dekhyuckie

Cw : BxB, Nswf, sex, dirty talk lokal, degrading, lewd language (lonte, lacur, etc), fingering, crossdresser, feminization, anal sex, overstimulation, sub space, impregnation kink, unprotect sex, nipple licking.

Jaemin anak nakal penuh penasaran, melakukan apapun termasuk memalukan dirinya karena memakai dress anak perempuan demi kepuasannya.

Ingin menggoda supir bus yang sering ia tumpangi, pria itu tampan. Arm veins-nya mampu buat Jaemin terangsang, tatapan tajamnya buat Jaemin ingin membangkang demi hukuman.

Yang ternyata Jeno adalah YouTuber terkenal dan tengah merekam konten 'seminggu jadi supir bus, check!'


Jaemin tersenyum lebar, mematut dirinya di depan cermin sekali lagi.

Dress pendek yang memamerkan segala sisi tubuhnya terlihat sempurna— terlebih kaki jenjangnya, Jaemin sempat nggak nyangka kalau itu dirinya. Sangat cantik, terlebih rambut pinknya yang panjang, dan sesuatu bewarna pink juga ditubuh belakang. shut

“Gila lu, mau di ewe sampai bego begini.” Gumam Jaemin percaya diri— kalau si supir bakal merkosa dia, tapi senyumnya semakin lebar. Dia nggak sabar.

“Kalo gua tau supirnya belok, ga bakal susah-susah sisiran.” Jaemin merapikan poninya, sekali lagi, dia sangat puas.

Si manis memutar badannya, melirik kebelakang dimana cermin panjang tengah merefleksikan seluruh tubuh belakangnya.

Yang jadi fokus Jaemin cuma pantat, ia menungging sembari melebarkan kakinya sedikit.

Terlihat jelas bola bulu dari buttplug yang Jaemin pakai, sedikit tertutup tali g-string yang menyilang. Kalau aja nggak buat nutupin penis kecilnya yang memegang, Jaemin nggak bakal pakai underwear.

Wish me luck, kalo ga luck ya usluk-usluk sama orang lain.” Setelahnya Jaemin terkekeh geli. Bohong, sebesar apapun dia terangsang, Jaemin tetap jadi anak yang picky untuk partner sexnya.

Jaemin sedikit merapikan pakaiannya, kemudian keluar dari rumah dengan perasaan was-was. Jaemin takut ketahuan, tapi lebih takut lagi kalau nggak jadi melakukan hal bejat dengan supir incaran.


Hari keempat Jeno menjadi supir bus berjalan seperti biasa, dengan kamera on di dasbor bus yang nantinya merekam kegiatan Jeno seharian penuh, dan bakal dipost ke YouTube.

Namun sayangnya, fokus Jeno mulai terpecah sejak perempuan berambut merah muda duduk di bangku belakanganya. Jeno pikir perempuan itu tidak asing lagi.

Selama empat hari berturut-turut Jeno selalu melihat perempuan cantik itu, wajahnya kecil dengan mata bulat berhias bulu mata lentik, hidungnya mungil kemerah-merahan— sama seperti rambutnya, kulit sewarna susunya memanggil untuk disentuh

Tapi, bukan itu fokus Jeno, melainkan lenguhan yang belasan kali ia dengar selama perempuan itu menumpang di bus-nya.

Kemarin-kemarin kalau Jeno dengar lenguhan, ia pikir perempuan itu bosan dengan perjalanannya. Namun semakin kesini, apalagi disaat bus-nya sepi, lenguhannya semakin menjadi-jadi.

unghh—” Jeno mendengarnya lagi. Matanya melirik dari spion atas, menatap tepat perempuan yang memakai baju terbuka dengan tajam.

Tergambar jelas bagaimana perempuan itu terus menggigit bibir bawahnya, memejamkan matanya dengan kuat, serta tangan kanan meremas pahanya sampai rok pendeknya terangkat.

Jeno meneguk ludahnya susah payah, gimanapun dia tetep cowok normal. Lihat perempuan yang pakai baju segitu terbukanya ya bakal terangsang.

Jeno langsung menggelengkan kepala disaat pikiran kotor mulai memenuhi otaknya. Tapi, rasanya Jeno ingin berimajinasi kotor terus dengan perempuan itu.

Terlebih suasana bus yang hanya ada 2 penumpang, perempuan itu dan nenek yang lagi tidur dipojok belakang.


Jaemin meremas paha kanannya kuat-kuat, menahan diri biar nggak mendesah nikmat saat bus Jeno berguncang karena melewati polisi tidur, semakin menekan buttplugnya kedalam.

Anghh,” Jaemin merapatkan pahanya, buttplug didalam analnya semakin buat dia nggak waras.

Jaemin Ingin segera diperkosa dan dimainkan Jeno seenaknya. Tapi, hampir sampai sore Jeno terlihat biasa saja.

Nggak sama kayak direncana Jaemin, dimana Jeno akan tergoda setelah melihat pakaiannya lebih terbuka. Apalagi lihat buttplug ekor kelincinya.

Mata keduanya tak sengaja bertatapan, meski hanya lewat kaca spion, tapi rasanya— menghadirkan gelanyar aneh diperut mereka.

Ekhem.” Jeno berdeham, mengusir suasana canggung.

Jarak mereka yang terlalu dekat membuat Jaemin berdebar, dia tersenyum dan lebih berani menatap Jeno lagi.

“Hallo,” sebelumnya Jaemin sudah berlatih agar suaranya tertahan, dan terdengar seperti perempuan.

Ya, meski jatuhnya aneh.

“Hai.” Balas Jeno, jantungnya juga berdegup. Dia tersenyum lebar sampai matanya terpejam.

“Baru, ya? Pak Burhan udah ga kerja?” Tanya Jaemin basa-basi. Dari kemarin mau menyapa nggak berani.

Jeno mengangguk, “bapak sebelumnya masih kerja kok, ini gua cuma gantiin seminggu aja.”

Dahi Jaemin langsung mengerut, sedikit nggak terima kalau pemuda di depannya itu bekerja hanya sebentar.

“Mau duduk di samping?” Jeno melirik lagi, raut terkejut Jaemin terekam jelas di otaknya. Sangat menggemaskan, boleh lah dideketin.

Jeno pikir teman ngobrol sampai ke terminal akhir bagus juga.

Tanpa ba-bi-bu, Jaemin berdiri. Kesempatan besar yang nggak bakal dia sia-siain.

Langkah Jaemin hati-hati, tangannya memegang kursi supaya langkahnya tetap stabil.

Jaemin menahan senyumnya, sedikit menungging karena kursi depan posisinya lebih rendah.

Dan semua nggak luput dari perhatian Jeno.

Sebelum Jaemin berputar untuk duduk, Jaemin mendengar Jeno memekik tertahan.

Pasti karena lihat lubangnya yang tersumpal buttplug kan?

Uhh—” lenguhan kali ini sengaja Jaemin perjelas, posisi duduknya juga tidak beraturan. Nggak menggambarkan perempuan sopan.

Kakinya dibuka lebar sampai dressnya terangkat, memperlihatkan paha putihnya dengan cuma-cuma.

Jakun Jeno bergerak turun, bingung membagi fokus antara Jaemin atau jalanan.

“Ini rute terakhir, lu mau diturunin di mana?” Tanya Jeno penasaran, meski tau bakal berhenti di halte terkahir seperti kemarin-kemarin.

“Kalo di rumah lu boleh, ga?” Jaemin tersenyum manis sambil membalas tatapan Jeno.

Jujur Jeno sempat tertegun, tapi kemudian bersorak dalam hati. Woi! Habis ngapain sampai nemu rejeki kayak gini. Gitu batinnya.

“Kenapa kerumah gua?” Suara Jeno sengaja direndahkan. Rupanya Jeno mau tarik ulur dulu.

Jaemin meremas tangannya di atas paha, benar-benar menguras energi hanya untuk diperkosa.

“Uhm— disini juga bisa sih.” Cicit Jaemin pelan.

“Maksudnya? Bisa apa, hm?” Jeno terkekeh geli, kenapa perempuan disampingnya ini terlihat tak punya harga diri.

Uh, sudah pasti sih. Dilihat dari gaya pakaiannya aja ketebak.

Jaemin mau nangis. Demi apapun itu, rasanya malu tapi tertutup nafsu. Jaemin nggak bisa mikirin apapun kecuali cara buat goda supir disampingnya.

Tangan lentik Jaemin mendarat di atas paha Jeno, diusapnya penuh hati-hati dan semakin berani karena Jeno hanya berdiam diri. Dia merutuk dalam hati, jarak kursi penumpang depan dan kemudi lumayan jauh.

Jarinya terus menari di paha kokoh Jeno, mengitari selangkangan Jeno yang menggembung besar. Menepuk-nepuk pelan selangkangan Jeno sampai yang punya mengerang, kemudian Jaemin menarik zipper celana mahal tersebut sampai underwear hitam terlihat lebih jelas.

Jeno menahan diri agar tidak berhenti dijalan dan menggarap Jaemin begitu saja, bahkan urat leher Jeno tercetak jelas.

Jaemin menelusupkan 2 jari panjangnya ke dalam underwear Jeno, merasakan sensasi hangat dan ukuran penis Jeno yang sangat besar.

“Ayo ngentot.”

“Uhuk-!” Jeno tersedak ludahnya sendiri, gila, ngajak ngewe kayak ngajak main layangan.

Please,” bahkan Jaemin sampai memohon.

“Sepinter apa lu muasin cowok? Sampai berani ngajak main stranger, hm.” Laju bus Jeno semakin pelan sejak mereka beradu pandang tadi.

“Gu–gua kuat dientot sampai pagi kok!” Jaemin sedikit sewot kalau menyinggung kehebatan di ranjang.

Jeno lagi-lagi terkekeh, lebih tertawa meremehkan.

“Atau jangan-jangan lu tau gua siapa?” Jaemin langsung menggeleng, menatap Jeno dari ujung matanya.

“Serius?” Jujur Jeno sedikit terkejut dan sedih, ada orang yang nggak kenal dia— notabennya YouTuber lumayan banyak subscribersnys.

“Nama lu siapa?” Tanya Jeno, menambah ketertarikannya terhadap Jaemin.

“Nana.” Ingatkan Jaemin masih mode perempuan.

“Oh ya. Nana,” Jeno mengangguk kecil.

Alis Jaemin mengerut saat bus yang ia tumpangi berhenti di jalanan lumayan sepi, tapi padat perumahan.

Wow, jangan bilang cita-cita diperkosa supir ganteng bentar lagi terlaksana?!

“Kenapa berhenti?” Tapi Jaemin nggak mau kalau sampai berhenti dan mengganggu lalu lintas.

“Kan bus ga boleh sembarangan parkir.” Gerutu Jaemin.

“Bentar doang kok, cuma mau benerin sumpelan di lubang lu.”

Gantian Jaemin yang tersedak ludahnya.

“Nakal ya. Suka pakai baju seksi gituan, mana lubangnya disumpel lagi. Ngebet biar diperkosa orang?”

Jantung Jaemin berdegup, pahanya semakin dirapatkan waktu dengar rentetan kalimat pelecehan itu.

hahhh—” Jaemin membenturkan punggungnya di sandaran kursi kala tangan Jeno mampir untuk meremas pahanya.

Kemudian tangan Jeno menarik paha dalam Jaemin sampai terbuka lebar.

“Sini, ngakang depan gua. Mau liat seberapa lacurnya lu.”

Jaemin menggigit bibirnya untuk tidak berteriak.

“Pasti memek lu bocor, kan? Melar karena sering diperkosa orang.”

Jaemin menggeleng, itu salah.

“Basah ba—” perkataan Jeno terhenti, keningnya mengerut merasakan sesuatu yang teramat keras di bawah telapak tangannya.

“Lu pakai dildo di depan juga?” Bisik Jeno pelan, tubuhnya semakin menyamping menghadap Jaemin.

Jaemin menggeleng kaku, matanya berkaca-kaca menatap Jeno dengan sayu.

Jeno semakin mengerutkan keningnya, tangannya dengan sigap menyibak rok super pendek yang dipakai Jaemin.

“GILA!” Jeno menahan nafasnya, beruntung teriakan Jeno tidak membangunkan nenek di belakang sana.

“Lu gak waras, hah?!”

Jeno marah, mendapati 'perempuan' manis yang ditaksir ternyata bergender sama sepertinya. Ia merasa ditipu.

Please—

Jeno nggak habis pikir kenapa pria disampingnya ini begitu gila.

Please apa? Lu bakal ngira gua merkosa lu setelah tau semua ini?” Jeno membuang mukanya, sekaligus menahan malu karena fakta dia masih bernafsu dengan pria manis disampingnya.

“Kontol lu tegang, bro. Kita sama-sama mutualisme.”

“Ogah, ntar gua homo lagi.” Jeno masih kekeh, malah Jeno hendak menstarter busnya lagi.

Sebelum Jaemin dengan lancang menelusup dan menduduki paha Jeno dengan sisa energi yang dia punya.

“Ngewe sama cowok sekali doang ga bakal buat lu homo, ngentot!” Jaemin berteriak didepan wajah Jeno.

“Ya—ya Lu jangan maksa gini juga dong.” Jaemin mendengus dingin, tangannya menarik dress dan menahannya di bawah dagu.

Memperlihatkan puting susunya yang menegang keras, bikin dunia Jeno mendadak berhenti.

Turun sedikit, Jeno bisa lihat perut ramping Jaemin yang mulus dan putih, memakai g-string talinya melintang indah, paha Jaemin terlihat sangat kenyal dan—

Fuck, Jeno meneguk ludahnya kasar.

“Ngapain lu? Tete rata gitu dipamerin.” Tapi tetap saja, Jeno masih gondok.

“Sialan, mending gunain mulut lu buat hal berguna.” Kemudian Jaemin menarik tengkuk Jeno, mengarahkannya ke puting kiri dan menahan kepala Jeno kuat-kuat.

Jeno terus memberontak, mendorong Jaemin dari tubuhnya dengan kasar. Tapi karena sama-sama pria, tenaganya ya hampir sama.

Jeno engap, tanpa belas kasihan dia menggigit puting Jaemin kuat.

Ya mana Jeno tau Jaemin adalah seorang masokis, dia klimaks hanya lewat gigitan di puting serta buttplugnya yang terus tersenggol paha Jeno.

Anghhh— hahhh,” nafas Jaemin tersenggal, kepalanya ambruk di pundak berkeringat Jeno.

“Lah?” Rasa basah merembes di kaos Jeno bikin empunya terheran.

“Emang lonte ya, belum diapa-apain udah ngocor,” Bisik Jeno, bibirnya bersentuhan dengan telinga merah Jaemin.

Jeno mengusap kepala Jaemin, menurun sampai punggungnya yang kecil, dan berakhir di pantat bulat si manis.

Oh my God, Jeno sudah kepalang nafsu jadi nanggung kalau nggak lanjut.

“gimana kalo lubangnya dirojok? Bakal pipis banyak, gak?” Suara berat Jeno mampu menggetarkan tubuh Jaemin, rasanya Jaemin hampir mengangguk patuh.

“Janji— janji Nana bakal pipis banyak!” pekik Jaemin girang, sambil menekan kejantanan Jeno dari luar celana. Sedikit upaya demi mengeluarkannya, karena sungguh! Posisi ini membuat Jaemin susah bergerak.

Jeno mengangkat sedikit tubuh Jaemin yang menduduki pahanya, dengan cekatan melepaskan resleting dan menurunkan sedikit jeans serta dalaman. Sementara mata Jaemin berbinar melihat kesukaannya mengacung tegak, menantang Jaemin supaya dilahap.

“Woah.” Perbandingan ukuran penis mereka langsung buat Jaemin insecure. Tapi lebih banyak senangnya, karena penis itu— bakal masuk ke lubangnya.

“Gede?” Tanya Jeno, senyuman meremehkan.

Jaemin mengangguk kecil, dia asik menjilati bibirnya sendiri.

“Mau dimentokin sama kontol lu yang gede.” Bisik Jaemin.

Jeno lagi-lagi terkekeh, dia menepuk paha Jaemin guna menyuruhnya berdiri.

“Lepasin dulu ini-nya, terus ngakang yang lebar biar gua liat lubang nakal lu.” Jari Jeno menarik turun g-string Jaemin sampai terlepas.

Penis pink mungil Jaemin mengudara, pre-cumya meluber kemana-mana, tanpa bulu pubik sehelai pun.

“Duduk sini,” Jeno menuntut Jaemin supaya duduk lagi, lebih menyender ke kemudi.

Lalu Jeno membuka kaki lemah Jaemin selebar-lebarnya, hingga buttplug ekor kelincinya semakin buat Jeno terangsang.

Umhh— nghhh...” Jaemin seketika mendongak kala merasakan pergerakan di analnya.

Gerakan memutar dan sodokan kecil buat tubuh Jaemin menggelinjang hebat.

Tangan Jaemin meremas pundak Jeno kuat, matanya terpejam karena nikmat. Beruntung tubuh Jaemin muat.

“Emang lu puas pake sumpelan kecil kayak gini?” Jeno memperhatikan dengan seksama bagaimana kerutan lubang Jaemin berkedut hebat, seakan menyedot buttplug itu dengan rakus.

Jaemin menggeleng, rasanya ga punya energi buat ngomong.

Hikh!” Jaemin memekik kecil saat buttplugnya ditarik Jeno tanpa persiapan.

Menyisakan kekosongan yang buat Jaemin memohon supaya Jeno memasukkan sesuatu di lubangnya.

No no! Kasihani gua please,”

“Masukin kontol lu ke sini—” Jaemin menuntun jari Jeno ke lubangnya, menggerakkan tangan Jeno supaya masuk meski dominan itu asik tersenyum geli.

Jeno menikmati bagaimana pria manis itu terus merengek minta diperkosa, suka hati mengangkang lebar di pangkuannya, sampai menangis agar dia mau melesakkan penisnya.

Telunjuk Jeno mengitari lubang Jaemin main-main, tanpa memasukkan jarinya sedikit pun. Dan itu buat Jaemin meradang, tanpa sadar dia meraung keras.

