dimsum

lovely

{play:effortlessly:lo-1}


Suara dentingan jarum jam menyeluruh bergema seisi kamar. Solar membuka perlahan matanya, Hali—temannya masih tenang dalam mimpinya.

Solar menyalakan tv, ia mendengarkan lagu santai sebelum ia menjalani harinya. Di sandarkan kepalanya ke bantal, melihat ke arah jendela: awan menyambut dalam biru-nya langit.

“Hali, hey, bangunlah.” “Jam berapa ini?” “Jam 8, mandi, lalu sarapan.” “Kau sudah sarapan Sol?” “Ayo sarapan bersama.” “Aku mandi dahulu.”

Selama Hali membersihkan badannya, Solar mengambil sebuah kue yang masih utuh belum terlihat di potong. Berwarna kemerahan pekat: terdapat coklat berbentuk hati di atasnya.

Ia membuat teh, suara dentingan dari putaran sendok di dalam gelas terdengar sangat keras. Harum-nya teh melati memenuhi ruangan.

Sepuluh menit sudah berlalu, wangi sabun dari badan Hali memenuhi ruangan bercampur aduk dengan teh melati. Solar hanya tersenyum tipis.

“Hanya kue ini saja?” “Aku belum masak.” “Yasudah tak apa.”

Hali mengarahkan sendoknya ke arah mulut Solar. Tapi, bibir-nya: tak membuka. “Ayo, AA.” Solar hanya tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya.

Setelah di paksa untuk membuka mulutnya, Solar menerima. Ia dengan sengaja mengambil krim yang berada di piringnya: menempelkan ke pipi Hali. “Aku sudah mandi, kau belum, curang!”

Hali mengusap wajahnya dengan selembar tisu, dan Solar meniup teh-nya yang masih panas. Uapan panas menutupi kacamata Solar: pemandangan-nya menjadi kabur.

“Lepas dahulu, bodoh.” “Berisik.” Hali menangkup pipi Solar. “Yasudah maafkan aku, uuu gemas.”

i’m so grateful have u, thank u for stay with me. can i hate u? ilysmmmmm. but i hate u too!

You are so lovely and in my head I love the things, that u effortlessly

[the end]

—page 24’


Suara deras air terjun mengitari seluruh alam pikiran untuk siapapun yang mendengar. Dedaunan dan bunga memenuhi seluruh rumput luas berwarna hijau tersebut.

Cerahnya langit ditemani awan putih yang membuat hawa sejuk. Pepohonan yang rindang, terdapat ayunan tergantung dengan tali di penuhi bunga.

Seorang putri duduk di bebatuan dekat air terjun. Ia mengenakan gaun berwarna ungu bercampur putih, dihiasi pita dan kupu-kupu. Di punggungnya terdapat sayap berwarna ungu sama seperti gaunnya.

Dengan rambut digerai, ia memakai perhiasan berupa kupu-kupu kecil. Gadis itu mengambil sekuntum bunga anggrek, lalu menenggelamkan ujung kelopaknya ke air.

Seekor kupu-kupu datang mendekat. Sesaat kemudian, ibunya datang menghampiri.

“Jan, kau sedang bahagia?” “Tentu saja ibu.” “Mari ceritakan.” “Aku hanya senang dengan rumah kita.” “Haha, kembali lakukan kegiatan yang kau inginkan, Jan.” “Baik ibu.”

Jan menghampiri ayunannya untuk bersantai. “Tuan putri, apakah kau tidak ingin bermain denganku?” Jan menoleh ke suara yang memanggilnya. Ia melihat seorang laki-laki dengan sayap berwarna biru di balik pepohonan.

“Siapa kau?” “Aku Sing, mari bermain.”

Sing, memakai sebuah kain tipis berwarna biru di hiasi bintang putih di kain tersebut. Celana cokelat, sepatu hitam, dan sayapnya biru bercampur putih.

“Tidak, aku tidak mengenalmu.” “Benarkah, mari mencari tahu bersama.”

Sing menghampiri Jan, lalu mengulurkan tangannya. “Tak usah takut, aku tidak bermaksud jahat Tuan Putri.” Jan menerima tangan Sing, dan menggengam tangan Jan kemanapun Sing ingin pergi.

/Jembatan/

Sing dan Jan telah berdiri di atas jembatan. Yang berada tepat di sebuah taman. Sing memetik bunga matahari dan mencabut satu kelopak bunga tersebut, lalu menjatuhkannya ke dalam air.

