Ethanist00

PerahuKertas

#PerahuKertas

Seorang pria kecil yang manis duduk dipinggir danau, matanya memperhatikan objek beberapa meter dari tempatnya duduk, pria kecil lain yang tengah bersandar dibawah pohon sambil membaca buku. Terhitung satu minggu sejak kepindahan nya ke daerah ini, ia selalu melihat pria itu disana, duduk dengan tenang dengan bukunya.

“Hoonie mau ngajak kakak itu temenan, tapi gimana caranya ya?” ucapnya pada diri sendiri.

Sunghoon mengetuk telunjuknya didagu sambil menatap langit dan danau bergantian seperti mencari sebuah ide.

“Ah iya!” pekiknya saat merasa mendapat ide, matanya berbinar semangat. Lalu beranjak dari tempatnya dengan berlari.

Heeseung, pria kecil yang sedari tadi sibuk membaca mengangkat pandangannya, pekikan pria manis itu sedikit membuatnya terkejut. Ia memperhatikan bagaimana pria manis itu berlari menjauhi danau dengan semangat. Ia mengendikkan bahunya lalu kembali sibuk membaca bukunya.

Tak sampai 10 menit, Sunghoon kembali dengan membawa kertas dan pensil. Ia menulis beberapa kata pada kertas itu sebelum melipatnya menjadi sebuah perahu kertas. Ia masih sangat hafal bagaimana cara membuatnya, mengingat baru kemarin ibunya mengajarkannya.

Sunghoon menaruh perahu kertas nya diatas danau perlahan sambil sedikit mencuri-curi pandang kearah Heeseung. Setelah memastikan perahu kertasnya mengapung dengan baik, Sunghoon beranjak. Bukan untuk pergi, melainkan untuk bersembunyi dibalik pohon yang tak jauh dari sana.

Heeseung yang sedari tadi melihat lewat ekor matanya sebenarnya sedikit bingung, namun seperti ada sesuatu yang mendorongnya untuk beranjak. Rasa penasaran mungkin? Akhirnya ia menyudahi kegiatan membacanya, memasukkan bukunya kedalam tas lalu bangkit dan berjalan mendekat kearah perahu kertas yang mengapung itu.

Ia melirik kearah Sunghoon yang bersembunyi dibalik pohon lalu tanpa sadar tersenyum, “lucu sekali” pikirnya.

*Tangannya meraih perahu kertas itu, terdapat tulisan buka diluar lipatan kertas itu, ia mengerutkan dahinya tapi tangannya tetap bergerak untuk membukanya.*

Kakak! Mau jadi teman hoonie gak?:(

Heeseung terkekeh, lalu mengalihkan pandangannya kearah pria manis yang masih bersembunyi itu.

“Hei sini, ayo kita berkenalan dulu” panggil Heeseung.

Sunghoon terkejut karena ternyata persembunyian nya diketahui, ia mengedipkan matanya beberapa kali sebelum melangkah pelan sambil menunduk kearah pria yang masih tersenyum menatapnya.

“Siapa namamu?” tanya Heeseung lembut.

“N-namaku Sunghoon, aku kelas 1 sd” jawab Sunghoon masih sambil menunduk.

“Kalau berbicara itu harus menatap lawannya” ucapan Heeseung membuat Sunghoon seketika mengangkat pandangannya.

“M-maafin hoonie, kak”

Saat itulah untuk pertama kalinya kedua netra mereka bertemu, “cantik” adalah kata pertama yang muncul di pikiran Heeseung. Ia terkekeh, pria didepannya ini benar-benar lucu.

“Namaku Heeseung, aku kelas 3” ucapnya sambil mengulurkan tangannya.

Dengan ragu Sunghoon menerima uluran tangan itu.

“Sekarang kita teman” Heeseung berbicara dengan senyum yang terpatri indah dibibirnya.

“Yeey hoonie punya teman!” Sunghoon balas tersenyum sampai memperlihatkan deretan gigi nya yang rapih.

Heeseung sedikit tak percaya pria manis didepannya ini sudah bersekolah, karena demi apapun dia sangat menggemaskan seperti anak berumur 4 tahun.


