fluffypow

Haruto masih memandang asahi tak percaya, mulutnya juga masih sedikit terbuka sejak perkataan yang ia dengar datang bagai petir di hari cerah.

Apa kata sahi? Ini semua junkyu yang suruh? Maksutmu untuk datang ke seoul? Dan sekarang kau sudah di depan sebuah gedung yang ternyata apart beratus ratus juta?? Gila.

“Jadi lo komplotan gitu? Dari kapan hah” suara haruto sedikit meninggi di akhir. Membuat asahi memalingkan pandangannya ke arah pintu lobby yang seolah memanggil mereka cepat masuk. Keadaan mereka sekarang masih di dalam mobil yang menjemput dari bandara tadi. Untunglah supir ini benar benar memiliki akses, jadi mereka tidak usah khawatir akan di klakson karna menutup jalan. Dan juga bangunan ini tak sembarang orang bisa masuk. Lalu apa?

“Ga komplotan. Dia yang minta tolong. Dan ini juga dia baru bilang tadi pas gue ngajak lo. Mendadak kan? Ya marah ke dia coba sana dah dah” asahi masih mencoba menjelaskan dan didorongnya badan panjang itu ke arah pintu, menyuruh keluar. Haru sendiri sedari tadi terus menatap tak percaya-menutup mulut-lalu mengomel-dan kembali memotong ucapan asahi. Begitu terus.

“Apa? Masuk? Ogah” putusnya cepat dengan tangan yang terlipat di dada. Ia masih tak percaya. Hei orang gila mana? Oh tentu saja kim junkyu one and only.

Asahi kembali menghembuskan nafasnya kasar. Lalu beralih menatap supir di depan yang diam. 'gaenak anjir' batinnya.

Tak lama hening,

Tok tok

Kaca mobil posisi haru diketuk pelan. Keduanya menoleh. Dan lihat, cengiran jihoon itu cih.

Supir itu paham, toh tuannya itu fluffies jadi ia pasti membukakan kunci pintu mobil dahulu.

“Heh bocah, masuk sana. Gue udah cape banget lu jangan berantakin dah yak hush sna” kata park jihoon cepat kemudian menarik tungkai lengan panjang itu keluar. Dan berhasil.

“Gak ya anjing lo kira gue barang disuruh dateng segampang itu hab-mpph” haruto terus menyumpah serapahi perlakuan junkyu-yang kemudian dibekap jihoon.

“Masuk. Nih kartu. Lantai 13 pintu putih. Dadah haru” kata jihoon lagi. Sepertinya jihoon ini harus debut aktor deh, dia berkata di awal dengan nada mengintimadasi dan kemudian mendorong dan melambai santai tak lupa senyum pada badan yang berjalan lemas itu. Cepat sekali dia mengontrol muka.

Asahi dan jihoon masih diam sampai kemudian punggung haru benar benar hilang di pintu lift. “Lu cari cara sendiri ya, gue pergi dadah sahii” kata jihoon lagi lalu naik ke taksi yang entah sejak kapan menunggu di belakang mobil asahi.

Asahi diam.

Tik tok tik tok

“Anjing????” Sadarnya kemudian kalau ia ditinggal.


Lantai 12, satu lantai lagi. Haruto sebenernya sedikit gugup. Ia tidak tau apa yang akan ia temui nanti. Dan ia merasa asing disini. Takut pikirnya.

Ting

Lift terbuka. Haruto keluar dengan hela nafas yang semakin berat. Rasanya perutnya itu ikut berputar putar.

Tunggu sebentar. Mana kamarnya? Hey jangan main main!

Oh

Dia kurang berjalan jauh, dan apa ini? Waw selantai hanya diisi tiga kamar dan letaknya saling berjauhan? Dapat dipastikan memang ini unit yang besar. 'chaebol' batinnya.

Kembali ia telusuri lorong beasar itu. Di lantai ini ada 3kamar dan semua warna pintunya berbeda.

“Putih putih oh ini” ucapnya dengan menatap pintu putih yang dimaksut.

“Ekhem. Hahh-haru-hahh. Hm ok udah rapi” dehemnya lalu beralih menetralkan jantung dan kemudian memeriksa hoodie hitamnya. Ah kenapa ia hanya pakai hoodie sih?

Ctak

Pintu terbuka otomatis dengan perlahan setelah ia memerlihatkan kartu kedepan sensor. Ia diam sebentar lalu memberanikan diri masuk.

Lalu berhenti lagi. Tak mungkin kan dia masuk pakai sepatu? Matanya menatap sekitar.

“jangan bilang..” haru sedikit menunduk melihat benda itu. Sandal rumah berbahan bulu putih dengan aksen telinga hewan apa itu? Ah dia tak tahu yang penting bukan kelinci. Dan ada insial H berwarna hitam disana.

“Bodolah anying gue udah dipaksa kesini trobos aelah” acuhnya kemudian. Memakai sandal itu cepat dan mulai menelusuri tempat barunya ini.

Dapur,ruang tv,dan balkon sudah ia susuri semua. Berarti tinggal 4ruangan berpintu yang belum ia coba masuki.

'gede banget sih jadi lama kan. Lagian ngapa dia yang nyuruh kesini tapi gue yang nyari gini maksutnya tuh apa?' gerutunya dalam hati.

Cklek

Rupanya bey cape ngetik, dan di tebakan pintu pertama haruto, ia menemukannya.

Pemuda dengan anting sebelah salib perak yang sedang duduk mengahadap meja set pc yang menyala. Di kepalanya juga masih bertengger sebuah headphone. Tak menghiraukan kedatangannya.

Haruto menahan nafasnya. Degupnya memburu. Padahal ia hanya melangkah patah patah ke arah sudut-menghampiri sosok tadi.

'diam. Tahan. Tarik. Keluarin' huah. Rasanya dadanya akan meledak kalau begini terus. Dan kemudian dengan langkah berani ia mengambil langkah besar, membuat suara tak tak antara kakinya dan lantai semakin terdengar.

Tapi sosok itu masih beku. Tangannya hanya bergerak diatas mouse biru itu. Haruto sudah berdiri tepat dibelakang kursi putarnya, jadi ia bisa lihat apa yang pemuda itu lakukan sampai menghiraukan kehadirannya itu. Yang bisa haru lihat seperti nada notasi lagu? Pokonya semacam itu.

“Ekhem”

Haruto memutar kursi putar itu cepat yang berarti juga Membalikkan badan itu. Dan sekarang ia bisa lihat wajah yang lima hari ini berkeliling dipikarannya sebelum tidur. Lalu tebak apa selanjutnya?

Mata itu terpejam. Tapi berbalik, bibirnya tersenyum penuh. Haru mengernyit.

'PH MAKSUTMU MISKA??' -inner haru

Selama sekian detik haru diam. Masih menatap muka junkyu yang nyengir lebar tapi mata merem. 'kata gue muka lo minta tampol' inner haru lagi.

Dan gerakan selanjutnya membuat junkyu terbahak keras. Kedua tangan lebih tepatnya jari telunjuk haru itu menarik paksa kantong matanyaーmemaksa dibuka.

'“cih” decih haru kecil

Junkyu kembali memasang muka datarnya dan dengan santainya menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi. Menunggu aksi haru selanjutnya.

“Ga kaget...” Kata haru dengan suara rendah dan meraih kedua pergelangan itu. Menariknya sampai si empu berdiri tegak dihadapannya. Junkyu masih diam walaupun sebenarnya ia ingin eum nanti saja.

Dan tanpa junkyu kira, Haru memajukan badannya. Membuat kedua badan mereka menempel.

Dua detik..

Junkyu masih diam. 'jantung gue kalo diafain konser rame kali ya, dugun dugun gini' batin OOT junkyu.

Dirasa memang junkyu tak ada niatan bergerak, haruto menurunkan kepalanya dan menumpunya di bahu junkyu.

15detik mereka mempertahankan posisi ini.

“Oke selesai” bisik junkyu. Dan kemudian tangannya melingkar di badan harunya yang semakin erat setiap sekonnya. Kini haru memilih diam, menutup matanya di bahu junkyu sembari menetralkan jantungnya. Menikmati pelukan dan kecupan kecupan ringan di rambut, telinga dan sedikit lehernya.

Junkyu tak puas hanya mengecupi dan memeluk sendiri begini. Lantas ia angkat tangan haru yang tergantung bebas, dan diarahkannya ke badannya sendiriーnyuruh meluk balik.

“Es krim nya abis gak” suara junkyu memecah keheningan. Sudah cukup waktu mereka terdiam di posisi ini, tapi kedua dari mereka sepertinya tidak mau menyudahinya.

Haru menggeleng lemah. Entah kenapa kepalanya terasa berat dipelukan itu.

Junkyu tertawa kecil. “Gamau tanya apa gituu” tanyanya lagi dengan tangan yang mengusap hoodie itu teratur.

Diam. Tak ada jawaban dari yang ditanya. Lalu junkyu memegang dua lengan itu. Memisahkan badan mereka. Dan kemudian menatap mata yang terlihat sayu itu.

“Sejak kapan?”

“Apanya” jawab haru pelan

“Pakai parfum aku” lanjut junkyu dengan senyum penuh arti

Haruto berpikir sebentar. Oh iya! Ini hoodie yang kemarin dibelikan junkyu saat ia diculik dan kalian tau kan, semua di semprot sama junkyu

“Kamu yang ngasih” pendeknya

“Kenapa mau pakai?” teasing haru still continue..

“Udah dibeliin” pendek haru lagi

“Ya kan bisa pake yang lain” senyuman junkyu semakin lebar melihat muka haru yang mulai ditekuk

“hem” haru hanya membaladnya dengan dehaman. Dan memajukan badannya lagiーmau peluk. Tapi tidak dengan junkyu yang lalu duduk di kursinya lagi.

“Apa? Aku mau duduk capek berdiri” jelas junkyu saat mata haru menatapnya lekat

“Kenapa? mau kayak tadi lagi?” Goda junkyu lagi.

Ya ampun

Haruto tak sadar mengangguk. Dan dengan cepat menggeleng dengan mata mebesar. 'keceplosan anying'

“Bilang dulu dong” kata junkyu lagi. 'Seru juga ganggu hawu' pikirnya

“cepet” haru capek mau balik

“Bilang kangen pake cara sendiri dong” smirk nakal junkyu

Haruto bergeming sesaat. Lalu mengarahkan pandangannya ke kamar kyu. Rapih, dengan dominasi warna krem dan coklat kayu.

“Gatau caranya” cicit haru kemudian. Ia tak dapat ide.

Sedang junkyu sendiri menahan gemasnya melihat itu semua.

Haru menatap junkyu tepat di manik matanya. Baik, junkyu ga bisa diginiin.

Ia beranjak dan meraih sebelah tangan itu. Lalu mendudukkan haru diujung kasur.

“Siap siap” kata junkyu lagi yang hanya dibalas tatapan bingung haru.

Dan kemudian, junkyu yang dalam posisi berdiri, menubrukkan badan itu keras sampai haruto jatuh dibawahnya. Memeluknya lebih erat dari sebelumnya.

“aakkk kkkhh” suara aneh haru saat dada nya ditindih dan lehernya dipeluk erat. Sebenarnya dia mau ketawa tapi ya gabisa.

Tangan haru naik keatas dan membelai shirt hitam itu pelan.

“Udah nerima kan?” Suara lembut junkyu menariknya kembali ke dunia, padahal haru sedikit lagi melewati jembatan mimpi.

Haruto lelah, diluar juga hari sudah gelap. Jadi ia hanya menggerakkan kepalanya asal. Junkyu terkekeh melihat itu. Jadi dia hanya tetap mengusap kepala itu lembut, ia tahu haru butuh itu.

Dan tak lama haru yang jatuh tertidur di pelukan hangat itu.

(hikd bey jga mau ngerasainT-T)

Junkyu menyingkirkan poni yang perlahan jatuh mengahalangi wajah pacarnya itu. Ekhem.

Ia betah melihat wajah yang bagaimana bernafas teratur dengan indahnya ini.

“Tiap hari kayak gini yuk” ucapnya pada udara kosong.

“Nanti kita ngebo bareng wkwk” lanjutnya dengan tawa menyadari sepertinya ia yang harus lebih lambat tidur jika mau melihat pemandangan ini. Secara seorang kim junkyu yang tak pernah bangun pagi.

“Pokonya ini kim haru punya kim junkyu” ucapnya lagi setelah beberapa saat. Dan mengecup pelipis itu serta menahannya selama beberapa detik sebelum kembali memundurkan wajahnya.


(Kembali dan nyeritain asahi yang tadi di tinggal jihoon ya)

Entah asahi juga tak tahu kenapa ia tetap masuk ke apart ini. Setelah tadi turun dan meminta bantuan supir untuk meminta guest card ke resepsionis, ia hanya terus menyelusuri gedung mewah ini. Lumayan, di setiap dindingnya ada lukisan jadi asahi betah betah saja melihatnya.

Sudah sekitar 2jam dia naik turun lantai tak menentu, dan sekarang ia terhampar di minimarket yang ada di lantai 3.

“Ga nyangka..tapi ga kaget” ucapnya datar saat asal memencet lantai eh malah menemukan minimarket didalam apartemen. 'lucky me' inner asahi.

Berjalan di samping rak rak. Lalu mengambil satu dan membaca komposisisnya lalu menaruhnya kembali tanpa niat membeli. Iya, asahi doang.

Saat matanya menangkap kotak kotak strawberry merah itu matanya sedikit berbinar. Setelah memastikan kalau ia sudah cukup lama berkelilingーbiar haru dan kyu punya waktuーia pikir cukup, sepertinya dia sudah bisa naik. Kemana? Unit fluffies lah! Dia kan belom dikasi kartu ama junkyu kalo kalian lupa.

Setelah mengambil 4kotak strawberry tadi dengan santainya asahi berjalan ke kasir.

Oh ya, asahi pintar berbahasa korea kalau kalian bingung. Kenapa? Tuntutan pekerjaan.

Dan...sial.

“Wah maaf hyung ini beda mata uang” ucap kasir itu. Pasalnya asahi memberikan uang kertas yen di negara yang menggunakan won.

Asahi memerah sampai telinga seutuhnya. Malu banget.

“Oh ya aku guest. Nih kamar putih lantai 13. Nanti tagih kesana aja deh, bisa gak?” Bisik asahi pelan, malu kalo sampai terdengar pada orang yang mengantri dibelakangnya.

“Sebentar. Lantai 13 kamar putih. Oh mereka gak ngaktifin sebagian fasilitas disini” kata kasir itu lagi sesudah mengecek data kamar di komputer. Tak usah heran, semua apartemen di gangnam seperti ini.

Asahi udah misuh misuh aja dalam hati. 'junkyu tolol sedunia tolol tolol to-'

“Mba satu kotak banana uyu ke kamar, yang biasa. Sama ini sekalian strawberry punya eum stranger-ssi ini. Berapa semua?” Kata seorang yang daritadi melihat pernegoan dan mengantri dibelakang asahi.

“Oh sekalian? Semua 21.000 won jaehyuk-ssi” total kasir itu. Ia sudah hapal dengan pelanggan yang tiap 5hari sekali dan hanya untuk sekotak banana uyu itu.

Asahi dibuat melongo. Tapi dengan cepat ia menunduk. Telinganya pasti memerah, sial.

“Oke mba. Diantar ke atas ya” ucap pemuda yang disebut jaehyuk itu. Kemudian dibalas anggukan oleh si kasir.

Tangan pemuda itu meraih bag paper barang asahi dan membawanya keluar.

Asahi masih diam menatap semua itu. 'ni gimana anjrot'

Dan dengan terburu ia mengejar dan menghalangi jalan pemuda itu. “Ekhem. Ee stranger-ssi makasih sudah membantu, saya mau permisi” kata asahi dengan bakor yang lancar serta gestur ingin meraih paper bag itu.

“Emang gue bilang mau ngasih? Kan cuma bayar” suara pemuda itu.

“Jaehyuk. Yoon jaehyuk. Bukan stranger” tambahnya

Asahi menatap tak percaya ke pemuda di hadapannya. Wah bnar benar..

“Oh kalau begitu saya permisi yoon jaehyuk-ssi” pamit asahi dengan penekanan serta senyum terpaksanya.

'gue ngidam berry si anying' inner sahi

“Eh eh canda doang, jadi siapa stranger-ssi?” Suara yoonjaehyuk jaehyuk itu terdengar lagi.

Asahi hanya menatap datar pemuda itu. Apa yang dia inginkan?

“Saya beritahu nama lalu kau beri berry itu?” Tanya asahi pada akhirnya

“Oke baik. Ini. Jadi siapa?” Putus jaehyuk memberikan paper bag itu.

“Hamada. Just hamada. Thxx u yoon-ssi” asahi ingin cepat pergi dari orang aneh ini.

Jaehyuk memasang senyumnya. Hamada 'is he japanese?' innernya.

Dan asahi yang kemudian lepas dari sekitar jaehyuk menghela nafas lega. “Awas aja lo kim junkyu”

Tak lama kemudian.

“Eh hamada-ssi kia bertemu lagi. eoh apakah kau penghuni baru? Mau naik keatas? Lantai berapa?” Sialnya, asahi kembali bertemu pria ini. Tapi asahi mencoba acuh dan langsung masuk ke dalam lift dan yang ternyata si jehyok jeyok itu ikut masuk!!

Sudah mau marah saja asahi. Tapi ia ingat, ia guest disini. 'abis ambil kartu gue porotin tuh makhluk' batinnya kesal, ini semua karna junkyu!

Jaehyuk hanya senyum perkatannya mengapung di udara kosong. Tapi kemudian ia melotot saat mau menyentuh tombol lantai, tapi sudah terpencet.

Yang berarti...lantai yang ia dan hamada tuju, itu sama.

Jaehyuk semakin melebarkan senyumnya, tapi menutupnya dengan kepalan tangan. Tak mahu dikatai orang gila sama orang yang menarik perhatiannya.

Sampai di angka 13, lift terbuka. Jaehyuk membirakan hamada keluar terlebih dahulu. Sementara asahi yang sekarang mencari wujud pintu putih merasa janggal.

