Cw // bxb, consensual non-consent, anal sex, nipple sucking, degrading, first time, slapping, little dirty talk, insert of property (botol), doggy-style, dry orgasm, alcohol, drunk, unprotect sex, POKOKNYA JOROK!
*Jeno menyusun rencana dengan cepat setelah atasannya mengabari tentang targetnya.
Disebuah kelab, malam ini, Jeno akan memberi tahu bagaimana cara dia bekerja.
Jaemin masih belum sadar yang terjadi pada dirinya, dia terus meminum Wine yang tercampur afrodisiak dengan rakus.
Jaemin bahkan lupa dengan gathering para pemimpin besar— dunia hitam.*
Setelah susah payah usaha Jeno buat masuk ke kelab— apalagi menyamar jadi pelayan dan masuk ke ruang VVIP, Jeno akhirnya bernafas lega.
Yah, meski cuma sebentar leganya. Karena, rasanya nafas Jeno berkali-kali tersendat sejak otaknya memproses tentang targetnya.
Harusnya Jeno tetap pada pendiriannya, nggak pernah percaya sama isu-isu diluar sana. Terlebih jika di logika, nggak mungkin pemimpin mafia itu perempuan.
Ah sial, Jeno ketipu besar.
Ingin kembali dengan baki ditangannya, namun Jeno keburu dipanggil. Langkah polisi muda itu agak ragu, antara lanjut atau mundur dan susun rencana ulang.
“Bro, ini sajian buat tamu VVIP kan? Ya sini, jangan diem disitu.” Suara berat menyapa pendengarannya, benar-benar bukan perempuan.
Yang digadang pemimpin mafia mengayunkan tangannya, melempar kode pada Jeno agar mendekatinya.
Jeno meneguk ludahnya kasar, yah, buat yang 'cantik' dan 'Aphrodite' Jeno setuju.
Dilihat dari dekat, laki-laki kecil itu sangat cantik. Matanya bulat polos dihiasi bulu mata lentik, kulitnya seperti bayi meski arm-veinsnya menonjol brutal.
Dibalut jas hitam yang kebesaran, rambutnya menjuntai menutupi dahinya— terkesan laki-laki manis dengan poni anak perempuan.
Maka Jeno memutuskan untuk tetap dalam rencana. Mau perempuan atau bukan, laki-laki didepannya ini adalah pemimpin mafia yang akan melakukan transaksi besar.
Lagipula wine yang ditanganya sudah dicampur afrodisiak.
Jeno mengangkat ujung bibirnya, melakukan service dengan hati-hati dan senatural mungkin. Takut si kecil jadi curiga.
“Gua Na Jaemin.” Jeno menoleh sebentar, kemudian kembali fokus menuang wine-nya.
“Saya Jeno.” Balas Jeno dengan sopan. Dia kembali ragu, kalau-kalau salah target, Jeno bisa digantung.
“Uhm— Jeno, gua boleh minta temenin sebentar gak?” Bisik Jaemin kecil.
Waiters yang melayani sekarang terlihat seperti orang baik dan tidak neko-neko.
Sedikit cerita, Jaemin menahan kesal sejak kakinya pertama kali menginjak di kelab. Hampir semua ingin melecehkannya, melempar cat calling dan yang paling parah menggesekkan mulut botol di pantatnya.
Itu gila! Jaemin hampir menelpon semua bawahannya dan membakar kelab bersama isinya.
Jaemin jadi takut disini, sebelum laki-laki adem menatapnya dengan mata sabit.
Jeno berakting tengah berpikir keras. Bisa saja Jeno berteriak girang— oh ayolah, kapan lagi targetnya melempar diri cuma-cuma.
“Berapa lama? Karena saya masih punya tugas lainya.” Jawab Jeno.
Punggungnya ditegakkan, Jeno memainkan peran seorang waiters dengan profesional.
Mata Jaemin membulat, binar cerah mengisi manik hitamnya.
“Just a second. Sampai temen-temen gua dateng aja, easy Jeno? I'll give you a tip.” Jaemin berkata dengan senyuman manisnya.
“Okay.“
Jeno hampir terpana tapi banyak simpatinya. Akankah senyuman Jaemin masih sama setelah meminum wine-nya?
