dekhyuckie

Judul

#Judul BINAL | 21. Subspace and Aftercare 🔞


Bagaimana bisa Na Jaemin hanya diam saat Jeno bergerak semakin brutal di belakangnya?

Sejujurnya Jaemin mengantuk, malam juga semakin larut. Tapi, serius, apa-apaan Jeno itu?

“Sa— satu kali aja!” Suara Jaemin parau, tapi tidak diindahkan Jeno sama sekali.

“Katanya mau tidur, tidur aja.” Ucap Jeno. Pinggulnya bergerak konstan, penisnya terjepit di antara paha dalam Jaemin terasa sangat memabukkan.

“Shh— ga bisa bodoh! Mas rusuh mulu sih!” Jaemin terlihat sensi, ya gimana, jam tidurnya bentar lagi hancur kalau nurutin Jeno.

“Ini enak banget sumpah,” Jeno mendekat ke telinga Jaemin, berbisik dengan nada rendahnya.

“Ahh, Nana ghh— gila gila, kontol kecil kamu ikut ngaceng, ya?” Jeno mendesah nikmat, kejantanannya yang panjang tak sengaja bersentuhan dengan milik Jaemin yang— sepertinya kembali terangsang.

Padahal cuma paha? Tapi Jeno begitu memujanya.

Jaemin bungkam, suaranya bagai hilang. Bibirnya digigit karena tak kuasa menahan nikmat kecil-kecilan dari belakang.

“Uhh, mau pipis~” nada mendayu manja semakin mempercepat gerakan pinggul Jeno.

Dibantu Jaemin yang menghentak tubuhnya kebelakang. Mereka klimaks bersama.

Sperma Jeno mengenai celana sutra Jaemin yang cuma dilepas sebatas paha.

“Hahh, udah mas, ngantuk.” Tangan Jaemin langsung menahan tangan kekar Jeno yang merambat ke dadanya.

Jaemin bersumpah, dirinya lelah. Energinya terkuras buat marah-marah.

“Makannya aku suruh tidur.” Tapi Jeno nggak mau kalah.

Tangan kirinya yang ditindih Jaemin dengan gesit mengunci pergelangan tangan Jaemin. Sementara tangan kanannya ditugaskan untuk mengerjai puting bengkak si kecil lagi.

Dicubit, dipelintir, sampai tubuh Jaemin menggelinjang. Telapak besar Jeno bergerak lincah, mengusap setiap inchi tubuh putih suaminya, bermain-main dengan perut rampingnya sesekali memainkan jarinya di pusar, kemudian, Jeno berhenti di pusat Jaemin yang kembali mengeras.

“Ahh—” Jaemin tak tahan, kepalanya menengadah menatap suaminya sayu, memohon untuk berhenti karena— Jaemin sangat lelah.

“Nghh— stophh please, have mercy...” Jaemin memohon dengan suara seraknya.

Bukannya berhenti, Jeno semakin lancang mempercepat kocokannya pada penis mungil Jaemin.

“Stop? Nih tak kasih lihat, kontol kamu nambah bengkak.” Jeno tersenyum remeh, tekstur penis Jaemin yang licin semakin memudahkannya mengocok.

“Ini tadi keluar tanpa disentuh, kan? Mau pipis lagi, hm?” Jeno merendahkan kepalanya, meludahi mulut Jaemin yang tak sengaja terbuka karena terus mendesah.

“Anghh ma—uhh, pipis, mas Jeno!” Teriak Jaemin, disusul cairan yang keluar dari penisnya.

Serius, Jaemin emang gampang banget keluar jika Jeno yang ? melakukannya?.

“Udah, udah— lemes banget sumpah. Udah please, aku ga kuat...” Jaemin menggeleng cepat, tangannya berusaha untuk melepas cekalan Jeno.

Kasihan, hal baik tidak selalu berpihak sama Jaemin ternyata. Karena Jeno— kayak kesurupan, langsung menarik lingerie Jaemin, terlalu kuat sampai kain tipis itu hampir sobek.

“AHHH—! Noooouuu!” Teriak Jaemin nyalang saat Jeno melucuti pakaiannya.