PLEASE KONTOLIN GUA!”

“Jangan teriak, lu mau orang lain liat lu kayak gini?” Jeno sedikit was-was sama penumpang kedua di belakang.

“Hiks— ayo ngentot, sampai nangis keenakan, sampai pipis banyak,” Jaemin menatap Jeno penuh permohonan.

Deal. Tapi gua minta lu diem aja, ga ada yang boleh tau.” Jaemin mengangguk lemah.

” Nana bakal diem, Na— AHNGGhhh—” jari-jari Jeno yang sedari tadi memainkan permukaan lubangnya, akhirnya dilesakkan juga.

Yang semula dua jari bertambah jadi tiga— menggaruk dinding anal Jaemin dengan brutal, Jeno membuat gerakan memutar sampai lubrikasi Jaemin muncrat keluar.

nhh— ahhh hahhh...”

umhhhh... AHKKK—!” Jaemin berteriak keras, punggungnya sampai melengkung.

Jeno tanpa perikemanusiaan melesakkan tiga jarinya ke dalam, mentok ke prostat-nya. Jaemin klimaks lagi.

Jaemin keluar banyak, spermanya digunakan Jeno dengan baik sebagai pelumas.

Jeno mengusap penisnya dengan sperma Jaemin, penisnya yang besar dan berurat menggesek perut ramping si manis dan menciptakan afeksi luar biasa.

“Santai, I'll be gentle.” Bagaimanapun juga Jeno tetap kasihan, melihat lubang Jaemin yang teramat sempit pasti rasanya bakal sakit.

Huu—uhhhh... nghhh” penis besar Jeno perlahan melesak kedalam.

Jaemin mendongak, lehernya terpampang penuh peluh nikmat. Jeno yang berusaha selembut mungkin ternyata nggak bisa.

Rasanya luar biasa! Penisnya diremas sangat kuat, rasa basah dan hangat di anal Jaemin hampir buat Jeno gila.

Ghhh— gila, lonte tapi lubang lu nikmat banget, ahh.

Sejak Jeno melecehkannya dengan verbal, Jaemin sama sekali tidak marah. Yang ada lubangnya berkedut semakin kuat.

Jeno sampai dibuat kepalang, penisnya didalam sana membengkak besar, mengenai prostat Jaemin dengan tepat.

Anghh— fuck, enak banget huhuu...” Jaemin ambruk, energinya benar-benar terkuras.

Jeno mengamati pria manis yang terkulai lemas di pangkuannya. Dressnya berantakan, g-stringnya masih kecantol di kaki kanan yang ditumpang kursi sebelah, rambut panjangnya acak-acakan, tubuhnya penuh keringat berkilauan, pundak putihnya seakan meminta Jeno untuk meniggalkan jejak kemerahan.

Argh!” Jeno gila, dia menggenjot tubuh lemah Jaemin dari bawah dengan brutal, mengabaikan Jaemin yang lemas karena Jeno hanya mau pelepasan.

Ahhh hahhh— nouuuu! Se-sensitive ahggg—” Jaemin ingin merapatkan pahanya, namu ditahan oleh Jeno.

Slowly— ahh unghhh... Pipis! Ah pipiiiis!”

Jaemin squirt, cairannya muncrat sampai langit-langit bis.

hahhh...ah,” Jaemin menggeleng kecil, tangannya menahan perut Jeno. Berharap gerakannya akan memelan.

“Pelan-pelan, kontol lu kecetak jelas di sini,” Jeno mengikuti arah tangan Jaemin, si manis mengusap perutnya seakan sedang hamil.

Hamil penis Jeno.

please, perut gua bisa sobek...” Jaemin menangis lagi, rasanya terlalu nikmat.

Dia nggak mikir mereka bakal sex kasar di ruang terbuka, Jaemin hampir gila.

“Gua belum keluar.” Sayangnya Jaemin yang memohon sama sekali nggak buat Jeno bersimpati, yang ada ingin menghancurkan lagi.

“Biar gua sobekin perut ramping lu, biarin gua rojokin lubang lu sampai longgar.” Kalimat Jeno buat Jaemin merinding.

ANGHHH—! OHH fuck, ahhhh... hnggg!”

Tapi Jaemin nggak mikir Jeno bakal bergerak semakin brutal, sampai tubuh mereka bergetar hebat.

“Ambil nih sperma— ghhh!” Tusukan keempat, Jeno melesakkan penisnya dalam-dalam, meledakkan dirinya di anal Jaemin.

Mengeluarkan semua sperma yang dia punya sampai perut kecil Jaemin bakal kembung. Luar biasa, Jeno hampir gila karena ini sangat NIKMAT!

ahhh,” Jaemin menggelinjang sebelum tubuhnya ambruk kebelakang.

Jeno dengan sigap menahan punggung Jaemin agar tidak terluka.

Hah hah, lu siapa btw?” Bisik Jaemin di dekapan Jeno. Sudah bercinta, tapi belum tau namanya.

“Jeno.” Jaemin mengangguk kecil.

“Jeno, nanti kalo gua hamil, tanggung jawab lu.” Yang dimintai malah tertawa kecil, suara beratnya terdengar mengayomi.

“Iya, Nana. Tapi kayaknya kalo cuma sekali ga bakal jadi deh,” Jeno mundur sedikit, mengamati wajah ayu Jaemin dan tersenyum manis.

Jeno mengecup hidung kecil Jaemin, lalu kening Jaemin yang mengerut karena penasaran.

“Jadi kita kudu ngentot lagi, okay?”

Keduanya tertawa renyah, Jaemin menubrukkan dirinya di tubuh Jeno, menyembunyikan pipinya yang memerah padam.

“Lu bilang ngewe sama cowok sekali ga bakal buat homo, bohong ya lu.” Gumam Jeno sambil tersenyum.

Otak Jeno kayaknya hilang seiring spermanya merembes keluar dari anal Jaemin.

“Hahaha, lu kalo sange nyamper gua aja. Gua siap sedia ngakang kapanpun dan di manapun.”

Jeno mengangkat alisnya, dia kembali tertarik dengan pria manis yang mengecoh dirinya tadi.

“Nana, sini gua sumpel lagi lubang lu, sayang ntar sperma gua tumpah.”

Jaemin bangkit sebentar, melepas penyatuan mereka dan membiarkan Jeno memasukkan buttplugnya lagi kedalam anal.

Uhh—” Jaemin menutup mulutnya sendiri, hampir dia melenguh keras.

“Hehe, keren banget lubang lu.”

“Gila ya.” Jaemin mendengus geli. Dia ingin kembali duduk di pangkuan Jeno karena penis besar dominan itu menggodanya supaya diduduki.

Sebelum Jeno menahan pinggangnya dan mengusapnya hati-hati.

“Jangan ya, cantik. Sekarang duduk dulu, kita pulang secepatnya.” Jaemin merenggut kesal.

“Terus lanjut ronde dua di rumah.” Dan tersenyum manis setelah mendengar ini.

Jaemin dengan patuh kembali ke kursinya, duduk tenang dan sesekali merapikan dress-nya. Meski sering dilarang oleh Jeno, karena Jeno ingin melihat Jaemin berantakan.

“Na, mending kita nikah.” Ucapan Jeno hanya dianggap angin oleh Jaemin.

Omong-omong, Itu pengalaman pertama Jeno bercinta dengan pria, rasanya candu, Jeno akan mengulanginya. Hanya bersama Jaemin tapi.

Cw : bxb, male lactating, nipple play, bareback sex, sindrom little space, anal sex, blow job, Jaemin kinda dominatrix.


Jadi Caregivers seorang Lee Jeno bukan hal mudah buat Na Jaemin. Terlebih dirinya harus menjaga rahasia besar selama beberapa bulan terakhir. Setelah Jeno— teman fakultas, menjadi roommatenya.

Ah, kalau diingat lagi, Jaemin ingin menukar takdirnya setelah nggak sengaja bertemu dengan Jeno versi kecilnya.

Sejak saat itu, drama-drama mulai terjadi. Dari sisi Jeno maupun Jaemin, sama-sama punya rahasia sendiri tanpa satupun yang tau.

Mulai dari drama Jeno dan sisi Nono-nya, yang manja dan polos namun tatapannya tetap seorang Lee Jeno berumur 19 tahun.

Dan drama Jaemin yang selalu mengambil kesempatan yang Jaemin yakin nggak bakal dia dapat di versi Jeno.


“Malem ini ga usah kemana-mana.”

Jaemin yang baru masuk ke apartemen mereka langsung disambut suara berat Jeno. Si manis mengangkat ujung bibirnya dan berniat menggoda pria tampan itu.

“Kenapa? Nono ga mau ngalah?” Guyon Jaemin.

Jeno mendengus dingin mendengarnya. Pemuda itu tengah shirtless, asik nyemil popcorn sambil nonton Netflix di ruang tamu.

“Gue sebenernya belum paham semuanya, maksudnya tuh—” Jaemin menyusul Jeno di sofa.

Aneh, tiba-tiba Jaemin penasaran untuk membahas keseluruhan tentang Jeno. Meski sudah berjalan selama 4 bulan menjadi Caregivernya, tapi tetap saja, Jeno nggak pernah jelasin detailnya.

Semua mendadak, kayak dulu waktu Jeno maksa Jaemin buat jagain dia kalau ada hal yang mencurigakan serta aneh.

“Kapan Lo ganti— jadi Nono? gue ga tau dah pokoknya, bingung nyusun kalimat.” Jaemin mengerucutkan bibirnya kesal. Tangan lentiknya memainkan sisian celana Jeno.

Sambil mengumpat banyak dalam hati : “kenapa Jeno nggak pakai baju?! Gue ga tahan sumpah...” Gitu sekiranya.

Ya gimana, kalau Jeno punya sisi kecil di dirinya. Beda lagi sama Jaemin yang punya sisi binal dalam tubuhnya.

Stt, yang dibilang memanfaatkan kesempatan dengan baik ya kayak gini.

Di saat sindrom little space Jeno kambuh, Jaemin akan dengan senang hati menjadi seorang ibu untuk Jeno.

Ibu? Iya, karena Jaemin juga menyusui Jeno layaknya seorang wanita.

Ini rahasia ya, karena sampai sekarang Jeno juga nggak tau. Ingatan Jeno dan Nono tidak satu, meski raganya sama.

“Hm,” Jeno menyamankan posisi.

Seingat Jeno, mereka sudah pernah bicara topik ini. Tapi dia juga nggak keberatan untuk mengulangi, toh Jaemin juga ikut andil dalam hidupnya.

Ralat, hidup Nono.

“Gue juga ga tau kapan tepatnya waktu kambuh, cuma, firasat kalau malem ini si sialan itu bakal keluar.”

Benar, Jeno nggak pernah akur sama sisi anak kecilnya. Jadi jangan heran kalau-kalau Nono muncul dan mengadukan kekesalannya juga pada Jaemin.

So, gue mohon Lo jangan kemana-mana. Bantu gue, ya?” Jeno bahkan enggan— lebih tepatnya malu untuk sekedar menatap mata Jaemin.

Jaemin sih, cuma bisa nahan senyum. Bangkit menuju kamar mandi, dan merendam tubuhnya biar wangi.

Supaya Nono semakin suka padanya dan sering muncul juga.


Tepat setelah makan malam sederhana— tentu Jaemin yang memasak, keanehan mulai terjadi pada Lee Jeno.

Mata elang yang biasanya menatap dengan tajam, berubah menjadi tatapan polos dan terkesan sendu. Hidung bangirnya terus mengernyit, bibir Jeno juga ikut mengerucut.

Apalagi kalau bukan Nono yang menggantikan laki-laki sombong, egonya tinggi, nggak mau disentuh, dan suka memainkan perasaan.

Coba kalau sifat Jeno tidak begitu, maka Jaemin nggak ribet-ribet nuntasin nafsu sendiri.

Tapi kan sekarang ada Nono, sudah waktunya Jaemin beraksi.

“Hai?” Sapa Jaemin lembut.

Sedikit takut kalau ternyata itu masih Jeno.

Tapi ketakutan Jaemin langsung lenyap begitu Jeno— Nono, membalasnya dengan seruan gembira.

“HAWLLO KAK NANA!” Meski suara berat Jeno nggak berubah, tapi intonasinya berbeda 180⁰, dengan gaya cedel juga.

“Fyuh,” Jaemin membuang nafasnya lega.

Hehe, kalau gitu, bisa Jaemin mulai jam mainnya? Terakhir kali mereka melakukan beberapa Minggu yang lalu.

“Udah kenyang belum makannya?”

Jeno mengangguk mantap, “Nono udah kenyang! Tapi...”

Alis Jaemin terangkat, raut Jeno langsung sedih.

“Tapi?” Ulang Jaemin dengan nada halus.

“Tapi Nono auss! Nono mau num susu.”

“Nono mau minum susu? Mau kakak buatin apa minum susu kakak?” Kekeh Jaemin.

Merasa dirinya gila dan keterlaluan, tapi keadaan sangat mendukungnya berbuat nista.

Tolong bayangkan jika kamu jadi Jaemin, berhadapan dengan pangeran kampus plus badannya bagus, ganteng, apa gak mau di iya-iya in?

“Mau nen!” Pekik Jeno, badan bongsornya berdiri, menghampiri Jaemin diseberang meja.

“Kak Na, ayo nenenin Nono!” Bujuknya.

Jaemin merasa menang, disaat seperti ini lah dia yang paling kuasa. Mengalahkan tinggi egonya seorang Lee Jeno.

“Tapi syaratnya kayak kemarin ya, Nono harus lepas semua bajunya, terus titit Nono kakak iket pakai dasi, okay?”

Jeno versi kecil nggak tau apapun, kecuali rasa penasaran tentang katanya ada air susu yang bisa keluar dari puting kak Nana, serta rasa sakit di cacing Alaskanya.

“Ayo, ke kamar kakak.” Selain itu, Jeno bahkan nggak pernah diijinkan untuk masuk ke kamar Jaemin.

Sayang sekali Jeno nggak bisa ingat semua kejadian yang dia lalui saat jadi Nono.

Harusnya Jeno bakal tau Jaemin itu taman seperti apa. Orang polos dengan attitude baik kah, atau orang polos dengan beberapa mainan seks di kamarnya.

Ceklek

Jaemin nggak pernah lupa untuk mengunci pintu kamarnya.

“Sini, kakak bantu lepasin bajunya.” Jeno dengan senyum manis mendekatinya.

Jaemin dengan cekatan melucuti semua pakaian yang ada ditubuh Jeno, hingga pria dominan itu telanjang bulat.

Sejenak Jaemin termangu, mengamati indahnya ciptaan Tuhan dihadapannya.

Jaemin menggeleng kecil, dengan cepat mengambil dasi— yang sengaja dia siapkan, lalu mengikatkan pada penis besar Jeno menjadi simpul pita.

Jaemin luar biasa senang saat Jeno— meski bukan Jeno, merengek meminta dilepaskan dasinya dan meminta izin juga untuk pipis di kasur Jaemin.

Jeno terlalu lemas untuk lari ke kamar mandi dan mengeluarkan mani— yang sebenarnya bukan, di sana.

“Nah, udah. Sekarang Nono boleh minum susu kakak!” Seru Jaemin. Menarik kausnya ke atas sampai dadanya terpampang jelas di depan Jeno.

“YEY NUM CUCU!” Jeno memposisikan dirinya di samping Jaemin yang tiduran.

Lengan Jaemin jadi bantalnya Jeno, persis seperti ibu yang menyusui bayinya.

“Mngh—” baru disesap sekali, Jaemin sudah melenguh nikmat.

“Hisap yang kuat, sampai keluar susunya okay?” Perintah Jaemin dengan suara seraknya.

Jeno segera menurut, bahkan pipinya menirus karena sangking kuatnya menghisap puting nude Jaemin.

Jaemin gila, dia terangsang, penis kecilnya mengeras karena ulah Jeno. Dia butuh pelampiasan— menekan kepala Jeno dengan kuat adalah jawaban.

“Mnhhh... unghh— yahh Nono,” Jaemin semakin meremat kepala Jeno, menggelinjang nikmat sebisa mungkin menahan desahannya.

Iya—hhh gitu terus,” Jaemin memejamkan matanya erat, sesekali menggigit bibir bawahnya karena tak kuasa menahan nikmat.

Ekspresi wajah Jaemin tidak luput dari perhatian Jeno, semakin membuat gelombang aneh yang Jeno sendiri bingung mengungkapkannya.

Selain rasa sakit di penisnya yang bisa meledak kapanpun.

“Puah— kak Nana, anunya Nono sakit lagi...” Rengek Jeno.

“Sakit, hm? Punya kakak juga sakit.”

“Uhm, mending Nono hisap anu kakak juga, nanti kakak lepasin deh dasinya.” Jaemin tersenyum lembut, mengusap rahang tegas Jeno dengan penuh afeksi.

Jeno mengangguk mantap, segera turun sampai posisinya pas. Berada di depan selangkangan Jaemin yang menonjol keras di balik celana kain.

Jaemin melucuti celananya, dibantu Jeno karena dia juga nggak sabar menunggu giliran di blow job Jaemin.

Penis pink Jaemin bengkak, panjangnya sekitar tinggi telunjuk terlihat sangat berbeda dengan milik Jeno— besar, panjang, dan berurat.

—mhhh, ashh...” Jeno benar-benar tidak sabar, begitu tangannya menangkap penis Jaemin, langsung dibabat habis.

Jeno dengan lihai memainkan penis mungil Jaemin seperti yang pernah dia lakukan. Menjilat batang sampai ke pucuknya, kemudian menggesek lidahnya di lubang pipis Jaemin.

Ohhh, nghhh— enak, enak... Kak Nana mau pipiis~”

Jeno semakin cepat mengeluar-masukkan penis Jaemin, dan tangan Jeno ditarik Jaemin ke putingnya.

Menuntun tangan manly Jeno untuk meremas dadanya, memainkan telunjuk Jeno di putingnya. Jaemin hampir menangis dibuatnya.

