Sex on the bus.
Cw : BxB, Nswf, sex, dirty talk lokal, degrading, lewd language (lonte, lacur, etc), fingering, crossdresser, feminization, anal sex, overstimulation, sub space, impregnation kink, unprotect sex, nipple licking.
Jaemin anak nakal penuh penasaran, melakukan apapun termasuk memalukan dirinya karena memakai dress anak perempuan demi kepuasannya.
Ingin menggoda supir bus yang sering ia tumpangi, pria itu tampan. Arm veins-nya mampu buat Jaemin terangsang, tatapan tajamnya buat Jaemin ingin membangkang demi hukuman.
Yang ternyata Jeno adalah YouTuber terkenal dan tengah merekam konten 'seminggu jadi supir bus, check!'
Jaemin tersenyum lebar, mematut dirinya di depan cermin sekali lagi.
Dress pendek yang memamerkan segala sisi tubuhnya terlihat sempurna— terlebih kaki jenjangnya, Jaemin sempat nggak nyangka kalau itu dirinya. Sangat cantik, terlebih rambut pinknya yang panjang, dan sesuatu bewarna pink juga ditubuh belakang. shut
“Gila lu, mau di ewe sampai bego begini.” Gumam Jaemin percaya diri— kalau si supir bakal merkosa dia, tapi senyumnya semakin lebar. Dia nggak sabar.
“Kalo gua tau supirnya belok, ga bakal susah-susah sisiran.” Jaemin merapikan poninya, sekali lagi, dia sangat puas.
Si manis memutar badannya, melirik kebelakang dimana cermin panjang tengah merefleksikan seluruh tubuh belakangnya.
Yang jadi fokus Jaemin cuma pantat, ia menungging sembari melebarkan kakinya sedikit.
Terlihat jelas bola bulu dari buttplug yang Jaemin pakai, sedikit tertutup tali g-string yang menyilang. Kalau aja nggak buat nutupin penis kecilnya yang memegang, Jaemin nggak bakal pakai underwear.
“Wish me luck, kalo ga luck ya usluk-usluk sama orang lain.” Setelahnya Jaemin terkekeh geli. Bohong, sebesar apapun dia terangsang, Jaemin tetap jadi anak yang picky untuk partner sexnya.
Jaemin sedikit merapikan pakaiannya, kemudian keluar dari rumah dengan perasaan was-was. Jaemin takut ketahuan, tapi lebih takut lagi kalau nggak jadi melakukan hal bejat dengan supir incaran.
Hari keempat Jeno menjadi supir bus berjalan seperti biasa, dengan kamera on di dasbor bus yang nantinya merekam kegiatan Jeno seharian penuh, dan bakal dipost ke YouTube.
Namun sayangnya, fokus Jeno mulai terpecah sejak perempuan berambut merah muda duduk di bangku belakanganya. Jeno pikir perempuan itu tidak asing lagi.
Selama empat hari berturut-turut Jeno selalu melihat perempuan cantik itu, wajahnya kecil dengan mata bulat berhias bulu mata lentik, hidungnya mungil kemerah-merahan— sama seperti rambutnya, kulit sewarna susunya memanggil untuk disentuh
Tapi, bukan itu fokus Jeno, melainkan lenguhan yang belasan kali ia dengar selama perempuan itu menumpang di bus-nya.
Kemarin-kemarin kalau Jeno dengar lenguhan, ia pikir perempuan itu bosan dengan perjalanannya. Namun semakin kesini, apalagi disaat bus-nya sepi, lenguhannya semakin menjadi-jadi.
“unghh—” Jeno mendengarnya lagi. Matanya melirik dari spion atas, menatap tepat perempuan yang memakai baju terbuka dengan tajam.
Tergambar jelas bagaimana perempuan itu terus menggigit bibir bawahnya, memejamkan matanya dengan kuat, serta tangan kanan meremas pahanya sampai rok pendeknya terangkat.
Jeno meneguk ludahnya susah payah, gimanapun dia tetep cowok normal. Lihat perempuan yang pakai baju segitu terbukanya ya bakal terangsang.
Jeno langsung menggelengkan kepala disaat pikiran kotor mulai memenuhi otaknya. Tapi, rasanya Jeno ingin berimajinasi kotor terus dengan perempuan itu.
Terlebih suasana bus yang hanya ada 2 penumpang, perempuan itu dan nenek yang lagi tidur dipojok belakang.