“Yak! Kau menguntitku???” Tuduh asahi langsung.

Jaehyuk yang dituding seperti itu gelagapan. Membuat asahi semakin membulatkan matanya.

“Tt-tidak bukan seperti itu aku ti-” jaehyuk patah patah

“AAAAA-mmph huek” teriak asahi dengan tidak malunya tapi kemudian di bekap tangan besar itu. Tak lama ia menghempaskannya dan membuang semua udara tersisa di paru parunya.

“Sshht aku tinggal disana. Pintu hitam” jelas jaehyuk cepat sambil menunjuk pintu yang dimaksut. Dari jarak segini, mereka bisa merasakan nafas masing masing.

“Agh jangan ikuti pokonya” ucapan asahi entah kenapa membuat jaehyuk malah ingin mengikutinya.

“GUE BILANG. JANGAN MENDEKAT.” Teriak asahi saat ia berjalan ke pintu putih tergesa, tapi dibelakangnya jaehyuk memasang kuda kuda untuk mengejarnya.

Jaehyuk ingin tertawa melihat wajah setengah merah itu. Lucu. Jadi ia semakin mempercepat langkahnya.

Asahi benar benar melotot sekarang. Jadi ia sepenuhnya berlari di lorong luas ini dan mengetuk keras pintu unit junkyu. Kartu yang ia miliki dari resepsionis itu hanya akses lift, tidak untuk masuk kamar.

DOK DOK DOK DOK

“AAAAA KIM JUNKYUUU”

DOK DOK DOK

Gedoran asahi semakin kencang tapi malah membuat senyum jaehyuk terpampang jelas. Hey apakah dia psikopat?

Cklek

Suara itu membuat asahi mebalikkan badannya cepat. Lalu tanpa sadar menempelkan badannya ke junkyuーorang yang membuka pintuーmencari perlindungan. Ia sudah terlampau takut.

Junkyu kaget dengan gerakan tetiba itu. Tapi kemudian “oh annyeong jaehyuk-ssi, ada apa ini?” Tanya junkyu dengan bahasa formal nya.

“eoh ternyata hamada mau ke unit mu. Anyyeong david-ssi, ah maaf tapi tak ada apa apa” balas jaehyuk dengan senyum manisnya.

Asahi yang melihat dua orang itu saling menyapa, kemudian jatuh,kehilangan kesadarannya.


Huwaa ini panjang banget kan? Kerasa gak feel nya? Harus kerasa aku aja nulisnya nahan gemes :'0.

OKE JANGAN LUPA FEEDBACK UNTUK 2530 a.k.a 2,5+k word ini yaa, love u all♡

Haruto masih memandang asahi tak percaya, mulutnya juga masih sedikit terbuka sejak perkataan yang ia dengar datang bagai petir di hari cerah.

Apa kata sahi? Ini semua junkyu yang suruh? Maksutmu untuk datang ke seoul? Dan sekarang kau sudah di depan sebuah gedung yang ternyata apart beratus ratus juta?? Gila.

“Jadi lo komplotan gitu? Dari kapan hah” suara haruto sedikit meninggi di akhir. Membuat asahi memalingkan pandangannya ke arah pintu lobby yang seolah memanggil mereka cepat masuk. Keadaan mereka sekarang masih di dalam mobil yang menjemput dari bandara tadi. Untunglah supir ini benar benar memiliki akses, jadi mereka tidak usah khawatir akan di klakson karna menutup jalan. Dan juga bangunan ini tak sembarang orang bisa masuk. Lalu apa?

“Ga komplotan. Dia yang minta tolong. Dan ini juga dia baru bilang tadi pas gue ngajak lo. Mendadak kan? Ya marah ke dia coba sana dah dah” asahi masih mencoba menjelaskan dan didorongnya badan panjang itu ke arah pintu, menyuruh keluar. Haru sendiri sedari tadi terus menatap tak percaya-menutup mulut-lalu mengomel-dan kembali memotong ucapan asahi. Begitu terus.

“Apa? Masuk? Ogah” putusnya cepat dengan tangan yang terlipat di dada. Ia masih tak percaya. Hei orang gila mana? Oh tentu saja kim junkyu one and only.

Asahi kembali menghembuskan nafasnya kasar. Lalu beralih menatap supir di depan yang diam. 'gaenak anjir' batinnya.

Tak lama hening,

Tok tok

Kaca mobil posisi haru diketuk pelan. Keduanya menoleh. Dan lihat, cengiran jihoon itu cih.

Supir itu paham, toh tuannya itu fluffies jadi ia pasti membukakan kunci pintu mobil dahulu.

“Heh bocah, masuk sana. Gue udah cape banget lu jangan berantakin dah yak hush sna” kata park jihoon cepat kemudian menarik tungkai lengan panjang itu keluar. Dan berhasil.

“Gak ya anjing lo kira gue barang disuruh dateng segampang itu hab-mpph” haruto terus menyumpah serapahi perlakuan junkyu-yang kemudian dibekap jihoon.

“Masuk. Nih kartu. Lantai 13 pintu putih. Dadah haru” kata jihoon lagi. Sepertinya jihoon ini harus debut aktor deh, dia berkata di awal dengan nada mengintimadasi dan kemudian mendorong dan melambai santai tak lupa senyum pada badan yang berjalan lemas itu. Cepat sekali dia mengontrol muka.

Asahi dan jihoon masih diam sampai kemudian punggung haru benar benar hilang di pintu lift. “Lu cari cara sendiri ya, gue pergi dadah sahii” kata jihoon lagi lalu naik ke taksi yang entah sejak kapan menunggu di belakang mobil asahi.

Asahi diam.

Tik tok tik tok

“Anjing????” Sadarnya kemudian kalau ia ditinggal.


Lantai 12, satu lantai lagi. Haruto sebenernya sedikit gugup. Ia tidak tau apa yang akan ia temui nanti. Dan ia merasa asing disini. Takut pikirnya.

Ting

Lift terbuka. Haruto keluar dengan hela nafas yang semakin berat. Rasanya perutnya itu ikut berputar putar.

Tunggu sebentar. Mana kamarnya? Hey jangan main main!

Oh

Dia kurang berjalan jauh, dan apa ini? Waw selantai hanya diisi tiga kamar dan letaknya saling berjauhan? Dapat dipastikan memang ini unit yang besar. 'chaebol' batinnya.

Kembali ia telusuri lorong beasar itu. Di lantai ini ada 3kamar dan semua warna pintunya berbeda.

“Putih putih oh ini” ucapnya dengan menatap pintu putih yang dimaksut.

“Ekhem. Hahh-haru-hahh. Hm ok udah rapi” dehemnya lalu beralih menetralkan jantung dan kemudian memeriksa hoodie hitamnya. Ah kenapa ia hanya pakai hoodie sih?

Ctak

Pintu terbuka otomatis dengan perlahan setelah ia memerlihatkan kartu kedepan sensor. Ia diam sebentar lalu memberanikan diri masuk.

Lalu berhenti lagi. Tak mungkin kan dia masuk pakai sepatu? Matanya menatap sekitar.

“jangan bilang..” haru sedikit menunduk melihat benda itu. Sandal rumah berbahan bulu putih dengan aksen telinga hewan apa itu? Ah dia tak tahu yang penting bukan kelinci. Dan ada insial H berwarna hitam disana.

“Bodolah anying gue udah dipaksa kesini trobos aelah” acuhnya kemudian. Memakai sandal itu cepat dan mulai menelusuri tempat barunya ini.

Dapur,ruang tv,dan balkon sudah ia susuri semua. Berarti tinggal 4ruangan berpintu yang belum ia coba masuki.

'gede banget sih jadi lama kan. Lagian ngapa dia yang nyuruh kesini tapi gue yang nyari gini maksutnya tuh apa?' gerutunya dalam hati.

Cklek

Rupanya bey cape ngetik, dan di tebakan pintu pertama haruto, ia menemukannya.

Pemuda dengan anting sebelah salib perak yang sedang duduk mengahadap meja set pc yang menyala. Di kepalanya juga masih bertengger sebuah headphone. Tak menghiraukan kedatangannya.

Haruto menahan nafasnya. Degupnya memburu. Padahal ia hanya melangkah patah patah ke arah sudut-menghampiri sosok tadi.

'diam. Tahan. Tarik. Keluarin' huah. Rasanya dadanya akan meledak kalau begini terus. Dan kemudian dengan langkah berani ia mengambil langkah besar, membuat suara tak tak antara kakinya dan lantai semakin terdengar.

Tapi sosok itu masih beku. Tangannya hanya bergerak diatas mouse biru itu. Haruto sudah berdiri tepat dibelakang kursi putarnya, jadi ia bisa lihat apa yang pemuda itu lakukan sampai menghiraukan kehadirannya itu. Yang bisa haru lihat seperti nada notasi lagu? Pokonya semacam itu.

“Ekhem”

Haruto memutar kursi putar itu cepat yang berarti juga Membalikkan badan itu. Dan sekarang ia bisa lihat wajah yang lima hari ini berkeliling dipikarannya sebelum tidur. Lalu tebak apa selanjutnya?

Mata itu terpejam. Tapi berbalik, bibirnya tersenyum penuh. Haru mengernyit.

'PH MAKSUTMU MISKA??' -inner haru

Selama sekian detik haru diam. Masih menatap muka junkyu yang nyengir lebar tapi mata merem. 'kata gue muka lo minta tampol' inner haru lagi.

Dan gerakan selanjutnya membuat junkyu terbahak keras. Kedua tangan lebih tepatnya jari telunjuk haru itu menarik paksa kantong matanyaーmemaksa dibuka.

'“cih” decih haru kecil

Junkyu kembali memasang muka datarnya dan dengan santainya menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi. Menunggu aksi haru selanjutnya.

“Ga kaget...” Kata haru dengan suara rendah dan meraih kedua pergelangan itu. Menariknya sampai si empu berdiri tegak dihadapannya. Junkyu masih diam walaupun sebenarnya ia ingin eum nanti saja.

Dan tanpa junkyu kira, Haru memajukan badannya. Membuat kedua badan mereka menempel.

Dua detik..

Junkyu masih diam. 'jantung gue kalo diafain konser rame kali ya, dugun dugun gini' batin OOT junkyu.

Dirasa memang junkyu tak ada niatan bergerak, haruto menurunkan kepalanya dan menumpunya di bahu junkyu.

15detik mereka mempertahankan posisi ini.

“Oke selesai” bisik junkyu. Dan kemudian tangannya melingkar di badan harunya yang semakin erat setiap sekonnya. Kini haru memilih diam, menutup matanya di bahu junkyu sembari menetralkan jantungnya. Menikmati pelukan dan kecupan kecupan ringan di rambut, telinga dan sedikit lehernya.

Junkyu tak puas hanya mengecupi dan memeluk sendiri begini. Lantas ia angkat tangan haru yang tergantung bebas, dan diarahkannya ke badannya sendiriーnyuruh meluk balik.

“Es krim nya abis gak” suara junkyu memecah keheningan. Sudah cukup waktu mereka terdiam di posisi ini, tapi kedua dari mereka sepertinya tidak mau menyudahinya.

Haru menggeleng lemah. Entah kenapa kepalanya terasa berat dipelukan itu.

Junkyu tertawa kecil. “Gamau tanya apa gituu” tanyanya lagi dengan tangan yang mengusap hoodie itu teratur.

Diam. Tak ada jawaban dari yang ditanya. Lalu junkyu memegang dua lengan itu. Memisahkan badan mereka. Dan kemudian menatap mata yang terlihat sayu itu.

“Sejak kapan?”

“Apanya” jawab haru pelan

“Pakai parfum aku” lanjut junkyu dengan senyum penuh arti

Haruto berpikir sebentar. Oh iya! Ini hoodie yang kemarin dibelikan junkyu saat ia diculik dan kalian tau kan, semua di semprot sama junkyu

“Kamu yang ngasih” pendeknya

“Kenapa mau pakai?” teasing haru still continue..

“Udah dibeliin” pendek haru lagi

“Ya kan bisa pake yang lain” senyuman junkyu semakin lebar melihat muka haru yang mulai ditekuk

“hem” haru hanya membaladnya dengan dehaman. Dan memajukan badannya lagiーmau peluk. Tapi tidak dengan junkyu yang lalu duduk di kursinya lagi.

“Apa? Aku mau duduk capek berdiri” jelas junkyu saat mata haru menatapnya lekat

“Kenapa? mau kayak tadi lagi?” Goda junkyu lagi.

Ya ampun

Haruto tak sadar mengangguk. Dan dengan cepat menggeleng dengan mata mebesar. 'keceplosan anying'

“Bilang dulu dong” kata junkyu lagi. 'Seru juga ganggu hawu' pikirnya

“cepet” haru capek mau balik

“Bilang kangen pake cara sendiri dong” smirk nakal junkyu

Haruto bergeming sesaat. Lalu mengarahkan pandangannya ke kamar kyu. Rapih, dengan dominasi warna krem dan coklat kayu.

“Gatau caranya” cicit haru kemudian. Ia tak dapat ide.

Sedang junkyu sendiri menahan gemasnya melihat itu semua.

Haru menatap junkyu tepat di manik matanya. Baik, junkyu ga bisa diginiin.

Ia beranjak dan meraih sebelah tangan itu. Lalu mendudukkan haru diujung kasur.

“Siap siap” kata junkyu lagi yang hanya dibalas tatapan bingung haru.

Dan kemudian, junkyu yang dalam posisi berdiri, menubrukkan badan itu keras sampai haruto jatuh dibawahnya. Memeluknya lebih erat dari sebelumnya.

“aakkk kkkhh” suara aneh haru saat dada nya ditindih dan lehernya dipeluk erat. Sebenarnya dia mau ketawa tapi ya gabisa.

Tangan haru naik keatas dan membelai shirt hitam itu pelan.

“Udah nerima kan?” Suara lembut junkyu menariknya kembali ke dunia, padahal haru sedikit lagi melewati jembatan mimpi.

Haruto lelah, diluar juga hari sudah gelap. Jadi ia hanya menggerakkan kepalanya asal. Junkyu terkekeh melihat itu. Jadi dia hanya tetap mengusap kepala itu lembut, ia tahu haru butuh itu.

Dan tak lama haru yang jatuh tertidur di pelukan hangat itu.

(hikd bey jga mau ngerasainT-T)

Junkyu menyingkirkan poni yang perlahan jatuh mengahalangi wajah pacarnya itu. Ekhem.

Ia betah melihat wajah yang bagaimana bernafas teratur dengan indahnya ini.

“Tiap hari kayak gini yuk” ucapnya pada udara kosong.

“Nanti kita ngebo bareng wkwk” lanjutnya dengan tawa menyadari sepertinya ia yang harus lebih lambat tidur jika mau melihat pemandangan ini. Secara seorang kim junkyu yang tak pernah bangun pagi.

“Pokonya ini kim haru punya kim junkyu” ucapnya lagi setelah beberapa saat. Dan mengecup pelipis itu serta menahannya selama beberapa detik sebelum kembali memundurkan wajahnya.


(Kembali dan nyeritain asahi yang tadi di tinggal jihoon ya)

Entah asahi juga tak tahu kenapa ia tetap masuk ke apart ini. Setelah tadi turun dan meminta bantuan supir untuk meminta guest card ke resepsionis, ia hanya terus menyelusuri gedung mewah ini. Lumayan, di setiap dindingnya ada lukisan jadi asahi betah betah saja melihatnya.

Sudah sekitar 2jam dia naik turun lantai tak menentu, dan sekarang ia terhampar di minimarket yang ada di lantai 3.

“Ga nyangka..tapi ga kaget” ucapnya datar saat asal memencet lantai eh malah menemukan minimarket didalam apartemen. 'lucky me' inner asahi.

Berjalan di samping rak rak. Lalu mengambil satu dan membaca komposisisnya lalu menaruhnya kembali tanpa niat membeli. Iya, asahi doang.

Saat matanya menangkap kotak kotak strawberry merah itu matanya sedikit berbinar. Setelah memastikan kalau ia sudah cukup lama berkelilingーbiar haru dan kyu punya waktuーia pikir cukup, sepertinya dia sudah bisa naik. Kemana? Unit fluffies lah! Dia kan belom dikasi kartu ama junkyu kalo kalian lupa.

Setelah mengambil 4kotak strawberry tadi dengan santainya asahi berjalan ke kasir.

Oh ya, asahi pintar berbahasa korea kalau kalian bingung. Kenapa? Tuntutan pekerjaan.

Dan...sial.

“Wah maaf hyung ini beda mata uang” ucap kasir itu. Pasalnya asahi memberikan uang kertas yen di negara yang menggunakan won.

Asahi memerah sampai telinga seutuhnya. Malu banget.

“Oh ya aku guest. Nih kamar putih lantai 13. Nanti tagih kesana aja deh, bisa gak?” Bisik asahi pelan, malu kalo sampai terdengar pada orang yang mengantri dibelakangnya.

“Sebentar. Lantai 13 kamar putih. Oh mereka gak ngaktifin sebagian fasilitas disini” kata kasir itu lagi sesudah mengecek data kamar di komputer. Tak usah heran, semua apartemen di gangnam seperti ini.

Asahi udah misuh misuh aja dalam hati. 'junkyu tolol sedunia tolol tolol to-'

“Mba satu kotak banana uyu ke kamar, yang biasa. Sama ini sekalian strawberry punya eum stranger-ssi ini. Berapa semua?” Kata seorang yang daritadi melihat pernegoan dan mengantri dibelakang asahi.

“Oh sekalian? Semua 21.000 won jaehyuk-ssi” total kasir itu. Ia sudah hapal dengan pelanggan yang tiap 5hari sekali dan hanya untuk sekotak banana uyu itu.

Asahi dibuat melongo. Tapi dengan cepat ia menunduk. Telinganya pasti memerah, sial.

“Oke mba. Diantar ke atas ya” ucap pemuda yang disebut jaehyuk itu. Kemudian dibalas anggukan oleh si kasir.

Tangan pemuda itu meraih bag paper barang asahi dan membawanya keluar.