Jaemin menggigit bibirnya, menahan rasa teramat perih karena kuku Jeno dengan sengaja menggaruk putingnya terlalu kuat.

Dibarengi itu, Jaemin klimaks.

“ANGHH—!” Jaemin pelepasan, begitu mudah.

Anak nakal yang masokis kalau kata orang.

Jaemin keluar banyak, semuanya ditelan oleh Jeno.

“Yeay! Nono mau juga kak Nana!” Mendengar Jaemin selalu berteriak “enak” bikin Jeno penasaran, begitu Jeno tau rasanya, dia kecanduan.

Nafas Jaemin bahkan masih tersengal-sengal, namun tubuhnya seakan bergerak sendiri mencari pelampiasan.

Dia dorong badan Jeno sampai telentang, duduk di perut keras Jeno dan menatap empunya seduktif.

“Buat Nono spesial, Nono pipis di dalem badan kak Nana aja.”

Jeno mengerutkan keningnya, otak kecil Nono nggak paham sama maksud Jaemin. Meski kepalanya mengangguk patuh— karena yang dia mau, cuma pipis.

Penisnya semakin membengkak, tak bisa ditahan lagi. Matanya tak luput dari gerak-gerik Jaemin yang mengerjai penisnya.

Sampai fokusnya tadi diganti rasa asing, seperti nikmat tapi sangat keterlaluan.

“Ahhh—” Jeno langsung menahan desahannya.

Matanya terpejam seiring tubuh Jaemin bergerak turun, lubang berkedut Jaemin melahap habis penis besar Jeno dengan rakus.

“Ah—uhmmm, Nono besar... Lubang kakak penuh.” Saliva Jaemin saling menetes, empunya asik mendesah nikmat.

“Enak banget hnggg—”

“Biarin kontolnya di tubuh kak Nana terus, ya?! kakak sedih kalau lubang kakak ga disumpel kontol Nono...”

Tidak tahu kenapa, mendengar Jaemin berbicara kotor semakin membuat diri Jeno kalap. Little spacenya ternodai, Nono yang kecil memekik menahan nikmat yang luar biasa.

Ahh, kak Nana to-tolong anu Nono, sakit kak Nana!” Jeno meraung-raung, tangannya tanpa sadar membantu Jaemin bergerak naik-turun.

Jaemin menggulirkan matanya, pinggangnya memutar dengan handal setelah merasa penis Jeno di dalamnya semakin tenggelam, dan membengkak besar sampai urat penis Jeno terasa jelas di rektumnya.

Anghh Kak Nana!!” Jeno berteriak akibat Jaemin bergerak kesetanan.

Jeno bangkit, merubah posisinya untuk duduk agar bisa memelankan gerakan Jaemin, namun sial, itu semakin membuat Jaemin gila dan bergerak agresif lagi.

Ah ahhhh! Jeno fuck, shhh— enak enak! Mau cum please!” Jaemin menangis, dia tidak sanggup menahan diri.

Tanpa sadar Jaemin memanggil nama Jeno. Laki-laki itu bahkan berhenti, memiringkan kepalanya dan berpikir,

“Kok panggil Jeno?”

Nadanya tegas, tidak pakai intonasi punya Nono sendiri.

Tampaknya, laki-laki— Nono, itu marah. Bayangkan, kamu bercinta dengan pasangan tapi menyebut nama orang lain?

“Kak, ini aku Nono...” Terdengar menyedihkan.

Jaemin tidak berniat membalasnya, dia kepalang tanggung, sebentar lagi menjemput pucuknya. Tapi dengan kejam Jeno menahan pinggangnya kuat. Jaemin tidak bisa bergerak.

Mhh, please, kakak bentar lagi sampai.” Jaemin memang egois, dia ga mau tau Nono tengah menahan jengkel dan sakit di hatinya.

Kepala Jaemin mendongak saat mendengar erangan dalam, matanya terbuka kala remasan di pinggangnya menguat.

Alisnya mengerut melihat ekspresi Jeno dari bawah. Laki-laki itu terlihat menahan sakit.

Fuck— pala gua,”

Jaemin membelalakkan matanya, nggak percaya kalau Nono baru saja bilang gua.

Itu tandanya,

“JAEMIN?!”

Sial, terlalu tiba-tiba. Jaemin ga punya waktu buat menghindar dan membereskan kekacauan.

Tapi sisi Jeno sudah mengambil alih lagi, little spacenya kembali normal. Mungkin karena Nono marah?

Menyisakan Jeno yang menatap penuh tanya pada Jaemin, dan alat kelaminnya yang tertanam apik di dalam tubuh Jaemin.

ghh— lu ngapain, hm?” Bisik Jeno dalam.

Jaemin menggeleng cepat, matanya terpejam antara karena nikmat atau ketakutan.

“Huh? Gua butuh penjelasan,”

“Tapi setelah ini selesai.” Lengan Jeno yang sedari tadi menahan pinggang kecil Jaemin akhirnya bergerak juga.

Memaksa tubuh Jaemin naik dan turun dengan cepat, dia butuh ritme kuat karena sebentar lagi klimaks.

Kepalang basah beneran kan? Jeno mau stop karena bingung, tapi penisnya semakin mengembang di dalam anal Caregivers-nya.


Done, hehe. Maaf ya kalau engga sesuai ekspektasi, aku kurang baik buat one shot karena perlu nulis detail2 kecilnya huhu.

Kalau ditulis terlalu banyak huruf, yakin bakal bosenin.

Terimakasih sudah kasih pengalaman buat aku nulis commission hehe!! Hope you enjoy it, please understand me t_t


Bagaimana bisa Na Jaemin hanya diam saat Jeno bergerak semakin brutal di belakangnya?

Sejujurnya Jaemin mengantuk, malam juga semakin larut. Tapi, serius, apa-apaan Jeno itu?

“Sa— satu kali aja!” Suara Jaemin parau, tapi tidak diindahkan Jeno sama sekali.

“Katanya mau tidur, tidur aja.” Ucap Jeno. Pinggulnya bergerak konstan, penisnya terjepit di antara paha dalam Jaemin terasa sangat memabukkan.

“Shh— ga bisa bodoh! Mas rusuh mulu sih!” Jaemin terlihat sensi, ya gimana, jam tidurnya bentar lagi hancur kalau nurutin Jeno.

“Ini enak banget sumpah,” Jeno mendekat ke telinga Jaemin, berbisik dengan nada rendahnya.

“Ahh, Nana ghh— gila gila, kontol kecil kamu ikut ngaceng, ya?” Jeno mendesah nikmat, kejantanannya yang panjang tak sengaja bersentuhan dengan milik Jaemin yang— sepertinya kembali terangsang.

Padahal cuma paha? Tapi Jeno begitu memujanya.

Jaemin bungkam, suaranya bagai hilang. Bibirnya digigit karena tak kuasa menahan nikmat kecil-kecilan dari belakang.

“Uhh, mau pipis~” nada mendayu manja semakin mempercepat gerakan pinggul Jeno.

Dibantu Jaemin yang menghentak tubuhnya kebelakang. Mereka klimaks bersama.

Sperma Jeno mengenai celana sutra Jaemin yang cuma dilepas sebatas paha.

“Hahh, udah mas, ngantuk.” Tangan Jaemin langsung menahan tangan kekar Jeno yang merambat ke dadanya.

Jaemin bersumpah, dirinya lelah. Energinya terkuras buat marah-marah.

“Makannya aku suruh tidur.” Tapi Jeno nggak mau kalah.

Tangan kirinya yang ditindih Jaemin dengan gesit mengunci pergelangan tangan Jaemin. Sementara tangan kanannya ditugaskan untuk mengerjai puting bengkak si kecil lagi.

Dicubit, dipelintir, sampai tubuh Jaemin menggelinjang. Telapak besar Jeno bergerak lincah, mengusap setiap inchi tubuh putih suaminya, bermain-main dengan perut rampingnya sesekali memainkan jarinya di pusar, kemudian, Jeno berhenti di pusat Jaemin yang kembali mengeras.

“Ahh—” Jaemin tak tahan, kepalanya menengadah menatap suaminya sayu, memohon untuk berhenti karena— Jaemin sangat lelah.

“Nghh— stophh please, have mercy...” Jaemin memohon dengan suara seraknya.

Bukannya berhenti, Jeno semakin lancang mempercepat kocokannya pada penis mungil Jaemin.

“Stop? Nih tak kasih lihat, kontol kamu nambah bengkak.” Jeno tersenyum remeh, tekstur penis Jaemin yang licin semakin memudahkannya mengocok.

“Ini tadi keluar tanpa disentuh, kan? Mau pipis lagi, hm?” Jeno merendahkan kepalanya, meludahi mulut Jaemin yang tak sengaja terbuka karena terus mendesah.

“Anghh ma—uhh, pipis, mas Jeno!” Teriak Jaemin, disusul cairan yang keluar dari penisnya.

Serius, Jaemin emang gampang banget keluar jika Jeno yang ? melakukannya?.

“Udah, udah— lemes banget sumpah. Udah please, aku ga kuat...” Jaemin menggeleng cepat, tangannya berusaha untuk melepas cekalan Jeno.

Kasihan, hal baik tidak selalu berpihak sama Jaemin ternyata. Karena Jeno— kayak kesurupan, langsung menarik lingerie Jaemin, terlalu kuat sampai kain tipis itu hampir sobek.

“AHHH—! Noooouuu!” Teriak Jaemin nyalang saat Jeno melucuti pakaiannya.

Rasanya Jaemin seperti diperkosa! Beneran, Jaemin sampai merinding seluruh badan.

Sialnya ga ada belas kasihan di mata Jeno.

“Huh, sekali aja please...” Jaemin tetap berusaha meminta pengampunan.

Jujur, dalam lubuk hatinya yang terdalam, Jaemin nggak keberatan kalau dikasari kayak gini.

Hanya saja, Jaemin takut jiwa lacur-nya terpancing.

Beuh, ga tau kan kalian? Gimana binalnya Jaemin kalau mode pelacur?

Pinggulnya bisa naik turun semalaman. Penisnya bisa memerah karena klimaks terus-terusan. Putingnya mungkin juga bengkak dan lecet, tapi Jaemin bakal abai dan merengek minta dipakaikan nipple clamps sampai pagi.

Kalau sudah begitu, Jeno yang senang. Kayak menang lotre 2 miliar.

Jeno bakal diam dan berlagak pasrah, menikmati goyangan Jaemin dengan rokok Marlboro ditangannya. Sesekali menyoraki Jaemin yang tengah cosplay dengan pakaian ciamiknya.

“Uhhh ng— MASHH!” Jaemin melolong kesakitan, dari tadi sore, lubangnya tidak terjamah apapun. Namun Jeno melesakkan jarinya tanpa pelumas atau apapun, sialan!

Air mata Jaemin mulai berjatuhan.

“sa—sakit hhh”

“Nanti juga enak kok.” Hibur Jeno.

“aaahhhh... Jeno saki—thhh,”

Benar-benar dibutakan oleh nafsu, suami kecilnya menangis tersedu tapi Jeno tetap pada fokusnya.

Jaemin memejamkan matanya, rasa sakit tadi perlahan menggila. Tidak, itu hanya rasa nikmat sampai otak Jaemin terasa kosong karena dipenuhi hasrat ingin bercinta.

“Gimana, enak?” Ekspresi erotis Jaemin terekam jelas di mata Jeno.

Matanya merem melek, mulutnya terbuka lebar, menggoda Jeno untuk meludahinya lagi.

“Hmpp,”

Jeno meludahi Jaemin, bukannya kesal atau marah, itu malah membuat Jaemin semakin terangsang.

Tanpa sadar mengetatkan lubangnya yang disumpal dua jari tebal Jeno.

Jeno terkekeh kecil, membalas tatapan Jaemin yang ia yakini sudah masuk ke sub spacenya.

Berati, Jaemin sudah siap digauli sampai pagi.

Itu sih rencana Jeno, ga tau kalau berubah.

“Ah ah— mas Jeno, garukin lubang Nana!”

See? Ini baru Nana-nya. Pelacur kecil yang berkelas milik Jeno sendiri.

“Kayak gini?” Tanya Jeno sambil tertawa, menggaruk pelan dinding rektum Jaemin, tanpa menyentuh prostatnya.

“Iyahhh Iyah! Tusuk terus nghh— sampai mentok, ahhhhh mau pipiiiss!!” Jaemin mengejan kuat, berusaha mengeluarkan semua cairannya yang mendesak keluar.

“Oh my— Na Jaemin! Kamu squirt?!”

Mata Jeno melotot tak percaya. Oh ayolah, itu pertanda Jaemin menikmatinya sampai squirt.

Sudah lumayan lama Jeno nggak liat Jaemin kelojotan sampai seperti ini.

“Uhh— mau dikontolin aja please, ga mau disodok pake jari,” Jaemin meracau, pinggulnya masih bergetar karena squirt hebat tadi.

Nggak kaget kalau sprei dan tubuh telanjang Jeno basah dibuatnya.

“Haha, nakal.” Jeno nggak kaget lagi, ucapan Jaemin bisa berubah 180⁰ jika seperti ini.

“Mau kontol siapa emang, hm?”

“Mas Jeno!” Jawab Jaemin girang.

Si manis mengangkang lebar, dua tangannya ditaruh di lipatan lutut, menahan agar tetap terbuka untuk suaminya.

“Ini— ini lubangnya! Mau dipakai sampai ga bisa jalan,” Jaemin semakin melebarkan kakinya, lubangnya mengatup-atup menggoda Jeno, seakan berteriak ingin disumpal.

“Mau dientot sampai hacur! Mau pipis yang banyak mas Jeno, huhu...” Jaemin meraung, menangis dan berteriak frustasi.

“Mau diperkosa!” Teriaknya penuh ?puja?.

Meminta digauli karena tidak tahan, sementara Jeno masih terkekeh sambil mengusap penisnya sendiri.

“Wait,” tunda Jeno.

Segera turun dari kasur, mencari sesuatu di laci meja make up suaminya.

“Tara!” Pekik Jeno girang.

Bungkusan bludru yang nggak asing lagi buat mereka. Isinya nggak lain adalah vibrator telur yang dikontrol lewat aplikasi ponsel.

Uhh, kapan-kapan juga Jaemin ceritakan memakai vibrator itu di tempat umum.

“Yeay!” Jaemin juga kegirangan. Menatap setiap pergerakan Jeno penuh binar.

Semakin banyak toys yang mereka gunakan, semakin menangis lah Jaemin. Semakin banjir lubangnya, semakin basah sekitar mereka.

“Jangan lupa dihitung berapa banyak vibrator yang bisa masuk ke lubang, paham?” Jaemin langsung mengangguk mantap, dengan sabar menunggu Jeno bak anak kecil yang lucu.

Jeno memposisikan dirinya di tengah kaki Jaemin yang dibuka lebar. Kemudian mengusap lubang basah Jaemin dengan jempolnya.

“Aku masukin.” Aba-aba yang Jeno berikan.

“auchhh sa—sat, uhhh” Jaemin cacat dalam berbicara, mendesah nikmat merasakan ekstasi di lubangnya.

Jeno tersenyum bangga. “Kalau ga kuat bilang, ya? Aku kan ga tau.” Ucap Jeno yang tau bakal Jaemin abaikan.

Ibaratnya, suaminya itu bakal jadi orang bodoh saat tengah bercinta.

“Du—ahh, duahhh”

Desahan erotis tak henti-hentinya keluar dari bibir si manis itu.

“Nghh— nanti akuuhh dikontolin lagi enggak—?” Tanya Jaemin dengan mata terpejam.

“Gak. Lubang Nana bisa sobek kalau banyak-banyak yang dimasukin.”

“unghhh, mau penis mas Jeno aja—hhh...”

“Terus ini gimana dong? Udah ada dua vibrator Sayang, nanggung.” Jaemin tetap menggeleng.

Yang dia mau, cuma penis Jeno saja.

“Deal. Tapi aku ga mau keluarin vibratornya, kita ngentot kasar malam ini.”

Selesai mengatakan hal kotor, Jeno langsung melesakkan penisnya.

“Akhh—!” Jaemin melolong kesakitan, daging panjang dan tebal Jeno masuk terlalu dalam.

Berdesakan dengan 2 vibrator kecil yang belum digetarkan.

“Anhhhh... Anghhh...” rintihan Jaemin kala Jeno bergerak meski hanya sejengkal.

“Ghh— ah,” nafas Jeno tercekik. Rasa nikmat yang sering ia rasakan namun tidak pernah ada rasa bosan.

“Masih kuat?” Suara Jeno dipenuhi geraman.

Jaemin mengangguk, ia lebih fokus meremas sprei dengan kuat karena rasa pedih di analnya.

“Jangan nangis, kamu sendiri yang minta.” Jeno merendahkan kepalanya, berbisik di telinga Jaemin dan membuat si manis menggelinjang kecil.

Kaki Jaemin dibawa Jeno ke atas, di taruh di pundaknya sebelum pergerakan kasar Jeno segera dimulai.

“Mhh— mau dinyalain?” Jaemin mengangguk cepat.

Jaemin membayangkan senikmat apa jika dua vibrator bergetar maksimal serta penis Jeno merojok lubangnya bersamaan.

Itu gila.

“Naughty Nana.” Kekeh Jeno. Tangannya meraih ponselnya di atas headboard, dengan lincah membuka aplikasi yang terhubung dengan vibrator Jaemin.

“ANGHHhhhhh!” Desahan panjang Jaemin terdengar indah di telinga Jeno.

“Ahhh, shhh— Nana Na, ahhh,” Jeno bergerak cepat, menggali rasa nikmat yang sebenarnya tidak perlu dicari susah-susah.

Lihat saja, dua vibrator juga memanjakan penis Jeno di dalam sana. Mengantarkan getaran agresif yang membuat Jeno semakin ingin menghancurkan lubang senggama Jaemin.

“Fuck! You're so tight, enak banget Na Jaemin!” Jeno mengerang nikmat, laju pinggulnya tak main-main.