Jaemin meremas paha kanannya kuat-kuat, menahan diri biar nggak mendesah nikmat saat bus Jeno berguncang karena melewati polisi tidur, semakin menekan buttplugnya kedalam.
“Anghh,” Jaemin merapatkan pahanya, buttplug didalam analnya semakin buat dia nggak waras.
Jaemin Ingin segera diperkosa dan dimainkan Jeno seenaknya. Tapi, hampir sampai sore Jeno terlihat biasa saja.
Nggak sama kayak direncana Jaemin, dimana Jeno akan tergoda setelah melihat pakaiannya lebih terbuka. Apalagi lihat buttplug ekor kelincinya.
Mata keduanya tak sengaja bertatapan, meski hanya lewat kaca spion, tapi rasanya— menghadirkan gelanyar aneh diperut mereka.
“Ekhem.” Jeno berdeham, mengusir suasana canggung.
Jarak mereka yang terlalu dekat membuat Jaemin berdebar, dia tersenyum dan lebih berani menatap Jeno lagi.
“Hallo,” sebelumnya Jaemin sudah berlatih agar suaranya tertahan, dan terdengar seperti perempuan.
Ya, meski jatuhnya aneh.
“Hai.” Balas Jeno, jantungnya juga berdegup. Dia tersenyum lebar sampai matanya terpejam.
“Baru, ya? Pak Burhan udah ga kerja?” Tanya Jaemin basa-basi. Dari kemarin mau menyapa nggak berani.
Jeno mengangguk, “bapak sebelumnya masih kerja kok, ini gua cuma gantiin seminggu aja.”
Dahi Jaemin langsung mengerut, sedikit nggak terima kalau pemuda di depannya itu bekerja hanya sebentar.
“Mau duduk di samping?” Jeno melirik lagi, raut terkejut Jaemin terekam jelas di otaknya. Sangat menggemaskan, boleh lah dideketin.
Jeno pikir teman ngobrol sampai ke terminal akhir bagus juga.
Tanpa ba-bi-bu, Jaemin berdiri. Kesempatan besar yang nggak bakal dia sia-siain.
Langkah Jaemin hati-hati, tangannya memegang kursi supaya langkahnya tetap stabil.
Jaemin menahan senyumnya, sedikit menungging karena kursi depan posisinya lebih rendah.
Dan semua nggak luput dari perhatian Jeno.
Sebelum Jaemin berputar untuk duduk, Jaemin mendengar Jeno memekik tertahan.
Pasti karena lihat lubangnya yang tersumpal buttplug kan?
“Uhh—” lenguhan kali ini sengaja Jaemin perjelas, posisi duduknya juga tidak beraturan. Nggak menggambarkan perempuan sopan.
Kakinya dibuka lebar sampai dressnya terangkat, memperlihatkan paha putihnya dengan cuma-cuma.
Jakun Jeno bergerak turun, bingung membagi fokus antara Jaemin atau jalanan.
“Ini rute terakhir, lu mau diturunin di mana?” Tanya Jeno penasaran, meski tau bakal berhenti di halte terkahir seperti kemarin-kemarin.
“Kalo di rumah lu boleh, ga?” Jaemin tersenyum manis sambil membalas tatapan Jeno.
Jujur Jeno sempat tertegun, tapi kemudian bersorak dalam hati. Woi! Habis ngapain sampai nemu rejeki kayak gini. Gitu batinnya.
“Kenapa kerumah gua?” Suara Jeno sengaja direndahkan. Rupanya Jeno mau tarik ulur dulu.
Jaemin meremas tangannya di atas paha, benar-benar menguras energi hanya untuk diperkosa.
“Uhm— disini juga bisa sih.” Cicit Jaemin pelan.
“Maksudnya? Bisa apa, hm?” Jeno terkekeh geli, kenapa perempuan disampingnya ini terlihat tak punya harga diri.
Uh, sudah pasti sih. Dilihat dari gaya pakaiannya aja ketebak.
Jaemin mau nangis. Demi apapun itu, rasanya malu tapi tertutup nafsu. Jaemin nggak bisa mikirin apapun kecuali cara buat goda supir disampingnya.
Tangan lentik Jaemin mendarat di atas paha Jeno, diusapnya penuh hati-hati dan semakin berani karena Jeno hanya berdiam diri. Dia merutuk dalam hati, jarak kursi penumpang depan dan kemudi lumayan jauh.