“Mengapa harus bunga matahari?” “Oh, tak apa. Ini berarti kau.” “Aku?” “Iya, kau seperti bunga matahari ini.” “Terima kasih wahai Pangeran.” “Namaku Sing.”

Jan memberi senyuman kepada Sing. Jan memetik bunga Lotus. Ia memberikan bunga itu kepada laki-laki di sebelahnya.

“Lotus?” “Iya, kau benar.” “Mengapa?” “Tidak apa-apa.” “Hahaha, baiklah. Apa kau sering berdiri di sini.” “Tidak, hanya beberapa kali.”

Sing mengangguk mengerti. Semilir angin dan derasnya suara air terjun mengurangi pendengaran mereka.

“Kau tidak punya teman?” “Tidak.” “Apakah aku boleh mengatakan perasaanku?” “Mengapa?” “Perutku penuh dengan getaran kupu-kupu.”

Setelah sadar mengatakan hal yang aneh baginya. Ia pergi mendahului ke sebuah taman yang penuh bunga. Jan melihat sekitar, terdapat pelangi di atas permukaan air terjun.

“Hai Tuan Putri, kita sudah berada disini.”

Mereka berada di sebuah tempat berbentuk lingkaran di kelilingi patung. Di sebelahnya banyak burung merpati singgah di atasnya. Di tumbuhi bunga Mawar di sekitarnya.

“Mari duduk disana.”

Sing dan Jan duduk di sebuah kursi berwarna putih susu. “Kau mau apa Pangeran?” Jan menatap dua bola mata berwarna Midnight Blue tersebut.

“Pertemuan kita sangat singkat. Tapi aku senang bertemu denganmu. Maukah kau jadi temanku? Ini rumahku.” Sing menyentuh punggung tangan Jan.

Ada aliran yang melewati saraf yang membuat ia terbungkam. Di temani dengan suara kicauan burung merpati, di kelilingi oleh bunga Mawar. “Baiklah, aku terima.” Jan mengenggam tangan Sing.

Sing menarik Jan ke dekapannya, Jan membalas dekapan tersebut. “Terima kasih Jan.”

Jan memberi sebuah gelang bertali kayu yang di hiasi oleh dedaunan. Terdapat kupu-kupu berwarna biru, dia menggunakan kekuatannya untuk memberi kehidupan pada kupu-kupu tersebut.

“Ini untukmu Sing, jika kau rindu aku. Kau bisa melihat kupu-kupu ini.” Jan tersenyum.

Sing mengambil gelang tersebut dari telapak tangan Jan. “Terima kasih banyak Jan.”

Mereka tersnyum bersama. Saling menatap satu sama lain. Di temani oleh hangatnya matahari. Sinar yang menyentuh kedua bola mata Midnight Blue tersebut.

Love your imperfections, every angle

Painted in your colors

page 756’

—the end’


Butterflies

— — —

Malam harinya sebelum hari ulang tahunnya, Wave masih terjebak dengan laptopnya. Sadar saat jam menunjukkan pukul 11.00, ia mematikan laptopnya dan pergi ke tempat tidurnya.

|Beberapa jam sebelumnya|

“Bawa sini vas bunga nya mon.” “Iyaa sebentar.” Mon menghampiri Claire yang masih melipat kertas berbentuk kupu kupu. Mon menaruh vas bunga di atas meja.

Lipatan-lipatan kertas berbentuk kupu-kupu, memenuhi meja tadi. Mereka sedang membuat sesuatu untuk ulang tahun Wave dan Punn. Mereka sedang berada di sebuah taman.

Taman sudah penuh di hiasi bunga dan kupu-kupu. Tema warna ini putih, mungkin terlihat seperti anak perempuan tapi dapat di bayangkan berada di taman berisi bunga dan lipatan kertas kupu-kupu.

“Akhirnya jadi!” seru Korn merangkul Mon. Claire hanya tersenyum. Pang dan Ohm asik dengan dunia-nya sendiri.

“Bagus juga ya, kupu-kupunya.” “Kan ada aku yang bisa apapun.” Pang hanya menggelengkan kepalanya. Ohm mengirimi Namtarn pesan. Namtarnn! Kenapa Ohm? Besok Wave sama punn “Iya kenapa?* ULANG TAHUN Hmm datang ya, ya?? Di mana? Di tamannnn!!!

Sampai setelahnya tidak ada jawaban, Ohm mematikan ponselnya. Pang masih asik melihat lipatan-lipatan kertas itu. “Ayo balik ke ruangan.” ajak Ohm. “Apa akan berhasil Ohm?”