“AHHHHH MAS JENO—OHHH!” Jaemin mengedutkan lubangnya tanpa sadar, membuat Jeno yang bergerak brutal di atasnya semakin melayang.

Urat-urat di leher Jeno menonjol semua, pria itu menahan diri untuk tidak menghancurkan Na Jaemin detik ini juga.

“Jangan keras-keras Nana, kamu mau anak-anak denger kita?” Peringati Jeno. Namun diabaikan.

“Mau pipiiisss!! Nouu nouu!” Kepala Jaemin menggeleng, ia pikir rasa nikmat mungkin akan berkurang. Jaemin nggak sanggup.

“Anghh— vi-vibratornya masuk,”

“Ke dalem...” Lirih Jaemin. Tubuhnya ambruk.

Jeno lagi-lagi mencekiknya!

Sementara Jaemin? Pria kecil itu hanya bisa membuka lebar mulutnya untuk sekedar bernafas.

“Ah ah! GHHH, mau sobekin lubang lonte kamu, mau penuhin perut kamu sama sperma.” Jeno terlihat frustasi.

Kaki Jaemin yang tadinya ditahan di pundak sudah terjatuh, hingga posisi Jaemin menjadi tidur— dengan cepat Jeno membalikkan badannya.

“mau—unghhh...” balas Jaemin namun tidak begitu jelas.

“Nih— ahhhh!” Jeno bergerak kesetanan, sepertinya dominan itu sebentar lagi klimaks.

Jaemin juga dapat merasakannya— penis Jeno bertambah besar, mendorong vibrator semakin dalam.

Lidah Jaemin kelu, menggigit bantal kuat-kuat untuk menahan desahannya. Tangannya meremas lengan Jeno yang tengah memeluk lehernya dari belakang.

“ARGH—!” Jeno meraung keras tanpa takut jika anak-anaknya mendengar.

Mereka klimaks bersamaan lagi.

Sejenak mereka terdiam, mengambil oksigen dengan rakus.

Jeno menarik tubuhnya, meninggalkan Jaemin yang masih bergetar setelah multi orgasme. Bahkan sekarang Jaemin masih mengeluarkan kencingnya— tubuhnya yang sensitif bertambah dua kali lipat karena vibrator masih berada di analnya.

“Wow— lubang kamu,” Jeno takjub, pemandangan pantat Jaemin yang diangkat tinggi sangat luar biasa di matanya.

Anal Jaemin terbuka, membentuk lingkaran persis seperti ukuran penis Jeno— tengah mengeluarkan sperma suaminya yang sangat banyak.

“Lubang kamu bocor banget, basah. Kebuka lebar, nyetak kontolku lagi, seksi sumpah.”

Jaemin melenguh. Lubangnya malah berkedut mendengar rentetan pelecehan tersebut yang keluar dari bibir suaminya.

Dan, Jaemin pipis lagi. Jeno sempat tertawa sebelum mengangkat Jaemin ke sofa. Mereka tidak akan tidur di kasur sepertinya, jika Jeno tidak malas mengganti sprei baru langsung setelah ini.

Jaemin didudukan di sofa dengan dua kaki lemahnya dibuka lebar.

Jeno berniat baik mengeluarkan vibrator tersebut, sebelum Jaemin menghentikannya dengan tatapan sayu.

“Jangan dilepas, biarin sampai besok.”

Fuck! Bisa-bisa mereka tidak hanya satu ronde.

With love, dekhyuckie.

#Judul BINAL | 21. Subspace and Aftercare 🔞


Bagaimana bisa Na Jaemin hanya diam saat Jeno bergerak semakin brutal di belakangnya?

Sejujurnya Jaemin mengantuk, malam juga semakin larut. Tapi, serius, apa-apaan Jeno itu?

“Sa— satu kali aja!” Suara Jaemin parau, tapi tidak diindahkan Jeno sama sekali.

“Katanya mau tidur, tidur aja.” Ucap Jeno. Pinggulnya bergerak konstan, penisnya terjepit di antara paha dalam Jaemin terasa sangat memabukkan.

“Shh— ga bisa bodoh! Mas rusuh mulu sih!” Jaemin terlihat sensi, ya gimana, jam tidurnya bentar lagi hancur kalau nurutin Jeno.

“Ini enak banget sumpah,” Jeno mendekat ke telinga Jaemin, berbisik dengan nada rendahnya.

“Ahh, Nana ghh— gila gila, kontol kecil kamu ikut ngaceng, ya?” Jeno mendesah nikmat, kejantanannya yang panjang tak sengaja bersentuhan dengan milik Jaemin yang— sepertinya kembali terangsang.

Padahal cuma paha? Tapi Jeno begitu memujanya.

Jaemin bungkam, suaranya bagai hilang. Bibirnya digigit karena tak kuasa menahan nikmat kecil-kecilan dari belakang.

“Uhh, mau pipis~” nada mendayu manja semakin mempercepat gerakan pinggul Jeno.

Dibantu Jaemin yang menghentak tubuhnya kebelakang. Mereka klimaks bersama.

Sperma Jeno mengenai celana sutra Jaemin yang cuma dilepas sebatas paha.

“Hahh, udah mas, ngantuk.” Tangan Jaemin langsung menahan tangan kekar Jeno yang merambat ke dadanya.

Jaemin bersumpah, dirinya lelah. Energinya terkuras buat marah-marah.

“Makannya aku suruh tidur.” Tapi Jeno nggak mau kalah.

Tangan kirinya yang ditindih Jaemin dengan gesit mengunci pergelangan tangan Jaemin. Sementara tangan kanannya ditugaskan untuk mengerjai puting bengkak si kecil lagi.

Dicubit, dipelintir, sampai tubuh Jaemin menggelinjang. Telapak besar Jeno bergerak lincah, mengusap setiap inchi tubuh putih suaminya, bermain-main dengan perut rampingnya sesekali memainkan jarinya di pusar, kemudian, Jeno berhenti di pusat Jaemin yang kembali mengeras.

“Ahh—” Jaemin tak tahan, kepalanya menengadah menatap suaminya sayu, memohon untuk berhenti karena— Jaemin sangat lelah.

“Nghh— stophh please, have mercy...” Jaemin memohon dengan suara seraknya.

Bukannya berhenti, Jeno semakin lancang mempercepat kocokannya pada penis mungil Jaemin.

“Stop? Nih tak kasih lihat, kontol kamu nambah bengkak.” Jeno tersenyum remeh, tekstur penis Jaemin yang licin semakin memudahkannya mengocok.

“Ini tadi keluar tanpa disentuh, kan? Mau pipis lagi, hm?” Jeno merendahkan kepalanya, meludahi mulut Jaemin yang tak sengaja terbuka karena terus mendesah.

“Anghh ma—uhh, pipis, mas Jeno!” Teriak Jaemin, disusul cairan yang keluar dari penisnya.

Serius, Jaemin emang gampang banget keluar jika Jeno yang ? melakukannya?.

“Udah, udah— lemes banget sumpah. Udah please, aku ga kuat...” Jaemin menggeleng cepat, tangannya berusaha untuk melepas cekalan Jeno.

Kasihan, hal baik tidak selalu berpihak sama Jaemin ternyata. Karena Jeno— kayak kesurupan, langsung menarik lingerie Jaemin, terlalu kuat sampai kain tipis itu hampir sobek.

“AHHH—! Noooouuu!” Teriak Jaemin nyalang saat Jeno melucuti pakaiannya.

Rasanya Jaemin seperti diperkosa! Beneran, Jaemin sampai merinding seluruh badan.

Sialnya ga ada belas kasihan di mata Jeno.

“Huh, sekali aja please...” Jaemin tetap berusaha meminta pengampunan.

Jujur, dalam lubuk hatinya yang terdalam, Jaemin nggak keberatan kalau dikasari kayak gini.

Hanya saja, Jaemin takut jiwa lacur-nya terpancing.

Beuh, ga tau kan kalian? Gimana binalnya Jaemin kalau mode pelacur?

Pinggulnya bisa naik turun semalaman. Penisnya bisa memerah karena klimaks terus-terusan. Putingnya mungkin juga bengkak dan lecet, tapi Jaemin bakal abai dan merengek minta dipakaikan nipple clamps sampai pagi.

Kalau sudah begitu, Jeno yang senang. Kayak menang lotre 2 miliar.

Jeno bakal diam dan berlagak pasrah, menikmati goyangan Jaemin dengan rokok Marlboro ditangannya. Sesekali menyoraki Jaemin yang tengah cosplay dengan pakaian ciamiknya.

“Uhhh ng— MASHH!” Jaemin melolong kesakitan, dari tadi sore, lubangnya tidak terjamah apapun. Namun Jeno melesakkan jarinya tanpa pelumas atau apapun, sialan!

Air mata Jaemin mulai berjatuhan.

“sa—sakit hhh”

“Nanti juga enak kok.” Hibur Jeno.

“aaahhhh... Jeno saki—thhh,”

Benar-benar dibutakan oleh nafsu, suami kecilnya menangis tersedu tapi Jeno tetap pada fokusnya.

Jaemin memejamkan matanya, rasa sakit tadi perlahan menggila. Tidak, itu hanya rasa nikmat sampai otak Jaemin terasa kosong karena dipenuhi hasrat ingin bercinta.

“Gimana, enak?” Ekspresi erotis Jaemin terekam jelas di mata Jeno.

Matanya merem melek, mulutnya terbuka lebar, menggoda Jeno untuk meludahinya lagi.

“Hmpp,”

Jeno meludahi Jaemin, bukannya kesal atau marah, itu malah membuat Jaemin semakin terangsang.

Tanpa sadar mengetatkan lubangnya yang disumpal dua jari tebal Jeno.

Jeno terkekeh kecil, membalas tatapan Jaemin yang ia yakini sudah masuk ke sub spacenya.

Berati, Jaemin sudah siap digauli sampai pagi.

Itu sih rencana Jeno, ga tau kalau berubah.

“Ah ah— mas Jeno, garukin lubang Nana!”

See? Ini baru Nana-nya. Pelacur kecil yang berkelas milik Jeno sendiri.

“Kayak gini?” Tanya Jeno sambil tertawa, menggaruk pelan dinding rektum Jaemin, tanpa menyentuh prostatnya.

“Iyahhh Iyah! Tusuk terus nghh— sampai mentok, ahhhhh mau pipiiiss!!” Jaemin mengejan kuat, berusaha mengeluarkan semua cairannya yang mendesak keluar.

“Oh my— Na Jaemin! Kamu squirt?!”

Mata Jeno melotot tak percaya. Oh ayolah, itu pertanda Jaemin menikmatinya sampai squirt.

Sudah lumayan lama Jeno nggak liat Jaemin kelojotan sampai seperti ini.

“Uhh— mau dikontolin aja please, ga mau disodok pake jari,” Jaemin meracau, pinggulnya masih bergetar karena squirt hebat tadi.

Nggak kaget kalau sprei dan tubuh telanjang Jeno basah dibuatnya.

“Haha, nakal.” Jeno nggak kaget lagi, ucapan Jaemin bisa berubah 180⁰ jika seperti ini.

“Mau kontol siapa emang, hm?”

“Mas Jeno!” Jawab Jaemin girang.

Si manis mengangkang lebar, dua tangannya ditaruh di lipatan lutut, menahan agar tetap terbuka untuk suaminya.

“Ini— ini lubangnya! Mau dipakai sampai ga bisa jalan,” Jaemin semakin melebarkan kakinya, lubangnya mengatup-atup menggoda Jeno, seakan berteriak ingin disumpal.

“Mau dientot sampai hacur! Mau pipis yang banyak mas Jeno, huhu...” Jaemin meraung, menangis dan berteriak frustasi.

“Mau diperkosa!” Teriaknya penuh ?puja?.

Meminta digauli karena tidak tahan, sementara Jeno masih terkekeh sambil mengusap penisnya sendiri.

“Wait,” tunda Jeno.

Segera turun dari kasur, mencari sesuatu di laci meja make up suaminya.

“Tara!” Pekik Jeno girang.

Bungkusan bludru yang nggak asing lagi buat mereka. Isinya nggak lain adalah vibrator telur yang dikontrol lewat aplikasi ponsel.

Uhh, kapan-kapan juga Jaemin ceritakan memakai vibrator itu di tempat umum.

“Yeay!” Jaemin juga kegirangan. Menatap setiap pergerakan Jeno penuh binar.

Semakin banyak toys yang mereka gunakan, semakin menangis lah Jaemin. Semakin banjir lubangnya, semakin basah sekitar mereka.

“Jangan lupa dihitung berapa banyak vibrator yang bisa masuk ke lubang, paham?” Jaemin langsung mengangguk mantap, dengan sabar menunggu Jeno bak anak kecil yang lucu.

Jeno memposisikan dirinya di tengah kaki Jaemin yang dibuka lebar. Kemudian mengusap lubang basah Jaemin dengan jempolnya.

“Aku masukin.” Aba-aba yang Jeno berikan.

“auchhh sa—sat, uhhh” Jaemin cacat dalam berbicara, mendesah nikmat merasakan ekstasi di lubangnya.

Jeno tersenyum bangga. “Kalau ga kuat bilang, ya? Aku kan ga tau.” Ucap Jeno yang tau bakal Jaemin abaikan.

Ibaratnya, suaminya itu bakal jadi orang bodoh saat tengah bercinta.

“Du—ahh, duahhh”

Desahan erotis tak henti-hentinya keluar dari bibir si manis itu.

“Nghh— nanti akuuhh dikontolin lagi enggak—?” Tanya Jaemin dengan mata terpejam.

“Gak. Lubang Nana bisa sobek kalau banyak-banyak yang dimasukin.”

“unghhh, mau penis mas Jeno aja—hhh...”

“Terus ini gimana dong? Udah ada dua vibrator Sayang, nanggung.” Jaemin tetap menggeleng.

Yang dia mau, cuma penis Jeno saja.

“Deal. Tapi aku ga mau keluarin vibratornya, kita ngentot kasar malam ini.”

Selesai mengatakan hal kotor, Jeno langsung melesakkan penisnya.

“Akhh—!” Jaemin melolong kesakitan, daging panjang dan tebal Jeno masuk terlalu dalam.

Berdesakan dengan 2 vibrator kecil yang belum digetarkan.

“Anhhhh... Anghhh...” rintihan Jaemin kala Jeno bergerak meski hanya sejengkal.

“Ghh— ah,” nafas Jeno tercekik. Rasa nikmat yang sering ia rasakan namun tidak pernah ada rasa bosan.

“Masih kuat?” Suara Jeno dipenuhi geraman.

Jaemin mengangguk, ia lebih fokus meremas sprei dengan kuat karena rasa pedih di analnya.

“Jangan nangis, kamu sendiri yang minta.” Jeno merendahkan kepalanya, berbisik di telinga Jaemin dan membuat si manis menggelinjang kecil.

Kaki Jaemin dibawa Jeno ke atas, di taruh di pundaknya sebelum pergerakan kasar Jeno segera dimulai.

“Mhh— mau dinyalain?” Jaemin mengangguk cepat.

Jaemin membayangkan senikmat apa jika dua vibrator bergetar maksimal serta penis Jeno merojok lubangnya bersamaan.

Itu gila.

“Naughty Nana.” Kekeh Jeno. Tangannya meraih ponselnya di atas headboard, dengan lincah membuka aplikasi yang terhubung dengan vibrator Jaemin.

“ANGHHhhhhh!” Desahan panjang Jaemin terdengar indah di telinga Jeno.

“Ahhh, shhh— Nana Na, ahhh,” Jeno bergerak cepat, menggali rasa nikmat yang sebenarnya tidak perlu dicari susah-susah.

Lihat saja, dua vibrator juga memanjakan penis Jeno di dalam sana. Mengantarkan getaran agresif yang membuat Jeno semakin ingin menghancurkan lubang senggama Jaemin.

“Fuck! You're so tight, enak banget Na Jaemin!” Jeno mengerang nikmat, laju pinggulnya tak main-main.

“AHHHHH MAS JENO—OHHH!” Jaemin mengedutkan lubangnya tanpa sadar, membuat Jeno yang bergerak brutal di atasnya semakin melayang.

Urat-urat di leher Jeno menonjol semua, pria itu menahan diri untuk tidak menghancurkan Na Jaemin detik ini juga.

“Jangan keras-keras Nana, kamu mau anak-anak denger kita?” Peringati Jeno. Namun diabaikan.

“Mau pipiiisss!! Nouu nouu!” Kepala Jaemin menggeleng, ia pikir rasa nikmat mungkin akan berkurang. Jaemin nggak sanggup.

“Anghh— vi-vibratornya masuk,”

“Ke dalem...” Lirih Jaemin. Tubuhnya ambruk.

Jeno lagi-lagi mencekiknya!

Sementara Jaemin? Pria kecil itu hanya bisa membuka lebar mulutnya untuk sekedar bernafas.

“Ah ah! GHHH, mau sobekin lubang lonte kamu, mau penuhin perut kamu sama sperma.” Jeno terlihat frustasi.

Kaki Jaemin yang tadinya ditahan di pundak sudah terjatuh, hingga posisi Jaemin menjadi tidur— dengan cepat Jeno membalikkan badannya.

“mau—unghhh...” balas Jaemin namun tidak begitu jelas.

“Nih— ahhhh!” Jeno bergerak kesetanan, sepertinya dominan itu sebentar lagi klimaks.

Jaemin juga dapat merasakannya— penis Jeno bertambah besar, mendorong vibrator semakin dalam.

Lidah Jaemin kelu, menggigit bantal kuat-kuat untuk menahan desahannya. Tangannya meremas lengan Jeno yang tengah memeluk lehernya dari belakang.

“ARGH—!” Jeno meraung keras tanpa takut jika anak-anaknya mendengar.

Mereka klimaks bersamaan lagi.

Sejenak mereka terdiam, mengambil oksigen dengan rakus.

Jeno menarik tubuhnya, meninggalkan Jaemin yang masih bergetar setelah multi orgasme. Bahkan sekarang Jaemin masih mengeluarkan kencingnya— tubuhnya yang sensitif bertambah dua kali lipat karena vibrator masih berada di analnya.