Jarinya terus menari di paha kokoh Jeno, mengitari selangkangan Jeno yang menggembung besar. Menepuk-nepuk pelan selangkangan Jeno sampai yang punya mengerang, kemudian Jaemin menarik zipper celana mahal tersebut sampai underwear hitam terlihat lebih jelas.
Jeno menahan diri agar tidak berhenti dijalan dan menggarap Jaemin begitu saja, bahkan urat leher Jeno tercetak jelas.
Jaemin menelusupkan 2 jari panjangnya ke dalam underwear Jeno, merasakan sensasi hangat dan ukuran penis Jeno yang sangat besar.
“Ayo ngentot.”
“Uhuk-!” Jeno tersedak ludahnya sendiri, gila, ngajak ngewe kayak ngajak main layangan.
“Please,” bahkan Jaemin sampai memohon.
“Sepinter apa lu muasin cowok? Sampai berani ngajak main stranger, hm.” Laju bus Jeno semakin pelan sejak mereka beradu pandang tadi.
“Gu–gua kuat dientot sampai pagi kok!” Jaemin sedikit sewot kalau menyinggung kehebatan di ranjang.
Jeno lagi-lagi terkekeh, lebih tertawa meremehkan.
“Atau jangan-jangan lu tau gua siapa?” Jaemin langsung menggeleng, menatap Jeno dari ujung matanya.
“Serius?” Jujur Jeno sedikit terkejut dan sedih, ada orang yang nggak kenal dia— notabennya YouTuber lumayan banyak subscribersnys.
“Nama lu siapa?” Tanya Jeno, menambah ketertarikannya terhadap Jaemin.
“Nana.” Ingatkan Jaemin masih mode perempuan.
“Oh ya. Nana,” Jeno mengangguk kecil.
Alis Jaemin mengerut saat bus yang ia tumpangi berhenti di jalanan lumayan sepi, tapi padat perumahan.
Wow, jangan bilang cita-cita diperkosa supir ganteng bentar lagi terlaksana?!
“Kenapa berhenti?” Tapi Jaemin nggak mau kalau sampai berhenti dan mengganggu lalu lintas.
“Kan bus ga boleh sembarangan parkir.” Gerutu Jaemin.
“Bentar doang kok, cuma mau benerin sumpelan di lubang lu.”
Gantian Jaemin yang tersedak ludahnya.
“Nakal ya. Suka pakai baju seksi gituan, mana lubangnya disumpel lagi. Ngebet biar diperkosa orang?”
Jantung Jaemin berdegup, pahanya semakin dirapatkan waktu dengar rentetan kalimat pelecehan itu.
“hahhh—” Jaemin membenturkan punggungnya di sandaran kursi kala tangan Jeno mampir untuk meremas pahanya.
Kemudian tangan Jeno menarik paha dalam Jaemin sampai terbuka lebar.
“Sini, ngakang depan gua. Mau liat seberapa lacurnya lu.”
Jaemin menggigit bibirnya untuk tidak berteriak.
“Pasti memek lu bocor, kan? Melar karena sering diperkosa orang.”
Jaemin menggeleng, itu salah.
“Basah ba—” perkataan Jeno terhenti, keningnya mengerut merasakan sesuatu yang teramat keras di bawah telapak tangannya.
“Lu pakai dildo di depan juga?” Bisik Jeno pelan, tubuhnya semakin menyamping menghadap Jaemin.
Jaemin menggeleng kaku, matanya berkaca-kaca menatap Jeno dengan sayu.
Jeno semakin mengerutkan keningnya, tangannya dengan sigap menyibak rok super pendek yang dipakai Jaemin.
“GILA!” Jeno menahan nafasnya, beruntung teriakan Jeno tidak membangunkan nenek di belakang sana.
“Lu gak waras, hah?!”
Jeno marah, mendapati 'perempuan' manis yang ditaksir ternyata bergender sama sepertinya. Ia merasa ditipu.
“Please—“
Jeno nggak habis pikir kenapa pria disampingnya ini begitu gila.
“Please apa? Lu bakal ngira gua merkosa lu setelah tau semua ini?” Jeno membuang mukanya, sekaligus menahan malu karena fakta dia masih bernafsu dengan pria manis disampingnya.
“Kontol lu tegang, bro. Kita sama-sama mutualisme.”