Lihat saja, sebentar lagi.
Jantung Jeno berdetak lebih cepat kala tangan yang diberi julukan bayi menyambar gelas dari bakinya.
Jaemin menggoyangkan gelasnya beberapa kali sebelum bibir tipis dan merahnya mencium gelas.
Menyesap perlahan sampai rasa pahit dan manis dikecap lidahnya, hingga tetes-tetes wine membasahi tenggorokannya.
Jaemin menikmati minumannya dengan khidmat.
Dan suara kecap bibir Jaemin mengisi ruang privat— VVIP.
“Ini wine tahun berapa?” Jaemin mendongak, menatap Jeno dengan wajah kemerahannya.
Sial, Jeno juga gugup. Secepat itu reaksi antara wine dan afrodisiaknya? Wah, gila.
Pipi bulat Jaemin merah padam, bahkan hidungnya juga. Tapi akhirnya Jaemin masih tersenyum lebar.
Berati ganti pertanyaan, akankah senyuman Jaemin masih sama setelah Jeno memerkosanya?
Lihat saja nanti.
Jeno berdeham, sayangannya Jeno belum belajar tentang per-wine-an. Harus jawab apa dia?
“Tahun— tahun 1980.” Jawab Jeno dengan amat teramat asal.
“Huk— winenya pasti udah capek sama kerasnya hidup. Kasi—aaaaaaaan huwaa!!”
Tiba-tiba Jaemin menangis. Jeno menebak kalau Jaemin sudah dibawah pengaruh alkohol
Jeno sekeras mungkin menahan tawanya, dia kembali menuang dan terus menuang wine sampai sisa setengah di botol saja— untuk Jaemin.
Laki-laki kecil itu meminumnya habis.
”“Huuh— hahhh,*” Jaemin merasa kepalanya akan pecah, semua barang disekitar seperti berputar dan membesar.
Yang normal hanya Jeno, waiters tampan itu asik tersenyum memandanginya kesusahan.
“haa— unghh...” Jaemin tidak bisa mengeluarkan kalimat dengan kohoren, mulutnya terus melenguh dan membuatnya terlihat nakal.
Jaemin menggelengkan kepalanya, berusaha membuang pikiran tentang yang nakal sebenarnya bukan dia, melainkan waiters itu.
Otak Jaemin masih bisa berfikir rasional meski sedikit.
“Hey, You're so red.” Jeno mengerang rendah, suaranya serak karena bernafsu dengan Jaemin.
Bagaimana mata Jeno diberkati karena melihat si manis frustasi, menggesekkan pahanya sejak tadi, menahan tangannya untuk tidak menyentuh tubuhnya sendiri, Jeno hampir gila.
Dahi Jaemin berkerut setelah mendengar ucapan Jeno. Berusaha menyadarkan dirinya dengan menatap Jeno balik.
Jaemin membuka mulutnya,
“Ahhh—!” dia ingin mengumpat bukan mendesah!
Sementara Jeno hanya tertawa kecil seraya melepas rompi seragamnya.
Jeno dengan kemeja putih yang dilinting sampai siku mendekati Na Jaemin yang terengah-engah di atas sofa.
Mata si manis masih nyalang, dan tangan 'bayinya' sibuk merogoh saku jas serta celana.
“Oh wow—” Jeno dengan sigap menghentikan Jaemin, apapun itu, sesuatu didalam saku seorang mafia tidak semuanya baik.
Siapa tau itu pistol.
“Fu—fuck you, umhh,” meski Jaemin berhasil mengumpat, tapi rasa geli dan panas ditubuhnya semakin karu-karuan.
Pusatnya berdenyut minta dibebaskan, ini aneh tapi puting Jaemin juga ikut gatal.
Semua afeksi ini pasti ada sebabnya, ini bukan mabuk biasa.
“You mean, fuck me?, and I'll do.” Ralat Jeno, wajahnya merunduk, mengamati ekspresi Jaemin yang sungguh menggoda.
Lupakan tugasnya, karena nafsu di atas segalanya— termasuk rencana penangkapan ketua mafia meresahkan ini.
“nhhh— Jenohhh!” Jaemin memberontak saat Jeno melepas jasnya, tapi sayang, tenaga Jaemin benar-benar hilang sekarang.