Asahi masih diam menatap semua itu. 'ni gimana anjrot'

Dan dengan terburu ia mengejar dan menghalangi jalan pemuda itu. “Ekhem. Ee stranger-ssi makasih sudah membantu, saya mau permisi” kata asahi dengan bakor yang lancar serta gestur ingin meraih paper bag itu.

“Emang gue bilang mau ngasih? Kan cuma bayar” suara pemuda itu.

“Jaehyuk. Yoon jaehyuk. Buka stranger” tambahnya

Asahi menatap tak percaya ke pemuda di hadapannya. Wah bnar benar..

“Oh kalau begitu saya permisi yoon jaehyuk-ssi” pamit asahi dengan penekanan serta senyum terpaksanya.

'gue ngidam berry si anying' inner sahi

“Eh eh canda doang, jadi siapa stranger-ssi?” Suara yoonjaehyuk jaehyuk itu terdengar lagi.

Asahi hanya menatap datar pemuda itu. Apa yang dia inginkan?

“Saya beritahu nama lalu kau beri berry itu?” Tanya asahi pada akhirnya

“Oke baik. Ini. Jadi siapa?” Putus jaehyuk memberikan paper bag itu.

“Hamada. Just hamada. Thxx u yoon-ssi” asahi ingin cepat pergi dari orang aneh ini.

Jaehyuk memasang senyumnya. Hamada 'is he japanese?' innernya.

Dan asahi yang kemudian lepas dari sekitar jaehyuk menghela nafas lega. “Awas aja lo kim junkyu”

Tak lama kemudian.

“Eh hamada-ssi kia bertemu lagi. eoh apakah kau penghuni baru? Mau naik keatas? Lantai berapa?” Sialnya, asahi kembali bertemu pria ini. Tapi asahi mencoba acuh dan langsung masuk ke dalam lift dan yang ternyata si jehyok jeyok itu ikut masuk!!

Sudah mau marah saja asahi. Tapi ia ingat, ia guest disini. 'abis ambil kartu gue porotin tuh makhluk' batinnya kesal, ini semua karna junkyu!

Jaehyuk hanya senyum perkatannya mengapung di udara kosong. Tapi kemudian ia melotot saat mau menyentuh tombol lantai, tapi sudah terpencet.

Yang berarti...lantai yang ia dan hamada tuju, itu sama.

Jaehyuk semakin melebarkan senyumnya, tapi menutupnya dengan kepalan tangan. Tak mahu dikatai orang gila sama orang yang menarik perhatiannya.

Sampai di angka 13, lift terbuka. Jaehyuk membirakan hamada keluar terlebih dahulu. Sementara asahi yang sekarang mencari wujud pintu putih merasa janggal.

“Yak! Kau menguntitku???” Tuduh asahi langsung.

Jaehyuk yang dituding seperti itu gelagapan. Membuat asahi semakin membulatkan matanya.

“Tt-tidak bukan seperti itu aku ti-” jaehyuk patah patah

“AAAAA-mmph huek” teriak asahi dengan tidak malunya tapi kemudian di bekap tangan besar itu. Tak lama ia menghempaskannya dan membuang semua udara tersisa di paru parunya.

“Sshht aku tinggal disana. Pintu hitam” jelas jaehyuk cepat sambil menunjuk pintu yang dimaksut. Dari jarak segini, mereka bisa merasakan nafas masing masing.

“Agh jangan ikuti pokonya” ucapan asahi entah kenapa membuat jaehyuk malah ingin mengikutinya.

“GUE BILANG. JANGAN MENDEKAT.” Teriak asahi saat ia berjalan ke pintu putih tergesa, tapi dibelakangnya jaehyuk memasang kuda kuda untuk mengejarnya.

Jaehyuk ingin tertawa melihat wajah setengah merah itu. Lucu. Jadi ia semakin mempercepat langkahnya.

Asahi benar benar melotot sekarang. Jadi ia sepenuhnya berlari di lorong luas ini dan mengetuk keras pintu unit junkyu. Kartu yang ia miliki dari resepsionis itu hanya akses lift, tidak untuk masuk kamar.

DOK DOK DOK DOK

“AAAAA KIM JUNKYUUU”

DOK DOK DOK

Gedoran asahi semakin kencang tapi malah membuat senyum jaehyuk terpampang jelas. Hey apakah dia psikopat?

Cklek

Suara itu membuat asahi mebalikkan badannya cepat. Lalu tanpa sadar menempelkan badannya ke junkyuーorang yang membuka pintuーmencari perlindungan. Ia sudah terlampau takut.

Junkyu kaget dengan gerakan tetiba itu. Tapi kemudian “oh annyeong jaehyuk-ssi, ada apa ini?” Tanya junkyu dengan bahasa formal nya.

“eoh ternyata hamada mau ke unit mu. Anyyeong david-ssi, ah maaf tapi tak ada apa apa” balas jaehyuk dengan senyum manisnya.

Asahi yang melihat dua orang itu saling menyapa, kemudian jatuh,kehilangan kesadarannya.


Huwaa ini panjang banget kan? Kerasa gak feel nya? Harus kerasa aku aja nulisnya nahan gemes :'0.

OKE JANGAN LUPA FEEDBACK UNTUK 2530 a.k.a 2,5+k word ini yaa, love u all♡

Haruto masih memandang asahi tak percaya, mulutnya juga masih sedikit terbuka sejak perkataan yang ia dengar datang bagai petir di hari cerah.

Apa kata sahi? Ini semua junkyu yang suruh? Maksutmu untuk datang ke seoul? Dan sekarang kau sudah di depan sebuah gedung yang ternyata apart beratus ratus juta?? Gila.

“Jadi lo komplotan gitu? Dari kapan hah” suara haruto sedikit meninggi di akhir. Membuat asahi memalingkan pandangannya ke arah pintu lobby yang seolah memanggil mereka cepat masuk. Keadaan mereka sekarang masih di dalam mobil yang menjemput dari bandara tadi. Untunglah supir ini benar benar memiliki akses, jadi mereka tidak usah khawatir akan di klakson karna menutup jalan. Dan juga bangunan ini tak sembarang orang bisa masuk. Lalu apa?

“Ga komplotan. Dia yang minta tolong. Dan ini juga dia baru bilang tadi pas gue ngajak lo. Mendadak kan? Ya marah ke dia coba sana dah dah” asahi masih mencoba menjelaskan dan didorongnya badan panjang itu ke arah pintu, menyuruh keluar. Haru sendiri sedari tadi terus menatap tak percaya-menutup mulut-lalu mengomel-dan kembali memotong ucapan asahi. Begitu terus.

“Apa? Masuk? Ogah” putusnya cepat dengan tangan yang terlipat di dada. Ia masih tak percaya. Hei orang gila mana? Oh tentu saja kim junkyu one and only.

Asahi kembali menghembuskan nafasnya kasar. Lalu beralih menatap supir di depan yang diam. 'gaenak anjir' batinnya.

Tak lama hening,

Tok tok

Kaca mobil posisi haru diketuk pelan. Keduanya menoleh. Dan lihat, cengiran jihoon itu cih.

Supir itu paham, toh tuannya itu fluffies jadi ia pasti membukakan kunci pintu mobil dahulu.

“Heh bocah, masuk sana. Gue udah cape banget lu jangan berantakin dah yak hush sna” kata park jihoon cepat kemudian menarik tungkai lengan panjang itu keluar. Dan berhasil.

“Gak ya anjing lo kira gue barang disuruh dateng segampang itu hab-mpph” haruto terus menyumpah serapahi perlakuan junkyu-yang kemudian dibekap jihoon.

“Masuk. Nih kartu. Lantai 13 pintu putih. Dadah haru” kata jihoon lagi. Sepertinya jihoon ini harus debut aktor deh, dia berkata di awal dengan nada mengintimadasi dan kemudian mendorong dan melambai santai tak lupa senyum pada badan yang berjalan lemas itu. Cepat sekali dia mengontrol muka.

Asahi dan jihoon masih diam sampai kemudian punggung haru benar benar hilang di pintu lift. “Lu cari cara sendiri ya, gue pergi dadah sahii” kata jihoon lagi lalu naik ke taksi yang entah sejak kapan menunggu di belakang mobil asahi.

Asahi diam.

Tik tok tik tok

“Anjing????” Sadarnya kemudian kalau ia ditinggal.


Lantai 12, satu lantai lagi. Haruto sebenernya sedikit gugup. Ia tidak tau apa yang akan ia temui nanti. Dan ia merasa asing disini. Takut pikirnya.

Ting

Lift terbuka. Haruto keluar dengan hela nafas yang semakin berat. Rasanya perutnya itu ikut berputar putar.

Tunggu sebentar. Mana kamarnya? Hey jangan main main!

Oh

Dia kurang berjalan jauh, dan apa ini? Waw selantai hanya diisi tiga kamar dan letaknya saling berjauhan? Dapat dipastikan memang ini unit yang besar. 'chaebol' batinnya.

Kembali ia telusuri lorong beasar itu. Di lantai ini ada 3kamar dan semua warna pintunya berbeda.

“Putih putih oh ini” ucapnya dengan menatap pintu putih yang dimaksut.

“Ekhem. Hahh-haru-hahh. Hm ok udah rapi” dehemnya lalu beralih menetralkan jantung dan kemudian memeriksa hoodie hitamnya. Ah kenapa ia hanya pakai hoodie sih?

Ctak

Pintu terbuka otomatis dengan perlahan setelah ia memerlihatkan kartu kedepan sensor. Ia diam sebentar lalu memberanikan diri masuk.

Lalu berhenti lagi. Tak mungkin kan dia masuk pakai sepatu? Matanya menatap sekitar.

“jangan bilang..” haru sedikit menunduk melihat benda itu. Sandal rumah berbahan bulu putih dengan aksen telinga hewan apa itu? Ah dia tak tahu yang penting bukan kelinci. Dan ada insial H berwarna hitam disana.

“Bodolah anying gue udah dipaksa kesini trobos aelah” acuhnya kemudian. Memakai sandal itu cepat dan mulai menelusuri tempat barunya ini.

Dapur,ruang tv,dan balkon sudah ia susuri semua. Berarti tinggal 4ruangan berpintu yang belum ia coba masuki.

'gede banget sih jadi lama kan. Lagian ngapa dia yang nyuruh kesini tapi gue yang nyari gini maksutnya tuh apa?' gerutunya dalam hati.

Cklek

Rupanya bey cape ngetik, dan di tebakan pintu pertama haruto, ia menemukannya.

Pemuda dengan anting sebelah salib perak yang sedang duduk mengahadap meja set pc yang menyala. Di kepalanya juga masih bertengger sebuah headphone. Tak menghiraukan kedatangannya.

Haruto menahan nafasnya. Degupnya memburu. Padahal ia hanya melangkah patah patah ke arah sudut-menghampiri sosok tadi.

'diam. Tahan. Tarik. Keluarin' huah. Rasanya dadanya akan meledak kalau begini terus. Dan kemudian dengan langkah berani ia mengambil langkah besar, membuat suara tak tak antara kakinya dan lantai semakin terdengar.

Tapi sosok itu masih beku. Tangannya hanya bergerak diatas mouse biru itu. Haruto sudah berdiri tepat dibelakang kursi putarnya, jadi ia bisa lihat apa yang pemuda itu lakukan sampai menghiraukan kehadirannya itu. Yang bisa haru lihat seperti nada notasi lagu? Pokonya semacam itu.

“Ekhem”

Haruto memutar kursi putar itu cepat yang berarti juga Membalikkan badan itu. Dan sekarang ia bisa lihat wajah yang lima hari ini berkeliling dipikarannya sebelum tidur. Lalu tebak apa selanjutnya?

Mata itu terpejam. Tapi berbalik, bibirnya tersenyum penuh. Haru mengernyit.

'PH MAKSUTMU MISKA??' -inner haru

Selama sekian detik haru diam. Masih menatap muka junkyu yang nyengir lebar tapi mata merem. 'kata gue muka lo minta tampol' inner haru lagi.

Dan gerakan selanjutnya membuat junkyu terbahak keras. Kedua tangan lebih tepatnya jari telunjuk haru itu menarik paksa kantong matanyaーmemaksa dibuka.

'“cih” decih haru kecil

Junkyu kembali memasang muka datarnya dan dengan santainya menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi. Menunggu aksi haru selanjutnya.

“Ga kaget...” Kata haru dengan suara rendah dan meraih kedua pergelangan itu. Menariknya sampai si empu berdiri tegak dihadapannya. Junkyu masih diam walaupun sebenarnya ia ingin eum nanti saja.

Dan tanpa junkyu kira, Haru memajukan badannya. Membuat kedua badan mereka menempel.

Dua detik..

Junkyu masih diam. 'jantung gue kalo diafain konser rame kali ya, dugun dugun gini' batin OOT junkyu.

Dirasa memang junkyu tak ada niatan bergerak, haruto menurunkan kepalanya dan menumpunya di bahu junkyu.

15detik mereka mempertahankan posisi ini.

“Oke selesai” bisik junkyu. Dan kemudian tangannya melingkar di badan harunya yang semakin erat setiap sekonnya. Kini haru memilih diam, menutup matanya di bahu junkyu sembari menetralkan jantungnya. Menikmati pelukan dan kecupan kecupan ringan di rambut, telinga dan sedikit lehernya.

Junkyu tak puas hanya mengecupi dan memeluk sendiri begini. Lantas ia angkat tangan haru yang tergantung bebas, dan diarahkannya ke badannya sendiriーnyuruh meluk balik.

“Es krim nya abis gak” suara junkyu memecah keheningan. Sudah cukup waktu mereka terdiam di posisi ini, tapi kedua dari mereka sepertinya tidak mau menyudahinya.

Haru menggeleng lemah. Entah kenapa kepalanya terasa berat dipelukan itu.

Junkyu tertawa kecil. “Gamau tanya apa gituu” tanyanya lagi dengan tangan yang mengusap hoodie itu teratur.

Diam. Tak ada jawaban dari yang ditanya. Lalu junkyu memegang dua lengan itu. Memisahkan badan mereka. Dan kemudian menatap mata yang terlihat sayu itu.

“Sejak kapan?”

“Apanya” jawab haru pelan

“Pakai parfum aku” lanjut junkyu dengan senyum penuh arti

Haruto berpikir sebentar. Oh iya! Ini hoodie yang kemarin dibelikan junkyu saat ia diculik dan kalian tau kan, semua di semprot sama junkyu

“Kamu yang ngasih” pendeknya

“Kenapa mau pakai?” teasing haru still continue..

“Udah dibeliin” pendek haru lagi

“Ya kan bisa pake yang lain” senyuman junkyu semakin lebar melihat muka haru yang mulai ditekuk

“hem” haru hanya membaladnya dengan dehaman. Dan memajukan badannya lagiーmau peluk. Tapi tidak dengan junkyu yang lalu duduk di kursinya lagi.

“Apa? Aku mau duduk capek berdiri” jelas junkyu saat mata haru menatapnya lekat

“Kenapa? mau kayak tadi lagi?” Goda junkyu lagi.

Ya ampun

Haruto tak sadar mengangguk. Dan dengan cepat menggeleng dengan mata mebesar. 'keceplosan anying'

“Bilang dulu dong” kata junkyu lagi. 'Seru juga ganggu hawu' pikirnya

“cepet” haru capek mau balik

“Bilang kangen pake cara sendiri dong” smirk nakal junkyu

Haruto bergeming sesaat. Lalu mengarahkan pandangannya ke kamar kyu. Rapih, dengan dominasi warna krem dan coklat kayu.

“Gatau caranya” cicit haru kemudian. Ia tak dapat ide.

Sedang junkyu sendiri menahan gemasnya melihat itu semua.

Haru menatap junkyu tepat di manik matanya. Baik, junkyu ga bisa diginiin.

Ia beranjak dan meraih sebelah tangan itu. Lalu mendudukkan haru diujung kasur.

“Siap siap” kata junkyu lagi yang hanya dibalas tatapan bingung haru.

Dan kemudian, junkyu yang dalam posisi berdiri, menubrukkan badan itu keras sampai haruto jatuh dibawahnya. Memeluknya lebih erat dari sebelumnya.

“aakkk kkkhh” suara aneh haru saat dada nya ditindih dan lehernya dipeluk erat. Sebenarnya dia mau ketawa tapi ya gabisa.

Tangan haru naik keatas dan membelai shirt hitam itu pelan.

“Udah nerima kan?” Suara lembut junkyu menariknya kembali ke dunia, padahal haru sedikit lagi melewati jembatan mimpi.

Haruto lelah, diluar juga hari sudah gelap. Jadi ia hanya menggerakkan kepalanya asal. Junkyu terkekeh melihat itu. Jadi dia hanya tetap mengusap kepala itu lembut, ia tahu haru butuh itu.

Dan tak lama haru yang jatuh tertidur di pelukan hangat itu.

(hikd bey jga mau ngerasainT-T)

Junkyu menyingkirkan poni yang perlahan jatuh mengahalangi wajah pacarnya itu. Ekhem.

Ia betah melihat wajah yang bagaimana bernafas teratur dengan indahnya ini.

“Tiap hari kayak gini yuk” ucapnya pada udara kosong.

“Nanti kita ngebo bareng wkwk” lanjutnya dengan tawa menyadari sepertinya ia yang harus lebih lambat tidur jika mau melihat pemandangan ini. Secara seorang kim junkyu yang tak pernah bangun pagi.

“Pokonya ini kim haru punya kim junkyu” ucapnya lagi setelah beberapa saat. Dan mengecup pelipis itu serta menahannya selama beberapa detik sebelum kembali memundurkan wajahnya.


(Kembali dan nyeritain asahi yang tadi di tinggal jihoon ya)

Entah asahi juga tak tahu kenapa ia tetap masuk ke apart ini. Setelah tadi turun dan meminta bantuan supir untuk meminta guest card ke resepsionis, ia hanya terus menyelusuri gedung mewah ini. Lumayan, di setiap dindingnya ada lukisan jadi asahi betah betah saja melihatnya.

Sudah sekitar 2jam dia naik turun lantai tak menentu, dan sekarang ia terhampar di minimarket yang ada di lantai 3.

“Ga nyangka..tapi ga kaget” ucapnya datar saat asal memencet lantai eh malah menemukan minimarket didalam apartemen. 'lucky me' inner asahi.