“Ogah, ntar gua homo lagi.” Jeno masih kekeh, malah Jeno hendak menstarter busnya lagi.
Sebelum Jaemin dengan lancang menelusup dan menduduki paha Jeno dengan sisa energi yang dia punya.
“Ngewe sama cowok sekali doang ga bakal buat lu homo, ngentot!” Jaemin berteriak didepan wajah Jeno.
“Ya—ya Lu jangan maksa gini juga dong.” Jaemin mendengus dingin, tangannya menarik dress dan menahannya di bawah dagu.
Memperlihatkan puting susunya yang menegang keras, bikin dunia Jeno mendadak berhenti.
Turun sedikit, Jeno bisa lihat perut ramping Jaemin yang mulus dan putih, memakai g-string talinya melintang indah, paha Jaemin terlihat sangat kenyal dan—
Fuck, Jeno meneguk ludahnya kasar.
“Ngapain lu? Tete rata gitu dipamerin.” Tapi tetap saja, Jeno masih gondok.
“Sialan, mending gunain mulut lu buat hal berguna.” Kemudian Jaemin menarik tengkuk Jeno, mengarahkannya ke puting kiri dan menahan kepala Jeno kuat-kuat.
Jeno terus memberontak, mendorong Jaemin dari tubuhnya dengan kasar. Tapi karena sama-sama pria, tenaganya ya hampir sama.
Jeno engap, tanpa belas kasihan dia menggigit puting Jaemin kuat.
Ya mana Jeno tau Jaemin adalah seorang masokis, dia klimaks hanya lewat gigitan di puting serta buttplugnya yang terus tersenggol paha Jeno.
“Anghhh— hahhh,” nafas Jaemin tersenggal, kepalanya ambruk di pundak berkeringat Jeno.
“Lah?” Rasa basah merembes di kaos Jeno bikin empunya terheran.
“Emang lonte ya, belum diapa-apain udah ngocor,” Bisik Jeno, bibirnya bersentuhan dengan telinga merah Jaemin.
Jeno mengusap kepala Jaemin, menurun sampai punggungnya yang kecil, dan berakhir di pantat bulat si manis.
Oh my God, Jeno sudah kepalang nafsu jadi nanggung kalau nggak lanjut.
“gimana kalo lubangnya dirojok? Bakal pipis banyak, gak?” Suara berat Jeno mampu menggetarkan tubuh Jaemin, rasanya Jaemin hampir mengangguk patuh.
“Janji— janji Nana bakal pipis banyak!” pekik Jaemin girang, sambil menekan kejantanan Jeno dari luar celana. Sedikit upaya demi mengeluarkannya, karena sungguh! Posisi ini membuat Jaemin susah bergerak.
Jeno mengangkat sedikit tubuh Jaemin yang menduduki pahanya, dengan cekatan melepaskan resleting dan menurunkan sedikit jeans serta dalaman. Sementara mata Jaemin berbinar melihat kesukaannya mengacung tegak, menantang Jaemin supaya dilahap.
“Woah.” Perbandingan ukuran penis mereka langsung buat Jaemin insecure. Tapi lebih banyak senangnya, karena penis itu— bakal masuk ke lubangnya.
“Gede?” Tanya Jeno, senyuman meremehkan.
Jaemin mengangguk kecil, dia asik menjilati bibirnya sendiri.
“Mau dimentokin sama kontol lu yang gede.” Bisik Jaemin.
Jeno lagi-lagi terkekeh, dia menepuk paha Jaemin guna menyuruhnya berdiri.
“Lepasin dulu ini-nya, terus ngakang yang lebar biar gua liat lubang nakal lu.” Jari Jeno menarik turun g-string Jaemin sampai terlepas.
Penis pink mungil Jaemin mengudara, pre-cumya meluber kemana-mana, tanpa bulu pubik sehelai pun.
“Duduk sini,” Jeno menuntut Jaemin supaya duduk lagi, lebih menyender ke kemudi.
Lalu Jeno membuka kaki lemah Jaemin selebar-lebarnya, hingga buttplug ekor kelincinya semakin buat Jeno terangsang.
“Umhh— nghhh...” Jaemin seketika mendongak kala merasakan pergerakan di analnya.
Gerakan memutar dan sodokan kecil buat tubuh Jaemin menggelinjang hebat.
Tangan Jaemin meremas pundak Jeno kuat, matanya terpejam karena nikmat. Beruntung tubuh Jaemin muat.
