan cepat setelah atasannya mengabari tentang targetnya.

Disebuah kelab, malam ini, Jeno akan memberi tahu bagaimana cara dia bekerja.

Jaemin masih belum sadar yang terjadi pada dirinya, dia terus meminum Wine yang tercampur afrodisiak dengan rakus.

Jaemin bahkan lupa dengan gathering para pemimpin besar— dunia hitam.*


Setelah susah payah usaha Jeno buat masuk ke kelab— apalagi menyamar jadi pelayan dan masuk ke ruang VVIP, Jeno akhirnya bernafas lega.

Yah, meski cuma sebentar leganya. Karena, rasanya nafas Jeno berkali-kali tersendat sejak otaknya memproses tentang targetnya.

Harusnya Jeno tetap pada pendiriannya, nggak pernah percaya sama isu-isu diluar sana. Terlebih jika di logika, nggak mungkin pemimpin mafia itu perempuan.

Ah sial, Jeno ketipu besar.

Ingin kembali dengan baki ditangannya, namun Jeno keburu dipanggil. Langkah polisi muda itu agak ragu, antara lanjut atau mundur dan susun rencana ulang.

“Bro, ini sajian buat tamu VVIP kan? Ya sini, jangan diem disitu.” Suara berat menyapa pendengarannya, benar-benar bukan perempuan.

Yang digadang pemimpin mafia mengayunkan tangannya, melempar kode pada Jeno agar mendekatinya.

Jeno meneguk ludahnya kasar, yah, buat yang 'cantik' dan 'Aphrodite' Jeno setuju.

Dilihat dari dekat, laki-laki kecil itu sangat cantik. Matanya bulat polos dihiasi bulu mata lentik, kulitnya seperti bayi meski arm-veinsnya menonjol brutal.

Dibalut jas hitam yang kebesaran, rambutnya menjuntai menutupi dahinya— terkesan laki-laki manis dengan poni anak perempuan.

Maka Jeno memutuskan untuk tetap dalam rencana. Mau perempuan atau bukan, laki-laki didepannya ini adalah pemimpin mafia yang akan melakukan transaksi besar.

Lagipula wine yang ditanganya sudah dicampur afrodisiak.

Jeno mengangkat ujung bibirnya, melakukan service dengan hati-hati dan senatural mungkin. Takut si kecil jadi curiga.

“Gua Na Jaemin.” Jeno menoleh sebentar, kemudian kembali fokus menuang wine-nya.

“Saya Jeno.” Balas Jeno dengan sopan. Dia kembali ragu, kalau-kalau salah target, Jeno bisa digantung.

“Uhm— Jeno, gua boleh minta temenin sebentar gak?” Bisik Jaemin kecil.

Waiters yang melayani sekarang terlihat seperti orang baik dan tidak neko-neko.

Sedikit cerita, Jaemin menahan kesal sejak kakinya pertama kali menginjak di kelab. Hampir semua ingin melecehkannya, melempar cat calling dan yang paling parah menggesekkan mulut botol di pantatnya.

Itu gila! Jaemin hampir menelpon semua bawahannya dan membakar kelab bersama isinya.

Jaemin jadi takut disini, sebelum laki-laki adem menatapnya dengan mata sabit.

Jeno berakting tengah berpikir keras. Bisa saja Jeno berteriak girang— oh ayolah, kapan lagi targetnya melempar diri cuma-cuma.

“Berapa lama? Karena saya masih punya tugas lainya.” Jawab Jeno.

Punggungnya ditegakkan, Jeno memainkan peran seorang waiters dengan profesional.

Mata Jaemin membulat, binar cerah mengisi manik hitamnya.

Just a second. Sampai temen-temen gua dateng aja, easy Jeno? I'll give you a tip.” Jaemin berkata dengan senyuman manisnya.

Okay.

Jeno hampir terpana tapi banyak simpatinya. Akankah senyuman Jaemin masih sama setelah meminum wine-nya?

Lihat saja, sebentar lagi.

Jantung Jeno berdetak lebih cepat kala tangan yang diberi julukan bayi menyambar gelas dari bakinya.

Jaemin menggoyangkan gelasnya beberapa kali sebelum bibir tipis dan merahnya mencium gelas.