Senyum kemenangan Jeno tercetak jelas setelah menemukan beberapa barang yang bisa dijadikan bukti dari jas itu— tentunya menguatkan tuduhan jika Na Jaemin benar-benar ketuanya.
Wow, sekarang Jeno bisa memperkosa laki-laki manis dengan tenang.
“Yes, baby?” Jeno menegakkan tubuh lemah Jaemin, sampai mereka duduk berhadapan.
“No, no!” Jaemin menggeleng kuat saat Jeno semakin merapatkan jaraknya.
Jeno ingin mencium bibir merah Jaemin, tapi Jeno juga mau main-main. Hidungnya mengendus mulut Jaemin yang beraroma wine, namun reaksi Jaemin yang terus memberontak buat Jeno geram.
“no— mhhh,” Jaemin menahan pundak Jeno, sisa tenaganya berusaha mendorong laki-laki kurang ajar itu dari tubuhnya. Meski gagal.
Jaemin memejamkan matanya saat bibir dingin Jeno melumat bibirnya, menjilat bilah atas bawah dengan sensual, Jeno menggigit bibir Jaemin dan menariknya dengan lembut.
Tangan Jaemin yang sejak tadi mendorong Jeno sekarang ditahan, dikunci dengan satu tangan sampai Jaemin benar-benar pasrah.
“umhh, hahhh...”
Jeno mendorong tubuh Jaemin hingga tertidur di sofa, lututnya sengaja dia gesekkan dengan penis keras laki-laki dibawahnya.
“ahhh haahh,” Jaemin meringsek mundur namun terbatas dengan lengan sofa.
Yang perlu Jaemin tau, dirinya terkunci, tidak bisa lari.
Jeno melepas ciumannya, sebelum menarik diri dia sempatkan menggigit dagu Jaemin dengan kuat.
“Jaemin Jaemin, dunia harus tau kalau ketua yang dipanggil cantik itu punya penis,” Jeno terkekeh geli.
Terlebih ekspresi Jaemin, mungkin terkejut karena ada yang tau identitasnya.
“tapi gua akuin, lu emang cantik.” Jeno setengah berbisik, tangannya melepas satu persatu kancing kemeja Jaemin.
Sejenak dia menahan nafas karena collarbone Jaemin yang menonjol indah mengintip sedikit. Buat dia semakin tidak sabar.
Jeno menyibak kemeja putih laki-laki dibawahnya, terlihat tubuhnya begitu halus dan lembut. Dua titik cantik yang dipanggil puting menegak keras, perutnya kembang kempis amat ramping.
“Untuk ukuran cowok, lu itu kelewat cantik. Perut lu mulus, mana abdomennya haha? Kayak gini jadi ketua mafia, mending jadi jalang.” Jeno menjilat bibirnya sembari mengusap perut ramping Jaemin.
Jeno berusaha tenang, menahan hasrat untuk tidak menghajar Jaemin sekarang. Namun Jaemin yang setengah telanjang rasanya susah dibiarkan.
Bugh
“Fuck!” Jeno yang sempat melamun karena memuja tubuh Jaemin, membuat peluang untuk empunya.
Jaemin dengan sisa tenaga menendang dada Jeno sampai laki-laki itu terhuyung, meski nggak berefek apa-apa, dan Jaemin nggak mampu untuk lari.
Tapi Jaemin tetap berusaha, dia bangkit meski Jeno dengan sigap mengurung tubuhnya lagi.
“Bajingan kecil, emang ga bisa dibaikin.”
Jeno melepas ikat pinggangnya, lalu mengikat tangan Jaemin dengan itu. Menahannya di atas kepala, sementara tangannya mengurus celana mahal Jaemin.
“Haaah— nhhh, ngh!” Kaki kecil Jaemin merapat, upayanya untuk menahan agar celana tetap ditempat.
Sekali sentak semua terlepas, jadilah tubuh Jaemin telanjang. Jeno tertawa puas, bibirnya terasa kering dan penisnya sendiri ikut berdiri— kayak punya Jaemin.
“Nurut sama gua, Jaemin, ini bakal enak.” Jaemin menggeleng cepat, kakinya dibawah Jeno kembali menendang-nendang.