“Wow— lubang kamu,” Jeno takjub, pemandangan pantat Jaemin yang diangkat tinggi sangat luar biasa di matanya.

Anal Jaemin terbuka, membentuk lingkaran persis seperti ukuran penis Jeno— tengah mengeluarkan sperma suaminya yang sangat banyak.

“Lubang kamu bocor banget, basah. Kebuka lebar, nyetak kontolku lagi, seksi sumpah.”

Jaemin melenguh. Lubangnya malah berkedut mendengar rentetan pelecehan tersebut yang keluar dari bibir suaminya.

Dan, Jaemin pipis lagi. Jeno sempat tertawa sebelum mengangkat Jaemin ke sofa. Mereka tidak akan tidur di kasur sepertinya, jika Jeno tidak malas mengganti sprei baru langsung setelah ini.

Jaemin didudukan di sofa dengan dua kaki lemahnya dibuka lebar.

Jeno berniat baik mengeluarkan vibrator tersebut, sebelum Jaemin menghentikannya dengan tatapan sayu.

“Jangan dilepas, biarin sampai besok.”

Fuck! Bisa-bisa mereka tidak hanya satu ronde.

With love, dekhyuckie.

Bab 21🔞. Bebek atau but plug

“Engh–”

Setelah tawar menawar tadi, kini keduanya tenggelam dalam euforia.

Mereka saling menggesek, sementara Jaemin sedang menengadah dengan liur menetes melewati tubuh tanpa atasan.

“hik!” Jaemin memekik kala tangan kekar Jeno menurunkannya dari pangkuan, membimbingnya tidur untuk posisi nyaman dan merilekskan.

Jeno cekatan melepas semua kain yang menempel ditubuhnya. Untuk tadi, tidak terlalu ribet karena Jaemin hanya memakai kaos.

“Kayaknya kita butuh lube” antara benar atau tidak, Jeno pernah bertanya tentang itu kepada Hyunjin. Awalnya akan terasa sakit, jadi Jeno butuh pelumas untuk melicinkan jalur senggamanya.

“Di situ, coba cari” Jaemin menunjuk meja penuh perawatan kulit, lebih tepatnya menunjuk ke laci meja tersebut.

Eits, Jaemin tentu punya. Jangankan lube, borgol BDSM pun Jaemin ada. Hanya saja, dia tidak tau dengan siapa memakainya dan properti untuk foto. Selain itu, Jaemin emang masokis.

Jeno dengan mudah mengetahui apa itu lube, dari bentukannya yang cukup vulgar lah yang membuat Jeno paham itu lube.

“Strawberry? Loh emang ada rasanya?” Tanya Jeno penasaran, melupakan Jaemin yang kepanasan. Wajar, ini kali pertama Jeno menggunakan lube.

“CK, lama” tangan Jaemin merebut botol merah dari Jeno, menumpahkan di telapak tangan dan diusapkan pada kejantanan Jeno yang setengah menegang.

“Ah-” sensasi dingin bikin Jeno kegelian, ditambah si manis di depan yang menjilati pusat Jeno.

Pipi Jaemin sakit, sudah lumayan lama Jaemin mengoral namun Jeno tak kunjung keluar.

Plop

Jaemin melepas kulumannya, tidak biasanya Jeno susah keluar begini.

“Pegel! Lo coli sendiri sana!” Mood Jaemin menurun, sebelum Jeno dengan mudah membalikkan kata-katanya. Bikin Jaemin salting dan pengen langsung ketahap intinya.

“Soalnya gue pengen keluar di dalem”

🐶❤️🐰

Kegiatan mereka tertunda lama karena Jeno idiot itu!. Meminta Jaemin mencari mainan bebeknya? Yang bahkan udah lama banget gak di ajak Jaemin mandi. Karena bebek itu teman mandinya, dan juga foto itu sudah lama.

Dengan tubuh polos dan penis menenggang, serta bibir yang mengerucut marah, Jaemin melemparkan bebek-bebekannya ke Jeno yang duduk di kasur sambil mengocok penisnya sendiri.

Jeno tambah terangsang melihat Jaemin berjalan-jalan dengan penis mungilnya yang lucu.

“Tuh! Buat apasih?!” Kesal Jaemin. Dirinya juga pusing karena mainan itu udah Jaemin lupakan dulu.

“Cup cup, sini” Jeno menepuk kasur disampingnya. Segera Jaemin mendekat, dia juga tak tahan melihat kejantanan Jeno yang menegang tebal dan berurat.

Kini mereka duduk berhadapan, lalu Jeno mengawali untuk berciuman. Pelan namun pasti, Jeno berhasil merebahkan Jaemin. Kaki Jaemin dibuka lebar, menampung Jeno yang bergerak brutal diatasnya.

“Nungging” mutlak Jeno, permintaan seperti ini sudah biasa buat mereka. Namun kali ini..., untuk pertama kali Jeno berani bermain dengan lubangnya.

“Ungh...” Desahan lolos dari bibir Jaemin kala lube dingin menyapa lubangnya, ditambah tiupan Jeno yang semakin membuat Jaemin kacau.

“Akh!” Sekiranya seperti itu, saat jari panjang Jeno berusaha menerobos. Bukan main, Jeno langsung memasukkan dua jarinya. Jaemin rasa lubangnya bisa sobek.

Mata berair Jaemin menatap Jeno.

“Satu-satu bego! Sakit!” Jaemin maklum. Ini pengalaman pertama orang straight making out.

Tidak mengindahkan perkataan Jaemin, terbukti dengan 3 jari Jeno yang bertengger manis di anal Jaemin.

“ahh...nghh!” Sementara desahan Jaemin bikin Jeno tambah semangat, semakin bergerak maju mundur dengan brutal.

“NGHH!” Kornea Jaemin menggulir keatas, hingga tersisa mata putihnya yang sayu menikmati tusukan Jeno yang menemukan prostatnya.

Jeno yang tidak bodoh tentu paham dengan lolongan nikmat Jaemin, maka jari nakalnya bergerak semakin dalam menumbuk dan menggaruk rektum Jaemin.

“Cum.... enghhh J-jenohh cum!” Tubuh Jaemin ambruk, namun bokongnya masih terangkat dengan 3 jari Jeno berada di lubangnya. Menikmati sisa pelepasannya.

“Akh– i-itu ap-hh” Jaemin kaget. Nafasnya masih tersengal-sengal namun terkejut gara-gara Jeno memasukan sesuatu kedalam dirinya.

“Bebek tenggelam” ah, mungkin ini alasan Jeno meminta Jaemin mencari bebeknya. Ternyata untuk di masukkan kedalam anal Jaemin.

“b-buahht aph”

“Udah Lo diem aja.” Jeno menegakkan tubuhnya, melihat bagaimana lubang Jaemin tersumpal dengan mainan karet. Lucu, sepertinya Jeno balas dendam karena Jaemin menggodanya dengan bebek itu.

Jeno berdiri, meninggalkan Jaemin yang semakin kacau dengan kepala mainan bebek di lubangnya. Ditambah bebek itu akan berbunyi 'ciit' ketika anal Jaemin menciut menahan perih.

Jeno kembali setelah 25 detik yang dia butuhkan untuk mengambil hp di saku celananya tadi. Mungkin ini percobaan terakhir kalinya, tentu Jeno tidak lupa dengan taruhannya. Yaa, semoga ini terakhir. Doa Jeno.

Heleh, masuk aja belom lu Jamal. Ntar ketagihan kita gibeng bersama.

Jeno membuka kameranya, menahan hpnya di sandaran yang pas. Tanpa sepengetahuan Jaemin.

Pertama, Jeno mendekatkan wajahnya ke kamera. Bukti bahwa itu Jeno. Lalu menyorot sedikit muka Jaemin dengan mulut terbuka. Mendesah nikmat karena rasa janggal di lubangnya.

“j-jenh– Jeno....please” Jaemin menyerah, ini rasanya seperti memakai but plut ekor kucing miliknya. Justru karena but plug itu tidak bisa menyentuh prostatnya, Jaemin semakin bergerak gelisah.

“For what?” Beneran deh, Jeno berdoa dalam hati supaya ini terakhir. Namun berbeda dengan penisnya yang semakin menegang mendengar rintihan putus asa Jaemin.

“Fuck me!”

🐶❤️🐰

Mainan karet yang mengganjal lubang Jaemin akhirnya dibuang sama Jeno. Walaupun hanya bagian kepala bebek, tapi itu lumayan sakit karena paruh bebek karet dibuat lancip. Dan asal kalian tau, kepala bebek sebesar lingkaran jempol dan telunjuk.

“ahh mashh” Jaemin mendesah 3 kali lebih ramai saat penis Jeno mendobrak di dalamnya.

Setelah struggle Jeno untuk masuk ke lubang Jaemin, akhirnya Jeno dapat merasakan.

Hangatnya lubang Jaemin, remasan yang diberikan rektum Jaemin, Jeno berani bersumpah! INI LEBIH NIKMAT DARIPADA DENGAN SOMI.

“s-stophh berhentihh” titik pusat Jaemin di tubruk semakin keras, Jaemin ingin pelepasan tapi jempol Jeno menutup lubangnya.

“Mashh, lemme cum-hh” pinta si manis.

“ugh- Lo udah cum 3 kali, tunggu gue bentar lagi sampe” Jaemin menggeleng, menunggu Jeno itu lama. Padahal pelepasan Jaemin sudah didepan mata.

“aahh! Mas J-jeno sakitth-!” Penis mungil submisive di remas, hukuman karena tidak patuh.

Sodokan Jeno semakin brutal, baru pertama kali Jeno merasakan lubang serapat ini. Jangankan sama cowok, sama cewek saja Jeno gak pernah anal sex. Itu kotor dan Jeno tidak mau, tapi setelah melihat Jaemin... For fuck sake Jeno kecanduan!

“emhh dalamhh... J-jenhh terlaluhh dahlamhh” Jaemin memegang perutnya, merasakan seberapa dalamnya penis Jeno hingga terasa menyembul di balik perutnya.

“pelanhh- massh please... pelanhh pel- ahh” tapi Jeno semakin kesetanan. Lubang Jaemin melahap habis miliknya, ini tidak bisa ditahan.

Delapan tusukan untuk Jeno sampai, dibarengi Jaemin yang memuntahkan cairannya di seprei.

“Ahh-” Jeno lega. Dia keluar banyak sekali sampai perut Jaemin kembung.

Dua ronde untuk Jeno, namun ini ronde ke empat untuk Jaemin.

Jeno melupakan hpnya yang mati karena kehabisan daya, tentu saja! Ini bahkan sudah jam 2 malam. Jeno merapatkan tubuhnya pada Jaemin, yang sudah tertidur atau mungkin pingsan karena kelelahan.

“Gila. Gue beneran homo?” Pertanyaan Jeno untuk mengakhiri rutinitasnya hari ini.

Sekian kegiatan yang dilakukan, namun pertanyaannya jatuh pada hal itu.

  1. Underwear two in one.

Cw : local dirty talk, kinda hard sex, anal sex, mention of property (sounding rod, spoon) strangling, sub space.

“Aku gak nyogok tau, kan aku yang disogok.”


Jeno tertawa renyah, mencubit pipi Jaemin dengan kuat bahkan sampai memerah.

Jaemin hanya diam, tersipu malu sekaligus merasa bodoh karena mengatakan hal yang menurutnya menggelikan.

“Oh ya!” Jaemin berteriak, tiba-tiba ingatannya tentang sesuatu yang baru dibeli mengisi otaknya.

Tatapan heran dan terkejut tak diindahkan oleh Jaemin, karena si manis memilih berlari menuju meja— tempat Jeno menaruh belanjaannya.

“Shit,” umpatan Jeno disaat paham dengan niat suaminya.

Membuat Jaemin tertawa keras diantara kegiatan mari membuka belanjaan.

Bahkan tawa Jaemin 10 kali lebih kuat kala mata dan tangannya bergerak sinkron untuk mengambil bungkusan plastik merk terkenal.

Victoria secret.

Uh— brand kesukaannya Jeno, namun untuk produk yang ini, gak dulu.

Jeno bisa mati berdiri gara-gara underwear aneh yang Jaemin beli.

Bagaimana cara Jeno menjelaskan, yang pasti itu underwear bisa dipakai untuk dua orang. Dengan empat lubang bagian depan dan belakang yang dijahit di satu kain.

Jeno bersumpah telah mengutuk designersnya!

Tapi melihat Jaemin tersenyum penuh arti mengiringi langkahnya menuju Jeno, membuat laki-laki dominan itu ingin berterimakasih juga pada underwear aneh tadi.

Bagaimanapun, Jeno juga dapat enaknya.

Eh, benerkan?

“Tara!” Jaemin membuka underwear tersebut, dihadapan Jeno yang meneguk ludahnya susah payah.

Pertama, Jeno merinding membayangkan jika mereka berdua memakai underwear tersebut— sangat nikmat!

Kedua, Jeno juga takut jika ternyata bayangan di atas adalah nihil.

Seperti sia-sia saja ereksi Jeno sekarang.

“Mas,” panggilan Jaemin mendayu manja, semakin membuat Jeno curiga.

Jeno berusaha berdeham, mengangkat satu alisnya setelah merespon Jaemin sekenanya.

“Ayo pakai ini.” Cicit Jaemin pelan.

Uh, Jaemin juga nggak tau kenapa akhir-akhir ini libidonya seakan dipompa untuk meledak kapanpun. Padahal kalau Jeno mengajaknya main, Jaemin menolak dengan munafik.

“Mas? Ga mau?” Jaemin selangkah lagi dekat dengan Jeno, namun si manis ingin menjaga jarak. Semisal Jeno menolaknya, Jaemin nggak susah-susah menyembunyikan air mata.

Padahal bukan! Jeno mau! Mau sekali. Jeno hanya shock.

Pikiran dominan itu melalang jauh— dan sangat dewasa, semakin membuat penisnya ereksi.

“Ya udah sih kalo ga mau.” Jaemin menggigit pipi dalamnya kuat, rasa malu memenuhi tubuhnya hingga matanya mulai memburam karena air.

Mundur satu langkah, menapak dengan kuat karena Jaemin marah.

Syukurlah, suara kaki Jaemin segera menyadarkan Jeno dari lamunan 21+ nya.

“Mau lah!”

Teriakkan Jeno bikin Jaemin melonjak kaget, matanya melotot sangking kerasnya Jeno berteriak.

“Gila aja kalo aku ga mau.” Setengah berdiri agar bisa meraih lengan Jaemin. Membuat si manis jatuh di pangkuannya.

Jaemin menundukkan kepalanya, demi apapun pipinya sangat merah!

“Tapi kan masih ada anak-anak yang, kalo mereka denger gimana?” Jeno mengatur posisinya agar mereka bisa saling berhadapan.

“Kamu aja ga bisa pelanin desahan, gimana tuh.”

Mengingat betapa liarnya Jaemin jika mendesah panjang, melenguh nikmat dan merintih kesakitan. Jaemin tak pernah pelan kala Jeno menyetubuhinya seperti hewan.

“Kamu aja yang pelanin nyodoknya.” Balas Jaemin nggak terima.

Matanya menatap tajam Jeno meski pipinya penuh semburat merah. Dan Jeno dibuat tertawa karena itu.

“Ga enak kamu nanti.” Jeno menepuk panggul Jaemin lumayan kuat. Jaemin bahkan mendesis sakit.

“Jadi, mau nganterin anak-anak ke mama apa gimana?” Tanya Jeno namun tangannya masih asik menampar-nampar tubuh Jaemin yang semakin sekal.

Jaemin berdiam sejenak, memikirkan bagaimana jika Rossa kerepotan mengurus dua bocah beda sifat itu.

Gelengan kecil Jaemin menjawab pertanyaan Jeno.

“Duh, berati mainnya besok aja yang. Lagian aku masih nyuci piring loh.”

“Ya kan bisa nyuci sambil pakai ginian! Gitu aja repot.” Jeno menarik tubuhnya, menatap Jaemin dengan penuh keterkejutan.

Gila, yang benar saja. Main di kamar dengan pintu dikunci kalau ada anak-anak saja Jeno takut. Apalagi main di luar kamar, bagaimana jika Chenle atau Jisung melihatnya? Bisa klimaks berdiri Jeno.

“Nih liat mas,”

Jaemin memasukkan lengannya di dua lubang underwear, sementara sisanya ditaruh di depan mata Jeno.

“Copot celana sekarang, biar aku yang ngatur anak-anak.”

Kayaknya, rumor Jaemin jadi hypersex setelah menikah dengan Jeno itu benar.


“Karena kalian udah nakal, jadi Buna hukum kalian nonton TV berdua doang di kamar.”

Chenle dan Jisung serempak menoleh, alis kecil mereka mengerut tajam.

Antara bingung apa yang mereka lakukan sampai Jaemin marah, dan bingung kenapa hukuman menonton TV berdua tidak terdengar menyeramkan.

“Tapi pintunya Buna kunci dari luar.” Jaemin tersenyum licik. Sudah kalah dengan lubangnya yang berkedut minta disumpal milik Jeno.

Reaksi Chenle sangat berbeda dengan Jisung. “Oh my God!” Dan “Yang lama Na marahnya.”

Jaemin berlari kecil untuk keluar, mengunci kamar Chenle dan Jisung yang berfasilitas lengkap dari luar.


“Hoho, so sexy~” Jaemin membuka pintu kamarnya sendiri, mendapati suaminya bertelanjang dada— hanya memakai underwear anehnya.

Jaemin terkikik geli, mendekati Jeno seraya melepas underwear birunya sendiri.

Jeno menarik underwear two in one kebawah, membuat kebanggaan yang keras terbebas mengudara.

Dan Jaemin langsung melarikan kakinya di kedua lubang, namun gagal karena Jeno menghentikannya.

“Heh, ini mau ditaruh dimana dulu?” Tanya Jeno. Menepuk-nepukkan penisnya di pantat Jaemin.

“Lupa hehe.” Jaemin segera menarik kedua sisi pipi pantatnya, bikin pre-cum Jeno semakin deras.