Rasanya Jaemin seperti diperkosa! Beneran, Jaemin sampai merinding seluruh badan.

Sialnya ga ada belas kasihan di mata Jeno.

“Huh, sekali aja please...” Jaemin tetap berusaha meminta pengampunan.

Jujur, dalam lubuk hatinya yang terdalam, Jaemin nggak keberatan kalau dikasari kayak gini.

Hanya saja, Jaemin takut jiwa lacur-nya terpancing.

Beuh, ga tau kan kalian? Gimana binalnya Jaemin kalau mode pelacur?

Pinggulnya bisa naik turun semalaman. Penisnya bisa memerah karena klimaks terus-terusan. Putingnya mungkin juga bengkak dan lecet, tapi Jaemin bakal abai dan merengek minta dipakaikan nipple clamps sampai pagi.

Kalau sudah begitu, Jeno yang senang. Kayak menang lotre 2 miliar.

Jeno bakal diam dan berlagak pasrah, menikmati goyangan Jaemin dengan rokok Marlboro ditangannya. Sesekali menyoraki Jaemin yang tengah cosplay dengan pakaian ciamiknya.

“Uhhh ng— MASHH!” Jaemin melolong kesakitan, dari tadi sore, lubangnya tidak terjamah apapun. Namun Jeno melesakkan jarinya tanpa pelumas atau apapun, sialan!

Air mata Jaemin mulai berjatuhan.

“sa—sakit hhh”

“Nanti juga enak kok.” Hibur Jeno.

“aaahhhh... Jeno saki—thhh,”

Benar-benar dibutakan oleh nafsu, suami kecilnya menangis tersedu tapi Jeno tetap pada fokusnya.

Jaemin memejamkan matanya, rasa sakit tadi perlahan menggila. Tidak, itu hanya rasa nikmat sampai otak Jaemin terasa kosong karena dipenuhi hasrat ingin bercinta.

“Gimana, enak?” Ekspresi erotis Jaemin terekam jelas di mata Jeno.

Matanya merem melek, mulutnya terbuka lebar, menggoda Jeno untuk meludahinya lagi.

“Hmpp,”

Jeno meludahi Jaemin, bukannya kesal atau marah, itu malah membuat Jaemin semakin terangsang.

Tanpa sadar mengetatkan lubangnya yang disumpal dua jari tebal Jeno.

Jeno terkekeh kecil, membalas tatapan Jaemin yang ia yakini sudah masuk ke sub spacenya.

Berati, Jaemin sudah siap digauli sampai pagi.

Itu sih rencana Jeno, ga tau kalau berubah.

“Ah ah— mas Jeno, garukin lubang Nana!”

See? Ini baru Nana-nya. Pelacur kecil yang berkelas milik Jeno sendiri.

“Kayak gini?” Tanya Jeno sambil tertawa, menggaruk pelan dinding rektum Jaemin, tanpa menyentuh prostatnya.

“Iyahhh Iyah! Tusuk terus nghh— sampai mentok, ahhhhh mau pipiiiss!!” Jaemin mengejan kuat, berusaha mengeluarkan semua cairannya yang mendesak keluar.

“Oh my— Na Jaemin! Kamu squirt?!”

Mata Jeno melotot tak percaya. Oh ayolah, itu pertanda Jaemin menikmatinya sampai squirt.

Sudah lumayan lama Jeno nggak liat Jaemin kelojotan sampai seperti ini.

“Uhh— mau dikontolin aja please, ga mau disodok pake jari,” Jaemin meracau, pinggulnya masih bergetar karena squirt hebat tadi.

Nggak kaget kalau sprei dan tubuh telanjang Jeno basah dibuatnya.

“Haha, nakal.” Jeno nggak kaget lagi, ucapan Jaemin bisa berubah 180⁰ jika seperti ini.

“Mau kontol siapa emang, hm?”

“Mas Jeno!” Jawab Jaemin girang.

Si manis mengangkang lebar, dua tangannya ditaruh di lipatan lutut, menahan agar tetap terbuka untuk suaminya.