Plak
Suara nyaring dari tamparan di paha atas Jaemin menggema. Bekas telapak tangan Jeno terlihat mengerikan di paha putih Jaemin.
“Tch, nakal.” Nafas Jaemin memburu, kakinya terus memberontak dibawah kuncian Jeno.
Jeno turun dari atas tubuh Jaemin, dia mengambil botol wine yang isinya tinggal sedikit. Dengan cepat menyodorkan wine tersebut untuk Jaemin, dan mencekoki si manis sampai tersedak.
“Uhk— uhuk, mhhhh!” Posisi tidur membuat alkohol tertelan dengan gampang.
“Mabuk gini kan nurut.” Bisik Jeno, botolnya dikembalikan lagi.
Lihat saja, Jaemin benar-benar lemah tak berdaya. Matanya terpejam, pipinya memerah padam, bibirnya terus digigit— uh, tubuhnya berkilauan.
Jangan lupakan penis mengacung tegak punya Jaemin yang ukurannya sejengkal.
Jeno menyelipkan tangannya dibawah lutut Jaemin, membukanya lebar-lebar sampai kerutan merah tersembunyi itu terlihat jelas.
“Wow, jangan bilang lu belum pernah kayak gini?” Nafas Jeno tercekat karena Jaemin meresponnya dengan gelengan.
Jeno mengangguk, matanya mencari sesuatu yang bisa dipakai buat pelumas. Dan wine tadi menarik perhatiannya.
Jeno menyambar botol wine, yang tersisa beberapa tetes saja. Tapi itu masih bisa digunakan untuk pelumas kan?
Jaemin memekik tertahan, tangannya yang terikat memukul-mukul Jeno dengan kuat.
Lubangnya yang basah karena wine terasa aneh, dingin dan panas jadi satu. Jaemin nggak mau!
“Jangan nakal, mau gua hukum?” Ucap Jeno sibuk menuangkan sisa wine-nya.
Masa bodoh, Jaemin berulangkali dihadapkan dengan tembak-tembakan, dia nggak takut hukuman. Semakin dia memberontak, semakin Jeno menatapnya marah.
Jeno mengabaikan rasa sakit dari pukulan Jaemin, lubang berkedut Jaemin menarik perhatian dan libidonya.
“AKHH—!!! anghhh!” Mata Jaemin membola, otot lehernya menegang, dan nafasnya berhenti sebentar.
Air mata yang Jaemin tahan sejak awal jatuh dari persinggahannya. Karena rasa perih level tertinggi dan panas jadi satu di analnya.
Gila, Jeno baru saja melesakkan mulut botol kedalam analnya.
“O ou, sorry.” Jeno terkekeh, pura-pura menatap Jaemin penuh penyesalan.
Kontras dengan tangganya yang menggerakkan botol kaca dengan perlahan, memutar-mutar botolnya dan mendorongnya masuk semakin dalam.
Hanya sebatas pegangan, karena semakin kebawah botolnya semakin besar, Jeno nggak mau Jaemin kesakitan.
“anghhh huuh— Jen, ohh,” Jaemin nggak pernah rasain lemah dan pasrah sebegini kasihannya.
Bukan juga keinginan membuka pahanya semakin lebar karena dilecehkan, bukan juga mengedutkan lubangnya karena disumpal botol alkohol.
Jaemin kasihan sama dirinya sendiri.
“Ja—jangan botol, hahhh, stop...” Jaemin membuka mata basahnya, menatap Jeno penuh permohonan.
Jeno langsung menarik botolnya keluar.
Jeno merasa keterlaluan, yah, meski belum mau berhenti sekarang. Minimal setelah dia klimaks dan mengisi perut ramping ketua mafia yang cantik itu.
Jaemin merasa bisa bernafas lega, matanya terbuka menatap Jeno yang bergerak rusuh diatasnya. Tangan Jaemin masih terikat, dengan pikiran kosong dan nggak jalan sama hatinya, Jaemin dengan gila membantu melucuti celana Jeno.
Jeno terkekeh lagi, ia pikir Jaemin benar-benar mabuk.
“Uh!” Jaemin meneguk ludahnya kasar. Fokusnya pada penis Jeno yang besar!
Besar! Tebal! Berurat! Itu gila!