Jeno meludahi anal Jaemin, membuat si manis berjengit dan semakin menarik pantatnya.

“Ahhh,” desahan lega Jeno mengudara.

Sementara Jaemin menggigit bibir bawahnya, menahan rasa perih luar biasa.

“U–udah?” Jeno menjawabnya dengan deheman.

Jaemin segera menarik underwearnya hingga terpasang apik.

Meski kadang matanya bergulir nikmat karena penis Jeno terasa penuh di lubangnya.

“Jangan dilepas.” Jaemin berhenti, lagi-lagi Jeno menggagalkan aksinya.

“Kalo ga dilepas ganggu ini mas.” Jaemin melepas cengkerama pada dasternya, membiarkan rok sebatas paha itu tergerai.

“Jangan dilepas dong sayang, kan bisa gini.”

Jaemin hanya diam saat Jeno melinting dasternya keatas, bahkan sampai didepan mulutnya.

Ini, Jaemin merasa tidak ada bedanya dengan lepas daster atau tidak— karena, lihat! Dada sampai perut Jaemin saja kelihatan.

“Gigit.”

Jaemin mendongak ke atas, menatap suaminya dengan heran tapi Jeno langsung memutar kepala Jaemin ke depan.

Menyumpalkan gulungan daster Jaemin supaya digigit, hingga akhirnya Jaemin tidak memberontak.

“Jagan sampai lepas, ” suara Jeno penuh intimidasi membuat Jaemin mengangguk patuh.

“atau sendok pisau masuk ke lubang—”

Jaemin membelalakkan matanya setelah Jeno dengan kuat mendorong penisnya sampai begitu dalam.

“Yuk, kita bersih-bersih rumah.” Jaemin langsung bergidik ngeri karena nafas Jeno menerpa leher belakangnya.


Bukannya cepat selesai karena bekerjasama, rasanya piring kotor dan tepung masih berhamburan di dapur.

Yang ada Jaemin digarap Jeno setiap kali mereka bergerak.

“Nghhh— capek umhhh, pipis lagihhh mas-!” Kalimat Jaemin sedikit racau karena mulutnya masih tersumpal kain.

Lihat, Jaemin juga semakin mengotori lantai dapur dengan squirtnya. Receh dimana-mana, bercampur sperma dan air mani si manis.

Kalau Jeno mah, aman. Dia dengan senang hati mengisi lubang Jaemin dengan orgasmenya.

“Jangan gerak terus Na, ini ga selesai-selesai nanti nyucinya.” Bisik Jeno di belakang telinga.

Jaemin menggeleng, dirinya sudah tidak kuat berdiri jika Jeno tidak menekan punggungnya dengan kuat hingga perut Jaemin terjepit diantara perut Jeno dan wastafel.

“Gakmh kuhh–at, penuh banget mas Jeno di dalem!” Jaemin merengek.

Masa bodoh jika lubangnya dimasuki sendok atau pisau, yang jelas bibirnya ingin memaki Jeno.

“Berhenti pipis di perut Nana!”

Wow, Jaemin mode Nana— Jeno bisa mati berdiri.

“Mas Jeno! Aku bilang berhenti!” Jaemin semakin merengek karena rasa hangat memenuhi perutnya kembali, bahkan sisanya mulai merangsak keluar.

“Kalo mas pipis, kan aku jadi ikutan pipis.”

Curr~

Bunyi gemericik karena air seni keluar dari kedua lubang Jaemin. Anal dan penisnya.

Jeno tertawa renyah, mencondongkan tubuhnya dan segera melanjutkan kegiatan mencuci piring. Mengabaikan Jaemin yang kembali merintih nikmat.

Tak sadar, Jaemin bahkan mengangkat kaki kanannya, menumpukan di sisian meja dapur. Ikut menungging sedikit, hanya bagian pantat saja.

Senyum remeh Jeno yang sayangnya Jaemin tidak melihatnya.

“Ah ah! Nghhhh, je—ngohhh” Jaemin mendongak, Jeno bergerak seperti kerasukan.

Sangat cepat, tapi sinkron dengan kecepatannya mencuci piring.

Sampai di piring terkahir, Jaemin sudah klimaks 3 kali, namun squirt tak berkesudahan.

“Masih ngepel sama nyapu baby.”

Jaemin menggelinjang hebat, Jeno dengan satu tangan menarik tubuh Jaemin, kemudian bersimpuh di lantai.

Keduanya seperti anjing di musim kawin. Apalagi gayanya.

“Jangan pipis lagi, ga mau kan tititmu dipakein sounding rod?”

“Unghhh— enak hhh! Ohhh,” sayangnya Jaemin ga peduli.

Tetap mengejan kuat untuk pipis dan membanjir lantai yang akan dipel Jeno.

“Na Jaemin, kamu nakal kan hari ini?” Jeno menarik rambut Jaemin, ingin mencuri perhatian si manis.

“Anak nakal harus dihukum. Sendok di lubang, dan sounding rod untuk hari ini.”


Jaemin meraung keras, matanya sembab karena rasa sakit yang luar biasa mengitari pucuk penis kecilnya.

“Mau cum huhu,” Jaemin menangis lagi.

Mata bulat penuh air mata senantiasa menatap tubuh suaminya didepan sana.

Bergerak mundur dengan pel di tangan, nggak takut masuk angin karena telanjang bersetubuh dengan air.

Sekarang jam 8 malam, kegiatan tak masuk akal mereka berlangsung sejak pukul 5 sore.

Dan yang paling gila, cum Jaemin dipermainkan sejak tadi!

Dengan enam gagang sendok memenuhi lubang bawahnya, dan besi kecil bergigi ada didalam penisnya. Jaemin hampir pingsan. Jangan lupakan tangan dan kakinya terikat di kaki meja makan.

Sedangkan Jeno asik melanjutkan bersih-bersihnya.

“Mhhhh, geli, saki—thhh...” suara lirih Jaemin terdengar memilukan.

“Tiga menit lagi selesai.” Dan Jeno berusaha secepat yang dia bisa, karena sumpah! Penisnya yang telanjang sangat sakit.

Jaemin mengerang keras, bulu matanya basah, bekas air mata belum kering di pipi putihnya.

Tubuh Jaemin kadang mengejang kuat, menahan orgasme keringnya disaat pegangan tumpul sendok terasa dingin dan memenuhi analnya.

Menggesek rektum kadangkala menyapa prostatnya dengan main-main.

“Hm—?” Jeno masih sibuk dengan pelnya, tak sempat mendengarkan secara jelas gumaman Jaemin.

“Lepasin hhh, mau cum! Cumnnghhh!”

Jaemin menekuk jari kakinya disaat merasakan orgasme kering kembali.

Penisnya berwarna merah dengan kepala mengkilap berhias sounding rod kebenciannya.

“Iya sayang iya, tunggu bentar lagi, ya?” Tapi Dewi Fortuna tidak memihak Jaemin, karena Jeno tetap fokus membersihkan sisa kekacauan Chenle.

Jaemin mendelik tajam, marah dengan suaminya.

Maka si manis mengejan kuat agar sendok-sendok di dalam tubuhnya berdesakan keluar— satu persatu, sampai lubangnya menganga terasa kosong dan hampa.

Jeno belum tau itu.

Tinggal sounding rod sialan, tapi Jaemin nggak tau cara melepasnya— dengan tangan terikat.

Namun Jeno lekas sadar saat suasana sedikit sunyi. “Na?” Panggilannya.

“Kalo dapur selesai, kita main lagi ya? Kan bersih-bersih ga cuma dapur Na.” Jeno tersenyum licik.

Sementara Jaemin menulikan telinganya.

“Lepas sumpelan kontol nih dulu anjing!” Teriakkan frustasi Jaemin menghentikan kegiatan Jeno.

Berlangkah-langkah Jeno mendekati suaminya yang terlihat mengenaskan dengan 6 sendok di depan anal.

Tunggu? Di depan anal?— Jeno membulatkan matanya kesal, Jaemin benar-benar jadi anak nakal ya.

“Udah ketebak, anak nakal tetep jadi nakal.” Jaemin bergumam tidak jelas dan menghindari tatapan menyeramkan suaminya.

“Kenapa kamu keluarin sendoknya? Kurang banyak atau kurang pisau masuk lubang?”

“Kurang cum! Mas Jeno, lepasin ini please, aku ga kuat.” Jaemin terisak kecil, tapi Jeno tatap abai.

Melangkahkan kakinya hingga derap berat semakin mengantar kewarasan Jaemin ke angkasa.

Jeno mengusap jari kaki Jaemin yang ditekuk— mulai keatas sampai di pangkal paha, dan Jeno berancang-ancang menaiki meja yang sama dengan Jaemin, mengukung tubuh kecil Jaemin dibawahnya.

“Mhhh,” lenguhan kecil Jaemin keluar saat Jeno mengecup seluruh wajahnya.

Menyusur dari pelipis Jaemin ke pundak, menggigit dengan kuat sampai rasa anyir besi dikecap Jeno di lidah.

“ARGHH!” Mata Jaemin terbuka lebar, nafasnya tertahan di tenggorokan.

Tentu Jaemin meraung keras. Dan dipastikan anak-anak mendengarnya.

Jeno bergumam sendiri, sedikit mengocok penisnya yang terlalu keras sehingga bisa mengetuk lubang berkedut Jaemin.

“Ahkk—! Ahhh, ungh...” Tubuh Jaemin terperanjat dengan batasan tali-tali setelah Jeno memasukkan penisnya tanpa aba-aba.

“Enak?” Jeno mengerang di ceruk leher Jaemin, lengannya menekan perut Jaemin dengan kuat, Jaemin hanya bisa menjawab penuh desahan.

“Enak, enak mas— ahhh,”

Jeno mengangguk sebelum tanpa kemanusiaan tangannya mencekik leher Jaemin, bergerak brutal untuk kepuasannya sendiri.

“Ohh, you're so fucking tight babe.”

“Mhhh, penis mas Jeno, hhh gede. Mau cum...” Jeno tertawa kecil karena Jaemin.

Jeno semakin memompa tubuh mereka dengan kuat-kuat, menikmati wajah pasrah Jaemin yang memohon untuk cum.

“umhhh cum! Ahh nggghaah!” dan Jeno semakin menambah kecepatannya, sesekali menampar penis Jaemin untuk meramaikan suasana.

“ghhh,” Jeno merendahkan tubuhnya, melepaskan tembakkanya dan memenuhi anal Jaemin.

Tapi sayang, Jaemin masih belum diizinkan untuk klimaks.

Bahkan saat Jaemin pingsan, Jeno belum melepas sounding roudnya namun tetap menyetubuhi Jaemin layaknya mainan seks sampai Jeno puas.

  1. Underwear two in one.

Cw : local dirty talk, kinda hard sex, anal sex, mention of property (sounding rod, spoon) strangling, sub space.

“Aku gak nyogok tau, kan aku yang disogok.”


Jeno tertawa renyah, mencubit pipi Jaemin dengan kuat bahkan sampai memerah.

Jaemin hanya diam, tersipu malu sekaligus merasa bodoh karena mengatakan hal yang menurutnya menggelikan.

“Oh ya!” Jaemin berteriak, tiba-tiba ingatannya tentang sesuatu yang baru dibeli mengisi otaknya.

Tatapan heran dan terkejut tak diindahkan oleh Jaemin, karena si manis memilih berlari menuju meja— tempat Jeno menaruh belanjaannya.

“Shit,” umpatan Jeno disaat paham dengan niat suaminya.

Membuat Jaemin tertawa keras diantara kegiatan mari membuka belanjaan.

Bahkan tawa Jaemin 10 kali lebih kuat kala mata dan tangannya bergerak sinkron untuk mengambil bungkusan plastik merk terkenal.

Victoria secret.

Uh— brand kesukaannya Jeno, namun untuk produk yang ini, gak dulu.

Jeno bisa mati berdiri gara-gara underwear aneh yang Jaemin beli.

Bagaimana cara Jeno menjelaskan, yang pasti itu underwear bisa dipakai untuk dua orang. Dengan empat lubang bagian depan dan belakang yang dijahit di satu kain.

Jeno bersumpah telah mengutuk designersnya!

Tapi melihat Jaemin tersenyum penuh arti mengiringi langkahnya menuju Jeno, membuat laki-laki dominan itu ingin berterimakasih juga pada underwear aneh tadi.

Bagaimanapun, Jeno juga dapat enaknya.

Eh, benerkan?

“Tara!” Jaemin membuka underwear tersebut, dihadapan Jeno yang meneguk ludahnya susah payah.

Pertama, Jeno merinding membayangkan jika mereka berdua memakai underwear tersebut— sangat nikmat!

Kedua, Jeno juga takut jika ternyata bayangan di atas adalah nihil.

Seperti sia-sia saja ereksi Jeno sekarang.

“Mas,” panggilan Jaemin mendayu manja, semakin membuat Jeno curiga.

Jeno berusaha berdeham, mengangkat satu alisnya setelah merespon Jaemin sekenanya.

“Ayo pakai ini.” Cicit Jaemin pelan.

Uh, Jaemin juga nggak tau kenapa akhir-akhir ini libidonya seakan dipompa untuk meledak kapanpun. Padahal kalau Jeno mengajaknya main, Jaemin menolak dengan munafik.

“Mas? Ga mau?” Jaemin selangkah lagi dekat dengan Jeno, namun si manis ingin menjaga jarak. Semisal Jeno menolaknya, Jaemin nggak susah-susah menyembunyikan air mata.

Padahal bukan! Jeno mau! Mau sekali. Jeno hanya shock.

Pikiran dominan itu melalang jauh— dan sangat dewasa, semakin membuat penisnya ereksi.

“Ya udah sih kalo ga mau.” Jaemin menggigit pipi dalamnya kuat, rasa malu memenuhi tubuhnya hingga matanya mulai memburam karena air.

Mundur satu langkah, menapak dengan kuat karena Jaemin marah.

Syukurlah, suara kaki Jaemin segera menyadarkan Jeno dari lamunan 21+ nya.

“Mau lah!”

Teriakkan Jeno bikin Jaemin melonjak kaget, matanya melotot sangking kerasnya Jeno berteriak.

“Gila aja kalo aku ga mau.” Setengah berdiri agar bisa meraih lengan Jaemin. Membuat si manis jatuh di pangkuannya.

Jaemin menundukkan kepalanya, demi apapun pipinya sangat merah!

“Tapi kan masih ada anak-anak yang, kalo mereka denger gimana?” Jeno mengatur posisinya agar mereka bisa saling berhadapan.

“Kamu aja ga bisa pelanin desahan, gimana tuh.”

Mengingat betapa liarnya Jaemin jika mendesah panjang, melenguh nikmat dan merintih kesakitan. Jaemin tak pernah pelan kala Jeno menyetubuhinya seperti hewan.

“Kamu aja yang pelanin nyodoknya.” Balas Jaemin nggak terima.

Matanya menatap tajam Jeno meski pipinya penuh semburat merah. Dan Jeno dibuat tertawa karena itu.

“Ga enak kamu nanti.” Jeno menepuk panggul Jaemin lumayan kuat. Jaemin bahkan mendesis sakit.

“Jadi, mau nganterin anak-anak ke mama apa gimana?” Tanya Jeno namun tangannya masih asik menampar-nampar tubuh Jaemin yang semakin sekal.

Jaemin berdiam sejenak, memikirkan bagaimana jika Rossa kerepotan mengurus dua bocah beda sifat itu.

Gelengan kecil Jaemin menjawab pertanyaan Jeno.

“Duh, berati mainnya besok aja yang. Lagian aku masih nyuci piring loh.”

“Ya kan bisa nyuci sambil pakai ginian! Gitu aja repot.” Jeno menarik tubuhnya, menatap Jaemin dengan penuh keterkejutan.

Gila, yang benar saja. Main di kamar dengan pintu dikunci kalau ada anak-anak saja Jeno takut. Apalagi main di luar kamar, bagaimana jika Chenle atau Jisung melihatnya? Bisa klimaks berdiri Jeno.

“Nih liat mas,”

Jaemin memasukkan lengannya di dua lubang underwear, sementara sisanya ditaruh di depan mata Jeno.

“Copot celana sekarang, biar aku yang ngatur anak-anak.”

Kayaknya, rumor Jaemin jadi hypersex setelah menikah dengan Jeno itu benar.


“Karena kalian udah nakal, jadi Buna hukum kalian nonton TV berdua doang di kamar.”

Chenle dan Jisung serempak menoleh, alis kecil mereka mengerut tajam.

Antara bingung apa yang mereka lakukan sampai Jaemin marah, dan bingung kenapa hukuman menonton TV berdua tidak terdengar menyeramkan.

“Tapi pintunya Buna kunci dari luar.” Jaemin tersenyum licik. Sudah kalah dengan lubangnya yang berkedut minta disumpal milik Jeno.

Reaksi Chenle sangat berbeda dengan Jisung. “Oh my God!” Dan “Yang lama Na marahnya.”

Jaemin berlari kecil untuk keluar, mengunci kamar Chenle dan Jisung yang berfasilitas lengkap dari luar.


“Hoho, so sexy~” Jaemin membuka pintu kamarnya sendiri, mendapati suaminya bertelanjang dada— hanya memakai underwear anehnya.

Jaemin terkikik geli, mendekati Jeno seraya melepas underwear birunya sendiri.

Jeno menarik underwear two in one kebawah, membuat kebanggaan yang keras terbebas mengudara.

Dan Jaemin langsung melarikan kakinya di kedua lubang, namun gagal karena Jeno menghentikannya.

“Heh, ini mau ditaruh dimana dulu?” Tanya Jeno. Menepuk-nepukkan penisnya di pantat Jaemin.

“Lupa hehe.” Jaemin segera menarik kedua sisi pipi pantatnya, bikin pre-cum Jeno semakin deras.

Jeno meludahi anal Jaemin, membuat si manis berjengit dan semakin menarik pantatnya.

“Ahhh,” desahan lega Jeno mengudara.

Sementara Jaemin menggigit bibir bawahnya, menahan rasa perih luar biasa.

“U–udah?” Jeno menjawabnya dengan deheman.