Ohm menaikkan alis nya sebelah, bingung kenapa tidak atau berhasil di pertanyakan?. “Berhasil apa?” Pang hanya terdiam bingung.

“Memang Wave sama Punn bakal liat kalo udah tau duluan gimana?” “Ga kok, lagian besok pagi kan hari mereka masih beberapa jam lagi.” Ohm menarik tangan Pang untuk kembali ke ruangan.

Punn maupun Wave sama-sama tidak tahu apa yang akan terjadi besok, lagian dia sering kesepian atau sendiri di hari ulang tahunnya pikir Wave. Sedangkan Punn iya sedang sibuk mengurusi potensinya.

{Siang}

Pang sudah kembali ke kamarnya. Dia mengganti baju seragamnya ke baju santai. Setelahnya ia bersantai meminum susu kotak dan mendengarkan lagu.

Di saat matanya mulai menutup, terdengar suara ketukan dari luar pintu. Dia segera bangun dan membuka pintunya. Wave membawa sekantong plastik berisi makanan untuk Pang.

“Udah makan siang?” “Belum” “Oh, ini tadi aku beli banyak.” “Iya, Makasih.” “Terus ini diluar aja?” “Ayo kalo mau masuk.”

Pang segera menutup pintu dan Wave yang duduk di atas kasurnya. “Tumben ke sini.” Pang membuka plastik makanan tadi. “Ya gapapa, lagi bosen aja mau ngapain.” Pang hanya mengangguk-an kepalanya.

“Tadi tumben ga kumpul-kumpul, pada kemana?” Pang segera mencari alasan. “Serius? pada makan kali, kalo aku sih lagi malas.”

Wave hanya ber-oh panjang, dia pindah duduk ke kursi meja belajar Pang. Dia mengambil earphone dan tidak memedulikan keberadaan Pang.