“Ini— ini lubangnya! Mau dipakai sampai ga bisa jalan,” Jaemin semakin melebarkan kakinya, lubangnya mengatup-atup menggoda Jeno, seakan berteriak ingin disumpal.

“Mau dientot sampai hacur! Mau pipis yang banyak mas Jeno, huhu...” Jaemin meraung, menangis dan berteriak frustasi.

“Mau diperkosa!” Teriaknya penuh ?puja?.

Meminta digauli karena tidak tahan, sementara Jeno masih terkekeh sambil mengusap penisnya sendiri.

“Wait,” tunda Jeno.

Segera turun dari kasur, mencari sesuatu di laci meja make up suaminya.

“Tara!” Pekik Jeno girang.

Bungkusan bludru yang nggak asing lagi buat mereka. Isinya nggak lain adalah vibrator telur yang dikontrol lewat aplikasi ponsel.

Uhh, kapan-kapan juga Jaemin ceritakan memakai vibrator itu di tempat umum.

“Yeay!” Jaemin juga kegirangan. Menatap setiap pergerakan Jeno penuh binar.

Semakin banyak toys yang mereka gunakan, semakin menangis lah Jaemin. Semakin banjir lubangnya, semakin basah sekitar mereka.

“Jangan lupa dihitung berapa banyak vibrator yang bisa masuk ke lubang, paham?” Jaemin langsung mengangguk mantap, dengan sabar menunggu Jeno bak anak kecil yang lucu.

Jeno memposisikan dirinya di tengah kaki Jaemin yang dibuka lebar. Kemudian mengusap lubang basah Jaemin dengan jempolnya.

“Aku masukin.” Aba-aba yang Jeno berikan.

“auchhh sa—sat, uhhh” Jaemin cacat dalam berbicara, mendesah nikmat merasakan ekstasi di lubangnya.

Jeno tersenyum bangga. “Kalau ga kuat bilang, ya? Aku kan ga tau.” Ucap Jeno yang tau bakal Jaemin abaikan.

Ibaratnya, suaminya itu bakal jadi orang bodoh saat tengah bercinta.

“Du—ahh, duahhh”

Desahan erotis tak henti-hentinya keluar dari bibir si manis itu.

“Nghh— nanti akuuhh dikontolin lagi enggak—?” Tanya Jaemin dengan mata terpejam.

“Gak. Lubang Nana bisa sobek kalau banyak-banyak yang dimasukin.”

“unghhh, mau penis mas Jeno aja—hhh...”

“Terus ini gimana dong? Udah ada dua vibrator Sayang, nanggung.” Jaemin tetap menggeleng.

Yang dia mau, cuma penis Jeno saja.

“Deal. Tapi aku ga mau keluarin vibratornya, kita ngentot kasar malam ini.”

Selesai mengatakan hal kotor, Jeno langsung melesakkan penisnya.

“Akhh—!” Jaemin melolong kesakitan, daging panjang dan tebal Jeno masuk terlalu dalam.

Berdesakan dengan 2 vibrator kecil yang belum digetarkan.

“Anhhhh... Anghhh...” rintihan Jaemin kala Jeno bergerak meski hanya sejengkal.

“Ghh— ah,” nafas Jeno tercekik. Rasa nikmat yang sering ia rasakan namun tidak pernah ada rasa bosan.

“Masih kuat?” Suara Jeno dipenuhi geraman.

Jaemin mengangguk, ia lebih fokus meremas sprei dengan kuat karena rasa pedih di analnya.

“Jangan nangis, kamu sendiri yang minta.” Jeno merendahkan kepalanya, berbisik di telinga Jaemin dan membuat si manis menggelinjang kecil.

Kaki Jaemin dibawa Jeno ke atas, di taruh di pundaknya sebelum pergerakan kasar Jeno segera dimulai.

“Mhh— mau dinyalain?” Jaemin mengangguk cepat.

Jaemin membayangkan senikmat apa jika dua vibrator bergetar maksimal serta penis Jeno merojok lubangnya bersamaan.

Itu gila.

“Naughty Nana.” Kekeh Jeno. Tangannya meraih ponselnya di atas headboard, dengan lincah membuka aplikasi yang terhubung dengan vibrator Jaemin.