“Sayang...”

“Apa?! Gausah sayang-sayang” ucap Sunghoon ketus pada pria disebrang sana.

“Jangan marah dong”

“Aku gak marah” ucapnya begitu, tapi bahkan dari nada bicaranya saja pria disebrang sana tau kalau kekasihnya tengah marah.

“Besok kita jalan-jalan deh, atau mau aku kerumah kamu aja terus cuddle seharian?”

“Kakak udah ngomong besok dari seminggu yang lalu ya, udah ah aku males. Besok juga paling gak jadi lagi terus bilang besok lagi, gituu aja teross sampe Gaeul bisa kayang”

Demi apapun, Heeseung disebrang sana berusaha menahan tawanya. Karena jika dia tertawa yang ada Sunghoon akan semakin marah.

“Kali ini beneran, besok aku gak ada jadwal kok. Mau yaa?”

“Gak, besok aku gak bisa”

“Kenapa? Besok kamu kan gak ada jadwal”

Sunghoon merutuki dirinya sendiri yang lupa bahwa kekasihnya itu sudah hafal betul dengan jadwal kuliahnya.

“Mau ngajarin Gaeul kayang!” ucap Sunghoon lalu mematikan sambungan secara sepihak.

Sunghoon membanting tubuhnya ke kasur lalu menendang-nendang udara kosong. Ia kesal, ralat, sangat kesal dengan kekasihnya itu. Sudah nyaris sebulan mereka tak bertemu, saling menghubungi pun jarang.

Seminggu yang lalu Heeseung mengajaknya bertemu, entah kemana pun ia tak tau, yang jelas ia sangat senang. Bahkan jika Heeseung hanya mengajaknya untuk sekedar duduk berdua diatas atap pun ia akan dengan senang hati menyetujuinya. Tapi malah Heeseung membatalkan janjinya karena mendapatkan shift tambahan. Sunghoon masih bisa memaklumi, resiko menjadi pacar dari calon dokter, ya Heeseung saat ini tengah berada dalam masa coass nya. Tapi hari ini lagi-lagi Heeseung membatalkan janjinya. Padahal hari ini adalah hari penting mereka, oh atau mungkin hanya Sunghoon yang menganggap ini penting?

“Masa kak Heeseung lupa sih?! Ishh kesel, pokoknya kesel banget sama kak Heeseung!!” teriakan Sunghoon teredam dalam bantal, ia bisa kena marah ibunya jika benar-benar berteriak.

Suara dering ponsel Sunghoon menginterupsi kegiatannya yang tengah menggerutu. Ia meraba-raba kasurnya guna mencari letak ponselnya, setelah ketemu ia melihat nama Wonie tertera disana, tanpa berpikir 2 kali ia menggeser ikon hijau.

Belum sempat Sunghoon menyapa, suara tangisan sudah terdengar dari sebrang sana, ia sontak terduduk.

“Eh eh kenapa nangis?” tanya Sunghoon sedikit panik.

“Kakak, Wonie abis diputusin, huaaa”

“Loh? Kok bisa? Kemarin masih baik-baik aja kok”

“Gatau lah, kakak tanya aja sama kak Jay nya tuh! Wonie kesel huaa”

Sunghoon semakin panik ketika tangisan Jungwon tambah kencang.

“Kamu mau cerita? Tapi jangan dirumah kamu, kakak lagi males ketemu kak Hee”

“Iyaa huaa kakak tau aja aku mau cerita, di danau ya kak, jam 7”

“Yakin malem-malem gitu? Emang gak diomelin kak Hee?”

“Enggaa kan kak Hee yang nyu— aduh kok aku dicubit sih kak!”

Tut

Sunghoon mengernyitkan dahinya bingung sambil menatap ponselnya yang sudah terputus dari panggilan. Tak lama sebuah pesan notifikasi muncul. Pengirim nya merupakan orang yang sama dengan orang yang menelfon nya barusan.