Berjalan di samping rak rak. Lalu mengambil satu dan membaca komposisisnya lalu menaruhnya kembali tanpa niat membeli. Iya, asahi doang.

Saat matanya menangkap kotak kotak strawberry merah itu matanya sedikit berbinar. Setelah memastikan kalau ia sudah cukup lama berkelilingーbiar haru dan kyu punya waktuーia pikir cukup, sepertinya dia sudah bisa naik. Kemana? Unit fluffies lah! Dia kan belom dikasi kartu ama junkyu kalo kalian lupa.

Setelah mengambil 4kotak strawberry tadi dengan santainya asahi berjalan ke kasir.

Oh ya, asahi pintar berbahasa korea kalau kalian bingung. Kenapa? Tuntutan pekerjaan.

Dan...sial.

“Wah maaf hyung ini beda mata uang” ucap kasir itu. Pasalnya asahi memberikan uang kertas yen di negara yang menggunakan won.

Asahi memerah sampai telinga seutuhnya. Malu banget.

“Oh ya aku guest. Nih kamar putih lantai 13. Nanti tagih kesana aja deh, bisa gak?” Bisik asahi pelan, malu kalo sampai terdengar pada orang yang mengantri dibelakangnya.

“Sebentar. Lantai 13 kamar putih. Oh mereka gak ngaktifin sebagian fasilitas disini” kata kasir itu lagi sesudah mengecek data kamar di komputer. Tak usah heran, semua apartemen di gangnam seperti ini.

Asahi udah misuh misuh aja dalam hati. 'junkyu tolol sedunia tolol tolol to-'

“Mba satu kotak banana uyu ke kamar, yang biasa. Sama ini sekalian strawberry punya eum stranger-ssi ini. Berapa semua?” Kata seorang yang daritadi melihat pernegoan dan mengantri dibelakang asahi.

“Oh sekalian? Semua 21.000 won jaehyuk-ssi” total kasir itu. Ia sudah hapal dengan pelanggan yang tiap 5hari sekali dan hanya untuk sekotak banana uyu itu.

Asahi dibuat melongo. Tapi dengan cepat ia menunduk. Telinganya pasti memerah, sial.

“Oke mba. Diantar ke atas ya” ucap pemuda yang disebut jaehyuk itu. Kemudian dibalas anggukan oleh si kasir.

Tangan pemuda itu meraih bag paper barang asahi dan membawanya keluar.

Asahi masih diam menatap semua itu. 'ni gimana anjrot'

Dan dengan terburu ia mengejar dan menghalangi jalan pemuda itu. “Ekhem. Ee stranger-ssi makasih sudah membantu, saya mau permisi” kata asahi dengan bakor yang lancar serta gestur ingin meraih paper bag itu.

“Emang gue bilang mau ngasih? Kan cuma bayar” suara pemuda itu.

“Jaehyuk. Yoon jaehyuk. Buka stranger” tambahnya

Asahi menatap tak percaya ke pemuda di hadapannya. Wah bnar benar..

“Oh kalau begitu saya permisi yoon jaehyuk-ssi” pamit asahi dengan penekanan serta senyum terpaksanya.

'gue ngidam berry si anying' inner sahi

“Eh eh canda doang, jadi siapa stranger-ssi?” Suara yoonjaehyuk jaehyuk itu terdengar lagi.

Asahi hanya menatap datar pemuda itu. Apa yang dia inginkan?

“Saya beritahu nama lalu kau beri berry itu?” Tanya asahi pada akhirnya

“Oke baik. Ini. Jadi siapa?” Putus jaehyuk memberikan paper bag itu.

“Hamada. Just hamada. Thxx u yoon-ssi” asahi ingin cepat pergi dari orang aneh ini.

Jaehyuk memasang senyumnya. Hamada 'is he japanese?' innernya.

Dan asahi yang kemudian lepas dari sekitar jaehyuk menghela nafas lega. “Awas aja lo kim junkyu”

Tak lama kemudian.

“Eh hamada-ssi kia bertemu lagi. eoh apakah kau penghuni baru? Mau naik keatas? Lantai berapa?” Sialnya, asahi kembali bertemu pria ini. Tapi asahi mencoba acuh dan langsung masuk ke dalam lift dan yang ternyata si jehyok jeyok itu ikut masuk!!

Sudah mau marah saja asahi. Tapi ia ingat, ia guest disini. 'abis ambil kartu gue porotin tuh makhluk' batinnya kesal, ini semua karna junkyu!

Jaehyuk hanya senyum perkatannya mengapung di udara kosong. Tapi kemudian ia melotot saat mau menyentuh tombol lantai, tapi sudah terpencet.

Yang berarti...lantai yang ia dan hamada tuju, itu sama.

Jaehyuk semakin melebarkan senyumnya, tapi menutupnya dengan kepalan tangan. Tak mahu dikatai orang gila sama orang yang menarik perhatiannya.

Sampai di angka 13, lift terbuka. Jaehyuk membirakan hamada keluar terlebih dahulu. Sementara asahi yang sekarang mencari wujud pintu putih merasa janggal.

“Yak! Kau menguntitku???” Tuduh asahi langsung.

Jaehyuk yang dituding seperti itu gelagapan. Membuat asahi semakin membulatkan matanya.

“Tt-tidak bukan seperti itu aku ti-” jaehyuk patah patah

“AAAAA-mmph huek” teriak asahi dengan tidak malunya tapi kemudian di bekap tangan besar itu. Tak lama ia menghempaskannya dan membuang semua udara tersisa di paru parunya.

“Sshht aku tinggal disana. Pintu hitam” jelas jaehyuk cepat sambil menunjuk pintu yang dimaksut. Dari jarak segini, mereka bisa merasakan nafas masing masing.

“Agh jangan ikuti pokonya” ucapan asahi entah kenapa membuat jaehyuk malah ingin mengikutinya.

“GUE BILANG. JANGAN MENDEKAT.” Teriak asahi saat ia berjalan ke pintu putih tergesa, tapi dibelakangnya jaehyuk memasang kuda kuda untuk mengejarnya.

Jaehyuk ingin tertawa melihat wajah setengah merah itu. Lucu. Jadi ia semakin mempercepat langkahnya.

Asahi benar benar melotot sekarang. Jadi ia sepenuhnya berlari di lorong luas ini dan mengetuk keras pintu unit junkyu. Kartu yang ia miliki dari resepsionis itu hanya akses lift, tidak untuk masuk kamar.

DOK DOK DOK DOK

“AAAAA KIM JUNKYUUU”

DOK DOK DOK

Gedoran asahi semakin kencang tapi malah membuat senyum jaehyuk terpampang jelas. Hey apakah dia psikopat?

Cklek

Suara itu membuat asahi mebalikkan badannya cepat. Lalu tanpa sadar menempelkan badannya ke junkyuーorang yang membuka pintuーmencari perlindungan. Ia sudah terlampau takut.

Junkyu kaget dengan gerakan tetiba itu. Tapi kemudian “oh annyeong jaehyuk-ssi, ada apa ini?” Tanya junkyu dengan bahasa formal nya.

“eoh ternyata hamada mau ke unit mu. Anyyeong david-ssi, ah maaf tapi tak ada apa apa” balas jaehyuk dengan senyum manisnya.

Asahi yang melihat dua orang itu saling menyapa, kemudian jatuh,kehilangan kesadarannya.


Huwaa ini panjang banget kan? Kerasa gak feel nya? Harus kerasa aku aja nulisnya nahan gemes :'0.

OKE JANGAN LUPA FEEDBACK UNTUK 2530 a.k.a 2,5+k word ini yaa, love u all♡

Haruto masih memandang asahi tak percaya, mulutnya juga masih sedikit terbuka sejak perkataan yang ia dengar datang bagai petir di hari cerah.

Apa kata sahi? Ini semua junkyu yang suruh? Maksutmu untuk datang ke seoul? Dan sekarang kau sudah di depan sebuah gedung yang ternyata apart beratus ratus juta?? Gila.

“Jadi lo komplotan gitu? Dari kapan hah” suara haruto sedikit meninggi di akhir. Membuat asahi memalingkan pandangannya ke arah pintu lobby yang seolah memanggil mereka cepat masuk. Keadaan mereka sekarang masih di dalam mobil yang menjemput dari bandara tadi. Untunglah supir ini benar benar memiliki akses, jadi mereka tidak usah khawatir akan di klakson karna menutup jalan. Dan juga bangunan ini tak sembarang orang bisa masuk. Lalu apa?

“Ga komplotan. Dia yang minta tolong. Dan ini juga dia baru bilang tadi pas gue ngajak lo. Mendadak kan? Ya marah ke dia coba sana dah dah” asahi masih mencoba menjelaskan dan didorongnya badan panjang itu ke arah pintu, menyuruh keluar. Haru sendiri sedari tadi terus menatap tak percaya-menutup mulut-lalu mengomel-dan kembali memotong ucapan asahi. Begitu terus.

“Apa? Masuk? Ogah” putusnya cepat dengan tangan yang terlipat di dada. Ia masih tak percaya. Hei orang gila mana? Oh tentu saja kim junkyu one and only.

Asahi kembali menghembuskan nafasnya kasar. Lalu beralih menatap supir di depan yang diam. 'gaenak anjir' batinnya.

Tak lama hening,

Tok tok

Kaca mobil posisi haru diketuk pelan. Keduanya menoleh. Dan lihat, cengiran jihoon itu cih.

Supir itu paham, toh tuannya itu fluffies jadi ia pasti membukakan kunci pintu mobil dahulu.

“Heh bocah, masuk sana. Gue udah cape banget lu jangan berantakin dah yak hush sna” kata park jihoon cepat kemudian menarik tungkai lengan panjang itu keluar. Dan berhasil.

“Gak ya anjing lo kira gue barang disuruh dateng segampang itu hab-mpph” haruto terus menyumpah serapahi perlakuan junkyu-yang kemudian dibekap jihoon.

“Masuk. Nih kartu. Lantai 13 pintu putih. Dadah haru” kata jihoon lagi. Sepertinya jihoon ini harus debut aktor deh, dia berkata di awal dengan nada mengintimadasi dan kemudian mendorong dan melambai santai tak lupa senyum pada badan yang berjalan lemas itu. Cepat sekali dia mengontrol muka.

Asahi dan jihoon masih diam sampai kemudian punggung haru benar benar hilang di pintu lift. “Lu cari cara sendiri ya, gue pergi dadah sahii” kata jihoon lagi lalu naik ke taksi yang entah sejak kapan menunggu di belakang mobil asahi.

Asahi diam.

Tik tok tik tok

“Anjing????” Sadarnya kemudian kalau ia ditinggal.


Lantai 12, satu lantai lagi. Haruto sebenernya sedikit gugup. Ia tidak tau apa yang akan ia temui nanti. Dan ia merasa asing disini. Takut pikirnya.

Ting

Lift terbuka. Haruto keluar dengan hela nafas yang semakin berat. Rasanya perutnya itu ikut berputar putar.

Tunggu sebentar. Mana kamarnya? Hey jangan main main!

Oh

Dia kurang berjalan jauh, dan apa ini? Waw selantai hanya diisi tiga kamar dan letaknya saling berjauhan? Dapat dipastikan memang ini unit yang besar. 'chaebol' batinnya.

Kembali ia telusuri lorong beasar itu. Di lantai ini ada 3kamar dan semua warna pintunya berbeda.

“Putih putih oh ini” ucapnya dengan menatap pintu putih yang dimaksut.

“Ekhem. Hahh-haru-hahh. Hm ok udah rapi” dehemnya lalu beralih menetralkan jantung dan kemudian memeriksa hoodie hitamnya. Ah kenapa ia hanya pakai hoodie sih?

Ctak

Pintu terbuka otomatis dengan perlahan setelah ia memerlihatkan kartu kedepan sensor. Ia diam sebentar lalu memberanikan diri masuk.

Lalu berhenti lagi. Tak mungkin kan dia masuk pakai sepatu? Matanya menatap sekitar.

“jangan bilang..” haru sedikit menunduk melihat benda itu. Sandal rumah berbahan bulu putih dengan aksen telinga hewan apa itu? Ah dia tak tahu yang penting bukan kelinci. Dan ada insial H berwarna hitam disana.

“Bodolah anying gue udah dipaksa kesini trobos aelah” acuhnya kemudian. Memakai sandal itu cepat dan mulai menelusuri tempat barunya ini.

Dapur,ruang tv,dan balkon sudah ia susuri semua. Berarti tinggal 4ruangan berpintu yang belum ia coba masuki.

'gede banget sih jadi lama kan. Lagian ngapa dia yang nyuruh kesini tapi gue yang nyari gini maksutnya tuh apa?' gerutunya dalam hati.

Cklek

Rupanya bey cape ngetik, dan di tebakan pintu pertama haruto, ia menemukannya.

Pemuda dengan anting sebelah salib perak yang sedang duduk mengahadap meja set pc yang menyala. Di kepalanya juga masih bertengger sebuah headphone. Tak menghiraukan kedatangannya.

Haruto menahan nafasnya. Degupnya memburu. Padahal ia hanya melangkah patah patah ke arah sudut-menghampiri sosok tadi.

'diam. Tahan. Tarik. Keluarin' huah. Rasanya dadanya akan meledak kalau begini terus. Dan kemudian dengan langkah berani ia mengambil langkah besar, membuat suara tak tak antara kakinya dan lantai semakin terdengar.

Tapi sosok itu masih beku. Tangannya hanya bergerak diatas mouse biru itu. Haruto sudah berdiri tepat dibelakang kursi putarnya, jadi ia bisa lihat apa yang pemuda itu lakukan sampai menghiraukan kehadirannya itu. Yang bisa haru lihat seperti nada notasi lagu? Pokonya semacam itu.

“Ekhem”

Haruto memutar kursi putar itu cepat yang berarti juga Membalikkan badan itu. Dan sekarang ia bisa lihat wajah yang lima hari ini berkeliling dipikarannya sebelum tidur. Lalu tebak apa selanjutnya?

Mata itu terpejam. Tapi berbalik, bibirnya tersenyum penuh. Haru mengernyit.

'PH MAKSUTMU MISKA??' -inner haru

Selama sekian detik haru diam. Masih menatap muka junkyu yang nyengir lebar tapi mata merem. 'kata gue muka lo minta tampol' inner haru lagi.

Dan gerakan selanjutnya membuat junkyu terbahak keras. Kedua tangan lebih tepatnya jari telunjuk haru itu menarik paksa kantong matanyaーmemaksa dibuka.

'“cih” decih haru kecil

Junkyu kembali memasang muka datarnya dan dengan santainya menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi. Menunggu aksi haru selanjutnya.

“Ga kaget...” Kata haru dengan suara rendah dan meraih kedua pergelangan itu. Menariknya sampai si empu berdiri tegak dihadapannya. Junkyu masih diam walaupun sebenarnya ia ingin eum nanti saja.

Dan tanpa junkyu kira, Haru memajukan badannya. Membuat kedua badan mereka menempel.

Dua detik..

Junkyu masih diam. 'jantung gue kalo diafain konser rame kali ya, dugun dugun gini' batin OOT junkyu.

Dirasa memang junkyu tak ada niatan bergerak, haruto menurunkan kepalanya dan menumpunya di bahu junkyu.

15detik mereka mempertahankan posisi ini.

“Oke selesai” bisik junkyu. Dan kemudian tangannya melingkar di badan harunya yang semakin erat setiap sekonnya. Kini haru memilih diam, menutup matanya di bahu junkyu sembari menetralkan jantungnya. Menikmati pelukan dan kecupan kecupan ringan di rambut, telinga dan sedikit lehernya.

Junkyu tak puas hanya mengecupi dan memeluk sendiri begini. Lantas ia angkat tangan haru yang tergantung bebas, dan diarahkannya ke badannya sendiriーnyuruh meluk balik.

“Es krim nya abis gak” suara junkyu memecah keheningan. Sudah cukup waktu mereka terdiam di posisi ini, tapi kedua dari mereka sepertinya tidak mau menyudahinya.

Haru menggeleng lemah. Entah kenapa kepalanya terasa berat dipelukan itu.

Junkyu tertawa kecil. “Gamau tanya apa gituu” tanyanya lagi dengan tangan yang mengusap hoodie itu teratur.

Diam. Tak ada jawaban dari yang ditanya. Lalu junkyu memegang dua lengan itu. Memisahkan badan mereka. Dan kemudian menatap mata yang terlihat sayu itu.

“Sejak kapan?”

“Apanya” jawab haru pelan

“Pakai parfum aku” lanjut junkyu dengan senyum penuh arti

Haruto berpikir sebentar. Oh iya! Ini hoodie yang kemarin dibelikan junkyu saat ia diculik dan kalian tau kan, semua di semprot sama junkyu

“Kamu yang ngasih” pendeknya

“Kenapa mau pakai?” teasing haru still continue..

“Udah dibeliin” pendek haru lagi

“Ya kan bisa pake yang lain” senyuman junkyu semakin lebar melihat muka haru yang mulai ditekuk

“hem” haru hanya membaladnya dengan dehaman. Dan memajukan badannya lagiーmau peluk. Tapi tidak dengan junkyu yang lalu duduk di kursinya lagi.

“Apa? Aku mau duduk capek berdiri” jelas junkyu saat mata haru menatapnya lekat

“Kenapa? mau kayak tadi lagi?” Goda junkyu lagi.

Ya ampun

Haruto tak sadar mengangguk. Dan dengan cepat menggeleng dengan mata mebesar. 'keceplosan anying'

“Bilang dulu dong” kata junkyu lagi. 'Seru juga ganggu hawu' pikirnya

“cepet” haru capek mau balik

“Bilang kangen pake cara sendiri dong” smirk nakal junkyu

Haruto bergeming sesaat. Lalu mengarahkan pandangannya ke kamar kyu. Rapih, dengan dominasi warna krem dan coklat kayu.

“Gatau caranya” cicit haru kemudian. Ia tak dapat ide.

Sedang junkyu sendiri menahan gemasnya melihat itu semua.