Menyesap perlahan sampai rasa pahit dan manis dikecap lidahnya, hingga tetes-tetes wine membasahi tenggorokannya.

Jaemin menikmati minumannya dengan khidmat.

Dan suara kecap bibir Jaemin mengisi ruang privat— VVIP.

“Ini wine tahun berapa?” Jaemin mendongak, menatap Jeno dengan wajah kemerahannya.

Sial, Jeno juga gugup. Secepat itu reaksi antara wine dan afrodisiaknya? Wah, gila.

Pipi bulat Jaemin merah padam, bahkan hidungnya juga. Tapi akhirnya Jaemin masih tersenyum lebar.

Berati ganti pertanyaan, akankah senyuman Jaemin masih sama setelah Jeno memerkosanya?

Lihat saja nanti.

Jeno berdeham, sayangannya Jeno belum belajar tentang per-wine-an. Harus jawab apa dia?

“Tahun— tahun 1980.” Jawab Jeno dengan amat teramat asal.

“Huk— winenya pasti udah capek sama kerasnya hidup. Kasi—aaaaaaaan huwaa!!”

Tiba-tiba Jaemin menangis. Jeno menebak kalau Jaemin sudah dibawah pengaruh alkohol

Jeno sekeras mungkin menahan tawanya, dia kembali menuang dan terus menuang wine sampai sisa setengah di botol saja— untuk Jaemin.

Laki-laki kecil itu meminumnya habis.


”“Huuh— hahhh,*” Jaemin merasa kepalanya akan pecah, semua barang disekitar seperti berputar dan membesar.

Yang normal hanya Jeno, waiters tampan itu asik tersenyum memandanginya kesusahan.

haa— unghh...” Jaemin tidak bisa mengeluarkan kalimat dengan kohoren, mulutnya terus melenguh dan membuatnya terlihat nakal.

Jaemin menggelengkan kepalanya, berusaha membuang pikiran tentang yang nakal sebenarnya bukan dia, melainkan waiters itu.

Otak Jaemin masih bisa berfikir rasional meski sedikit.

Hey, You're so red.” Jeno mengerang rendah, suaranya serak karena bernafsu dengan Jaemin.

Bagaimana mata Jeno diberkati karena melihat si manis frustasi, menggesekkan pahanya sejak tadi, menahan tangannya untuk tidak menyentuh tubuhnya sendiri, Jeno hampir gila.

Dahi Jaemin berkerut setelah mendengar ucapan Jeno. Berusaha menyadarkan dirinya dengan menatap Jeno balik.

Jaemin membuka mulutnya, “Ahhh—!” dia ingin mengumpat bukan mendesah!

Sementara Jeno hanya tertawa kecil seraya melepas rompi seragamnya.

Jeno dengan kemeja putih yang dilinting sampai siku mendekati Na Jaemin yang terengah-engah di atas sofa.

Mata si manis masih nyalang, dan tangan 'bayinya' sibuk merogoh saku jas serta celana.

“Oh wow—” Jeno dengan sigap menghentikan Jaemin, apapun itu, sesuatu didalam saku seorang mafia tidak semuanya baik.

Siapa tau itu pistol.

Fu—fuck you, umhh,” meski Jaemin berhasil mengumpat, tapi rasa geli dan panas ditubuhnya semakin karu-karuan.

Pusatnya berdenyut minta dibebaskan, ini aneh tapi puting Jaemin juga ikut gatal.

Semua afeksi ini pasti ada sebabnya, ini bukan mabuk biasa.

You mean, fuck me?, and I'll do.” Ralat Jeno, wajahnya merunduk, mengamati ekspresi Jaemin yang sungguh menggoda.

Lupakan tugasnya, karena nafsu di atas segalanya— termasuk rencana penangkapan ketua mafia meresahkan ini.

nhhh— Jenohhh!” Jaemin memberontak saat Jeno melepas jasnya, tapi sayang, tenaga Jaemin benar-benar hilang sekarang.

Senyum kemenangan Jeno tercetak jelas setelah menemukan beberapa barang yang bisa dijadikan bukti dari jas itu— tentunya menguatkan tuduhan jika Na Jaemin benar-benar ketuanya.

