Nanon sudah sampai depan rumah Chimon, yang punya rumah keluar menghampiri Nanon. “Lama ya? Maaf.”
“Nggak kok, barusan sampai.”
“Ayo berangkat.”
///
Ada sekitar 30 menit, akhirnya mereka sampai ke tempat karnaval tersebut. Di sana sudah ramai pengunjung, Nanon menyuruh Chimon untuk duduk sebentar di bangku panjang, dan dia pergi ke pengantrian tiket. Pengantrian tiket tidak terlalu panjang jadi Nanon tidak perlu menunggu lama.
“Kak, tiket untuk berapa orang?”
“Dua ya kak.”
“Oh sebentar ya kak.”
“Iya.”
“Ini kak, terima kasih. Langsung masuk aja ya kak.”
“Terima kasih.”
Nanon menghampiri Chimon, dan langsung memberikan ke Chimon. Sebelum masuk, Nanon mengambil gambar tiket dan di masukkan ke sg. Setelahnya Chimon menarik pergelangan tangan Nanon.
Penjaga karnaval meminta bukti tiket mereka, setelah melihat tiket mereka berdua, penjaga menempelkan stamp berbentuk cinnamoroll ke pergelangan tangan mereka berdua.
Setelahnya, pertama yang mereka lihat adalah toko kue. Chimon berlari kecil memasuki toko tersebut, Nanon hanya menggelengkan kepalanya. Chimon segera melambaikan tangannya untuk duduk di kursi paling ujung.
“Seneng banget sihhh.”
“Iyaaa mau makan kueee.”
Pelayan langsung menghampiri mereka, “Mau makan apa Mon?”
Chimon terlihat bingung saat memilih makanannya. “Ini aja Nanon.”
“Ini sama ini ya kak.”
“Udah itu aja dek?”
“Iya, makasih kak.”
Pelayan pergi dari hadapan mereka, mereka duduk di kursi yang bernuansa sofa putih terdapat bantal warna biru, dan mejanya yang bernuansa biru.
“Udah sarapan belum tadi?”
“Udah, tapi laper lagi hehe.”
“Aduhh.”
Sembari menunggu mereka menggambar di kertas yang di bawa Chimon dari rumah. “Ini Nanon, ini aku.”
“Aku serem banget masa badanku garis tipis.”
“Ihhh Mon, gabisa gambar Nanonn.”
“Iya, iya.”
Tak lama 15 menit kemudian, pesanan mereka telah sampai. Chimon memesan mochi berbentuk Cinnamoroll berisi coklat dan terdapat buah stroberi di dalamnya dan di temani susu hangat. Sedangkan Nanon, makan kue tart rasa vanilla di hiasi stroberi dan di temani stroberi milkshake.
“Inget makannya jangan berantakan.”
“Iya Nanonn.”
Nanon memasukkan suapan kecil ke mulutnya. “Nanwon apwa ituh enak?” Nanon melihat ke arah Chimon, bibirnya berantakan penuh dengan coklat. “Aduh, makan dulu ya baru ngomong.”
Nanon mengelap bibir Chimon dengan tisu, setelahnya “Tapi Chimon mau, Aaa.”
Nanon hanya menggeleng tersenyum, ia menyuapkan ke dalam mulut Chimon. “Ih enak Nanon.”
Setelah makan mereka keluar
Mereka sekarang menuju ke acara pertunjukkan karnaval. Mereka masuk ke dalam ruangan besar, gelap. “Gelappp. Ini kita mau nonton pertunjukkannya kan Non?”
Nanon mengangguk, mereka duduk di kursi barisan tengah. Acara pertunjukkan sudah dimulai dari satu jam yang lalu. “Ihhh lucu Non.”
“Lucuan yang disitu apa yang di samping kamu?”
“Lucuan, hmmm. Nanon!”
Selama pertunjukkan Chimon heboh karena katanya acaranya lucu. Nanon hanya diam, tapi tetap melihat Chimon agar tak kemana-mana.