Haru menatap junkyu tepat di manik matanya. Baik, junkyu ga bisa diginiin.

Ia beranjak dan meraih sebelah tangan itu. Lalu mendudukkan haru diujung kasur.

“Siap siap” kata junkyu lagi yang hanya dibalas tatapan bingung haru.

Dan kemudian, junkyu yang dalam posisi berdiri, menubrukkan badan itu keras sampai haruto jatuh dibawahnya. Memeluknya lebih erat dari sebelumnya.

“aakkk kkkhh” suara aneh haru saat dada nya ditindih dan lehernya dipeluk erat. Sebenarnya dia mau ketawa tapi ya gabisa.

Tangan haru naik keatas dan membelai shirt hitam itu pelan.

“Udah nerima kan?” Suara lembut junkyu menariknya kembali ke dunia, padahal haru sedikit lagi melewati jembatan mimpi.

Haruto lelah, diluar juga hari sudah gelap. Jadi ia hanya menggerakkan kepalanya asal. Junkyu terkekeh melihat itu. Jadi dia hanya tetap mengusap kepala itu lembut, ia tahu haru butuh itu.

Dan tak lama haru yang jatuh tertidur di pelukan hangat itu.

(hikd bey jga mau ngerasainT-T)

Junkyu menyingkirkan poni yang perlahan jatuh mengahalangi wajah pacarnya itu. Ekhem.

Ia betah melihat wajah yang bagaimana bernafas teratur dengan indahnya ini.

“Tiap hari kayak gini yuk” ucapnya pada udara kosong.

“Nanti kita ngebo bareng wkwk” lanjutnya dengan tawa menyadari sepertinya ia yang harus lebih lambat tidur jika mau melihat pemandangan ini. Secara seorang kim junkyu yang tak pernah bangun pagi.

“Pokonya ini kim haru punya kim junkyu” ucapnya lagi setelah beberapa saat. Dan mengecup pelipis itu serta menahannya selama beberapa detik sebelum kembali memundurkan wajahnya.


(Kembali dan nyeritain asahi yang tadi di tinggal jihoon ya)

Entah asahi juga tak tahu kenapa ia tetap masuk ke apart ini. Setelah tadi turun dan meminta bantuan supir untuk meminta guest card ke resepsionis, ia hanya terus menyelusuri gedung mewah ini. Lumayan, di setiap dindingnya ada lukisan jadi asahi betah betah saja melihatnya.

Sudah sekitar 2jam dia naik turun lantai tak menentu, dan sekarang ia terhampar di minimarket yang ada di lantai 3.

“Ga nyangka..tapi ga kaget” ucapnya datar saat asal memencet lantai eh malah menemukan minimarket didalam apartemen. 'lucky me' inner asahi.

Berjalan di samping rak rak. Lalu mengambil satu dan membaca komposisisnya lalu menaruhnya kembali tanpa niat membeli. Iya, asahi doang.

Saat matanya menangkap kotak kotak strawberry merah itu matanya sedikit berbinar. Setelah memastikan kalau ia sudah cukup lama berkelilingーbiar haru dan kyu punya waktuーia pikir cukup, sepertinya dia sudah bisa naik. Kemana? Unit fluffies lah! Dia kan belom dikasi kartu ama junkyu kalo kalian lupa.

Setelah mengambil 4kotak strawberry tadi dengan santainya asahi berjalan ke kasir.

Oh ya, asahi pintar berbahasa korea kalau kalian bingung. Kenapa? Tuntutan pekerjaan.

Dan...sial.

“Wah maaf hyung ini beda mata uang” ucap kasir itu. Pasalnya asahi memberikan uang kertas yen di negara yang menggunakan won.

Asahi memerah sampai telinga seutuhnya. Malu banget.

“Oh ya aku guest. Nih kamar putih lantai 13. Nanti tagih kesana aja deh, bisa gak?” Bisik asahi pelan, malu kalo sampai terdengar pada orang yang mengantri dibelakangnya.

“Sebentar. Lantai 13 kamar putih. Oh mereka gak ngaktifin sebagian fasilitas disini” kata kasir itu lagi sesudah mengecek data kamar di komputer. Tak usah heran, semua apartemen di gangnam seperti ini.

Asahi udah misuh misuh aja dalam hati. 'junkyu tolol sedunia tolol tolol to-'

“Mba satu kotak banana uyu ke kamar, yang biasa. Sama ini sekalian strawberry punya eum stranger-ssi ini. Berapa semua?” Kata seorang yang daritadi melihat pernegoan dan mengantri dibelakang asahi.

“Oh sekalian? Semua 21.000 won jaehyuk-ssi” total kasir itu. Ia sudah hapal dengan pelanggan yang tiap 5hari sekali dan hanya untuk sekotak banana uyu itu.

Asahi dibuat melongo. Tapi dengan cepat ia menunduk. Telinganya pasti memerah, sial.

“Oke mba. Diantar ke atas ya” ucap pemuda yang disebut jaehyuk itu. Kemudian dibalas anggukan oleh si kasir.

Tangan pemuda itu meraih bag paper barang asahi dan membawanya keluar.

Asahi masih diam menatap semua itu. 'ni gimana anjrot'

Dan dengan terburu ia mengejar dan menghalangi jalan pemuda itu. “Ekhem. Ee stranger-ssi makasih sudah membantu, saya mau permisi” kata asahi dengan bakor yang lancar serta gestur ingin meraih paper bag itu.

“Emang gue bilang mau ngasih? Kan cuma bayar” suara pemuda itu.

“Jaehyuk. Yoon jaehyuk. Buka stranger” tambahnya

Asahi menatap tak percaya ke pemuda di hadapannya. Wah bnar benar..

“Oh kalau begitu saya permisi yoon jaehyuk-ssi” pamit asahi dengan penekanan serta senyum terpaksanya.

'gue ngidam berry si anying' inner sahi

“Eh eh canda doang, jadi siapa stranger-ssi?” Suara yoonjaehyuk jaehyuk itu terdengar lagi.

Asahi hanya menatap datar pemuda itu. Apa yang dia inginkan?

“Saya beritahu nama lalu kau beri berry itu?” Tanya asahi pada akhirnya

“Oke baik. Ini. Jadi siapa?” Putus jaehyuk memberikan paper bag itu.

“Hamada. Just hamada. Thxx u yoon-ssi” asahi ingin cepat pergi dari orang aneh ini.

Jaehyuk memasang senyumnya. Hamada 'is he japanese?' innernya.

Dan asahi yang kemudian lepas dari sekitar jaehyuk menghela nafas lega. “Awas aja lo kim junkyu”

Tak lama kemudian.

“Eh hamada-ssi kia bertemu lagi. eoh apakah kau penghuni baru? Mau naik keatas? Lantai berapa?” Sialnya, asahi kembali bertemu pria ini. Tapi asahi mencoba acuh dan langsung masuk ke dalam lift dan yang ternyata si jehyok jeyok itu ikut masuk!!

Sudah mau marah saja asahi. Tapi ia ingat, ia guest disini. 'abis ambil kartu gue porotin tuh makhluk' batinnya kesal, ini semua karna junkyu!

Jaehyuk hanya senyum perkatannya mengapung di udara kosong. Tapi kemudian ia melotot saat mau menyentuh tombol lantai, tapi sudah terpencet.

Yang berarti...lantai yang ia dan hamada tuju, itu sama.

Jaehyuk semakin melebarkan senyumnya, tapi menutupnya dengan kepalan tangan. Tak mahu dikatai orang gila sama orang yang menarik perhatiannya.

Sampai di angka 13, lift terbuka. Jaehyuk membirakan hamada keluar terlebih dahulu. Sementara asahi yang sekarang mencari wujud pintu putih merasa janggal.

“Yak! Kau menguntitku???” Tuduh asahi langsung.

Jaehyuk yang dituding seperti itu gelagapan. Membuat asahi semakin membulatkan matanya.

“Tt-tidak bukan seperti itu aku ti-” jaehyuk patah patah

“AAAAA-mmph huek” teriak asahi dengan tidak malunya tapi kemudian di bekap tangan besar itu. Tak lama ia menghempaskannya dan membuang semua udara tersisa di paru parunya.

“Sshht aku tinggal disana. Pintu hitam” jelas jaehyuk cepat sambil menunjuk pintu yang dimaksut. Dari jarak segini, mereka bisa merasakan nafas masing masing.

“Agh jangan ikuti pokonya” ucapan asahi entah kenapa membuat jaehyuk malah ingin mengikutinya.

“GUE BILANG. JANGAN MENDEKAT.” Teriak asahi saat ia berjalan ke pintu putih tergesa, tapi dibelakangnya jaehyuk memasang kuda kuda untuk mengejarnya.

Jaehyuk ingin tertawa melihat wajah setengah merah itu. Lucu. Jadi ia semakin mempercepat langkahnya.

Asahi benar benar melotot sekarang. Jadi ia sepenuhnya berlari di lorong luas ini dan mengetuk keras pintu unit junkyu. Kartu yang ia miliki dari resepsionis itu hanya akses lift, tidak untuk masuk kamar.

DOK DOK DOK DOK

“AAAAA KIM JUNKYUUU”

DOK DOK DOK

Gedoran asahi semakin kencang tapi malah membuat senyum jaehyuk terpampang jelas. Hey apakah dia psikopat?

Cklek

Suara itu membuat asahi mebalikkan badannya cepat. Lalu tanpa sadar menempelkan badannya ke junkyuーorang yang membuka pintuーmencari perlindungan. Ia sudah terlampau takut.

Junkyu kaget dengan gerakan tetiba itu. Tapi kemudian “oh annyeong jaehyuk-ssi, ada apa ini?” Tanya junkyu dengan bahasa formal nya.

“eoh ternyata hamada mau ke unit mu. Anyyeong david-ssi, ah maaf tapi tak ada apa apa” balas jaehyuk dengan senyum manisnya.

Asahi yang melihat dua orang itu saling menyapa, kemudian jatuh,kehilangan kesadarannya.


Huwaa ini panjang banget kan? Kerasa gak feel nya? Harus kerasa aku aja nulisnya nahan gemes :'0.

OKE JANGAN LUPA FEEDBACK UNTUK 2530 a.k.a 2,5+k word ini yaa, love u all♡

Haruto masih memandang asahi tak percaya, mulutnya juga masih sedikit terbuka sejak perkataan yang ia dengar datang bagai petir di hari cerah.

Apa kata sahi? Ini semua junkyu yang suruh? Maksutmu untuk datang ke seoul? Dan sekarang kau sudah di depan sebuah gedung yang ternyata apart beratus ratus juta?? Gila.

“Jadi lo komplotan gitu? Dari kapan hah” suara haruto sedikit meninggi di akhir. Membuat asahi memalingkan pandangannya ke arah pintu lobby yang seolah memanggil mereka cepat masuk. Keadaan mereka sekarang masih di dalam mobil yang menjemput dari bandara tadi. Untunglah supir ini benar benar memiliki akses, jadi mereka tidak usah khawatir akan di klakson karna menutup jalan. Dan juga bangunan ini tak sembarang orang bisa masuk. Lalu apa?

“Ga komplotan. Dia yang minta tolong. Dan ini juga dia baru bilang tadi pas gue ngajak lo. Mendadak kan? Ya marah ke dia coba sana dah dah” asahi masih mencoba menjelaskan dan didorongnya badan panjang itu ke arah pintu, menyuruh keluar. Haru sendiri sedari tadi terus menatap tak percaya-menutup mulut-lalu mengomel-dan kembali memotong ucapan asahi. Begitu terus.

“Apa? Masuk? Ogah” putusnya cepat dengan tangan yang terlipat di dada. Ia masih tak percaya. Hei orang gila mana? Oh tentu saja kim junkyu one and only.

Asahi kembali menghembuskan nafasnya kasar. Lalu beralih menatap supir di depan yang diam. 'gaenak anjir' batinnya.

Tak lama hening,

Tok tok

Kaca mobil posisi haru diketuk pelan. Keduanya menoleh. Dan lihat, cengiran jihoon itu cih.

Supir itu paham, toh tuannya itu fluffies jadi ia pasti membukakan kunci pintu mobil dahulu.

“Heh bocah, masuk sana. Gue udah cape banget lu jangan berantakin dah yak hush sna” kata park jihoon cepat kemudian menarik tungkai lengan panjang itu keluar. Dan berhasil.

“Gak ya anjing lo kira gue barang disuruh dateng segampang itu hab-mpph” haruto terus menyumpah serapahi perlakuan junkyu-yang kemudian dibekap jihoon.

“Masuk. Nih kartu. Lantai 13 pintu putih. Dadah haru” kata jihoon lagi. Sepertinya jihoon ini harus debut aktor deh, dia berkata di awal dengan nada mengintimadasi dan kemudian mendorong dan melambai santai tak lupa senyum pada badan yang berjalan lemas itu. Cepat sekali dia mengontrol muka.

Asahi dan jihoon masih diam sampai kemudian punggung haru benar benar hilang di pintu lift. “Lu cari cara sendiri ya, gue pergi dadah sahii” kata jihoon lagi lalu naik ke taksi yang entah sejak kapan menunggu di belakang mobil asahi.

Asahi diam.

Tik tok tik tok

“Anjing????” Sadarnya kemudian kalau ia ditinggal.


Lantai 12, satu lantai lagi. Haruto sebenernya sedikit gugup. Ia tidak tau apa yang akan ia temui nanti. Dan ia merasa asing disini. Takut pikirnya.

Ting

Lift terbuka. Haruto keluar dengan hela nafas yang semakin berat. Rasanya perutnya itu ikut berputar putar.

Tunggu sebentar. Mana kamarnya? Hey jangan main main!

Oh

Dia kurang berjalan jauh, dan apa ini? Waw selantai hanya diisi tiga kamar dan letaknya saling berjauhan? Dapat dipastikan memang ini unit yang besar. 'chaebol' batinnya.

Kembali ia telusuri lorong beasar itu. Di lantai ini ada 3kamar dan semua warna pintunya berbeda.

“Putih putih oh ini” ucapnya dengan menatap pintu putih yang dimaksut.

“Ekhem. Hahh-haru-hahh. Hm ok udah rapi” dehemnya lalu beralih menetralkan jantung dan kemudian memeriksa hoodie hitamnya. Ah kenapa ia hanya pakai hoodie sih?

Ctak

Pintu terbuka otomatis dengan perlahan setelah ia memerlihatkan kartu kedepan sensor. Ia diam sebentar lalu memberanikan diri masuk.

Lalu berhenti lagi. Tak mungkin kan dia masuk pakai sepatu? Matanya menatap sekitar.

“jangan bilang..” haru sedikit menunduk melihat benda itu. Sandal rumah berbahan bulu putih dengan aksen telinga hewan apa itu? Ah dia tak tahu yang penting bukan kelinci. Dan ada insial H berwarna hitam disana.

“Bodolah anying gue udah dipaksa kesini trobos aelah” acuhnya kemudian. Memakai sandal itu cepat dan mulai menelusuri tempat barunya ini.

Dapur,ruang tv,dan balkon sudah ia susuri semua. Berarti tinggal 4ruangan berpintu yang belum ia coba masuki.

'gede banget sih jadi lama kan. Lagian ngapa dia yang nyuruh kesini tapi gue yang nyari gini maksutnya tuh apa?' gerutunya dalam hati.

Cklek

Rupanya bey cape ngetik, dan di tebakan pintu pertama haruto, ia menemukannya.

Pemuda dengan anting sebelah salib perak yang sedang duduk mengahadap meja set pc yang menyala. Di kepalanya juga masih bertengger sebuah headphone. Tak menghiraukan kedatangannya.

Haruto menahan nafasnya. Degupnya memburu. Padahal ia hanya melangkah patah patah ke arah sudut-menghampiri sosok tadi.

'diam. Tahan. Tarik. Keluarin' huah. Rasanya dadanya akan meledak kalau begini terus. Dan kemudian dengan langkah berani ia mengambil langkah besar, membuat suara tak tak antara kakinya dan lantai semakin terdengar.

Tapi sosok itu masih beku. Tangannya hanya bergerak diatas mouse biru itu. Haruto sudah berdiri tepat dibelakang kursi putarnya, jadi ia bisa lihat apa yang pemuda itu lakukan sampai menghiraukan kehadirannya itu. Yang bisa haru lihat seperti nada notasi lagu? Pokonya semacam itu.

“Ekhem”

Haruto memutar kursi putar itu cepat yang berarti juga Membalikkan badan itu. Dan sekarang ia bisa lihat wajah yang lima hari ini berkeliling dipikarannya sebelum tidur. Lalu tebak apa selanjutnya?

Mata itu terpejam. Tapi berbalik, bibirnya tersenyum penuh. Haru mengernyit.

'PH MAKSUTMU MISKA??' -inner haru

Selama sekian detik haru diam. Masih menatap muka junkyu yang nyengir lebar tapi mata merem. 'kata gue muka lo minta tampol' inner haru lagi.

Dan gerakan selanjutnya membuat junkyu terbahak keras. Kedua tangan lebih tepatnya jari telunjuk haru itu menarik paksa kantong matanyaーmemaksa dibuka.

'“cih” decih haru kecil

Junkyu kembali memasang muka datarnya dan dengan santainya menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi. Menunggu aksi haru selanjutnya.

“Ga kaget...” Kata haru dengan suara rendah dan meraih kedua pergelangan itu. Menariknya sampai si empu berdiri tegak dihadapannya. Junkyu masih diam walaupun sebenarnya ia ingin eum nanti saja.

Dan tanpa junkyu kira, Haru memajukan badannya. Membuat kedua badan mereka menempel.

Dua detik..

Junkyu masih diam. 'jantung gue kalo diafain konser rame kali ya, dugun dugun gini' batin OOT junkyu.

Dirasa memang junkyu tak ada niatan bergerak, haruto menurunkan kepalanya dan menumpunya di bahu junkyu.

15detik mereka mempertahankan posisi ini.

“Oke selesai” bisik junkyu. Dan kemudian tangannya melingkar di badan harunya yang semakin erat setiap sekonnya. Kini haru memilih diam, menutup matanya di bahu junkyu sembari menetralkan jantungnya. Menikmati pelukan dan kecupan kecupan ringan di rambut, telinga dan sedikit lehernya.