Wow, sekarang Jeno bisa memperkosa laki-laki manis dengan tenang.

Yes, baby?” Jeno menegakkan tubuh lemah Jaemin, sampai mereka duduk berhadapan.

No, no!” Jaemin menggeleng kuat saat Jeno semakin merapatkan jaraknya.

Jeno ingin mencium bibir merah Jaemin, tapi Jeno juga mau main-main. Hidungnya mengendus mulut Jaemin yang beraroma wine, namun reaksi Jaemin yang terus memberontak buat Jeno geram.

no— mhhh,” Jaemin menahan pundak Jeno, sisa tenaganya berusaha mendorong laki-laki kurang ajar itu dari tubuhnya. Meski gagal.

Jaemin memejamkan matanya saat bibir dingin Jeno melumat bibirnya, menjilat bilah atas bawah dengan sensual, Jeno menggigit bibir Jaemin dan menariknya dengan lembut.

Tangan Jaemin yang sejak tadi mendorong Jeno sekarang ditahan, dikunci dengan satu tangan sampai Jaemin benar-benar pasrah.

umhh, hahhh...”

Jeno mendorong tubuh Jaemin hingga tertidur di sofa, lututnya sengaja dia gesekkan dengan penis keras laki-laki dibawahnya.

ahhh haahh,” Jaemin meringsek mundur namun terbatas dengan lengan sofa.

Yang perlu Jaemin tau, dirinya terkunci, tidak bisa lari.

Jeno melepas ciumannya, sebelum menarik diri dia sempatkan menggigit dagu Jaemin dengan kuat.

“Jaemin Jaemin, dunia harus tau kalau ketua yang dipanggil cantik itu punya penis,” Jeno terkekeh geli.

Terlebih ekspresi Jaemin, mungkin terkejut karena ada yang tau identitasnya.

“tapi gua akuin, lu emang cantik.” Jeno setengah berbisik, tangannya melepas satu persatu kancing kemeja Jaemin.

Sejenak dia menahan nafas karena collarbone Jaemin yang menonjol indah mengintip sedikit. Buat dia semakin tidak sabar.

Jeno menyibak kemeja putih laki-laki dibawahnya, terlihat tubuhnya begitu halus dan lembut. Dua titik cantik yang dipanggil puting menegak keras, perutnya kembang kempis amat ramping.

“Untuk ukuran cowok, lu itu kelewat cantik. Perut lu mulus, mana abdomennya haha? Kayak gini jadi ketua mafia, mending jadi jalang.” Jeno menjilat bibirnya sembari mengusap perut ramping Jaemin.

Jeno berusaha tenang, menahan hasrat untuk tidak menghajar Jaemin sekarang. Namun Jaemin yang setengah telanjang rasanya susah dibiarkan.

Bugh

Fuck!” Jeno yang sempat melamun karena memuja tubuh Jaemin, membuat peluang untuk empunya.

Jaemin dengan sisa tenaga menendang dada Jeno sampai laki-laki itu terhuyung, meski nggak berefek apa-apa, dan Jaemin nggak mampu untuk lari.

Tapi Jaemin tetap berusaha, dia bangkit meski Jeno dengan sigap mengurung tubuhnya lagi.

“Bajingan kecil, emang ga bisa dibaikin.”

Jeno melepas ikat pinggangnya, lalu mengikat tangan Jaemin dengan itu. Menahannya di atas kepala, sementara tangannya mengurus celana mahal Jaemin.

Haaah— nhhh, ngh!” Kaki kecil Jaemin merapat, upayanya untuk menahan agar celana tetap ditempat.

Sekali sentak semua terlepas, jadilah tubuh Jaemin telanjang. Jeno tertawa puas, bibirnya terasa kering dan penisnya sendiri ikut berdiri— kayak punya Jaemin.

“Nurut sama gua, Jaemin, ini bakal enak.” Jaemin menggeleng cepat, kakinya dibawah Jeno kembali menendang-nendang.

Plak

Suara nyaring dari tamparan di paha atas Jaemin menggema. Bekas telapak tangan Jeno terlihat mengerikan di paha putih Jaemin.