Setelah acara selesai, Nanon minta izin ke Chimon, ia ingin ke kamar mandi. “Mon, aku mau ke kamar mandi, jangan kemana-mana ya? Tunggu disini.” Chimon mengangguk setuju.
Nanon segera pergi ke kamar mandi yang jaraknya tak jauh dari tempat pertunjukkan tadi. Tiba-tiba, Chimon menoleh ke arah toko About Cinnamoroll, ia segera melangkahkan kakinya ke arah sana.
10 menit, Nanon akhirnya balik dari kamar mandi dan tak bertemu Chimon sama sekali. Nanon panik Chimon hilang, pertama ia mencari Chimon di tempat pertama kali mereka makan, tapi Chimon tidak ada.
Yang kedua di tempat pertunjukkan, tapi tidak ada. Di tempat wahana bermain, biang lala, komedi putar. Chimon tak ada juga.
Nanon panik setengah mati, ia menelepon 10 kali tapi tidak ada jawaban, ia mengirim chat tapi tak ada jawaban. Nanon akhirnya menoleh ke arah stand yang dimana terdapat balon dan gulali berwarna biru, putih, pink.
Saat ia semakin mendekat ke arah stand itu, ada laki-laki sudah membawa tas kertas dan sedang berjongkok di sebelah bapak-bapak.
“Chimon?”
“Nanonn. Mau makan nggak.”
Nanon memeluk Chimon sangat erat, Chimon yang bingung ia langsung memukul pelan.
“Kenap—.”
“Aaa aku udah nyari kamu kemana-mana, aku kira kamu hilang. Kan udah aku bilang aku cuman ke kamar mandi, tunggu bentar. Nanti kalo ada orang culik kamu, di mintain uang gimana???
“Maaf Nanon.”
Nanon melepaskan pelukannya, tangan kanan ia genggam tangan kecil itu. Dan tangan kiri satunya membayar uang ke bapak tersebut. Bapaknya baik, bahkan ia tidak masalah membuat gulali untuk Chimon, tidak di bayar tidak apa-apa karena Chimon anaknya baik.
“Terima kasih banyak ya pak, maaf membuat repot.”
“Makasih dek, sudah memberi uang. Anaknya baik kok tadi.”
“Iya, makasih banyak pak.”
“Iya, sama-sama dek.”
“Ayo pulang Mon.”
Nanon menarik tangan Chimon untuk pulang. “Nanon, mau beli sweater Cinnamoroll boleh?”
Nanon menganggukkan kepalanya.
Mereka berdua memasuki toko berisi pakaian, dari jaket, hoodie, sweater, celana jeans, celana panjang, celana pendek, dan berbagai kaos lainnya. Chimon sibuk memilih baju. “Nanon mau yang mana?”
“Yang ini.” Nanon sibuk memainkan ponselnya, Chimon takut kalo Nanon bakal marah karena ia hampir ilang. Setelah selesai memilih baju, Nanon mengeluarkan beberapa lembar uang dan mengasih plastik ke Chimon.
Chimon menerima lesu, tangannya masih menggenggam tangan Nanon. “Terima kasih Nanon.”
Jam menunjukkan pukul 5 sore, Nanon menyalakan mobil. Mobil mereka terdengar hening, cuman terdengar lagu-lagu santai. “Nanon.”
“Hmm?”
“Maaf aku hampir hilang, tapi aku tadi liat toko souvenir sama pengen gulali. Maafin aku ga nurut.”
“Iya, gapapa. Aku cuman masih kaget aja. Jangan di ulangi ya.”
“Iya.” Matanya hampir berkaca-kaca. “Kalo mau apa-apa tunggu aku oke? Minta temenin aku oke?.”
“Iya Nanon. Tapi Nanon udah ga marah kan?”
“Aku nggak marah, masih panik aja. Maafin aku kalo kelihatan marah.”
Nanon menarik Chimon untuk peluk. “Udah yuk pulang.”
“Nanti pakai bajunya barengan ya?”
“Baju yang di beli tadi?”
“Iya sayangku.”
end.
—page 25’