Tanpa disadari penis Jaemin banjir pre-cum hanya karena melihat milik Jeno.
“Ngeliatinnya ga usah gitu, ga sabar mau dirojok kasar? hm?” Jeno mengarahkan jarinya ke mulut Jaemin, menggesek bibir merah itu sampai terbuka dan Jeno melesakkan jarinya ke dalam.
“hokk— hmpphh!” Jaemin menggeleng cepat, jari besar Jeno menarik dan mencubit lidahnya kurang ajar.
Berhasil mengambil saliva Jaemin, Jeno langsung mengusap penisnya.
“Hu—uhhh,”
“Hu'uh? Ga sabar?” Tanya Jeno dan Jaemin mengangguk lagi.
Jeno mengocok penisnya sebentar sebelum diarahkan ke lubang Jaemin. Masih mau main-main, Jeno hanya menggesek lubang Jaemin saja tanpa ada niatan melesakkan.
Bikin Jaemin frustasi.
“umhhh, hahhh, je—nohhh?” Pintanya.
Jeno mencium bibir Jaemin dengan cepat sebelum mencari posisi yang pas
Merasa puas membuat Jaemin memohon tanpa sadar, dengan cepat mendorong tubuhnya, memasuki lubang senggama Jaemin yang teramat sempit.
“HAHHH— nhhhh!” Lolongan yang mengiris hati.
“Oh God,” Jeno melayang, rasanya sangat luar biasa nikmat. Penisnya diremas kuat sama lubang Jaemin, hangat dan sempitnya buat Jeno lupa dunia.
“Ungh, ah ah,” desah Jaemin tersengal kala Jeno bergerak pelan.
“Sempit banget, mau dibikin longgar ghh?” Jeno merendahkan kepalanya, berbisik di telinga Jaemin dan menjilatinya.
Jaemin mengangguk lagi. Malam ini, biarkan laki-laki brengsek itu melakukan apapun dengan tubuhnya.
“Jeno Jeno ahhh!” Jaemin menahan diri untuk tidak menyentak tubuhnya kebawah.
“Ya, Jaemin? Boleh gua rusakin anal lu? Sampai ga bisa jalan, sampai nangis mohon-mohon mau pipis, huh?”
Tanpa sadar Jaemin mengedutkan lubangnya, meremas penis Jeno dengan kuat di dalam tubuhnya.
“Ahhh,” Jeno mulai bergerak kasar, temponya lebih cepat.
Jeno menegakkan tubuhnya, menatap Jaemin yang pasrah dari atas enak juga.
Bagaimana Jaemin membuka pahanya lebar-lebar, bagaimana lubang Jaemin menghisap penisnya rakus.
Terlebih punya Jeno nyembul di perut ramping Jaemin. Oh astaga, sebesar itu kah penis Jeno sampai tercetak jelas dibalik perut 'bayi' Jaemin?
Membuat sisi liar Jeno bangun. Jeno tidak bisa menahannya lagi. Tangannya mencengkram paha Jaemin kuat sebelum bergerak dengan brutal.
“Mhhh— unghhh, pelan! ahh!!” Jaemin memohon belas kasih, dia nggak sanggup kalau Jeno bergerak tanpa aturan seperti ini.
Tapi rasanya mustahil, Jeno hanya ingin kenikmatan tanpa harus tahu Jaemin kesakitan.
“Enak diperkosa kasar gini?” Jeno merendah untuk puting Jaemin.
“AKhhh—! Shhh, sakit!“
Puting keras sewarna nude itu Jeno gigit dengan kuat.
Tangan terikat Jaemin ingin menjambak rambut Jeno agar berhenti menggigit putingnya.
“hahhh,“
“Haha, bilangnya sakit tapi malah klimaks.” Jeno mendengus saat merasakan sesuatu basah dan lengket keluar dari penis Jaemin, membasahi perut kotak-kotaknya.
“Ah ah, nhhh... Jenohh kithh, perihh huhh ga— tehh,” Jaemin cacat dalam ucapannya, mabuk dan terangsang buat dia nggak bisa berkata-kata.
“Enak banget ya? sampai ngomong aja ga jelas.” Jeno terkekeh.
Kembali ke gerak pinggulnya yang bertempo acak, sebentar lagi Jeno akan klimaks.
