Jaemin with baby ♡´・ᴗ・`♡
“APAANSIH NJUN, COK TAWU BANGET!”
“ECHAN YANG COK TAWU!!”
Jaemin pusing, melihat Renjun dan Haechan yang adu mulut karena memperdebatkan makanan kesukaan Jeno.
“Anak-anak” ucap Jaemin menenangkan keadaan sambil menggendong baby Jisung di pangkuannya.
“AYO CINI!!! ECHAN NDAK TAKUT CAMA NJUN!!” ucap Haechan sambil menendang-nendang tidak jelas yang badan gembulnya ditahan oleh Jeno.
“APA?! APAAA?!?!!!” balas Renjun sambil melotot.
Begitulah Renjun, bahkan hari pertama datang ke tempat penitipan anak saja sudah membuat Chenle menangis karena Renjun marah kepadanya.
“Bwa bwa bwa,” celoteh baby Jisung sambil bermain dengan kincringannya, sepertinya ia bahagia melihat para kakaknya berkelahi.
Jaemin pun agak berdiri dengan bertumpu pada kedua lututnya. “Kakak telpon mama papa ya????” ancamnya dengan nada setenang mungkin.
Haechan dan Renjun pun langsung terdiam sambil memanyunkan bibirnya.
“ECHAN DULUAN KAK!” tunjuk Renjun dengan wajah sinis menatap Haechan. Jeno menghela nafas karena ia bisa memprediksi akan ada perang ke dua.
Haechan yang dituduh pun jelas-jelas tidak terima.
“NJUN YANG DULUAN! NJUN COK TAWU!” balas Haechan tidak mau kalah.
Haechan memajukan badannya dengan wajah merah karena marah, sedangkan Renjun pun ikut memajukan badannya.
Chenle yang berada di sudut ruangan melirik hal itu sebentar, setelah itu fokus kembali pada kertas berisikan angka.
Saat ditanya sedang apa, ia menjawab. “Lagi menghitung caham.”
Maklum sih ya :)
Jaemin pun meletakkan baby Jisung di pangkuan Jeno, tersenyum menatap anak kecil tampan itu sambil berkata. “Jagain bentar ya,” ucap Jaemin.
Jeno dengan wajah memerah pun langsung mengangguk, memangku Jisung yang tidak bisa diam dengan susah payah. Amanah Kak Nana harus ia jaga!!
Jaemin menghampiri Haechan dan Renjun yang masih melotot satu sama lain.
“Kalo kalian berantem, Kak Nana sedih loh,” ucap Nana sambil cemberut.
Jeno menoleh dengan wajah terkejut, Baby Jisung menjatuhkan mainannya dengan dramatis, pensil Chenle pun langsung patah seketika.
“NDAKK BOLEHH!” protes Renjun dan Haechan.
Jeno kini mengambil mainan Baby Jisung dan memberikannya kembali ke Baby Jisung.
Jaemin dalam hati tersenyum licik karena rencananya berhasil, kelemahan mereka adalah dirinya.
Haechan dan Renjun langsung memeluk tubuh Jaemin.
“KAK NANA NDAK BOLEH CEDIHH HUWAAA.”
“MAAPIN NJUNNN HUHUHUHU.”
Jaemin memijat dahinya, kini dua bocah yang beradu mulut tadi menangis sambil memeluknya.
Jeno ingin ikut memeluk Jaemin tapi sayangnya karena Jisung masih di pangkuannya, ia jadi susah bergerak.
Sedangkan Chenle sedang perang batin, meraih serutan lalu melanjutkan pekerjaannya atau meninggalkan pekerjaannya lalu menghampiri Jaemin.
Akhirnya pilihannya adalah serutan.
Jaemin kini tersenyum, mengelus pucuk kepala dua bocah gemas yang memeluknya, dengan lembut ia berkata. “Kalian jangan berantem lagi ya, kan kalian teman, jadi teman gak boleh gitu.”
Haechan dan Renjun ingin protes, tapi mengingat kalau Jaemin akan sedih bila mereka berkelahi lagi akhirnya mereka mengangguk.
Jaemin pun memeluk mereka berdua dan lagi-lagi Jeno meraung-raung karena iri.
Jaemin melepaskan pelukannya, menatap kedua bocah di depannya. “Sekarang baikkan, minta maaf satu sama lain.”
Renjun dan Haechan saling lirik, agak lama dan akhirnya mereka menghela nafas. Sama-sama mengulurkan tangan lalu menerima tautan tangan satu sama lain.
“Echan minta maap.”
“Njun juga minta maap.”
Permohonan maaf dengan suara begitu datar dan mimik wajah tidak rela.....
Jaemin bertepuk tangan yang langsung diikuti oleh Jeno, Jisung, dan Chenle.
“Sekarang pelukan,” ucap Jaemin.
Haechan menarik tubuh Renjun kencang sampai berbunyi buk! Renjun menahan ekspresi wajahnya, dengan keras dia menepuk-nepuk punggung Haechan sambil tersenyum manis.
Jaemin yang melihat itu langsung segera memisahkan mereka dengan senyum andalannya supaya mereka luluh.
“Kak Nana,” tiba-tiba Chenle menghampirinya sambil membawa kertas.
Jaemin pun menoleh ke arah Chenle dan menatap kertas yang dibawa bocah China itu.
“Ini apa?” tanya Jaemin yang bingung menatap kertas di depannya.
Penuh coret-coretan pensil yang hanya berisikan angka-angka tidak jelas.
“Lele cudah menghitung biaya pernikahan kita, jadi Kak Nana mau nikah kapan?” tanya Chenle dengan polos.
Baby Jisung dengan wajah marah langsung melempar mainannya ke arah kepala Chenle, dan berhasil kena....
Chenle langsung menangis, Jaemin pun memeluk tubuh Chenle dan mengelus kepala bocah itu sambil membisikkan kata-kata lembut supaya ia tidak menangis.
Akan tetapi, tiba-tiba para bocah yang lainnya ikut menangis. Mereka menangis karena mengira Jaemin menerima lamaran bocah China itu dengan memeluknya.
“NDAK BOLEH! KAK NANA BOLEHNYA NIKAH CAMA ECHAN!”
Renjun yang menangis kini berhenti, menatap Haechan sengit. “KATANYA ECHAN CAMA BULE BULE YANG NAMANYA MAK MAK ITU!”
Haechan pun berhenti menangis dan menatap Renjun tajam.
“NJUN JANGAN NUDUH YA!”
“KEMARIN ECHAN BILANG DIA GANTENG????”
“ECHAN SUKANYA YANG MANIS KAYAK KAK NANA!!!”
“DIH NDAK BOLEH, KAK NANA PUNYA NJUN!”
Akhirnya mereka bergelut di lantai.
Jaemin ingin menengahi tapi Chenle terus menangis sambil memeluknya dengan erat sehingga ia tidak tega.
Padahal sebenarnya Chenle hanya modus.....
Sedangkan Jeno terus menangis sambil memangku Baby Jisung yang bernasib sama sepertinya.
Sudahlah, Jaemin lelah ಥ_ಥ