“Hey! Ini kamar orang!” tapi yang di teriaki tidak mendengar.

~~~~

Wave sudah pergi, Pang mengatakan sesuatu di grup tanpa ada Wave atau Punn.

“Besok jam 7 harus kumpul sih.”

Tapi semua orang yang di dalam grup hanya membaca. Pang mematikan ponselnya dan menyalakan alarm. Dia bergegas merebahkan dirinya ke kasur.

Dia menarik selimut sampai dagu, dan memikirkan hari esok apa yang terjadi.

Punn. Iya? kenapa? Kok belum tidur? Belum ngantuk. Tidur sana. Yaudah, night<3 Night too <3!

Sementara Claire melepas maskernya dan melanjutkan baca bukunya tadi yang sempat terhenti.

|7.00|

Pang dan lainnya berkumpul di tempat biasa mereka merencanakan buat gifted. Acaranya tidak di lakukan pagi ini, tapi sore nanti atau malam.

“Pokoknya sore kita udah stay di taman ya.” Pang mengingatkan teman-temannya. Korn hanya mengangguk.

Setelah selesai mereka kembali ke kelas masing-masing. Jack dan Joe jalan beriringan. “Nanti kayak gimana ya acaranya?” Jack mengira-ngira pikirannya, Joe hanya mengangkat bahunya.

“Tapi gila sih indah mana temanya putih sesuai sama tamannya.” Joe mengagumi.

|13:00|

“Nanti sore pergi yuk?” “Hmm, kemana?” “Udah ikut aja.” “Iya.” Korn bertemu dengan Wave di laboratorium. Tujuan Korn memang ingin menemui Wave, sedangkan Wave dia sedang membaca buku biologi.

Korn beranjak dari kursinya dan melihat-lihat sekitar laboratorium. Wave hanya memandang bingung, sedang apa temannya itu. “Ngapain sih?” yang di tanya hanya diam, dan terus berjalan.

“Gapapa, cuman mau liat-liat aja.” “Oh ya jangan lupa sore oke? Udahan deh aku mau pergi dadah.” Korn segera membuka pintu ruangan lab, dan Wave hanya mengangkat bahunya.

Tak lama, suara getaran dari ponsel Wave berbunyi. Pesan dari Temannya—Pang.

[Pang] Udah makan siang? Makan bareng yuk.

Wave tidak menjawab, ia hanya melihat dari layar kuncinya. Dia segera membereskan buku-bukunya dan pergi memghampiri Pang.

Tak butuh waktu lama, dia mendengar suara ketukan. Dia membukakan pintu dan tertawa kecil. “Makasih udah mau kesini hehehe.” Wave hanya melemparkan tatapan tajamnya.

Mereka makan bersama di lantai. Mereka saling berbagi cerita tentang hari ini.

Terima kasih sudah menjadi temanku. Everything has changed ya Wave

|16:00|

Semua sudah berkumpul di taman, Wave sedang di jemput sama Korn dan Punn sama Claire. Sebelum Punn dan Wave datang mereka memastikan tidak ada yang berantakan.

Mon mengacungi jempol kepada Claire bertanda sudah siap. Claire mengangguk.

|16:30|

“Wave ayo ke taman.” “Mau ngapain?” “Mau duduk-duduk santai.” “Hmm.”

Saat tiba di taman, Korn mengajak Wave duduk di kursi taman jauh dari jarak proyek mereka. “Wave, aku mau ke ini dulu ya beli es krim.” Wave hanya mengangguk dan menyalakan ponselnya.

Sudah 10 menit berlalu tapi Korn tidak kembali. “Ck, dimana sih Korn?” Saat ia mau berdiri ada sebuah tangan menutupi matanya. “Hey, mataku.”

Punn dan Wave sudah berdiri di tengah-tengah taman. Terdengar suara pancuran air. “Hey siapa ini?” Punn mendongak mencari suara. “Wave?” Tangan mereka sama-sama diikat.

“Punn?” “Cuman ada kita berdua? yang lain kemana?” “gatau, duh mau ngapain sih?”

/play, just the way u are-bruno/

“Selamat ulang tahun Punn.” Claire berbisik sambil membuka penutup mata pada Punn. “Hah?” Punn lupa jika hari ini tanggal ulang tahunnya. Claire menggandeng tangan Punn, lalu menyuruh Punn duduk. Punn melirik sekitarnya.

Mata Punn berkaca-kaca melihat dirinya dipenuhi kupu-kupu dan kain putih. Wave masih di tutupi penutup mata. “Punn?” Wave memastikan.

“Hey Punn lepaskan aku.” “Kenapa?” “Punn?” “Masa Punn?” “Siap–” “Selamat ulang tahun.”

Pang tersenyum lebar, dan Wave melihat sekelilingnya. “Hah? kok putih?” Pang hanya menendang kaki Wave. “Gapapa, suka kan? Punn disana sama Claire.”

“Selamat ulang tahun, bahagia selalu. jangan sering mar-” Wave langsung memeluk Pang dengan sedikit berjinjit. “Thank u so much, love you.” Pang membalas pelukannya.