“ANGHHhhhhh!” Desahan panjang Jaemin terdengar indah di telinga Jeno.

“Ahhh, shhh— Nana Na, ahhh,” Jeno bergerak cepat, menggali rasa nikmat yang sebenarnya tidak perlu dicari susah-susah.

Lihat saja, dua vibrator juga memanjakan penis Jeno di dalam sana. Mengantarkan getaran agresif yang membuat Jeno semakin ingin menghancurkan lubang senggama Jaemin.

“Fuck! You're so tight, enak banget Na Jaemin!” Jeno mengerang nikmat, laju pinggulnya tak main-main.

“AHHHHH MAS JENO—OHHH!” Jaemin mengedutkan lubangnya tanpa sadar, membuat Jeno yang bergerak brutal di atasnya semakin melayang.

Urat-urat di leher Jeno menonjol semua, pria itu menahan diri untuk tidak menghancurkan Na Jaemin detik ini juga.

“Jangan keras-keras Nana, kamu mau anak-anak denger kita?” Peringati Jeno. Namun diabaikan.

“Mau pipiiisss!! Nouu nouu!” Kepala Jaemin menggeleng, ia pikir rasa nikmat mungkin akan berkurang. Jaemin nggak sanggup.

“Anghh— vi-vibratornya masuk,”

“Ke dalem...” Lirih Jaemin. Tubuhnya ambruk.

Jeno lagi-lagi mencekiknya!

Sementara Jaemin? Pria kecil itu hanya bisa membuka lebar mulutnya untuk sekedar bernafas.

“Ah ah! GHHH, mau sobekin lubang lonte kamu, mau penuhin perut kamu sama sperma.” Jeno terlihat frustasi.

Kaki Jaemin yang tadinya ditahan di pundak sudah terjatuh, hingga posisi Jaemin menjadi tidur— dengan cepat Jeno membalikkan badannya.

“mau—unghhh...” balas Jaemin namun tidak begitu jelas.

“Nih— ahhhh!” Jeno bergerak kesetanan, sepertinya dominan itu sebentar lagi klimaks.

Jaemin juga dapat merasakannya— penis Jeno bertambah besar, mendorong vibrator semakin dalam.

Lidah Jaemin kelu, menggigit bantal kuat-kuat untuk menahan desahannya. Tangannya meremas lengan Jeno yang tengah memeluk lehernya dari belakang.

“ARGH—!” Jeno meraung keras tanpa takut jika anak-anaknya mendengar.

Mereka klimaks bersamaan lagi.

Sejenak mereka terdiam, mengambil oksigen dengan rakus.

Jeno menarik tubuhnya, meninggalkan Jaemin yang masih bergetar setelah multi orgasme. Bahkan sekarang Jaemin masih mengeluarkan kencingnya— tubuhnya yang sensitif bertambah dua kali lipat karena vibrator masih berada di analnya.

“Wow— lubang kamu,” Jeno takjub, pemandangan pantat Jaemin yang diangkat tinggi sangat luar biasa di matanya.

Anal Jaemin terbuka, membentuk lingkaran persis seperti ukuran penis Jeno— tengah mengeluarkan sperma suaminya yang sangat banyak.

“Lubang kamu bocor banget, basah. Kebuka lebar, nyetak kontolku lagi, seksi sumpah.”

Jaemin melenguh. Lubangnya malah berkedut mendengar rentetan pelecehan tersebut yang keluar dari bibir suaminya.

Dan, Jaemin pipis lagi. Jeno sempat tertawa sebelum mengangkat Jaemin ke sofa. Mereka tidak akan tidur di kasur sepertinya, jika Jeno tidak malas mengganti sprei baru langsung setelah ini.

Jaemin didudukan di sofa dengan dua kaki lemahnya dibuka lebar.

Jeno berniat baik mengeluarkan vibrator tersebut, sebelum Jaemin menghentikannya dengan tatapan sayu.

“Jangan dilepas, biarin sampai besok.”

Fuck! Bisa-bisa mereka tidak hanya satu ronde.

With love, dekhyuckie.