Tch, nakal.” Nafas Jaemin memburu, kakinya terus memberontak dibawah kuncian Jeno.

Jeno turun dari atas tubuh Jaemin, dia mengambil botol wine yang isinya tinggal sedikit. Dengan cepat menyodorkan wine tersebut untuk Jaemin, dan mencekoki si manis sampai tersedak.

Uhk— uhuk, mhhhh!” Posisi tidur membuat alkohol tertelan dengan gampang.

“Mabuk gini kan nurut.” Bisik Jeno, botolnya dikembalikan lagi.

Lihat saja, Jaemin benar-benar lemah tak berdaya. Matanya terpejam, pipinya memerah padam, bibirnya terus digigit— uh, tubuhnya berkilauan.

Jangan lupakan penis mengacung tegak punya Jaemin yang ukurannya sejengkal.

Jeno menyelipkan tangannya dibawah lutut Jaemin, membukanya lebar-lebar sampai kerutan merah tersembunyi itu terlihat jelas.

Wow, jangan bilang lu belum pernah kayak gini?” Nafas Jeno tercekat karena Jaemin meresponnya dengan gelengan.

Jeno mengangguk, matanya mencari sesuatu yang bisa dipakai buat pelumas. Dan wine tadi menarik perhatiannya.

Jeno menyambar botol wine, yang tersisa beberapa tetes saja. Tapi itu masih bisa digunakan untuk pelumas kan?

Jaemin memekik tertahan, tangannya yang terikat memukul-mukul Jeno dengan kuat.

Lubangnya yang basah karena wine terasa aneh, dingin dan panas jadi satu. Jaemin nggak mau!

“Jangan nakal, mau gua hukum?” Ucap Jeno sibuk menuangkan sisa wine-nya.

Masa bodoh, Jaemin berulangkali dihadapkan dengan tembak-tembakan, dia nggak takut hukuman. Semakin dia memberontak, semakin Jeno menatapnya marah.

Jeno mengabaikan rasa sakit dari pukulan Jaemin, lubang berkedut Jaemin menarik perhatian dan libidonya.

AKHH—!!! anghhh!” Mata Jaemin membola, otot lehernya menegang, dan nafasnya berhenti sebentar.

Air mata yang Jaemin tahan sejak awal jatuh dari persinggahannya. Karena rasa perih level tertinggi dan panas jadi satu di analnya.

Gila, Jeno baru saja melesakkan mulut botol kedalam analnya.

“O ou, sorry.” Jeno terkekeh, pura-pura menatap Jaemin penuh penyesalan.

Kontras dengan tangganya yang menggerakkan botol kaca dengan perlahan, memutar-mutar botolnya dan mendorongnya masuk semakin dalam.

Hanya sebatas pegangan, karena semakin kebawah botolnya semakin besar, Jeno nggak mau Jaemin kesakitan.

anghhh huuh— Jen, ohh,” Jaemin nggak pernah rasain lemah dan pasrah sebegini kasihannya.

Bukan juga keinginan membuka pahanya semakin lebar karena dilecehkan, bukan juga mengedutkan lubangnya karena disumpal botol alkohol.

Jaemin kasihan sama dirinya sendiri.

“Ja—jangan botol, hahhh, stop...” Jaemin membuka mata basahnya, menatap Jeno penuh permohonan.

Jeno langsung menarik botolnya keluar.

Jeno merasa keterlaluan, yah, meski belum mau berhenti sekarang. Minimal setelah dia klimaks dan mengisi perut ramping ketua mafia yang cantik itu.

Jaemin merasa bisa bernafas lega, matanya terbuka menatap Jeno yang bergerak rusuh diatasnya. Tangan Jaemin masih terikat, dengan pikiran kosong dan nggak jalan sama hatinya, Jaemin dengan gila membantu melucuti celana Jeno.

Jeno terkekeh lagi, ia pikir Jaemin benar-benar mabuk.

“Uh!” Jaemin meneguk ludahnya kasar. Fokusnya pada penis Jeno yang besar!

Besar! Tebal! Berurat! Itu gila!

Tanpa disadari penis Jaemin banjir pre-cum hanya karena melihat milik Jeno.