Junkyu tak puas hanya mengecupi dan memeluk sendiri begini. Lantas ia angkat tangan haru yang tergantung bebas, dan diarahkannya ke badannya sendiriーnyuruh meluk balik.

“Es krim nya abis gak” suara junkyu memecah keheningan. Sudah cukup waktu mereka terdiam di posisi ini, tapi kedua dari mereka sepertinya tidak mau menyudahinya.

Haru menggeleng lemah. Entah kenapa kepalanya terasa berat dipelukan itu.

Junkyu tertawa kecil. “Gamau tanya apa gituu” tanyanya lagi dengan tangan yang mengusap hoodie itu teratur.

Diam. Tak ada jawaban dari yang ditanya. Lalu junkyu memegang dua lengan itu. Memisahkan badan mereka. Dan kemudian menatap mata yang terlihat sayu itu.

“Sejak kapan?”

“Apanya” jawab haru pelan

“Pakai parfum aku” lanjut junkyu dengan senyum penuh arti

Haruto berpikir sebentar. Oh iya! Ini hoodie yang kemarin dibelikan junkyu saat ia diculik dan kalian tau kan, semua di semprot sama junkyu

“Kamu yang ngasih” pendeknya

“Kenapa mau pakai?” teasing haru still continue..

“Udah dibeliin” pendek haru lagi

“Ya kan bisa pake yang lain” senyuman junkyu semakin lebar melihat muka haru yang mulai ditekuk

“hem” haru hanya membaladnya dengan dehaman. Dan memajukan badannya lagiーmau peluk. Tapi tidak dengan junkyu yang lalu duduk di kursinya lagi.

“Apa? Aku mau duduk capek berdiri” jelas junkyu saat mata haru menatapnya lekat

“Kenapa? mau kayak tadi lagi?” Goda junkyu lagi.

Ya ampun

Haruto tak sadar mengangguk. Dan dengan cepat menggeleng dengan mata mebesar. 'keceplosan anying'

“Bilang dulu dong” kata junkyu lagi. 'Seru juga ganggu hawu' pikirnya

“cepet” haru capek mau balik

“Bilang kangen pake cara sendiri dong” smirk nakal junkyu

Haruto bergeming sesaat. Lalu mengarahkan pandangannya ke kamar kyu. Rapih, dengan dominasi warna krem dan coklat kayu.

“Gatau caranya” cicit haru kemudian. Ia tak dapat ide.

Sedang junkyu sendiri menahan gemasnya melihat itu semua.

Haru menatap junkyu tepat di manik matanya. Baik, junkyu ga bisa diginiin.

Ia beranjak dan meraih sebelah tangan itu. Lalu mendudukkan haru diujung kasur.

“Siap siap” kata junkyu lagi yang hanya dibalas tatapan bingung haru.

Dan kemudian, junkyu yang dalam posisi berdiri, menubrukkan badan itu keras sampai haruto jatuh dibawahnya. Memeluknya lebih erat dari sebelumnya.

“aakkk kkkhh” suara aneh haru saat dada nya ditindih dan lehernya dipeluk erat. Sebenarnya dia mau ketawa tapi ya gabisa.

Tangan haru naik keatas dan membelai shirt hitam itu pelan.

“Udah nerima kan?” Suara lembut junkyu menariknya kembali ke dunia, padahal haru sedikit lagi melewati jembatan mimpi.

Haruto lelah, diluar juga hari sudah gelap. Jadi ia hanya menggerakkan kepalanya asal. Junkyu terkekeh melihat itu. Jadi dia hanya tetap mengusap kepala itu lembut, ia tahu haru butuh itu.

Dan tak lama haru yang jatuh tertidur di pelukan hangat itu.

(hikd bey jga mau ngerasainT-T)

Junkyu menyingkirkan poni yang perlahan jatuh mengahalangi wajah pacarnya itu. Ekhem.

Ia betah melihat wajah yang bagaimana bernafas teratur dengan indahnya ini.

“Tiap hari kayak gini yuk” ucapnya pada udara kosong.

“Nanti kita ngebo bareng wkwk” lanjutnya dengan tawa menyadari sepertinya ia yang harus lebih lambat tidur jika mau melihat pemandangan ini. Secara seorang kim junkyu yang tak pernah bangun pagi.

“Pokonya ini kim haru punya kim junkyu” ucapnya lagi setelah beberapa saat. Dan mengecup pelipis itu serta menahannya selama beberapa detik sebelum kembali memundurkan wajahnya.


(Kembali dan nyeritain asahi yang tadi di tinggal jihoon ya)

Entah asahi juga tak tahu kenapa ia tetap masuk ke apart ini. Setelah tadi turun dan meminta bantuan supir untuk meminta guest card ke resepsionis, ia hanya terus menyelusuri gedung mewah ini. Lumayan, di setiap dindingnya ada lukisan jadi asahi betah betah saja melihatnya.

Sudah sekitar 2jam dia naik turun lantai tak menentu, dan sekarang ia terhampar di minimarket yang ada di lantai 3.

“Ga nyangka..tapi ga kaget” ucapnya datar saat asal memencet lantai eh malah menemukan minimarket didalam apartemen. 'lucky me' inner asahi.

Berjalan di samping rak rak. Lalu mengambil satu dan membaca komposisisnya lalu menaruhnya kembali tanpa niat membeli. Iya, asahi doang.

Saat matanya menangkap kotak kotak strawberry merah itu matanya sedikit berbinar. Setelah memastikan kalau ia sudah cukup lama berkelilingーbiar haru dan kyu punya waktuーia pikir cukup, sepertinya dia sudah bisa naik. Kemana? Unit fluffies lah! Dia kan belom dikasi kartu ama junkyu kalo kalian lupa.

Setelah mengambil 4kotak strawberry tadi dengan santainya asahi berjalan ke kasir.

Oh ya, asahi pintar berbahasa korea kalau kalian bingung. Kenapa? Tuntutan pekerjaan.

Dan...sial.

“Wah maaf hyung ini beda mata uang” ucap kasir itu. Pasalnya asahi memberikan uang kertas yen di negara yang menggunakan won.

Asahi memerah sampai telinga seutuhnya. Malu banget.

“Oh ya aku guest. Nih kamar putih lantai 13. Nanti tagih kesana aja deh, bisa gak?” Bisik asahi pelan, malu kalo sampai terdengar pada orang yang mengantri dibelakangnya.

“Sebentar. Lantai 13 kamar putih. Oh mereka gak ngaktifin sebagian fasilitas disini” kata kasir itu lagi sesudah mengecek data kamar di komputer. Tak usah heran, semua apartemen di gangnam seperti ini.

Asahi udah misuh misuh aja dalam hati. 'junkyu tolol sedunia tolol tolol to-'

“Mba satu kotak banana uyu ke kamar, yang biasa. Sama ini sekalian strawberry punya eum stranger-ssi ini. Berapa semua?” Kata seorang yang daritadi melihat pernegoan dan mengantri dibelakang asahi.

“Oh sekalian? Semua 21.000 won jaehyuk-ssi” total kasir itu. Ia sudah hapal dengan pelanggan yang tiap 5hari sekali dan hanya untuk sekotak banana uyu itu.

Asahi dibuat melongo. Tapi dengan cepat ia menunduk. Telinganya pasti memerah, sial.

“Oke mba. Diantar ke atas ya” ucap pemuda yang disebut jaehyuk itu. Kemudian dibalas anggukan oleh si kasir.

Tangan pemuda itu meraih bag paper barang asahi dan membawanya keluar.

Asahi masih diam menatap semua itu. 'ni gimana anjrot'

Dan dengan terburu ia mengejar dan menghalangi jalan pemuda itu. “Ekhem. Ee stranger-ssi makasih sudah membantu, saya mau permisi” kata asahi dengan bakor yang lancar serta gestur ingin meraih paper bag itu.

“Emang gue bilang mau ngasih? Kan cuma bayar” suara pemuda itu.

“Jaehyuk. Yoon jaehyuk. Buka stranger” tambahnya

Asahi menatap tak percaya ke pemuda di hadapannya. Wah bnar benar..

“Oh kalau begitu saya permisi yoon jaehyuk-ssi” pamit asahi dengan penekanan serta senyum terpaksanya.

'gue ngidam berry si anying' inner sahi

“Eh eh canda doang, jadi siapa stranger-ssi?” Suara yoonjaehyuk jaehyuk itu terdengar lagi.

Asahi hanya menatap datar pemuda itu. Apa yang dia inginkan?

“Saya beritahu nama lalu kau beri berry itu?” Tanya asahi pada akhirnya

“Oke baik. Ini. Jadi siapa?” Putus jaehyuk memberikan paper bag itu.

“Hamada. Just hamada. Thxx u yoon-ssi” asahi ingin cepat pergi dari orang aneh ini.

Jaehyuk memasang senyumnya. Hamada 'is he japanese?' innernya.

Dan asahi yang kemudian lepas dari sekitar jaehyuk menghela nafas lega. “Awas aja lo kim junkyu”

Tak lama kemudian.

“Eh hamada-ssi kia bertemu lagi. eoh apakah kau penghuni baru? Mau naik keatas? Lantai berapa?” Sialnya, asahi kembali bertemu pria ini. Tapi asahi mencoba acuh dan langsung masuk ke dalam lift dan yang ternyata si jehyok jeyok itu ikut masuk!!

Sudah mau marah saja asahi. Tapi ia ingat, ia guest disini. 'abis ambil kartu gue porotin tuh makhluk' batinnya kesal, ini semua karna junkyu!

Jaehyuk hanya senyum perkatannya mengapung di udara kosong. Tapi kemudian ia melotot saat mau menyentuh tombol lantai, tapi sudah terpencet.

Yang berarti...lantai yang ia dan hamada tuju, itu sama.

Jaehyuk semakin melebarkan senyumnya, tapi menutupnya dengan kepalan tangan. Tak mahu dikatai orang gila sama orang yang menarik perhatiannya.

Sampai di angka 13, lift terbuka. Jaehyuk membirakan hamada keluar terlebih dahulu. Sementara asahi yang sekarang mencari wujud pintu putih merasa janggal.

“Yak! Kau menguntitku???” Tuduh asahi langsung.

Jaehyuk yang dituding seperti itu gelagapan. Membuat asahi semakin membulatkan matanya.

“Tt-tidak bukan seperti itu aku ti-” jaehyuk patah patah

“AAAAA-mmph huek” teriak asahi dengan tidak malunya tapi kemudian di bekap tangan besar itu. Tak lama ia menghempaskannya dan membuang semua udara tersisa di paru parunya.

“Sshht aku tinggal disana. Pintu hitam” jelas jaehyuk cepat sambil menunjuk pintu yang dimaksut. Dari jarak segini, mereka bisa merasakan nafas masing masing.

“Agh jangan ikuti pokonya” ucapan asahi entah kenapa membuat jaehyuk malah ingin mengikutinya.

“GUE BILANG. JANGAN MENDEKAT.” Teriak asahi saat ia berjalan ke pintu putih tergesa, tapi dibelakangnya jaehyuk memasang kuda kuda untuk mengejarnya.

Jaehyuk ingin tertawa melihat wajah setengah merah itu. Lucu. Jadi ia semakin mempercepat langkahnya.

Asahi benar benar melotot sekarang. Jadi ia sepenuhnya berlari di lorong luas ini dan mengetuk keras pintu unit junkyu. Kartu yang ia miliki dari resepsionis itu hanya akses lift, tidak untuk masuk kamar.

DOK DOK DOK DOK

“AAAAA KIM JUNKYUUU”

DOK DOK DOK

Gedoran asahi semakin kencang tapi malah membuat senyum jaehyuk terpampang jelas. Hey apakah dia psikopat?

Cklek

Suara itu membuat asahi mebalikkan badannya cepat. Lalu tanpa sadar menempelkan badannya ke junkyuーorang yang membuka pintuーmencari perlindungan. Ia sudah terlampau takut.

Junkyu kaget dengan gerakan tetiba itu. Tapi kemudian “oh annyeong jaehyuk-ssi, ada apa ini?” Tanya junkyu dengan bahasa formal nya.

“eoh ternyata hamada mau ke unit mu. Anyyeong david-ssi, ah maaf tapi tak ada apa apa” balas jaehyuk dengan senyum manisnya.

Asahi yang melihat dua orang itu saling menyapa, kemudian jatuh,kehilangan kesadarannya.


Huwaa ini panjang banget kan? Kerasa gak feel nya? Harus kerasa aku aja nulisnya nahan gemes :'0.

OKE JANGAN LUPA FEEDBACK UNTUK 2560 a.k.a 2,5+k word ini yaa, love♡

Haruto masih memandang asahi tak percaya, mulutnya juga masih sedikit terbuka sejak perkataan yang ia dengar datang bagai petir di hari cerah.

Apa kata sahi? Ini semua junkyu yang suruh? Maksutmu untuk datang ke seoul? Dan sekarang kau sudah di depan sebuah gedung yang ternyata apart beratus ratus juta?? Gila.

“Jadi lo komplotan gitu? Dari kapan hah” suara haruto sedikit meninggi di akhir. Membuat asahi memalingkan pandangannya ke arah pintu lobby yang seolah memanggil mereka cepat masuk. Keadaan mereka sekarang masih di dalam mobil yang menjemput dari bandara tadi. Untunglah supir ini benar benar memiliki akses, jadi mereka tidak usah khawatir akan di klakson karna menutup jalan. Dan juga bangunan ini tak sembarang orang bisa masuk. Lalu apa?

“Ga komplotan. Dia yang minta tolong. Dan ini juga dia baru bilang tadi pas gue ngajak lo. Mendadak kan? Ya marah ke dia coba sana dah dah” asahi masih mencoba menjelaskan dan didorongnya badan panjang itu ke arah pintu, menyuruh keluar. Haru sendiri sedari tadi terus menatap tak percaya-menutup mulut-lalu mengomel-dan kembali memotong ucapan asahi. Begitu terus.

“Apa? Masuk? Ogah” putusnya cepat dengan tangan yang terlipat di dada. Ia masih tak percaya. Hei orang gila mana? Oh tentu saja kim junkyu one and only.

Asahi kembali menghembuskan nafasnya kasar. Lalu beralih menatap supir di depan yang diam. 'gaenak anjir' batinnya.

Tak lama hening,

Tok tok

Kaca mobil posisi haru diketuk pelan. Keduanya menoleh. Dan lihat, cengiran jihoon itu cih.

Supir itu paham, toh tuannya itu fluffies jadi ia pasti membukakan kunci pintu mobil dahulu.

“Heh bocah, masuk sana. Gue udah cape banget lu jangan berantakin dah yak hush sna” kata park jihoon cepat kemudian menarik tungkai lengan panjang itu keluar. Dan berhasil.

“Gak ya anjing lo kira gue barang disuruh dateng segampang itu hab-mpph” haruto terus menyumpah serapahi perlakuan junkyu-yang kemudian dibekap jihoon.

“Masuk. Nih kartu. Lantai 13 pintu putih. Dadah haru” kata jihoon lagi. Sepertinya jihoon ini harus debut aktor deh, dia berkata di awal dengan nada mengintimadasi dan kemudian mendorong dan melambai santai tak lupa senyum pada badan yang berjalan lemas itu. Cepat sekali dia mengontrol muka.

Asahi dan jihoon masih diam sampai kemudian punggung haru benar benar hilang di pintu lift. “Lu cari cara sendiri ya, gue pergi dadah sahii” kata jihoon lagi lalu naik ke taksi yang entah sejak kapan menunggu di belakang mobil asahi.

Asahi diam.

Tik tok tik tok

“Anjing????” Sadarnya kemudian kalau ia ditinggal.


Lantai 12, satu lantai lagi. Haruto sebenernya sedikit gugup. Ia tidak tau apa yang akan ia temui nanti. Dan ia merasa asing disini. Takut pikirnya.

Ting

Lift terbuka. Haruto keluar dengan hela nafas yang semakin berat. Rasanya perutnya itu ikut berputar putar.

Tunggu sebentar. Mana kamarnya? Hey jangan main main!

Oh

Dia kurang berjalan jauh, dan apa ini? Waw selantai hanya diisi tiga kamar dan letaknya saling berjauhan? Dapat dipastikan memang ini unit yang besar. 'chaebol' batinnya.

Kembali ia telusuri lorong beasar itu. Di lantai ini ada 3kamar dan semua warna pintunya berbeda.

“Putih putih oh ini” ucapnya dengan menatap pintu putih yang dimaksut.

“Ekhem. Hahh-haru-hahh. Hm ok udah rapi” dehemnya lalu beralih menetralkan jantung dan kemudian memeriksa hoodie hitamnya. Ah kenapa ia hanya pakai hoodie sih?

Ctak

Pintu terbuka otomatis dengan perlahan setelah ia memerlihatkan kartu kedepan sensor. Ia diam sebentar lalu memberanikan diri masuk.

Lalu berhenti lagi. Tak mungkin kan dia masuk pakai sepatu? Matanya menatap sekitar.

“jangan bilang..” haru sedikit menunduk melihat benda itu. Sandal rumah berbahan bulu putih dengan aksen telinga hewan apa itu? Ah dia tak tahu yang penting bukan kelinci. Dan ada insial H berwarna hitam disana.

“Bodolah anying gue udah dipaksa kesini trobos aelah” acuhnya kemudian. Memakai sandal itu cepat dan mulai menelusuri tempat barunya ini.

Dapur,ruang tv,dan balkon sudah ia susuri semua. Berarti tinggal 4ruangan berpintu yang belum ia coba masuki.

'gede banget sih jadi lama kan. Lagian ngapa dia yang nyuruh kesini tapi gue yang nyari gini maksutnya tuh apa?' gerutunya dalam hati.

Cklek

Rupanya bey cape ngetik, dan di tebakan pintu pertama haruto, ia menemukannya.

Pemuda dengan anting sebelah salib perak yang sedang duduk mengahadap meja set pc yang menyala. Di kepalanya juga masih bertengger sebuah headphone. Tak menghiraukan kedatangannya.