Jaemin segera menarik underwearnya hingga terpasang apik.

Meski kadang matanya bergulir nikmat karena penis Jeno terasa penuh di lubangnya.

“Jangan dilepas.” Jaemin berhenti, lagi-lagi Jeno menggagalkan aksinya.

“Kalo ga dilepas ganggu ini mas.” Jaemin melepas cengkerama pada dasternya, membiarkan rok sebatas paha itu tergerai.

“Jangan dilepas dong sayang, kan bisa gini.”

Jaemin hanya diam saat Jeno melinting dasternya keatas, bahkan sampai didepan mulutnya.

Ini, Jaemin merasa tidak ada bedanya dengan lepas daster atau tidak— karena, lihat! Dada sampai perut Jaemin saja kelihatan.

“Gigit.”

Jaemin mendongak ke atas, menatap suaminya dengan heran tapi Jeno langsung memutar kepala Jaemin ke depan.

Menyumpalkan gulungan daster Jaemin supaya digigit, hingga akhirnya Jaemin tidak memberontak.

“Jagan sampai lepas, ” suara Jeno penuh intimidasi membuat Jaemin mengangguk patuh.

“atau sendok pisau masuk ke lubang—”

Jaemin membelalakkan matanya setelah Jeno dengan kuat mendorong penisnya sampai begitu dalam.

“Yuk, kita bersih-bersih rumah.” Jaemin langsung bergidik ngeri karena nafas Jeno menerpa leher belakangnya.


Bukannya cepat selesai karena bekerjasama, rasanya piring kotor dan tepung masih berhamburan di dapur.

Yang ada Jaemin digarap Jeno setiap kali mereka bergerak.

“Nghhh— capek umhhh, pipis lagihhh mas-!” Kalimat Jaemin sedikit racau karena mulutnya masih tersumpal kain.

Lihat, Jaemin juga semakin mengotori lantai dapur dengan squirtnya. Receh dimana-mana, bercampur sperma dan air mani si manis.

Kalau Jeno mah, aman. Dia dengan senang hati mengisi lubang Jaemin dengan orgasmenya.

“Jangan gerak terus Na, ini ga selesai-selesai nanti nyucinya.” Bisik Jeno di belakang telinga.

Jaemin menggeleng, dirinya sudah tidak kuat berdiri jika Jeno tidak menekan punggungnya dengan kuat hingga perut Jaemin terjepit diantara perut Jeno dan wastafel.

“Gakmh kuhh–at, penuh banget mas Jeno di dalem!” Jaemin merengek.

Masa bodoh jika lubangnya dimasuki sendok atau pisau, yang jelas bibirnya ingin memaki Jeno.

“Berhenti pipis di perut Nana!”

Wow, Jaemin mode Nana— Jeno bisa mati berdiri.

“Mas Jeno! Aku bilang berhenti!” Jaemin semakin merengek karena rasa hangat memenuhi perutnya kembali, bahkan sisanya mulai merangsak keluar.

“Kalo mas pipis, kan aku jadi ikutan pipis.”

Curr~

Bunyi gemericik karena air seni keluar dari kedua lubang Jaemin. Anal dan penisnya.

Jeno tertawa renyah, mencondongkan tubuhnya dan segera melanjutkan kegiatan mencuci piring. Mengabaikan Jaemin yang kembali merintih nikmat.

Tak sadar, Jaemin bahkan mengangkat kaki kanannya, menumpukan di sisian meja dapur. Ikut menungging sedikit, hanya bagian pantat saja.

Senyum remeh Jeno yang sayangnya Jaemin tidak melihatnya.

“Ah ah! Nghhhh, je—ngohhh” Jaemin mendongak, Jeno bergerak seperti kerasukan.

Sangat cepat, tapi sinkron dengan kecepatannya mencuci piring.

Sampai di piring terkahir, Jaemin sudah klimaks 3 kali, namun squirt tak berkesudahan.

“Masih ngepel sama nyapu baby.”

Jaemin menggelinjang hebat, Jeno dengan satu tangan menarik tubuh Jaemin, kemudian bersimpuh di lantai.

Keduanya seperti anjing di musim kawin. Apalagi gayanya.

“Jangan pipis lagi, ga mau kan tititmu dipakein sounding rod?”

“Unghhh— enak hhh! Ohhh,” sayangnya Jaemin ga peduli.

Tetap mengejan kuat untuk pipis dan membanjir lantai yang akan dipel Jeno.

“Na Jaemin, kamu nakal kan hari ini?” Jeno menarik rambut Jaemin, ingin mencuri perhatian si manis.

“Anak nakal harus dihukum. Sendok di lubang, dan sounding rod untuk hari ini.”


Jaemin meraung keras, matanya sembab karena rasa sakit yang luar biasa mengitari pucuk penis kecilnya.

“Mau cum huhu,” Jaemin menangis lagi.

Mata bulat penuh air mata senantiasa menatap tubuh suaminya didepan sana.

Bergerak mundur dengan pel di tangan, nggak takut masuk angin karena telanjang bersetubuh dengan air.

Sekarang jam 8 malam, kegiatan tak masuk akal mereka berlangsung sejak pukul 5 sore.

Dan yang paling gila, cum Jaemin dipermainkan sejak tadi!

Dengan enam gagang sendok memenuhi lubang bawahnya, dan besi kecil bergigi ada didalam penisnya. Jaemin hampir pingsan. Jangan lupakan tangan dan kakinya terikat di kaki meja makan.

Sedangkan Jeno asik melanjutkan bersih-bersihnya.

“Mhhhh, geli, saki—thhh...” suara lirih Jaemin terdengar memilukan.

“Tiga menit lagi selesai.” Dan Jeno berusaha secepat yang dia bisa, karena sumpah! Penisnya yang telanjang sangat sakit.

Jaemin mengerang keras, bulu matanya basah, bekas air mata belum kering di pipi putihnya.

Tubuh Jaemin kadang mengejang kuat, menahan orgasme keringnya disaat pegangan tumpul sendok terasa dingin dan memenuhi analnya.

Menggesek rektum kadangkala menyapa prostatnya dengan main-main.

“Hm—?” Jeno masih sibuk dengan pelnya, tak sempat mendengarkan secara jelas gumaman Jaemin.

“Lepasin hhh, mau cum! Cumnnghhh!”

Jaemin menekuk jari kakinya disaat merasakan orgasme kering kembali.

Penisnya berwarna merah dengan kepala mengkilap berhias sounding rod kebenciannya.

“Iya sayang iya, tunggu bentar lagi, ya?” Tapi Dewi Fortuna tidak memihak Jaemin, karena Jeno tetap fokus membersihkan sisa kekacauan Chenle.

Jaemin mendelik tajam, marah dengan suaminya.

Maka si manis mengejan kuat agar sendok-sendok di dalam tubuhnya berdesakan keluar— satu persatu, sampai lubangnya menganga terasa kosong dan hampa.

Jeno belum tau itu.

Tinggal sounding rod sialan, tapi Jaemin nggak tau cara melepasnya— dengan tangan terikat.

Namun Jeno lekas sadar saat suasana sedikit sunyi. “Na?” Panggilannya.

“Kalo dapur selesai, kita main lagi ya? Kan bersih-bersih ga cuma dapur Na.” Jeno tersenyum licik.

Sementara Jaemin menulikan telinganya.

“Lepas sumpelan kontol nih dulu anjing!” Teriakkan frustasi Jaemin menghentikan kegiatan Jeno.

Berlangkah-langkah Jeno mendekati suaminya yang terlihat mengenaskan dengan 6 sendok di depan anal.

Tunggu? Di depan anal?— Jeno membulatkan matanya kesal, Jaemin benar-benar jadi anak nakal ya.

“Udah ketebak, anak nakal tetep jadi nakal.” Jaemin bergumam tidak jelas dan menghindari tatapan menyeramkan suaminya.

“Kenapa kamu keluarin sendoknya? Kurang banyak atau kurang pisau masuk lubang?”

“Kurang cum! Mas Jeno, lepasin ini please, aku ga kuat.” Jaemin terisak kecil, tapi Jeno tatap abai.

Melangkahkan kakinya hingga derap berat semakin mengantar kewarasan Jaemin ke angkasa.

Jeno mengusap jari kaki Jaemin yang ditekuk— mulai keatas sampai di pangkal paha, dan Jeno berancang-ancang menaiki meja yang sama dengan Jaemin, mengukung tubuh kecil Jaemin dibawahnya.

“Mhhh,” lenguhan kecil Jaemin keluar saat Jeno mengecup seluruh wajahnya.

Menyusur dari pelipis Jaemin ke pundak, menggigit dengan kuat sampai rasa anyir besi dikecap Jeno di lidah.

“ARGHH!” Mata Jaemin terbuka lebar, nafasnya tertahan di tenggorokan.

Tentu Jaemin meraung keras. Dan dipastikan anak-anak mendengarnya.

Jeno bergumam sendiri, sedikit mengocok penisnya yang terlalu keras sehingga bisa mengetuk lubang berkedut Jaemin.

“Ahkk—! Ahhh, ungh...” Tubuh Jaemin terperanjat dengan batasan tali-tali setelah Jeno memasukkan penisnya tanpa aba-aba.

“Enak?” Jeno mengerang di ceruk leher Jaemin, lengannya menekan perut Jaemin dengan kuat, Jaemin hanya bisa menjawab penuh desahan.

“Enak, enak mas— ahhh,”

Jeno mengangguk sebelum tanpa kemanusiaan tangannya mencekik leher Jaemin, bergerak brutal untuk kepuasannya sendiri.

“Ohh, you're so fucking tight babe.”

“Mhhh, penis mas Jeno, hhh gede. Mau cum...” Jeno tertawa kecil karena Jaemin.

Jeno semakin memompa tubuh mereka dengan kuat-kuat, menikmati wajah pasrah Jaemin yang memohon untuk cum.

“umhhh cum! Ahh nggghaah!” dan Jeno semakin menambah kecepatannya, sesekali menampar penis Jaemin untuk meramaikan suasana.

“ghhh,” Jeno merendahkan tubuhnya, melepaskan tembakkanya dan memenuhi anal Jaemin.

Tapi sayang, Jaemin masih belum diizinkan untuk klimaks.

Bahkan saat Jaemin pingsan, Jeno belum melepas sounding roudnya namun tetap menyetubuhi Jaemin layaknya mainan seks sampai Jeno puas.

Jaemin keciduk coli | Nomin NC

Cw : bxb, local dirty talk, stranger to lovers, kinda hard sex, age gap.

Non baku.

Jaemin segera berlari ke depan disaat ketukan pintu semakin brutal. Meski kesal, Jaemin tetap akan membukakan pintu, daripada bersembunyi pura-pura rumahnya sepi.

Pemuda manis yang kemarin baru legal semakin marah kala ketukan disertai teriakan bertambah keras.

Lagipula, siapa yang bertamu di jam 10 malam? Nggak sopan.

“Iya iya sabar!” Jaemin setengah berteriak sebelum tangannya menggapai kunci pintu.

Ingatkan Jaemin buat pukul tamunya nanti.

Ceklek

“Sa— loh kak Jeno?” Nafas Jaemin tercekat, matanya ikut membola karena kaget.

Sial, Jaemin nggak jadi mukul tamunya karena itu adalah Jeno. Teman kakak Jaemin— Yuta, yang lumayan sering main ke rumahnya.

Yang sialnya lagi, Jaemin jatuh cinta pada pemuda 22 tahun itu. Meski sifatnya urakan dan bebal, Jaemin terlalu jatuh.

Tubuh Jaemin secara otomatis menyamping saat Jeno menerobos masuk diantara pintu dan tubuh Jaemin.

“Eh tapi bang Yuta ga—” belum selesai ucapan Jaemin tentang Yuta yang pergi keluar, Jeno malah menyelanya.

“Ck, iya gue tau. Tapi gue udah izin nginep sini sama Abang lu, dia bolehin.”

Jaemin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sambil menenangkan degup jantung karena jarak diantara mereka sangat kecil.

Mungkin jarak terdekat yang Jaemin rasakan dari dulu.

Jeno berdiri di depan Jaemin, memasukan tangannya ke saku jaket dan menunduk sedikit untuk menatap adik sahabatnya.

Lumayan lama mereka saling bertatapan, sampai Jaemin nggak sadar punggung tangan hangat Jeno mengusap pipi Jaemin pelan.

Pipi Jaemin yang merona menarik perhatian Jeno, maka dari itu Jeno berani menyentuh pipi cimol Jaemin dengan hati-hati.

“Lu, dandan?” Tanya Jeno pelan.

Jeno nggak kaget sih, karena Yuta sering menceritakan keanehan Jaemin yang suka memakai make up. Tapi emang baru kali ini melihat Jaemin dibubuhi make up mungkin? Pipinya merah banget.

Jaemin yang ditanya gelagapan, sambil tersenyum malu Jaemin menggeleng kaku.

“Bukan, agak dingin malem ini, jadi merah deh pipinya.” Alibi Jaemin.

Jeno yang nggak mau pusing hanya mengangkat bahunya acuh.

Toh kalau Jaemin dandan, bukan urusan Jeno.

“Abang lu pulang jam berapa?” Keseringan main di rumah Yuta, Jeno sampai menganggap kayak rumahnya sendiri.

Contohnya nih ya, Jeno masuk kedalam padahal yang punya masih melamun di depan.

“Abang, malmingan sama pacarnya, pulang malem jadi.” Jaemin kembali fokus karena suara dari televisi yang baru saja Jeno nyalakan.

Tuh kan, Jeno benar-benar menganggap rumah keluarga Na seperti rumahnya sendiri. Ditambah orang tua mereka nggak di rumah, jadi Jeno semakin seenaknya.

“Kak Jeno ada masalah lagi?” Jaemin berjalan mendekat, tapi tak berani duduk satu sofa dengan crushnya.

Memendam rasa akhir-akhir ini karena Jeno menjadi care dengannya, Jaemin sampai kepayang.

“Kepo lu bocil.” Jeno menjawab dengan ketus.

Remaja 17 tahun dihadapannya ini, terlalu lancang bertanya masalah apa. Apalagi Jeno tengah dilanda masalah sampai rasanya pengen ngamuk.

“Aku ga bocil ya! Udah 17 tahun juga.” Sengit Jaemin.

Namun Jeno membalasnya dengan lirikan saja, mata dan tangannya sibuk mencari sesuatu yang menarik untuk ditonton.


Jam 01.25 Jaemin terbangun, udara dingin membuatnya sadar jika ada manusia lain yang menginap di rumahnya.

Memeluk selimut untuk tamunya, Jaemin sesekali berdoa supaya Jeno sudah tidur nyaman di sofa.

Jaemin sampai di ruang tamu, sinar televisi jadi satu-satunya pencahayaan Jaemin untuk mendekati Jeno.

“Kak Je—” tubuh Jaemin tersentak, gelanyar aneh memenuhi perutnya kala mendapati Jeno tidur tanpa memakai baju atasan.

“No.”

Sial, Jaemin bisa melihat jelas bentuk tubuh yang ia impikan akhir-akhir ini. Yang sering Jaemin pakai untuk memuaskan hasratnya, yang sering Jaemin bayangkan akan memperkosanya.

Gila memang, tapi kali ini Jaemin cukup waras meski penisnya langsung mengeras. Langsung ke niat awal buat ngasih Jeno selimut.

Dengan mata terpejam, Jaemin mencoba menyelimuti tubuh half-naked Jeno.

Namun sial, gara-gara Jaemin menutup mata, kaki Jaemin tidak sengaja tersandung karpet, tubuhnya limbung dan jatuh menibani Jeno.

“hk—” pekik Jeno dari bangunnya.

“Kak Jeno—”

“Jaemin?”

“Sorry sorry, aku ga bermaksud!” Jaemin langsung bangkit.

Posisi mereka terlalu awkward. Apalagi Jeno menatapnya dengan penuh tanda tanya.

“Ta—tadi tuh mau ngasih kak Jeno selimut, tapi malah kesandung,”

“Maaf ya kak.” Jelas Jaemin dengan degup dan rangsangan kecil di penisnya.

Ya gimana, Jaemin jatuh tepat di atas perut kotak-kotak Jeno— yang mana sejak tadi jadi sumber nafsunya.

Jeno hanya mengangguk, bahkan saat Jaemin berlari ke kamarnya, Jeno masih diam.

Mencerna kejadian yang baru saja ia alami.


“Gak gak gak.” Jaemin menggeleng cepat, menggigit bibir bawahnya dan berulang kali menatap jam dinding.

Ini sudah pukul 2 pagi, tapi Jaemin tak kunjung kembali merajut mimpi karena sisa sensasi geli tadi.

Bahkan kewarasannya saja tak tersisa. Terbukti si manis yang ngaku kalah sama logika dan menuruti nafsunya untuk beronani membayangkan teman kakaknya.

Mulutnya tadi bilang “nggak” tapi sekarang beda lagi.

Setengah terbuka karena mendesah tanpa suara.

Malu-malu tangannya mengocok penisnya sendiri, sambil membayangkan jika Jeno yang melakukan.

“Ah, ughhh—” tapi gara-gara ga sengaja membayangkan Jeno, gerakan tangannya malah bertambah cepat.

Kayak gila, tapi Jaemin sampai mengangkat pantat telanjangnya ke udara dan tangannya bekerja di penisnya sendiri mencari pelepasan.

“Kak Jeno ohh, umhh.” Jaemin mengerang nikmat.

Tapi frustasi juga karena pelepasannya tak kunjung didepan mata.

Kesal, Jaemin jelas tidak puas sama kocokannya. Maka, dengan lembut Jaemin melarikan jarinya ke anal.

Menggosok sedikit dan rasanya geli luar biasa, Jaemin bahkan menggelinjang hebat. Padahal cuma diusap.

Jaemin harus mencari sesuatu untuk membasahi lubangnya.

“Mhhh,” Jaemin membawa dua jarinya di depan mulut, dan menghisapnya.

Sejenak mendiamkan 2 jarinya di dalam mulut, bermain sebentar dengan lidahnya sampai saliva Jaemin bertetesan.