Ohm memainkan gitar, yang anak perempuan memotong kue. “Selamat ulang tahun temanku!!” seru Jack dan Joe. Mereka melemparkan sobekan-sobekan kertas ke Punn dan Wave.

Wave dan Punn tertawa. “Inget jangan banyak marah, hal kecil gausah dibawa marah.” Setelah mengucapkan Pang kabur. Yang di ucapkan harapan hanya mengejek.

“Selamat ulang tahun buat kalian berdua, semoga menjadi lebih baik dari sebelumnya.” Namtarn memberikan dua buah bunga kepada Punn dan Wave. “Terima kasih Namtarn. Kita kangen kamu.” Punn mewakili semua temannya.

“Ini jam kuno dari aku semoga kamu suka.” Pang memberi dan Wave hanya tersenyum, “Terima kasih.”

“Jangan terlalu memaksakan diri Punn, yang terbaik aja buat kamu. Apa adanya.” Korn memeluk Punn. “Thanks for ur wish.”

“Terima kasih semua untuk hadiahnya, aku senang memiliki teman seperti kalian. Teman yang belum pernah aku miliki sebelumnya. Sayang kalian semua.” Wave melemparkan senyuman ke Punn.

Mereka semua tersenyum di kelilingi oleh tanaman bunga dan lipatan kertas kupu-kupu. Ditemani oleh matahari yang hampir terbenam, dan lekukan senyum dari orang yang paling di sayang.

when u smile, i feel happy when i see ur smile

/Stop, just the way you are/

—the end’

pancakes

[play song:Casual-jesse b]


Alarm berbunyi mengisi suara keheningan ruangan. Solar membuat banana pancakes untuk dia dan Gempa, Gempa hanya duduk manis menunggu Solar.

“Kau yakin kau bisa buat pancake?” “Aku yakin.” “Yaudah cepatlah.” Solar hanya tersenyum kecil dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Hey, kalian berdua, aku pergi dulu ya!” teriak blaze.

Gempa hanya mengangguk dan kembali membaca buku-nya. Solar sudah selesai memasak, ia menyiapkan piring dan mematikan lampu dapurnya.

“Nah madunya.” “Makasih.” Solar menarik kursinya dan berhadap hadapan dengan Gempa. Gempa menutup bukunya.

“Sekarang, cobalah.” Gempa mulai mencoba dan Gempa tersenyum. Solar hanya tertawa kecil. “Hari ini kau pergi gem?” Solar memastikan. “Nanti sepertinya tapi tidak tahu.”

|Hali side|

“Hoahmm–jam berapa ini?” Hali melihat jam itu menunjukkan pukul 9:00, dia pergi mengambil handuk dan baju.

10 menit kemudian, Hali berada di depan meja belajarnya. Dia menyalakan kameranya, dia berencana pergi untuk hari ini tapi tak tahu dengan siapa.

Dia berjalan turun ke bawah, hening tidak ada orang. Dia pergi menyalakan kompor dan memasak air panas untuk buat kopi. Dia menunggu sambil menyalakan tv.

“Hey, kau belum sarapan kan? kenapa malah meminum kopi?” “Hah? gapapa.” “Nanti sakit.” “Ngga lah bodoh aku hanya minum sekali.”

Solar hanya tertawa kecil, dan duduk di kursi. “Jangan marah marah, masih pagi soalnya.” Hali hanya membuang mukanya dan mematikan kompor.

“Tadi aku buat pancake tapi udah habis, mau kubuatkan?” Solar menawari. Hali hanya menggeleng dan menuangkan kopi ke cangkir. “Emang ga lapar?” “Kenapa sih perhatian atau nanya nanya mulu?” Hali hanya berdecak kesal.

“Yaudah iya ga nanya lagi.”

Hening diantara mereka, hanya suara tv. “Mau kopi nggak?” Hali menawari. “Yeu sendirinya nanya.” Hali memukul kepala Solar. “Salah mulu emang, udah mau ke atas.”

“Sol.” Solar memberhentikan langkahnya di tangga. “Nanti temani aku pergi ke kota ya.” Solar hanya menoleh.

“Mau kemana?” “Kemana aja.” “Ngapain?” “Mau buat bahan bahan foto, kamera ku kosong.” “Ngga ah malas.” “Temani ya ya ya?.” “Sama siapa gitu, Gempa atau Ais atau Gopal atau sama anak perempuan.” “Maunya sama kau, dah gaada penolakan. Malas ngajak yang lain ribet harus diajak alasan dulu.”

“Hmm.” Solar pergi meninggalkan Hali. Hali melanjutkan nonton tv-nya.

|13:00|

“Hey Solar!” Hali mengetuk pintu dan beberapa kali teriak. Solar akhirnya membuka, dan menujukkan muka malas. “apa?”

“Ayo pergi, lupa kau?” “Ngggh okey.” Hali berjalan masuk ke ruangan Solar. “si bodoh malah masuk, keluar apa maksud malah masuk.” Solar menendang kaki Hali.

“Nungguin biar ga lama.”

Sabar aku emang jadi manusia, terus ini gimana ganti bajunya, sudahlah ingin kayang saja.

Solar hanya tersenyum dan terpaksa mengganti bajunya di kamar mandi. Tak lama, dia keluar. “Ayo, lama banget.” Hali berjalan keluar kamar.