“Ngeliatinnya ga usah gitu, ga sabar mau dirojok kasar? hm?” Jeno mengarahkan jarinya ke mulut Jaemin, menggesek bibir merah itu sampai terbuka dan Jeno melesakkan jarinya ke dalam.

hokk— hmpphh!” Jaemin menggeleng cepat, jari besar Jeno menarik dan mencubit lidahnya kurang ajar.

Berhasil mengambil saliva Jaemin, Jeno langsung mengusap penisnya.

Hu—uhhh,”

“Hu'uh? Ga sabar?” Tanya Jeno dan Jaemin mengangguk lagi.

Jeno mengocok penisnya sebentar sebelum diarahkan ke lubang Jaemin. Masih mau main-main, Jeno hanya menggesek lubang Jaemin saja tanpa ada niatan melesakkan.

Bikin Jaemin frustasi.

umhhh, hahhh, je—nohhh?” Pintanya.

Jeno mencium bibir Jaemin dengan cepat sebelum mencari posisi yang pas Merasa puas membuat Jaemin memohon tanpa sadar, dengan cepat mendorong tubuhnya, memasuki lubang senggama Jaemin yang teramat sempit.

HAHHH— nhhhh!” Lolongan yang mengiris hati.

“Oh God,” Jeno melayang, rasanya sangat luar biasa nikmat. Penisnya diremas kuat sama lubang Jaemin, hangat dan sempitnya buat Jeno lupa dunia.

Ungh, ah ah,” desah Jaemin tersengal kala Jeno bergerak pelan.

“Sempit banget, mau dibikin longgar ghh?” Jeno merendahkan kepalanya, berbisik di telinga Jaemin dan menjilatinya.

Jaemin mengangguk lagi. Malam ini, biarkan laki-laki brengsek itu melakukan apapun dengan tubuhnya.

Jeno Jeno ahhh!” Jaemin menahan diri untuk tidak menyentak tubuhnya kebawah.

“Ya, Jaemin? Boleh gua rusakin anal lu? Sampai ga bisa jalan, sampai nangis mohon-mohon mau pipis, huh?”

Tanpa sadar Jaemin mengedutkan lubangnya, meremas penis Jeno dengan kuat di dalam tubuhnya.

Ahhh,” Jeno mulai bergerak kasar, temponya lebih cepat.

Jeno menegakkan tubuhnya, menatap Jaemin yang pasrah dari atas enak juga.

Bagaimana Jaemin membuka pahanya lebar-lebar, bagaimana lubang Jaemin menghisap penisnya rakus.

Terlebih punya Jeno nyembul di perut ramping Jaemin. Oh astaga, sebesar itu kah penis Jeno sampai tercetak jelas dibalik perut 'bayi' Jaemin?

Membuat sisi liar Jeno bangun. Jeno tidak bisa menahannya lagi. Tangannya mencengkram paha Jaemin kuat sebelum bergerak dengan brutal.

Mhhh— unghhh, pelan! ahh!!” Jaemin memohon belas kasih, dia nggak sanggup kalau Jeno bergerak tanpa aturan seperti ini.

Tapi rasanya mustahil, Jeno hanya ingin kenikmatan tanpa harus tahu Jaemin kesakitan.

“Enak diperkosa kasar gini?” Jeno merendah untuk puting Jaemin.

AKhhh—! Shhh, sakit!“ Puting keras sewarna nude itu Jeno gigit dengan kuat.

Tangan terikat Jaemin ingin menjambak rambut Jeno agar berhenti menggigit putingnya.

hahhh,

“Haha, bilangnya sakit tapi malah klimaks.” Jeno mendengus saat merasakan sesuatu basah dan lengket keluar dari penis Jaemin, membasahi perut kotak-kotaknya.

Ah ah, nhhh... Jenohh kithh, perihh huhh ga— tehh,” Jaemin cacat dalam ucapannya, mabuk dan terangsang buat dia nggak bisa berkata-kata.

“Enak banget ya? sampai ngomong aja ga jelas.” Jeno terkekeh.

Kembali ke gerak pinggulnya yang bertempo acak, sebentar lagi Jeno akan klimaks.