Haruto menahan nafasnya. Degupnya memburu. Padahal ia hanya melangkah patah patah ke arah sudut-menghampiri sosok tadi.

'diam. Tahan. Tarik. Keluarin' huah. Rasanya dadanya akan meledak kalau begini terus. Dan kemudian dengan langkah berani ia mengambil langkah besar, membuat suara tak tak antara kakinya dan lantai semakin terdengar.

Tapi sosok itu masih beku. Tangannya hanya bergerak diatas mouse biru itu. Haruto sudah berdiri tepat dibelakang kursi putarnya, jadi ia bisa lihat apa yang pemuda itu lakukan sampai menghiraukan kehadirannya itu. Yang bisa haru lihat seperti nada notasi lagu? Pokonya semacam itu.

“Ekhem”

Haruto memutar kursi putar itu cepat yang berarti juga Membalikkan badan itu. Dan sekarang ia bisa lihat wajah yang lima hari ini berkeliling dipikarannya sebelum tidur. Lalu tebak apa selanjutnya?

Mata itu terpejam. Tapi berbalik, bibirnya tersenyum penuh. Haru mengernyit.

'PH MAKSUTMU MISKA??' -inner haru

Selama sekian detik haru diam. Masih menatap muka junkyu yang nyengir lebar tapi mata merem. 'kata gue muka lo minta tampol' inner haru lagi.

Dan gerakan selanjutnya membuat junkyu terbahak keras. Kedua tangan lebih tepatnya jari telunjuk haru itu menarik paksa kantong matanyaーmemaksa dibuka.

'“cih” decih haru kecil

Junkyu kembali memasang muka datarnya dan dengan santainya menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi. Menunggu aksi haru selanjutnya.

“Ga kaget...” Kata haru dengan suara rendah dan meraih kedua pergelangan itu. Menariknya sampai si empu berdiri tegak dihadapannya. Junkyu masih diam walaupun sebenarnya ia ingin eum nanti saja.

Dan tanpa junkyu kira, Haru memajukan badannya. Membuat kedua badan mereka menempel.

Dua detik..

Junkyu masih diam. 'jantung gue kalo diafain konser rame kali ya, dugun dugun gini' batin OOT junkyu.

Dirasa memang junkyu tak ada niatan bergerak, haruto menurunkan kepalanya dan menumpunya di bahu junkyu.

15detik mereka mempertahankan posisi ini.

“Oke selesai” bisik junkyu. Dan kemudian tangannya melingkar di badan harunya yang semakin erat setiap sekonnya. Kini haru memilih diam, menutup matanya di bahu junkyu sembari menetralkan jantungnya. Menikmati pelukan dan kecupan kecupan ringan di rambut, telinga dan sedikit lehernya.

Junkyu tak puas hanya mengecupi dan memeluk sendiri begini. Lantas ia angkat tangan haru yang tergantung bebas, dan diarahkannya ke badannya sendiriーnyuruh meluk balik.

“Es krim nya abis gak” suara junkyu memecah keheningan. Sudah cukup waktu mereka terdiam di posisi ini, tapi kedua dari mereka sepertinya tidak mau menyudahinya.

Haru menggeleng lemah. Entah kenapa kepalanya terasa berat dipelukan itu.

Junkyu tertawa kecil. “Gamau tanya apa gituu” tanyanya lagi dengan tangan yang mengusap hoodie itu teratur.

Diam. Tak ada jawaban dari yang ditanya. Lalu junkyu memegang dua lengan itu. Memisahkan badan mereka. Dan kemudian menatap mata yang terlihat sayu itu.

“Sejak kapan?”

“Apanya” jawab haru pelan

“Pakai parfum aku” lanjut junkyu dengan senyum penuh arti

Haruto berpikir sebentar. Oh iya! Ini hoodie yang kemarin dibelikan junkyu saat ia diculik dan kalian tau kan, semua di semprot sama junkyu

“Kamu yang ngasih” pendeknya

“Kenapa mau pakai?” teasing haru still continue..

“Udah dibeliin” pendek haru lagi

“Ya kan bisa pake yang lain” senyuman junkyu semakin lebar melihat muka haru yang mulai ditekuk

“hem” haru hanya membaladnya dengan dehaman. Dan memajukan badannya lagiーmau peluk. Tapi tidak dengan junkyu yang lalu duduk di kursinya lagi.

“Apa? Aku mau duduk capek berdiri” jelas junkyu saat mata haru menatapnya lekat

“Kenapa? mau kayak tadi lagi?” Goda junkyu lagi.

Ya ampun

Haruto tak sadar mengangguk. Dan dengan cepat menggeleng dengan mata mebesar. 'keceplosan anying'

“Bilang dulu dong” kata junkyu lagi. 'Seru juga ganggu hawu' pikirnya

“cepet” haru capek mau balik

“Bilang kangen pake cara sendiri dong” smirk nakal junkyu

Haruto bergeming sesaat. Lalu mengarahkan pandangannya ke kamar kyu. Rapih, dengan dominasi warna krem dan coklat kayu.

“Gatau caranya” cicit haru kemudian. Ia tak dapat ide.

Sedang junkyu sendiri menahan gemasnya melihat itu semua.

Haru menatap junkyu tepat di manik matanya. Baik, junkyu ga bisa diginiin.

Ia beranjak dan meraih sebelah tangan itu. Lalu mendudukkan haru diujung kasur.

“Siap siap” kata junkyu lagi yang hanya dibalas tatapan bingung haru.

Dan kemudian, junkyu yang dalam posisi berdiri, menubrukkan badan itu keras sampai haruto jatuh dibawahnya. Memeluknya lebih erat dari sebelumnya.

“aakkk kkkhh” suara aneh haru saat dada nya ditindih dan lehernya dipeluk erat. Sebenarnya dia mau ketawa tapi ya gabisa.

Tangan haru naik keatas dan membelai shirt hitam itu pelan.

“Udah nerima kan?” Suara lembut junkyu menariknya kembali ke dunia, padahal haru sedikit lagi melewati jembatan mimpi.

Haruto lelah, diluar juga hari sudah gelap. Jadi ia hanya menggerakkan kepalanya asal. Junkyu terkekeh melihat itu. Jadi dia hanya tetap mengusap kepala itu lembut, ia tahu haru butuh itu.

Dan tak lama haru yang jatuh tertidur di pelukan hangat itu.

(hikd bey jga mau ngerasainT-T)

Junkyu menyingkirkan poni yang perlahan jatuh mengahalangi wajah pacarnya itu. Ekhem.

Ia betah melihat wajah yang bagaimana bernafas teratur dengan indahnya ini.

“Tiap hari kayak gini yuk” ucapnya pada udara kosong.

“Nanti kita ngebo bareng wkwk” lanjutnya dengan tawa menyadari sepertinya ia yang harus lebih lambat tidur jika mau melihat pemandangan ini. Secara seorang kim junkyu yang tak pernah bangun pagi.

“Pokonya ini kim haru punya kim junkyu” ucapnya lagi setelah beberapa saat. Dan mengecup pelipis itu serta menahannya selama beberapa detik sebelum kembali memundurkan wajahnya.


(Kembali dan nyeritain asahi yang tadi di tinggal jihoon ya)

Entah asahi juga tak tahu kenapa ia tetap masuk ke apart ini. Setelah tadi turun dan meminta bantuan supir untuk meminta guest card ke resepsionis, ia hanya terus menyelusuri gedung mewah ini. Lumayan, di setiap dindingnya ada lukisan jadi asahi betah betah saja melihatnya.

Sudah sekitar 2jam dia naik turun lantai tak menentu, dan sekarang ia terhampar di minimarket yang ada di lantai 3.

“Ga nyangka..tapi ga kaget” ucapnya datar saat asal memencet lantai eh malah menemukan minimarket didalam apartemen. 'lucky me' inner asahi.

Berjalan di samping rak rak. Lalu mengambil satu dan membaca komposisisnya lalu menaruhnya kembali tanpa niat membeli. Iya, asahi doang.

Saat matanya menangkap kotak kotak strawberry merah itu matanya sedikit berbinar. Setelah memastikan kalau ia sudah cukup lama berkelilingーbiar haru dan kyu punya waktuーia pikir cukup, sepertinya dia sudah bisa naik. Kemana? Unit fluffies lah! Dia kan belom dikasi kartu ama junkyu kalo kalian lupa.

Setelah mengambil 4kotak strawberry tadi dengan santainya asahi berjalan ke kasir.

Oh ya, asahi pintar berbahasa korea kalau kalian bingung. Kenapa? Tuntutan pekerjaan.

Dan...sial.

“Wah maaf hyung ini beda mata uang” ucap kasir itu. Pasalnya asahi memberikan uang kertas yen di negara yang menggunakan won.

Asahi memerah sampai telinga seutuhnya. Malu banget.

“Oh ya aku guest. Nih kamar putih lantai 13. Nanti tagih kesana aja deh, bisa gak?” Bisik asahi pelan, malu kalo sampai terdengar pada orang yang mengantri dibelakangnya.

“Sebentar. Lantai 13 kamar putih. Oh mereka gak ngaktifin sebagian fasilitas disini” kata kasir itu lagi sesudah mengecek data kamar di komputer. Tak usah heran, semua apartemen di gangnam seperti ini.

Asahi udah misuh misuh aja dalam hati. 'junkyu tolol sedunia tolol tolol to-'

“Mba satu kotak banana uyu ke kamar, yang biasa. Sama ini sekalian strawberry punya eum stranger-ssi ini. Berapa semua?” Kata seorang yang daritadi melihat pernegoan dan mengantri dibelakang asahi.

“Oh sekalian? Semua 21.000 won jaehyuk-ssi” total kasir itu. Ia sudah hapal dengan pelanggan yang tiap 5hari sekali dan hanya untuk sekotak banana uyu itu.

Asahi dibuat melongo. Tapi dengan cepat ia menunduk. Telinganya pasti memerah, sial.

“Oke mba. Diantar ke atas ya” ucap pemuda yang disebut jaehyuk itu. Kemudian dibalas anggukan oleh si kasir.

Tangan pemuda itu meraih bag paper barang asahi dan membawanya keluar.

Asahi masih diam menatap semua itu. 'ni gimana anjrot'

Dan dengan terburu ia mengejar dan menghalangi jalan pemuda itu. “Ekhem. Ee stranger-ssi makasih sudah membantu, saya mau permisi” kata asahi dengan bakor yang lancar serta gestur ingin meraih paper bag itu.

“Emang gue bilang mau ngasih? Kan cuma bayar” suara pemuda itu.

“Jaehyuk. Yoon jaehyuk. Buka stranger” tambahnya

Asahi menatap tak percaya ke pemuda di hadapannya. Wah bnar benar..

“Oh kalau begitu saya permisi yoon jaehyuk-ssi” pamit asahi dengan penekanan serta senyum terpaksanya.

'gue ngidam berry si anying' inner sahi

“Eh eh canda doang, jadi siapa stranger-ssi?” Suara yoonjaehyuk jaehyuk itu terdengar lagi.

Asahi hanya menatap datar pemuda itu. Apa yang dia inginkan?

“Saya beritahu nama lalu kau beri berry itu?” Tanya asahi pada akhirnya

“Oke baik. Ini. Jadi siapa?” Putus jaehyuk memberikan paper bag itu.

“Hamada. Just hamada. Thxx u yoon-ssi” asahi ingin cepat pergi dari orang aneh ini.

Jaehyuk memasang senyumnya. Hamada 'is he japanese?' innernya.

Dan asahi yang kemudian lepas dari sekitar jaehyuk menghela nafas lega. “Awas aja lo kim junkyu”

Tak lama kemudian.

“Eh hamada-ssi kia bertemu lagi. eoh apakah kau penghuni baru? Mau naik keatas? Lantai berapa?” Sialnya, asahi kembali bertemu pria ini. Tapi asahi mencoba acuh dan langsung masuk ke dalam lift dan yang ternyata si jehyok jeyok itu ikut masuk!!

Sudah mau marah saja asahi. Tapi ia ingat, ia guest disini. 'abis ambil kartu gue porotin tuh makhluk' batinnya kesal, ini semua karna junkyu!

Jaehyuk hanya senyum perkatannya mengapung di udara kosong. Tapi kemudian ia melotot saat mau menyentuh tombol lantai, tapi sudah terpencet.

Yang berarti...lantai yang ia dan hamada tuju, itu sama.

Jaehyuk semakin melebarkan senyumnya, tapi menutupnya dengan kepalan tangan. Tak mahu dikatai orang gila sama orang yang menarik perhatiannya.

Sampai di angka 13, lift terbuka. Jaehyuk membirakan hamada keluar terlebih dahulu. Sementara asahi yang sekarang mencari wujud pintu putih merasa janggal.

“Yak! Kau menguntitku???” Tuduh asahi langsung.

Jaehyuk yang dituding seperti itu gelagapan. Membuat asahi semakin membulatkan matanya.

“Tt-tidak bukan seperti itu aku ti-” jaehyuk patah patah

“AAAAA-mmph huek” teriak asahi dengan tidak malunya tapi kemudian di bekap tangan besar itu. Tak lama ia menghempaskannya dan membuang semua udara tersisa di paru parunya.

“Sshht aku tinggal disana. Pintu hitam” jelas jaehyuk cepat sambil menunjuk pintu yang dimaksut. Dari jarak segini, mereka bisa merasakan nafas masing masing.

“Agh jangan ikuti pokonya” ucapan asahi entah kenapa membuat jaehyuk malah ingin mengikutinya.

“GUE BILANG. JANGAN MENDEKAT.” Teriak asahi saat ia berjalan ke pintu putih tergesa, tapi dibelakangnya jaehyuk memasang kuda kuda untuk mengejarnya.

Jaehyuk ingin tertawa melihat wajah setengah merah itu. Lucu. Jadi ia semakin mempercepat langkahnya.

Asahi benar benar melotot sekarang. Jadi ia sepenuhnya berlari di lorong luas ini dan mengetuk keras pintu unit junkyu. Kartu yang ia miliki dari resepsionis itu hanya akses lift, tidak untuk masuk kamar.

DOK DOK DOK DOK

“AAAAA KIM JUNKYUUU”

DOK DOK DOK

Gedoran asahi semakin kencang tapi malah membuat senyum jaehyuk terpampang jelas. Hey apakah dia psikopat?

Cklek

Suara itu membuat asahi mebalikkan badannya cepat. Lalu tanpa sadar menempelkan badannya ke junkyuーorang yang membuka pintuーmencari perlindungan. Ia sudah terlampau takut.

Junkyu kaget dengan gerakan tetiba itu. Tapi kemudian “oh annyeong jaehyuk-ssi, ada apa ini?” Tanya junkyu dengan bahasa formal nya.

“eoh ternyata hamada mau ke unit mu. Anyyeong david-ssi, ah maaf tapi tak ada apa apa” balas jaehyuk dengan senyum manisnya.

Asahi yang melihat dua orang itu saling menyapa, kemudian jatuh,kehilangan kesadarannya.

Haruto masih memandang asahi tak percaya, mulutnya juga masih sedikit terbuka sejak perkataan yang ia dengar datang bagai petir di hari cerah.

Apa kata sahi? Ini semua junkyu yang suruh? Maksutmu untuk datang ke seoul? Dan sekarang kau sudah di depan sebuah gedung yang ternyata apart beratus ratus juta?? Gila.

“Jadi lo komplotan gitu? Dari kapan hah” suara haruto sedikit meninggi di akhir. Membuat asahi memalingkan pandangannya ke arah pintu lobby yang seolah memanggil mereka cepat masuk. Keadaan mereka sekarang masih di dalam mobil yang menjemput dari bandara tadi. Untunglah supir ini benar benar memiliki akses, jadi mereka tidak usah khawatir akan di klakson karna menutup jalan. Dan juga bangunan ini tak sembarang orang bisa masuk. Lalu apa?

“Ga komplotan. Dia yang minta tolong. Dan ini juga dia baru bilang tadi pas gue ngajak lo. Mendadak kan? Ya marah ke dia coba sana dah dah” asahi masih mencoba menjelaskan dan didorongnya badan panjang itu ke arah pintu, menyuruh keluar. Haru sendiri sedari tadi terus menatap tak percaya-menutup mulut-lalu mengomel-dan kembali memotong ucapan asahi. Begitu terus.

“Apa? Masuk? Ogah” putusnya cepat dengan tangan yang terlipat di dada. Ia masih tak percaya. Hei orang gila mana? Oh tentu saja kim junkyu one and only.

Asahi kembali menghembuskan nafasnya kasar. Lalu beralih menatap supir di depan yang diam. 'gaenak anjir' batinnya.

Tak lama hening,

Tok tok

Kaca mobil posisi haru diketuk pelan. Keduanya menoleh. Dan lihat, cengiran jihoon itu cih.

Supir itu paham, toh tuannya itu fluffies jadi ia pasti membukakan kunci pintu mobil dahulu.

“Heh bocah, masuk sana. Gue udah cape banget lu jangan berantakin dah yak hush sna” kata park jihoon cepat kemudian menarik tungkai lengan panjang itu keluar. Dan berhasil.

“Gak ya anjing lo kira gue barang disuruh dateng segampang itu hab-mpph” haruto terus menyumpah serapahi perlakuan junkyu-yang kemudian dibekap jihoon.

“Masuk. Nih kartu. Lantai 13 pintu putih. Dadah haru” kata jihoon lagi. Sepertinya jihoon ini harus debut aktor deh, dia berkata di awal dengan nada mengintimadasi dan kemudian mendorong dan melambai santai tak lupa senyum pada badan yang berjalan lemas itu. Cepat sekali dia mengontrol muka.

Asahi dan jihoon masih diam sampai kemudian punggung haru benar benar hilang di pintu lift. “Lu cari cara sendiri ya, gue pergi dadah sahii” kata jihoon lagi lalu naik ke taksi yang entah sejak kapan menunggu di belakang mobil asahi.

Asahi diam.

Tik tok tik tok

“Anjing????” Sadarnya kemudian kalau ia ditinggal.


Lantai 12, satu lantai lagi. Haruto sebenernya sedikit gugup. Ia tidak tau apa yang akan ia temui nanti. Dan ia merasa asing disini. Takut pikirnya.