|stasiun kereta|

Hali sudah memejamkan matanya, di kedua telinganya sudah terpasang earphone. Solar bosan, dia tak tahu harus apa di dalam kereta.

Dia sudah berusaha tidur tapi tidak bisa, berusaha mendengar lagu tapi tak bisa juga. Sampai pada akhirnya dia menghentakkan kakinya pelan.

Hali langsung memasangkan earphone sebelah kanan-nya ke telinga Solar. Solar hanya terdiam, Hali melanjutkan tidurnya. Alunan lagu terbang mengitari seluruh pikirannya.

|Batu Caves|

Mereka berdua sudah sampai salah satu tujuan Hali. Hali membeli tiket dan segera menaiki anak tangga. Untuk hari ini pengunjung tidak terlalu ramai.

Setelah 20 menit berlalu, mereka sampai di atas. Solar kehabisan nafasnya, dia segera meminum air yang dibeli tadi. “Hehehe, kau lelah?” yang di tanya hanya membuang mukanya.

Hali segera mengambil beberapa foto. Mereka memasuki gua tersebut, “Sol, lihat ada batu kapur.” Hali segera menangkap gambar tersebut.

Solar disana hanya menikmati keindahan tempat wisata itu. Dia juga men-dokumentasi dirinya dan Hali saat berjalan-jalan. Ada pemandu wisata yang sedang menjelaskan. Hali segera mengajak Solar pergi menghampiri.

“Tangga kayu sampai ke Gua Kuil dibangun pada tahun 1920 dan telah digantikan oleh 272 anak tangga beton. Dari berbagai gua kuil yang berada di situs tersebut, gua yang terbesar dan paling terkenal adalah Temple Caves, dinamakan demikian karena menaungi beberapa kuil Hindu di bawah langit-langit berkubah.” pemandu wisata menunjuk ke arah gua.

“Banyak sekali anak tangganya.” “Lah kan memang iya.”

“Pada tahun 2007, festival ini menarik lebih dari 1.5 juta umat Hindu dari seluruh dunia, menjadikannya salah satu dari (pertemuan damai terbesar dalam sejarah dunia).”

“Di Batu Caves terdapat gua-gua yang masih asli dengan beragam fauna di dalamnya, termasuk beberapa spesies unik, seperti laba-laba Liphistiidae dan Eonycteris dan kelelawar Rousettus. Terdapat monyet, dan adanya kegiatan memberikan makanan secara bebas kepada monyet.”

Setelah selesai di jelaskan, Hali menggandeng tangan Solar keluar dari gua. “Ayo temani berkeliling lagi.”

|15:00|

Angin menerpa pipi wajah Solar, membuat sang empu memejamkan matanya. Hali diam-diam mengambil objeknya. Setelahnya, Hali segera mengajak Solar ke cafe.

[Lokl Coffee Co]

Solar sudah menenggelamkan kepalanya, dia sudah mengantuk. Hali hanya menganggu usil Solar. “Hhh diam Hali.” Dia membiarkan temannya.

“Pesanan datang.” pelayan mengantarkan dua buah minuman kepada mereka. “Terima kasih.” Solar menarik cangkir dan meniup minuman yang masih panas.

“Hey kacamatamu berhembun!” Hali hanya tertawa. Solar menarik kacamatanya dan melanjutkan minumnya. “Terima kasih buat hari ini.” Hali tersenyum, yang diversi senyum hanya memalingkan muka.

“Iya, sama-sama.” Solar membalas. “Aku ada sesuatu, bentar.” Solar merogoh sakunya dan dia mengeluarkan botol kecil berisi kertas kecil dan dihiasi dedaunan.

“Untuk apa?” Hali menaikkan alis satunya. “Untuk menulis satu harapan yang lagi diingankan.” Hali menerima, “Terima kasih banyak.”

|Stasiun kereta|

Sinar menerangi wajah Solar, rasa kantuknya semakin menjadi. Dan tak lama is menjatuhkan kepalanya ke pundak Hali. Ia dan Solar sedang memasang earphone.

“Hey, kalau kau bisa mendengar, terima kasih telah menjadi temanku. Menemaniku hari ini, sangat melelahkan tapi seru bersamamu. Hari ini benar-benar membuatku tenang. love u bro.”

Matahari semakin tenggelam masuk ke permukaan langit, semua perasaan bercampur. Memang benar, melakukan sesuatu hal bersama orang yang disayang adalah hal membahagiakan.

Can i be ur bro?”

—the end’

note:about place this is real, batu caves and the cafe “Lokl Coffee Co” at Kuala Lumpur. If we go to batu caves we use rail transportation to get there. more info about batu caves: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Batu_Caves about cafe: http://loklcoffee.com/

mfc

<>