Jeno tak berhenti memuluti puting Jaemin, kalau bisa Jeno memainkannya sampai bengkak.

Ghh— ah, Jaemin Jaemin, hngg.” Jeno mengerang nikmat di dada Jaemin, gerakkannya semakin cepat.

Jaemin tanpa sadar mengedutkan lubangnya kuat-kuat, merasakan penis didalam tubuhnya semakin besar dan menebal, menyentuh prostat-nya berkali-kali.

Ahh fuck—” karena pijatan nikmat lubang Jaemin, Jeno cepat klimaks. Tusukan keempat Jeno mengeluarkan semua spermanya di dalam tubuh Jaemin, memenuhi anal si kecil.


Dua jam lebih Jaemin disetubuhi Jeno dengan brutal, Jaemin merasa tubuhnya kebas dan sakit semua. Bercak merah memenuhi setiap inchi tubuhnya, putingnya lecet dan satunya berdarah, penisnya lemas sampai tak kuat klimaks.

Semua ulah laki-laki yang sampai sekarang masih menggenjot tubuhnya dari belakang.

Mereka melakukan gaya doggy style, Jeno menyuruh Jaemin menungging di lantai ruang VVIP yang becek sama mani mereka. dan Jeno merojoknya dari belakang. Menahan tangannya dan buat Jaemin nggak punya tumpuan— kecuali kepalanya yang bersimpuh di lantai.

Menghujani gigitan kasar dipunggung halus Na Jaemin, meninggalkan bekas kebiruan yang bakal susah hilang.

Ahhh! Ouhhhh— jenohhh!!” Jaemin orgasme kering lagi. Penisnya tidak mengeluarkan sperma samasekali, hanya mani dan itu tidak banyak.

Semua sudah terkuras habis.

Tapi Jeno? Terlihat masih sanggup menggarap si kecil berjam-jam lagi.

Dominan itu sangat kuat, klimaksnya juga lama...

Plak

Ahnhhg!” Pantat Jaemin mungkin hancur, jiplakan tangan Jeno yang selalu menamparnya tercetak jelas.

Hahhh, dikit lagi,” erangan dibelakang dibarengi gerakan kasar.

Jeno semakin bergerak brutal, sampai bunyi antar paha memenuhi ruangan. Jeno mengejar pelepasan dengan cepat.

Se—stop nhhh...” Pinta Jaemin. Itu terlalu keras, pipi Jaemin sakit karena bergesekan dengan lantai.

Jaemin berjanji akan ada perang darah setelah ini.

Ahh— hahh, Jaemin!” Jeno mengeram rendah, tangannya meremas perut Jaemin dengan kuat.

“ambil semuanya, sampai perut lu kembung.” Bisik Jeno setelah klimaks.

Sementara Jaemin orgasme kering, lagi! Rasa hangat dan penuh di lubangnya sangat luar biasa, candu.

“Hah, capek.” Lenguh Jeno, menarik tubuhnya dari Jaemin.

Menyisakan Jaemin yang ambruk di atas lantai, bokongnya terangkat tinggi dengan lubang menganga mengeluarkan sperma dari dalam.

“Oh ya, gua Jeno, polisi yang beruntungnya megang kasus ini.”

Oh God, Jaemin rasa sialnya dalam satu tahun habis di hari ini.

“Na Jaemin, yang mimpin organisasi kotor dan sering transaksi narkoba, punya rumah bordil, kan?”

Jaemin menggoyangkan pantatnya didepan wajah Jeno bak kucing birahi, lalu mengedutkan lubangnya untuk menggoda dominan itu lagi.

Plak

“Unghh!” Jaemin memekik kecil, pantatnya ditampar Jeno dengan kejam.

Jeno meneguk ludahnya kasar, dia bangkit untuk duduk di sofa.

“Urusannya gampang, sini goyang dulu sampai gua puas.”

Jaemin mengira negosiasinya berhasil.

Padahal, memang seperti ini cara Jeno bertugas.

Jeno tetap akan menangkap Jaemin, tapi mungkin hukumannya akan berbeda karena Jeno sendiri yang akan menghukum ketua seksi itu.

Huh, mungkin menyandera Jaemin dan memperkosanya setiap hari ide yang cemerlang?