Wonie Jam 7 ya kak Di danau Kak Hee gak bakal marah kok Jangan lupaa

Sunghoon sedikit bingung dengan sikap aneh calon adik iparnya ini, tapi meskipun begitu jarinya tetap bergerak untuk membalas pesannya untuk menyetujui. Yaa setidaknya bertemu Jungwon mungkin akan sedikit menghibur dirinya sendiri yang masih kesal karena Heeseung.


Mulut Sunghoon terbuka lebar, ia mengedipkan matanya beberapa kali, lalu mengusapnya karena berpikir bahwa apa yang dilihat didepannya hanya ilusi. Atau mungkin dia salah tempat? Tapi tidak mungkin. Oh atau jangan-jangan ada orang lain yang akan memakai tempat ini? Tapi terasa aneh juga. Karena selama ini hanya dia, Heeseung, Jungwon, dan teman-teman mereka saja yang sering mengunjungi danau ini.

Sunghoon melangkah mendekat dengan diselimuti rasa penasaran. Diatas karpet kecil yang dikelilingi banyak lampu, terdapat sebuah perahu kertas yang sudah lusuh, jika lipatannya dibuka bisa dipastikan akan robek. Tapi tanpa dibuka pun Sunghoon tau jika perahu kertas itu adalah miliknya, perahu kertas yang ia buat pertama kali untuk kak Heeseung-nya. Matanya berkaca-kaca, ia tak percaya jika kekasihnya masih menyimpan perahu kertas ini.

Sunghoon mengedarkan pandangannya, berniat mencari keberadaan Heeseung, tapi yang ia temukan malah sebuah perahu kertas dengan hiasan hati diatasnya mengapung diatas danau. Sunghoon melangkah mendekat, tangannya meraih perahu kertas itu, lalu membukanya perlahan.

Hoonie! Mau jadi teman hidup kakak gak?:(

Tanpa sadar air matanya menetes, ia lalu terkekeh. Belum cukup sampai situ, Sunghoon kembali dikejutkan dengan tangan yang menutup kedua matanya. Hanya terkejut, karena ia tau kalau orang itu adalah kekasihnya.

“Hoonie tau kakak sembunyi”

“Seenggaknya aku lebih pinter sembunyi daripada kamu”

Sunghoon membalik tubuhnya setelah Heeseung menurunkan tangan yang menutupi kedua matanya. Sunghoon langsung mengalungkan tangannya dileher Heeseung dan membenamkan wajahnya disana.

Heeseung terkekeh dan balas memeluk pinggang Sunghoon. Heeseung bisa mendengar isakan kecil Sunghoon. Ia mengusap punggung Sunghoon lembut.

“Kok udah nangis sih, aku belum ngomong apa-apa padahal” ucap Heeseung ditengah kekehan nya.

“Diem, gak usah ngomong apa-apa, aku masih marah ya sama kakak”

Bukan karena tak mau mendengar apa yang akan Heeseung katakan, tapi jika Heeseung berbicara lagi ia pasti akan tambah menangis. Heeseung yang paham akhirnya memilih untuk menenangkan kekasih manisnya terlebih dahulu. Tapi sebelum itu ia membuka jaketnya, —sedikit susah karena Sunghoon tak mau melepas pelukannya— menyampirkan jaket itu ditubuh mungil kekasihnya lalu mengeratkan pelukannya agar Sunghoon-nya tak merasa kedinginan.

Setelah tangis Sunghoon mereda, Heeseung mulai membuka suaranya.

“Hoon, aku mau bilang makasih. Makasih karena kamu udah ada diantara milyaran manusia di dunia” bisik Heeseung dengan suara rendahnya.

Sunghoon hanya diam mendengarkan, tak sanggup untuk berbicara.

“Aku juga mau bilang kalo aku bersyukur banget, karena dari milyaran manusia itu, kamu adalah yang dikirim tuhan buat aku jaga. Maaf kalo dulu aku sempet gak peka sama perasaan kamu, gak peka sama perasaan aku sendiri. Aku dulu terlalu bodoh buat paham kalo aku sayang kamu lebih dari sekedar sahabat. Makasih kamu udah mau nunggu aku, aku gak tau gimana jadinya kalo kamu nyerah waktu itu”

Sunghoon terisak lagi, ia semakin melesakkan wajahnya pada perpotongan leher kekasihnya. Heeseung menghela nafas sebentar sebelum melanjutkan kalimat yang ingin dia utarakan.