“Emang lu puas pake sumpelan kecil kayak gini?” Jeno memperhatikan dengan seksama bagaimana kerutan lubang Jaemin berkedut hebat, seakan menyedot buttplug itu dengan rakus.
Jaemin menggeleng, rasanya ga punya energi buat ngomong.
“Hikh!” Jaemin memekik kecil saat buttplugnya ditarik Jeno tanpa persiapan.
Menyisakan kekosongan yang buat Jaemin memohon supaya Jeno memasukkan sesuatu di lubangnya.
“No no! Kasihani gua please,”
“Masukin kontol lu ke sini—” Jaemin menuntun jari Jeno ke lubangnya, menggerakkan tangan Jeno supaya masuk meski dominan itu asik tersenyum geli.
Jeno menikmati bagaimana pria manis itu terus merengek minta diperkosa, suka hati mengangkang lebar di pangkuannya, sampai menangis agar dia mau melesakkan penisnya.
Telunjuk Jeno mengitari lubang Jaemin main-main, tanpa memasukkan jarinya sedikit pun. Dan itu buat Jaemin meradang, tanpa sadar dia meraung keras.
“PLEASE KONTOLIN GUA!”
“Jangan teriak, lu mau orang lain liat lu kayak gini?” Jeno sedikit was-was sama penumpang kedua di belakang.
“Hiks— ayo ngentot, sampai nangis keenakan, sampai pipis banyak,” Jaemin menatap Jeno penuh permohonan.
“Deal. Tapi gua minta lu diem aja, ga ada yang boleh tau.” Jaemin mengangguk lemah.
” Nana bakal diem, Na— AHNGGhhh—” jari-jari Jeno yang sedari tadi memainkan permukaan lubangnya, akhirnya dilesakkan juga.
Yang semula dua jari bertambah jadi tiga— menggaruk dinding anal Jaemin dengan brutal, Jeno membuat gerakan memutar sampai lubrikasi Jaemin muncrat keluar.
“nhh— ahhh hahhh...”
“umhhhh... AHKKK—!” Jaemin berteriak keras, punggungnya sampai melengkung.
Jeno tanpa perikemanusiaan melesakkan tiga jarinya ke dalam, mentok ke prostat-nya. Jaemin klimaks lagi.
Jaemin keluar banyak, spermanya digunakan Jeno dengan baik sebagai pelumas.
Jeno mengusap penisnya dengan sperma Jaemin, penisnya yang besar dan berurat menggesek perut ramping si manis dan menciptakan afeksi luar biasa.
“Santai, I'll be gentle.” Bagaimanapun juga Jeno tetap kasihan, melihat lubang Jaemin yang teramat sempit pasti rasanya bakal sakit.
“Huu—uhhhh... nghhh” penis besar Jeno perlahan melesak kedalam.
Jaemin mendongak, lehernya terpampang penuh peluh nikmat. Jeno yang berusaha selembut mungkin ternyata nggak bisa.
Rasanya luar biasa! Penisnya diremas sangat kuat, rasa basah dan hangat di anal Jaemin hampir buat Jeno gila.
“Ghhh— gila, lonte tapi lubang lu nikmat banget, ahh.“
Sejak Jeno melecehkannya dengan verbal, Jaemin sama sekali tidak marah. Yang ada lubangnya berkedut semakin kuat.
Jeno sampai dibuat kepalang, penisnya didalam sana membengkak besar, mengenai prostat Jaemin dengan tepat.
“Anghh— fuck, enak banget huhuu...” Jaemin ambruk, energinya benar-benar terkuras.
Jeno mengamati pria manis yang terkulai lemas di pangkuannya. Dressnya berantakan, g-stringnya masih kecantol di kaki kanan yang ditumpang kursi sebelah, rambut panjangnya acak-acakan, tubuhnya penuh keringat berkilauan, pundak putihnya seakan meminta Jeno untuk meniggalkan jejak kemerahan.
“Argh!” Jeno gila, dia menggenjot tubuh lemah Jaemin dari bawah dengan brutal, mengabaikan Jaemin yang lemas karena Jeno hanya mau pelepasan.
“Ahhh hahhh— nouuuu! Se-sensitive ahggg—” Jaemin ingin merapatkan pahanya, namu ditahan oleh Jeno.
“Slowly— ahh unghhh... Pipis! Ah pipiiiis!”