Jeno tak berhenti memuluti puting Jaemin, kalau bisa Jeno memainkannya sampai bengkak.
“Ghh— ah, Jaemin Jaemin, hngg.” Jeno mengerang nikmat di dada Jaemin, gerakkannya semakin cepat.
Jaemin tanpa sadar mengedutkan lubangnya kuat-kuat, merasakan penis didalam tubuhnya semakin besar dan menebal, menyentuh prostat-nya berkali-kali.
“Ahh fuck—” karena pijatan nikmat lubang Jaemin, Jeno cepat klimaks. Tusukan keempat Jeno mengeluarkan semua spermanya di dalam tubuh Jaemin, memenuhi anal si kecil.
Dua jam lebih Jaemin disetubuhi Jeno dengan brutal, Jaemin merasa tubuhnya kebas dan sakit semua. Bercak merah memenuhi setiap inchi tubuhnya, putingnya lecet dan satunya berdarah, penisnya lemas sampai tak kuat klimaks.
Semua ulah laki-laki yang sampai sekarang masih menggenjot tubuhnya dari belakang.
Mereka melakukan gaya doggy style, Jeno menyuruh Jaemin menungging di lantai ruang VVIP yang becek sama mani mereka. dan Jeno merojoknya dari belakang. Menahan tangannya dan buat Jaemin nggak punya tumpuan— kecuali kepalanya yang bersimpuh di lantai.
Menghujani gigitan kasar dipunggung halus Na Jaemin, meninggalkan bekas kebiruan yang bakal susah hilang.
“Ahhh! Ouhhhh— jenohhh!!” Jaemin orgasme kering lagi. Penisnya tidak mengeluarkan sperma samasekali, hanya mani dan itu tidak banyak.
Semua sudah terkuras habis.
Tapi Jeno? Terlihat masih sanggup menggarap si kecil berjam-jam lagi.
Dominan itu sangat kuat, klimaksnya juga lama...
Plak
“Ahnhhg!” Pantat Jaemin mungkin hancur, jiplakan tangan Jeno yang selalu menamparnya tercetak jelas.
“Hahhh, dikit lagi,” erangan dibelakang dibarengi gerakan kasar.
Jeno semakin bergerak brutal, sampai bunyi antar paha memenuhi ruangan. Jeno mengejar pelepasan dengan cepat.
“Se—stop nhhh...” Pinta Jaemin. Itu terlalu keras, pipi Jaemin sakit karena bergesekan dengan lantai.
Jaemin berjanji akan ada perang darah setelah ini.
“Ahh— hahh, Jaemin!” Jeno mengeram rendah, tangannya meremas perut Jaemin dengan kuat.
“ambil semuanya, sampai perut lu kembung.” Bisik Jeno setelah klimaks.
Sementara Jaemin orgasme kering, lagi! Rasa hangat dan penuh di lubangnya sangat luar biasa, candu.
“Hah, capek.” Lenguh Jeno, menarik tubuhnya dari Jaemin.
Menyisakan Jaemin yang ambruk di atas lantai, bokongnya terangkat tinggi dengan lubang menganga mengeluarkan sperma dari dalam.
“Oh ya, gua Jeno, polisi yang beruntungnya megang kasus ini.”
Oh God, Jaemin rasa sialnya dalam satu tahun habis di hari ini.
“Na Jaemin, yang mimpin organisasi kotor dan sering transaksi narkoba, punya rumah bordil, kan?”
Jaemin menggoyangkan pantatnya didepan wajah Jeno bak kucing birahi, lalu mengedutkan lubangnya untuk menggoda dominan itu lagi.
Plak
“Unghh!” Jaemin memekik kecil, pantatnya ditampar Jeno dengan kejam.
Jeno meneguk ludahnya kasar, dia bangkit untuk duduk di sofa.
“Urusannya gampang, sini goyang dulu sampai gua puas.”
Jaemin mengira negosiasinya berhasil.
Padahal, memang seperti ini cara Jeno bertugas.
Jeno tetap akan menangkap Jaemin, tapi mungkin hukumannya akan berbeda karena Jeno sendiri yang akan menghukum ketua seksi itu.
Huh, mungkin menyandera Jaemin dan memperkosanya setiap hari ide yang cemerlang?