Jarum jam menunjukkan pukul delapan pagi. Chi mematikan alarm yang sudah berbunyi dari dua jam yang lalu. Chi mengusap wajahnya dan bergegas untuk berdiri, dan pergi ke kamar mandi.

—ruang makan

“tumben bangunnya pagi-pagi.” “Yaaa gapapa, eh bagus dong”. Ibu hanya tersenyum dan sibuk memotong ikan. Chi sedang meminum susu dan makanan hari ini pancake dengan strawberry di atasnya.

“hari ini pergi gak?” ibu Chi hanya memastikan. “gak tau nanti aku liat”, Chi mengecek ponselnya apakah ada pesan masuk. Ada dua pesan dari non, chi membuka aplikasi, dan membalasnya.

[chi] [nanti malem pergi yuk?] [yaudah] [sibuk ga? jam 7.30 ya] [ga kok]

Non hanya men-read, chi melanjutkan sarapannya di temani dengan kartun.

|10.00|

Chi sedang asik memainkan ps 4 nya, selesai sarapan dia meninggalkan ibunya di dapur dan pergi kembali ke kamar. Game yang dia mainkan adalah Spiderman Miles Morales.

Tadi Chi udah ngajak Pawat, tapi Pawat gabisa katanya lagi ngerjain tugas, alhasil Chi sendiri. Chi memutar lagu Voice Mail dari LilTrxptendo. Ditemani dengan buah apel untuk pagi ini.

Ada sekitaran 3 jam Chi main PS sendiri, sekarang jam menujukkan pukul 11.00. Saat Chi mematikan PS nya, tiba tiba ada yang menelefonnya. Chi mengecek siapa yang menelefonnya jam segini, saat chi cek ternyata Frank.

{chi, di rumah?} {iya, kenapa emang?} {gua jemput ya??} {heh, mau ngapain?} {makan siang bro, ok?} {yaudah deh} {ok}

Frank menutup telfonnya, chi segera bersiap siap.

|13.00| “ting tong, ting tong” “iyaaaaa” Chi berteriak dan lari, hampir tersandung tadi. Saat buka pintu, terlihat lah Frank disana, Chi langsung memeluknya. Sudah lama tidak bertemu pikirnya.

Yang dipeluk hanya tersenyum hangat. “ayo, jadi ngga?” Frank melepas pelukannya. “jadiii, ayoo!”. Chi segera menutup pagar, dan duduk di bagian depan. “jarang ketemu kita, gua kalo ketemu palingan juga Drake, dia lagi, dia lagi” Frank hanya melengos.

“hahaha, jangan bosen bro, dia partner lo, udah kayak pensil sama penghapus, lengket bgttt” Chi berusaha menahan tawanya. Frank memukul pala Chi, yang membuat Chi meringis.

“ngadi ngadi lo, gatau ah bosen liat mukanya, tapi dia sahabat gua juga sih” Frank akhirnya pasrah. Chi hanya tertawa kecil dengan temannya itu, tiba-tiba ada suara pesan berasal dari hp nya.

Chi segera mengeceknya, ternyata ia mendapat pesan dari Pawat

[chi, tugas gua udah selesai] [terus gua harus gimana?] [dih, gamenya gmn?] [mana sempat, gua lg prgi😀👎🏻] [yudh maapin, kpn kpn deh]

Chi, hanya men-readnya karena dia sedang asik di perjalanannya. Chi kembali mengajak Frank ngobrol.

|all you can eat|

“Kak, meja sini” Frank melambaikan tangannya kepada pelayan. Pelayan memberi menu makanan. Chi menyamakan pesanannya sama dengan Frank. Lalu, pelayan pergi setelahnya.

“Terus acara acara di gmm, di cancel semua apa gimana?” “nggak kok, masih ada “oh, btw lo senyum dong woi, daritadi diem doang” “duh lagi mager gua ini” Frank memukul kepala Chi. “duh sakit heh” “ya makanya senyum bro”

|14.00|

Akhirnya yang di tunggu datang, pelayan membawa banyak piring untuk mereka berdua. Chi pergi ke kamar mandi untuk cuci tangan. “Terima kasih kak” Frank segera memasukkan dagingnya ke dalam panci berisi air penuh.

“Eh udah dateng aja” “cepetan duduk” Chi segera membantu Frank memasukkan daging. Setelah semua masuk, Chi iseng ambil botol wasabi yang ada di dekatnya.

Chi mengambil selada, dan sebagian daging yang telah matang, lalu menaruh di bagian selada, setelah itu Chi menaruh wasabi ke dalam selada dan menggulungnya.

“Frank, kan lo udah baik, gua suapin sini, mau ya!” “dih apaan, bisa sendiri gua” “udah Aaa dulu” “aaaa, mmm-” Frank akhirnya membuka mukutnya, dia belum menyadari ada yang aneh di dalam dagingnya. Chi hanya menahan tawanya.

“sial, pedas, kurang ajar lo” Frank segera mengambil gelas dan melempari Chi tisu bekas. Yang dilempari hanya semakin tertawa keras. “gua minta maaf ya bro”.

|15.55| Frank masih kesal dengan Chi, akhirnya Chi berhenti beli es krim. setelahnya dikasih ke Frank. “nih Frank buat lo” “ah ga, ntar ditipu lagi, udah keseringan gua” “ga, kok. Dah gausah kek bocil”