Jaemin squirt, cairannya muncrat sampai langit-langit bis.
“hahhh...ah,” Jaemin menggeleng kecil, tangannya menahan perut Jeno. Berharap gerakannya akan memelan.
“Pelan-pelan, kontol lu kecetak jelas di sini,” Jeno mengikuti arah tangan Jaemin, si manis mengusap perutnya seakan sedang hamil.
Hamil penis Jeno.
“please, perut gua bisa sobek...” Jaemin menangis lagi, rasanya terlalu nikmat.
Dia nggak mikir mereka bakal sex kasar di ruang terbuka, Jaemin hampir gila.
“Gua belum keluar.” Sayangnya Jaemin yang memohon sama sekali nggak buat Jeno bersimpati, yang ada ingin menghancurkan lagi.
“Biar gua sobekin perut ramping lu, biarin gua rojokin lubang lu sampai longgar.” Kalimat Jeno buat Jaemin merinding.
“ANGHHH—! OHH fuck, ahhhh... hnggg!”
Tapi Jaemin nggak mikir Jeno bakal bergerak semakin brutal, sampai tubuh mereka bergetar hebat.
“Ambil nih sperma— ghhh!” Tusukan keempat, Jeno melesakkan penisnya dalam-dalam, meledakkan dirinya di anal Jaemin.
Mengeluarkan semua sperma yang dia punya sampai perut kecil Jaemin bakal kembung. Luar biasa, Jeno hampir gila karena ini sangat NIKMAT!
“ahhh,” Jaemin menggelinjang sebelum tubuhnya ambruk kebelakang.
Jeno dengan sigap menahan punggung Jaemin agar tidak terluka.
“Hah hah, lu siapa btw?” Bisik Jaemin di dekapan Jeno. Sudah bercinta, tapi belum tau namanya.
“Jeno.” Jaemin mengangguk kecil.
“Jeno, nanti kalo gua hamil, tanggung jawab lu.” Yang dimintai malah tertawa kecil, suara beratnya terdengar mengayomi.
“Iya, Nana. Tapi kayaknya kalo cuma sekali ga bakal jadi deh,” Jeno mundur sedikit, mengamati wajah ayu Jaemin dan tersenyum manis.
Jeno mengecup hidung kecil Jaemin, lalu kening Jaemin yang mengerut karena penasaran.
“Jadi kita kudu ngentot lagi, okay?”
Keduanya tertawa renyah, Jaemin menubrukkan dirinya di tubuh Jeno, menyembunyikan pipinya yang memerah padam.
“Lu bilang ngewe sama cowok sekali ga bakal buat homo, bohong ya lu.” Gumam Jeno sambil tersenyum.
Otak Jeno kayaknya hilang seiring spermanya merembes keluar dari anal Jaemin.
“Hahaha, lu kalo sange nyamper gua aja. Gua siap sedia ngakang kapanpun dan di manapun.”
Jeno mengangkat alisnya, dia kembali tertarik dengan pria manis yang mengecoh dirinya tadi.
“Nana, sini gua sumpel lagi lubang lu, sayang ntar sperma gua tumpah.”
Jaemin bangkit sebentar, melepas penyatuan mereka dan membiarkan Jeno memasukkan buttplugnya lagi kedalam anal.
“Uhh—” Jaemin menutup mulutnya sendiri, hampir dia melenguh keras.
“Hehe, keren banget lubang lu.”
“Gila ya.” Jaemin mendengus geli. Dia ingin kembali duduk di pangkuan Jeno karena penis besar dominan itu menggodanya supaya diduduki.
Sebelum Jeno menahan pinggangnya dan mengusapnya hati-hati.
“Jangan ya, cantik. Sekarang duduk dulu, kita pulang secepatnya.” Jaemin merenggut kesal.
“Terus lanjut ronde dua di rumah.” Dan tersenyum manis setelah mendengar ini.
Jaemin dengan patuh kembali ke kursinya, duduk tenang dan sesekali merapikan dress-nya. Meski sering dilarang oleh Jeno, karena Jeno ingin melihat Jaemin berantakan.
“Na, mending kita nikah.” Ucapan Jeno hanya dianggap angin oleh Jaemin.
Omong-omong, Itu pengalaman pertama Jeno bercinta dengan pria, rasanya candu, Jeno akan mengulanginya. Hanya bersama Jaemin tapi.