“Happy anniversary yang ke 6 tahun, Hoonie sayang. Makasih udah bertahan sejauh ini, selalu sabar sama aku yang sering sibuk sampe lupa ngabarin kamu. Pokoknya makasih buat semuanya, terlalu banyak kalo aku sebutin satu-satu”

Heeseung menarik diri untuk melepas pelukannya, ia merapikan jaketnya yang tersampir ditubuh. Tangan Hesseung terangkat untuk mengusap air mata kekasihnya, matanya menatap tepat ke dalam netra Sunghoon, pun senyuman teduh yang tak pernah luntur dari wajahnya.

“Aku mungkin bukan laki-laki yang sempurna, diluar sana banyak yang lebih baik dari aku, tapi aku akan berusaha jadi yang terbaik buat kamu”

Heeseung menurunkan tangannya dari pipi Sunghoon, lalu mengeluarkan sesuatu yang sejak tadi disimpan dikantung celananya. Sebuah kotak beludru berwarna biru tua adalah benda yang Sunghoon lihat, ia membelalak tak percaya. Air matanya kembali turun saat Heeseung membuka kotak itu, sepasang cincin dengan mutiara kecil diatas salah satu cincinnya.

“Kamu akan jadi orang pertama yang aku liat ketika aku bangun pagi, orang terakhir yang aku liat ketika aku tidur malam, orang pertama yang tau semua masalah aku, dan orang yang menjadi alasan aku bahagia. Park Sunghoon, apa kamu mau jadi teman hidup aku?”

Sunghoon menangis, ia menutup mulutnya dengan tangan, lalu mengangguk cepat.

“Aku gak ngerti, jawab dong” Heeseung berniat menggodanya.

“I-iya aku mau, kakak nyebelin banget ih!” ucap Sunghoon cepat lalu kembali memeluk Heeseung erat.

“Ini cincin nya belum kamu pake” ucap Heeseung sambil terkekeh.

“Nanti aja, mukaku lagi jelek, cincin nya kebagusan aku insecure” ucap Sunghoon ditengah isakannya.

“Mana ada, bahkan danau ini aja insecure kalo liat kamu, soalnya kamu terlalu cantik”

“Diem. Gak usah ngomong lagi” Sunghoon semakin melesakkan wajahnya.

Heeseung kembali tertawa. Akhirnya setelah hampir 10 menit tangis Sunghoon reda, tapi pria manis itu masih tak melonggarkan pelukannya sedikit pun.

“Kakak ngelamar aku emang udah direstuin mama sama papa?” tanya Sunghoon.

“Udah dong, nanti setelah kamu lulus kita tinggal nentuin tanggal nikahnya”

“Kalo gitu aku gak bakal ngulang semester lagi”

“Makanya belajar yang rajin, jangan main mulu, dasar trio ubur-ubur”

“Omelin Jay sama Jake tuh yang ngajak main mulu, aku kan kalo diajak gak bakal nolak. Lagian aku ngulang semester bukan karena main mulu, tapi dosbing nya yang ngeselin”

“Hm iya deh, tapi kamu jangan terlalu maksain diri juga ya, belajar sewajarnya aja, jangan sampe sakit. Aku gak bakal kemana-mana kok, akan tetap disini, cuma buat kamu”

“Tuhkan ih kakak mah emang pengen aku nangis terus kayaknya”

“Hahaha iya nih aku diem”

“Kak..”

“Hm?”

“I love you” ucap Sunghoon, mengecup bibir Heeseung kilat lalu kembali membenamkan wajahnya dileher Heeseung.

Heeseung sedikit terkejut, tapi kemudian ia tersenyum, dan engeratkan pelukannya.

“I love you too, more than yesterday, but less than tomorrow” diakhiri dengan sebuah kecupan panjang di kening kekasih manisnya.