Jaemin pikir bermain dengan lidah sudah cukup, jarinya pun telah basah. Segera ia larikan ke bagian bawah, karena— sungguh, Jaemin sange berat.

“Akghh—!” Sedikit berteriak kala berhasil memasukkan jari tengahnya dengan bantuan saliva tadi.

Diputar sedikit agar lubangnya melonggar, Jaemin semakin menggelinjang hebat.

Baru kali ini Jaemin bermain dengan lubangnya karena kalau dengan nafsu.

“Umhh, kak Jeno,” belum puas dengan satu jari, Jaemin menambah telunjuknya.

Dua jari menumbuk lubangnya sendiri, mencari titik paling nikmat dengan frustasi.

Semakin didorong masuk, semakin Jaemin membayangkan jika yang melakukan adalah Jeno.

“Ah ah!” Desahan Jaemin jadi nggak aturan, karena menyesuaikan tempo laju jarinya.

Tanpa sadar, Jeno sedari tadi berdiri di depan pintu kamar Jaemin.

Jujur, setelah Jaemin jatuh dihadapannya, Jeno nggak bisa tidur lagi.

Mencoba menenangkan diri dari gejolak aneh dengan minum air putih dan sebatang rokok di halaman dapur, tapi Jeno malah mendapati suara aneh.

Yang tak lain adalah desahan nikmat Jaemin.

“Kak Jeno nghh— kak mhh Jen—ohh,” desah Jaemin putus-putus.

Jeno sedikit kaget, namun kenyataannya bahwa miliknya ereksi semakin membuatnya kaget luar biasa.

Karena Jaemin mendesah kan namanya?

“Jeno,” Jaemin didalam semakin frustasi.

Penisnya sakit dan lubangnya perih karena Jaemin memasukkan jarinya sendiri sangat brutal.

“Hm?” Suara Jeno bergetar menahan nafsunya.

“Kak Jeno?!” Jaemin yang kaget terdengar jelas ditelinga Jeno.

“Ngapain? Coli, ya?” Tanya Jeno dari luar. Masih berusaha mencari akal sehatnya yang sempat terhasut sama desahan Jaemin.

“Lu, coli sambil bayangin gue?” Jeno bertanya lagi karena Jaemin tidak menjawabnya.

Pipi Jaemin memerah, Jeno sangat frontal.

“Ga papa Jaemin, jujur aja.” Jeno bersandar di pintu kamar Jaemin, sembari bertanya— atau memancing Jaemin lebih dalam.

Diam-diam tangan Jeno berkerja untuk miliknya sendiri. Mengusap penis kerasnya dari luar celana, membayangkan wajah ayu adik sahabatnya yang pantas dihukum.

“Maaf.” Lirih Jaemin.

“Ga.”

“Ga gue maafin sebelum lu coli didepan mata gue langsung.”

Jeno kayak nggak sadar waktu ngucapin kalimat itu, namun karena kepalang ereksi, Jeno nggak bisa mikir jernih lagi.

Toh Jeno juga kepo kayak apa bentukan tubuh lembek Jaemin yang suka pakai baju minim. Kata Yuta loh.

“Kak aku minta maaf, tapi kak Jeno dijaga ya mulutnya.” Jaemin mulai sadar, bagai dihantam palu Thor karena crushnya nyuruh nggak senonoh.

“Mau gue aduin ke Abang lu? Tadi gue record dikit sih desahan lu.”

Jaemin nggak bisa lari. Padahal itu tipuan Jeno saja.

Ceklek

Mata Jaemin berair, kaus hitamnya juga nggak rapi, apalagi bokser yang Jaemin pakai asal-asalan.

Jeno tertegun sejenak.

“Ini muka sex lu?” Wow, Jeno suka sama wajah sendu, penuh nafsu dan kepasrahan milik Na Jaemin.

“Lu ngapain tadi heh? Gak sopan coli bayangin orang lain.”

Jaemin menunduk malu, memelintir bawahan kausnya karena malu. Tapi juga kepalang basah dan takut Jeno ember, Jaemin memberanikan diri untuk berhadapan dengan objek seksualitasnya.

“Pake sex toys lu?” Alis Jaemin mengerut tajam, kepalanya menggeleng cepat karena tuduhan Jeno.

“Cuma masukin jari ke lubang.” Takut-takut Jaemin menjawab, karena tatapan Jeno seakan membuatnya patuh.

“Berapa?” Jeno bersandar di kusen pintu, bersidekap sambil menatap Jaemin bak ditelanjangi.

“Apanya?” Jaemin nggak paham maksud Jeno dari tadi.

“Berapa jari yang lu masukin ke lubang, dasar telmi.”

Pipi Jaemin langsung memerah, pun lehernya. Agak kaget sama pertanyaan Jeno, dan nggak paham maksudnya.

“Du—dua.”

Jeno mengangguk-angguk, sambil mendorong Jaemin kembali masuk.

Tentunya Jeno juga ikut. Kemudian mengunci pintu kamar Jaemin.

Jaemin hanya bisa pasrah karena tenaga Jeno jauh lebih kuat. Apalagi Jaemin masih lelah karena masturbasinya dicela.

“Coli lagi, ya? Mau gue liatin sambil coli juga.”

Jaemin membelalakkan matanya, mulutnya terkatup rapat.

“Kak Jeno— apa maksudnya?” Lirih Jaemin.

Jeno abai, memilih melepas jeans-nya dan mengunci pandangan mata Jaemin.

“Kak Jeno?” Jaemin semakin bingung dan kaget karena tingkah laku Jeno didepannya.

Fokus Jaemin juga pecah disaat matanya mendapati penis Jeno yang ukurannya berbanding terbalik dengan miliknya.

“Sana, lu coli lagi, gue mau liat.”

Jaemin menggeleng kuat, namun tubuhnya sudah ambruk di kasur karena Jeno mendorongnya.

“Ka—kak!”

Setelah itu Jeno menarik kaki Jaemin, membukanya lebar-lebar hingga Jeno berada di tengah kaki si manis.

Jaemin merangsak mundur, lagi-lagi tenaganya membuat semua percuma.

“Kak Jeno jangan gini!”

Meskipun Jaemin lumayan tertarik sama cowok sipil itu, tapi kalau dilecehkan juga nggak terima. Maksudnya nggak siap kalau sekarang.

Jeno menarik paksa bokser Jaemin— tidak ada underwear membuat keintiman Jaemin langsung terekam di mata Jeno.

“Umh—” desahan Jaemin lolos kala tangan berurat Jeno menyentuhnya.

“Mau gue coliin apa coli sendiri?”

“Coliin.” Sadar atau tidak, Jaemin mengatakan hal yang pasti nanti akan membuatnya malu.

Jeno terkekeh geli, Jaemin meresponnya bak si manis sudah pasrah diperkosa.

Jujur, ini bukan kali pertama Jeno bercinta dengan sesamanya. Ya kalau dulu, anggap aja coba-coba.

“Ah,” mata Jaemin terpejam.

Baru saja Jeno menggosok kuat kepala penis Jaemin. Membuat si manis menggelinjang hebat.

“Anghh— kakhhh!” Teriak Jaemin kala Jeno dengan kejam menekan bola penisnya dengan kuat.

“Lonte-lonte, baru diginiin kelojotan lu.” Tangan hangat Jeno bergerak keatas— menyusuri batang kecil Jaemin, lalu menggaruk lubang kencing Jaemin dengan kuku jempolnya.

Jaemin kayak orang gila, sudah jelas dilecehkan tapi malah menahan tangan Jeno agar tetap bermain di penisnya.

“Pernah ngentot sama siapa aja hm?”

Pemandangan lubang Jaemin yang terus berkedut membuat milik Jeno semakin keras.

Jaemin menggeleng kecil, mencari sesuatu yang bisa digapai untuk mengendalikan diri.

Namun Jeno mencekal tangan Jaemin, membawanya di atas kepala Jaemin dan menguncinya.

“Lebarin lagi dong kakinya.” Perintah Jeno yang langsung dilaksanakan Jaemin.

Begitu Jaemin merasakan dingin di lubangnya, tubuhnya semakin menggelinjang kegelian.

“Mau kan gue perkosa?” Agak gila emang, Jeno bahkan sudah mempersiapkan penisnya yang mengeras kuat.

Jeno meludahi penisnya dan meratakannya sampai penis besar itu mengkilap.

Kemudian Jeno memposisikan penisnya didepan lubang Jaemin, memasukkannya hanya sebatas kepala penis. Kemudian ditarik lagi, masuk sedikit lagi, dan ulangi.

Jaemin yang merasa dipermainkan melotot marah, bibirnya mengerucut karena Jeno tak kunjung melakukannya dengan benar.

Suara tawa Jeno menggema, menikmati wajah sex Jaemin yang frustasi karena lubangnya hanya dihampiri, bukan dihinggapi.

“Bilang dulu mau apa?” Jeno membimbing Jaemin kejalan yang sesat.

“Penis,” cicit Jaemin pelan. Matanya menghindari tatapan Jeno karena malu luar biasa.

Nafsu merenggut kesadaran Jaemin.

“Yang keras sayang, gue gak denger.” Jeno kembali memasukkan kepala penisnya, memutar-mutar daging berurat itu sampai membuat Jaemin mengerang nikmat.

“Mau penis kak Jeno!”

“Unghhhh—!” Jaemin mendesis nikmat, Jeno dengan keras langsung memukul prostatnya telak.

Senyum kemenangan terbit di wajah Jeno saat Jaemin berteriak keras.

“Sa—sakit kak Jeno,” tapi air mata di pelupuk mata si manis sedikit mengiris hati Jeno.

Tangan Jaemin dibawa Jeno kebelakang panggung.

“Peluk gue, cakar gue, usap-usap gue, apapun itu yang buat lu tenang,”

“lakuin.” Jaemin mengangguk.

Tangan Jaemin kini saling bertaut di belakang punggung Jeno, kakinya mengapit pinggang cowok diatasnya dan bersiap untuk bergoyang.

“Ghhh,” Jeno mengerang pelan.

Rektum Jaemin memijat penis Jeno dengan kuat, apalagi Jaemin sempat panik hingga lubangnya berkedut hebat.

“Kak Jeno,”

“Ya, sayang?” Mata Jaemin yang sedari tadi terpejam langsung membola.

Jeno baru saja memanggil Jaemin sayang!

“Kenapa merah gitu?” Jaemin menggeleng kecil, sesekali merintih saat merasakan perih karena kebrutalan Jeno saat menancapkan penisnya.

“Gue boleh gerak?” Jaemin mengangguk, mendesis saat Jeno berancang-ancang menarik penisnya.

“Umhh— pe– ahkk! Kakhh pelan hhh!”

Seakan Jeno menulikan telinganya, dan gerakan semakin bertambah cepat.

Jaemin menggeleng kuat, kuku jari Jaemin mencakar punggung lebar Jeno supaya perlahan saja.

Namun Jeno abai, nafsunya diujung tanduk, masa bodoh jika Jaemin hancur, Jeno hanya mau puncaknya.

Jaemin mulai terbiasa, rintihannya diganti desahan nikmat tak terkira.

“No nooo, tambah mhhh besaarhh! Penis kak Jeno, nghhh gede...” Racau Jaemin nggak jelas.

“Biar lubang lu puas sayang.” Jelas Jeno sambil tersenyum.

“Iya, aah! Puaaas hhh! Nghhh,”

Adik Na Yuta ini, sepertinya maniak sex.

“Besar hhh besarhh,” Jaemin masih melantur tentang besarnya penis Jeno sampai nggak tau apa yang terjadi jika seperti itu terus.

“Angh ah!” Jeno semakin melajukan pinggulnya, merojok lubang Jaemin bak onahole mainan seksnya.

“Umhhh cum! Ahh nggghah” dan Jeno semakin menambah kecepatannya, sesekali menampar paha dalam Jaemin untuk meramaikan suasana.

Sperma Jaemin muncrat, sebagian mengenai wajah Jeno.

Jeno semakin mengerang karena Jaemin mengedutkan lubangnya sehabis klimaks.

Jaemin merasa penis Jeno semakin besar, dan lubangnya masih sensitif semakin membuat Jaemin gila bak pecandu seks beneran.

“Uhh— pentil Nana hhh gatel kak Jeno,”

Jeno mengangguk paham, tangan Jeno yang sedari tadi digunakan untuk menahan kaki Jaemin agar tetap terbuka langsung beralih tugas, menjadi meremas dada Jaemin yang nggak seberapa.

“Tapi jangan dicubit! Ahh kak Jeno sakit!” Jaemin merengek, putingnya baru saja dicubit kuat-kuat sama Jeno.

Jeno mah malah tertawa, mengedipkan matanya sambil menggaruk puting Jaemin satunya.

“Ckckck, lu nakal ya? Sering bayangin kita ginian kan? Lacur banget adiknya bang Yuta.”

“Bodo amhhh—ahh,”

“Mhhh, penis kak Jeno, hhh gede.” Jeno tertawa kecil karena Jaemin.

“Iya iya, penis gue emang gede.”

Ya gimana, usia mereka lumayan terpaut jauh. Jeno 22 tahun yang artinya sudah dewasa, sedangkan Jaemin saja baru umur 17 tahun ini.

“Aku— akuhhh mau penis nghhh kak Jeno–ohh tiap hari mmh...” Jaemin nggak pantang nyerah buat ngomong, padahal segini kacaunya.

Jeno semakin menekan penisnya kencang, kalimat vulgar si kecil membuat perut Jeno serasa tergelitik.

“Kak Jeno, pipis aja disini,” Jaemin meloloskan tangannya dan memegang perut rampingnya sendiri.

Mengusap perut ramping dan mulusnya, membuat mata Jeno terfokus pada itu.

Dengan kata lain, Jaemin menyuruh Jeno agar keluar di dalam.

Jeno mengerang rendah, nafsunya meledak-ledak karena ucapan polos Jaemin.

Menggerakkan pinggulnya dengan cepat tanpa mengasihani si manis yang meraung keras.

“ANGHH! KAK JENO OHHH!”

Jaemin bahkan langsung klimaks lagi, pun Jeno segera menyusulnya.

“Mhh,” erangan Jeno dengan suara rendah.

“Hangat kak,” Jaemin menekan perut bayinya, merasakan milik Jeno yang menyembul samar di balik kulit perutnya.

Sesuai perintah Jaemin, Jeno mengeluarkan spermanya di dalam. Sangat banyak, bahkan menetes disaat Jeno bergerak untuk mencari posisi.

“Enak?” Tanya Jeno dan Jaemin mengangguk malu.

Dilihatnya Jeno dari bawah, cowok itu sangat tampan dengan keringat yang membuat Jeno terlihat maskulin.

Jaemin sampai nggak sadar kakinya masih terkait di pinggang si dominan.

“Lagi?”

“Lagi.” Cicit Jaemin pelan.

Jeno terbahak, namun Jaemin merintih nikmat karena pergerakan tubuh Jeno membuat penis cowok itu bergerak ke dalam.

“Mau jadi jalang gue aja gimana?”

“Mau.”

Jeno semakin tertawa. Sungguh, rasanya campur aduk. Apalagi Jaemin yang kecil bikin Jeno kayak pedofil.

“Akh—!” Jaemin merolling matanya, nggak siap sama tusukan mendadak dari Jeno.

“Kak Jeno! Geli, umh, lubang Nana geli!” Jaemin menggeliat, ia pikir Jeno akan bergerak brutal seperti tadi, ternyata tidak.

Jeno malah menarik penisnya sampai sisa sperma yang ditahan Jaemin di lubang berangsur-angsur keluar.

Kemudian diratakan sama Jeno dengan penisnya disepanjang garis bokong Jaemin.

“Nana,” Jeno berhenti karena ucapan Jaemin menarik atensinya.

“Siapa Nana? Pacar lu?” Jaemin menggeleng cepat.

“Nana itu nama kecil yang dikasih mamah.” Jelas Jaemin.

“Nama lu Nana? Kayak cewek.”

Jaemin agak down, tapi karena Jeno kembali menggarap lubangnya, Jaemin langsung mulai paduan suara.

Jeno membalikkan tubuh Jaemin dengan satu tangan, sementara tangan kirinya ditugaskan untuk menjambak rambut Jaemin.

“Lu beneran sexy Na.” Jaemin menenggelamkan wajahnya di bantal.

Malu sama ucapan Jeno.

“Sayang banget cuma gue yang liat,”

“Kasian temen-temen gue Na.” Jaemin meneguk ludahnya susah payah.

Maksudnya Jeno apa?

“Gue panggil mereka aja gimana? Pasti lubang lu ga puas kan?”

Jaemin bergerak rusuh, merangkak ke depan dan menciptakan jarak diantara mereka.

“Gak mau! Gak mau! Kak Jeno jangan gitu!”

“Lu mau bang Yuta tau kelakuan adiknya?” Tentu saja Jaemin menggeleng, Yuta itu galak, Jaemin bisa habis ditangannya.

“Tapi aku gak mau digituin kak, cuma sama kak Jeno aja please.”

“Janji mau lakuin apapun asal ini jadi rahasia kita.” Pinta Jaemin setengah menangis.

Jeno diam, berfikir sejenak sebelum senyum liciknya membuat Jaemin merinding.

Padahal itu hanya akal-akalan Jeno saja, mana mungkin Jeno mau berbagi tubuh indah yang nanti bakal jadi miliknya.

“Kalo gitu,” Jeno sengaja menggantung ucapannya.

“Jadi budak seks gue selamanya.”

Jaemin mengangguk tanpa pikir panjang, toh dia emang suka sama Jeno.

Jeno agak shock. Jaemin segini maunya sama Jeno kah? Tapi Jeno senang-senang saja, punya tempat pembuangan sperma pribadi.

“Ayo main di dapur.”

“Gue mau cabein lubang jalang lu.” Jaemin bergidik ngeri.

Apalagi saat Jeno menarik lengan Jaemin kasar, sampai si manis terjerembab di kasur.

Yah, semoga Jeno nggak serius.

“Nurut lu.” Mutlak Jeno.