Frank akhirnya menikmati es krimnya. Mereka kembali ke mobil. Frank menyalakan mesin, dan mulai memutar lagu Phases–prettymuch. Chi meminjam bantal beruang yang ada di belakang, dan ia mulai memejamkan matanya.

|rumah Chi|

“heh manusia, bangun lo!” Frank segera memukul badan Chi, tapi Chi tak bangun juga alhasil Frank menggoyangkan badan Chi sampai yang punya badan, “duh, woi, woi! Pusing pala gua” “ya makanya bangun, tidur udh kek orang hibernasi. atau simulasi pingsan?” “yeu jaga mulut lo ye”

Chi akhirnya melepaskan seat belt mobil dan turun. “makasih banyak hari ini, udah traktir gua makan, sayang Frank banyak banyak” “ih najis, sama sama gua kan anak baik. yaudah bye” “hati hati jelek” Frank hanya tersenyum dan Chi tertawa.

|sore|

“hoahhmmm” Chi baru saja bangun dari tidurnya yang ketiduran. Dia segera mengambil handuk dan mandi sore. Setelah selesai mandi, ia hanya santai dengan menonton drama cina.

Chi sedang malas-malasan di kamarnya. sembari menunggu nanti malem, Chi hanya memakan snack dan beberapa buah untuk mengisi perutnya.

|7.30|

[Chi? udh siap”?] [udh non] [ini di depan rumah]

Chi kaget, pasalnya ia tak mendengar bel maupun suara mobilnya. Segera Chi menyambar earphone nya dan hp nya. Segera ia buka pintu dan pagar.

Ini seseorang yang dia rindukan lebih dari Frank, senyum hangatnya. Masih sama tak berubah.

“nonnn kangen” “iya aku juga” non membalas pelukan Chi. “yaudah hayuk” “oke, bentar tutup pager dulu”

Non masuk ke dalam mobilnya memutar musik favorite clothes—rini. Chi segera duduk di bagian depan. Chi menyalakan hp nya, dia membuka kamera instagram, “non ayo foto bareng”. Nanon, hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum.

|8.00|

Mereka sampai di chatuchak. Chi langsung loncat-loncat. “Chi mau beli-beli ya Non”. Non hanya tersenyum dan merangkul Chi. Yang di rangkul hanya tersenyum.

“jangan jauh jauh ya Chi” “iyaaaa” Punggung Chi segera menghilang dari pandangan Non. Sembari menunggu Chi belanja, Nanon membeli es potong. Setelah membeli ia menunggu.

sudah 10 menit, akhirnya Chi kembali. “Non, bantuin bawain ya”. lagi-lagi Nanon hanya mengangguk. Ada 5 kantong plastik dari semua total belanja. Chi segera duduk dan mengeluh capek.

“tadi Non beli apa?” “beli es potong Chi” “Aaaa Chi mau:(] “yaudah ayuk” “rasa coklat nanon” “iyaaa”

setelah membeli es krim, ada orang yang tidak sengaja menyenggol tangan Chi yang akhirnya es krimnya jatuh ke bajunya. “duhh gimana nih”. “ayo ke mobil”

|mobil|

“nanon ada baju cadangan?” “ada, di belakang ambil aja” “oke” Chi segera mengambil baju tersebut. Baju yang dipakai Chi, baju dengan kaos putih tipis berlengan panjang.

“avv lucu” “aku emang lucu” “mau gigit pipinya non boleh?” “hah?! ya ngga lah” “boleh? ya? ya? ya?” “sakit ntar☹️“ “pelan-pelan”

Akhirnya Non pasrah, dan sekarang Chi sedang menggigit pipi Nanon. Mereka belum pulang, masih di dalam mobil keadaan berhenti. “udahan ya Chi? Ntar kita ga pulang-pulang” “Mau di puk puk kepalanya”

Nanon memberi pukulan pukulan pelan di kepala Chi, dan sekarang sudah tidur. Chi tidur dengan damai, benar-benar pulas. sampai hujan turun membasahi jendela mobil dan membuat berembun.

|10.00|

“Chi? bangun yuk?” “Chiii, ntar dicariin mama lho” “hhhh-“ Chi membuka matanya “udah sampaiii” “Chi segera turum dengam belanjaan nya yang banyak.

“Makasih Non, i love uu” sebelum Chi pergi, Nanon memberi baju untuk Chi. “itu baju baru dari aku. Oh ya bajunya gausah di balikin sekarang juga gapapa”

Chi hanya mengangguk. “hati-hati, dan makasih sekali lagi”. “Non today is special, right?” “why?” “because rain and i’m happy with u today” “yeah ok, aku pulang ya, besok kita cerita lagi” “bye bye Non”

Chi segera masuk ke dalam rumah dan mulai bersih-bersih. dan ia cepat-cepat tidur, dan tanpa disadari ia memeluk baju pemberian Non.

[dan tanpa di sadari Chi sengaja meninggalkan gelang buah persik untuk Nanon di kursi depan, dan Nanon tidak menyadarinya]

—end’