Ting

Lift terbuka. Haruto keluar dengan hela nafas yang semakin berat. Rasanya perutnya itu ikut berputar putar.

Tunggu sebentar. Mana kamarnya? Hey jangan main main!

Oh

Dia kurang berjalan jauh, dan apa ini? Waw selantai hanya diisi tiga kamar dan letaknya saling berjauhan? Dapat dipastikan memang ini unit yang besar. 'chaebol' batinnya.

Kembali ia telusuri lorong beasar itu. Di lantai ini ada 3kamar dan semua warna pintunya berbeda.

“Putih putih oh ini” ucapnya dengan menatap pintu putih yang dimaksut.

“Ekhem. Hahh-haru-hahh. Hm ok udah rapi” dehemnya lalu beralih menetralkan jantung dan kemudian memeriksa hoodie hitamnya. Ah kenapa ia hanya pakai hoodie sih?

Ctak

Pintu terbuka otomatis dengan perlahan setelah ia memerlihatkan kartu kedepan sensor. Ia diam sebentar lalu memberanikan diri masuk.

Lalu berhenti lagi. Tak mungkin kan dia masuk pakai sepatu? Matanya menatap sekitar.

“jangan bilang..” haru sedikit menunduk melihat benda itu. Sandal rumah berbahan bulu putih dengan aksen telinga hewan apa itu? Ah dia tak tahu yang penting bukan kelinci. Dan ada insial H berwarna hitam disana.

“Bodolah anying gue udah dipaksa kesini trobos aelah” acuhnya kemudian. Memakai sandal itu cepat dan mulai menelusuri tempat barunya ini.

Dapur,ruang tv,dan balkon sudah ia susuri semua. Berarti tinggal 4ruangan berpintu yang belum ia coba masuki.

'gede banget sih jadi lama kan. Lagian ngapa dia yang nyuruh kesini tapi gue yang nyari gini maksutnya tuh apa?' gerutunya dalam hati.

Cklek

Rupanya bey cape ngetik, dan di tebakan pintu pertama haruto, ia menemukannya.

Pemuda dengan anting sebelah salib perak yang sedang duduk mengahadap meja set pc yang menyala. Di kepalanya juga masih bertengger sebuah headphone. Tak menghiraukan kedatangannya.

Haruto menahan nafasnya. Degupnya memburu. Padahal ia hanya melangkah patah patah ke arah sudut-menghampiri sosok tadi.

'diam. Tahan. Tarik. Keluarin' huah. Rasanya dadanya akan meledak kalau begini terus. Dan kemudian dengan langkah berani ia mengambil langkah besar, membuat suara tak tak antara kakinya dan lantai semakin terdengar.

Tapi sosok itu masih beku. Tangannya hanya bergerak diatas mouse biru itu. Haruto sudah berdiri tepat dibelakang kursi putarnya, jadi ia bisa lihat apa yang pemuda itu lakukan sampai menghiraukan kehadirannya itu. Yang bisa haru lihat seperti nada notasi lagu? Pokonya semacam itu.

“Ekhem”

Haruto memutar kursi putar itu cepat yang berarti juga Membalikkan badan itu. Dan sekarang ia bisa lihat wajah yang lima hari ini berkeliling dipikarannya sebelum tidur. Lalu tebak apa selanjutnya?

Mata itu terpejam. Tapi berbalik, bibirnya tersenyum penuh. Haru mengernyit.

'PH MAKSUTMU MISKA??' -inner haru

Selama sekian detik haru diam. Masih menatap muka junkyu yang nyengir lebar tapi mata merem. 'kata gue muka lo minta tampol' inner haru lagi.

Dan gerakan selanjutnya membuat junkyu terbahak keras. Kedua tangan lebih tepatnya jari telunjuk haru itu menarik paksa kantong matanyaーmemaksa dibuka.

'“cih” decih haru kecil

Junkyu kembali memasang muka datarnya dan dengan santainya menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi. Menunggu aksi haru selanjutnya.

“Ga kaget...” Kata haru dengan suara rendah dan meraih kedua pergelangan itu. Menariknya sampai si empu berdiri tegak dihadapannya. Junkyu masih diam walaupun sebenarnya ia ingin eum nanti saja.

Dan tanpa junkyu kira, Haru memajukan badannya. Membuat kedua badan mereka menempel.

Dua detik..

Junkyu masih diam. 'jantung gue kalo diafain konser rame kali ya, dugun dugun gini' batin OOT junkyu.

Dirasa memang junkyu tak ada niatan bergerak, haruto menurunkan kepalanya dan menumpunya di bahu junkyu.

15detik mereka mempertahankan posisi ini.

“Oke selesai” bisik junkyu. Dan kemudian tangannya melingkar di badan harunya yang semakin erat setiap sekonnya. Kini haru memilih diam, menutup matanya di bahu junkyu sembari menetralkan jantungnya. Menikmati pelukan dan kecupan kecupan ringan di rambut, telinga dan sedikit lehernya.

Junkyu tak puas hanya mengecupi dan memeluk sendiri begini. Lantas ia angkat tangan haru yang tergantung bebas, dan diarahkannya ke badannya sendiriーnyuruh meluk balik.

“Es krim nya abis gak” suara junkyu memecah keheningan. Sudah cukup waktu mereka terdiam di posisi ini, tapi kedua dari mereka sepertinya tidak mau menyudahinya.

Haru menggeleng lemah. Entah kenapa kepalanya terasa berat dipelukan itu.

Junkyu tertawa kecil. “Gamau tanya apa gituu” tanyanya lagi dengan tangan yang mengusap hoodie itu teratur.

Diam. Tak ada jawaban dari yang ditanya. Lalu junkyu memegang dua lengan itu. Memisahkan badan mereka. Dan kemudian menatap mata yang terlihat sayu itu.

“Sejak kapan?”

“Apanya” jawab haru pelan

“Pakai parfum aku” lanjut junkyu dengan senyum penuh arti

Haruto berpikir sebentar. Oh iya! Ini hoodie yang kemarin dibelikan junkyu saat ia diculik dan kalian tau kan, semua di semprot sama junkyu

“Kamu yang ngasih” pendeknya

“Kenapa mau pakai?” teasing haru still continue..

“Udah dibeliin” pendek haru lagi

“Ya kan bisa pake yang lain” senyuman junkyu semakin lebar melihat muka haru yang mulai ditekuk

“hem” haru hanya membaladnya dengan dehaman. Dan memajukan badannya lagiーmau peluk. Tapi tidak dengan junkyu yang lalu duduk di kursinya lagi.

“Apa? Aku mau duduk capek berdiri” jelas junkyu saat mata haru menatapnya lekat

“Kenapa? mau kayak tadi lagi?” Goda junkyu lagi.

Ya ampun

Haruto tak sadar mengangguk. Dan dengan cepat menggeleng dengan mata mebesar. 'keceplosan anying'

“Bilang dulu dong” kata junkyu lagi. 'Seru juga ganggu hawu' pikirnya

“cepet” haru capek mau balik

“Bilang kangen pake cara sendiri dong” smirk nakal junkyu

Haruto bergeming sesaat. Lalu mengarahkan pandangannya ke kamar kyu. Rapih, dengan dominasi warna krem dan coklat kayu.

“Gatau caranya” cicit haru kemudian. Ia tak dapat ide.

Sedang junkyu sendiri menahan gemasnya melihat itu semua.

Haru menatap junkyu tepat di manik matanya. Baik, junkyu ga bisa diginiin.

Ia beranjak dan meraih sebelah tangan itu. Lalu mendudukkan haru diujung kasur.

“Siap siap” kata junkyu lagi yang hanya dibalas tatapan bingung haru.

Dan kemudian, junkyu yang dalam posisi berdiri, menubrukkan badan itu keras sampai haruto jatuh dibawahnya. Memeluknya lebih erat dari sebelumnya.

“aakkk kkkhh” suara aneh haru saat dada nya ditindih dan lehernya dipeluk erat. Sebenarnya dia mau ketawa tapi ya gabisa.

Tangan haru naik keatas dan membelai shirt hitam itu pelan.

“Udah nerima kan?” Suara lembut junkyu menariknya kembali ke dunia, padahal haru sedikit lagi melewati jembatan mimpi.

Haruto lelah, diluar juga hari sudah gelap. Jadi ia hanya menggerakkan kepalanya asal. Junkyu terkekeh melihat itu. Jadi dia hanya tetap mengusap kepala itu lembut, ia tahu haru butuh itu.

Dan tak lama haru yang jatuh tertidur di pelukan hangat itu.

(hikd bey jga mau ngerasainT-T)

Junkyu menyingkirkan poni yang perlahan jatuh mengahalangi wajah pacarnya itu. Ekhem.

Ia betah melihat wajah yang bagaimana bernafas teratur dengan indahnya ini.

“Tiap hari kayak gini yuk” ucapnya pada udara kosong.

“Nanti kita ngebo bareng wkwk” lanjutnya dengan tawa menyadari sepertinya ia yang harus lebih lambat tidur jika mau melihat pemandangan ini. Secara seorang kim junkyu yang tak pernah bangun pagi.

“Pokonya ini kim haru punya kim junkyu” ucapnya lagi setelah beberapa saat. Dan mengecup pelipis itu serta menahannya selama beberapa detik sebelum kembali memundurkan wajahnya.


(Kembali dan nyeritain asahi yang tadi di tinggal jihoon ya)

Entah asahi juga tak tahu kenapa ia tetap masuk ke apart ini. Setelah tadi turun dan meminta bantuan supir untuk meminta guest card ke resepsionis, ia hanya terus menyelusuri gedung mewah ini. Lumayan, di setiap dindingnya ada lukisan jadi asahi betah betah saja melihatnya.

Sudah sekitar 2jam dia naik turun lantai tak menentu, dan sekarang ia terhampar di minimarket yang ada di lantai 3.

“Ga nyangka..tapi ga kaget” ucapnya datar saat asal memencet lantai eh malah menemukan minimarket didalam apartemen. 'lucky me' inner asahi.

Berjalan di samping rak rak. Lalu mengambil satu dan membaca komposisisnya lalu menaruhnya kembali tanpa niat membeli. Iya, asahi doang.

Saat matanya menangkap kotak kotak strawberry merah itu matanya sedikit berbinar. Setelah memastikan kalau ia sudah cukup lama berkelilingーbiar haru dan kyu punya waktuーia pikir cukup, sepertinya dia sudah bisa naik. Kemana? Unit fluffies lah! Dia kan belom dikasi kartu ama junkyu kalo kalian lupa.

Setelah mengambil 4kotak strawberry tadi dengan santainya asahi berjalan ke kasir.

Oh ya, asahi pintar berbahasa korea kalau kalian bingung. Kenapa? Tuntutan pekerjaan.

Dan...sial.

“Wah maaf hyung ini beda mata uang” ucap kasir itu. Pasalnya asahi memberikan uang kertas yen di negara yang menggunakan won.

Asahi memerah sampai telinga seutuhnya. Malu banget.

“Oh ya aku guest. Nih kamar putih lantai 13. Nanti tagih kesana aja deh, bisa gak?” Bisik asahi pelan, malu kalo sampai terdengar pada orang yang mengantri dibelakangnya.

“Sebentar. Lantai 13 kamar putih. Oh mereka gak ngaktifin sebagian fasilitas disini” kata kasir itu lagi sesudah mengecek data kamar di komputer. Tak usah heran, semua apartemen di gangnam seperti ini.

Asahi udah misuh misuh aja dalam hati. 'junkyu tolol sedunia tolol tolol to-'

“Mba satu kotak banana uyu ke kamar, yang biasa. Sama ini sekalian strawberry punya eum stranger-ssi ini. Berapa semua?” Kata seorang yang daritadi melihat pernegoan dan mengantri dibelakang asahi.

“Oh sekalian? Semua 21.000 won jaehyuk-ssi” total kasir itu. Ia sudah hapal dengan pelanggan yang tiap 5hari sekali dan hanya untuk sekotak banana uyu itu.

Asahi dibuat melongo. Tapi dengan cepat ia menunduk. Telinganya pasti memerah, sial.

“Oke mba. Diantar ke atas ya” ucap pemuda yang disebut jaehyuk itu. Kemudian dibalas anggukan oleh si kasir.

Tangan pemuda itu meraih bag paper barang asahi dan membawanya keluar.

Asahi masih diam menatap semua itu. 'ni gimana anjrot'

Dan dengan terburu ia mengejar dan menghalangi jalan pemuda itu. “Ekhem. Ee stranger-ssi makasih sudah membantu, saya mau permisi” kata asahi dengan bakor yang lancar serta gestur ingin meraih paper bag itu.

“Emang gue bilang mau ngasih? Kan cuma bayar” suara pemuda itu.

“Jaehyuk. Yoon jaehyuk. Buka stranger” tambahnya

Asahi menatap tak percaya ke pemuda di hadapannya. Wah bnar benar..

“Oh kalau begitu saya permisi yoon jaehyuk-ssi” pamit asahi dengan penekanan serta senyum terpaksanya.

'gue ngidam berry si anying' inner sahi

“Eh eh canda doang, jadi siapa stranger-ssi?” Suara yoonjaehyuk jaehyuk itu terdengar lagi.

Asahi hanya menatap datar pemuda itu. Apa yang dia inginkan?

“Saya beritahu nama lalu kau beri berry itu?” Tanya asahi pada akhirnya

“Oke baik. Ini. Jadi siapa?” Putus jaehyuk memberikan paper bag itu.

“Hamada. Just hamada. Thxx u yoon-ssi” asahi ingin cepat pergi dari orang aneh ini.

Jaehyuk memasang senyumnya. Hamada 'is he japanese?' innernya.

Dan asahi yang kemudian lepas dari sekitar jaehyuk menghela nafas lega. “Awas aja lo kim junkyu”

Tak lama kemudian.

“Eh hamada-ssi kia bertemu lagi. eoh apakah kau penghuni baru? Mau naik keatas? Lantai berapa?” Sialnya, asahi kembali bertemu pria ini. Tapi asahi mencoba acuh dan langsung masuk ke dalam lift dan yang ternyata si jehyok jeyok itu ikut masuk!!

Sudah mau marah saja asahi. Tapi ia ingat, ia guest disini. 'abis ambil kartu gue porotin tuh makhluk' batinnya kesal, ini semua karna junkyu!

Jaehyuk hanya senyum perkatannya mengapung di udara kosong. Tapi kemudian ia melotot saat mau menyentuh tombol lantai, tapi sudah terpencet.

Yang berarti...lantai yang ia dan hamada tuju, itu sama.

Jaehyuk semakin melebarkan senyumnya, tapi menutupnya dengan kepalan tangan. Tak mahu dikatai orang gila sama orang yang menarik perhatiannya.

Sampai di angka 13, lift terbuka. Jaehyuk membirakan hamada keluar terlebih dahulu. Sementara asahi yang sekarang mencari wujud pintu putih merasa janggal.

“Yak! Kau menguntitku???” Tuduh asahi langsung.

Jaehyuk yang dituding seperti itu gelagapan. Membuat asahi semakin membulatkan matanya.

“Tt-tidak bukan seperti itu aku ti-” jaehyuk patah patah

“AAAAA-mmph huek” teriak asahi dengan tidak malunya tapi kemudian di bekap tangan besar itu. Tak lama ia menghempaskannya dan membuang semua udara tersisa di paru parunya.

“Sshht aku tinggal disana. Pintu hitam” jelas jaehyuk cepat sambil menunjuk pintu yang dimaksut. Dari jarak segini, mereka bisa merasakan nafas masing masing.

“Agh jangan ikuti pokonya” ucapan asahi entah kenapa membuat jaehyuk malah ingin mengikutinya.

“GUE BILANG. JANGAN MENDEKAT.” Teriak asahi saat ia berjalan ke pintu putih tergesa, tapi dibelakangnya jaehyuk memasang kuda kuda untuk mengejarnya.

Jaehyuk ingin tertawa melihat wajah setengah merah itu. Lucu. Jadi ia semakin mempercepat langkahnya.

Asahi benar benar melotot sekarang. Jadi ia sepenuhnya berlari di lorong luas ini dan mengetuk keras pintu unit junkyu. Kartu yang ia miliki dari resepsionis itu hanya akses lift, tidak untuk masuk kamar.

DOK DOK DOK DOK

“AAAAA KIM JUNKYUUU”

DOK DOK DOK

Gedoran asahi semakin kencang tapi malah membuat senyum jaehyuk terpampang jelas. Hey apakah dia psikopat?

Cklek

Suara itu membuat asahi mebalikkan badannya cepat. Lalu tanpa sadar menempelkan badannya ke junkyuーorang yang membuka pintuーmencari perlindungan. Ia sudah terlampau takut.

Junkyu kaget dengan gerakan tetiba itu. Tapi kemudian “oh annyeong jaehyuk-ssi, ada apa ini?” Tanya junkyu dengan bahasa formal nya.

“eoh ternyata hamada mau ke unit mu. Anyyeong david-ssi, ah maaf tapi tak ada apa apa” balas jaehyuk dengan senyum manisnya.

Asahi yang melihat dua orang itu saling menyapa, kemudian jatuh,Kehilangan kesadarannya.

Haruto masih memandang asahi tak percaya, mulutnya juga masih sedikit terbuka sejak perkataan yang ia dengar datang bagai petir di hari cerah.

Apa kata sahi? Ini semua junkyu yang suruh? Maksutmu untuk datang ke seoul? Dan sekarang kau sudah di depan sebuah gedung yang ternyata apart beratus ratus juta?? Gila.

“Jadi lo komplotan gitu? Dari kapan hah” suara haruto sedikit meninggi di akhir. Membuat asahi memalingkan pandangannya ke arah pintu lobby yang seolah memanggil mereka cepat masuk. Keadaan mereka sekarang masih di dalam mobil yang menjemput dari bandara tadi. Untunglah supir ini benar benar memiliki akses, jadi mereka tidak usah khawatir akan di klakson karna menutup jalan. Dan juga bangunan ini tak sembarang orang bisa masuk. Lalu apa?

“Ga komplotan. Dia yang minta tolong. Dan ini juga dia baru bilang tadi pas gue ngajak lo. Mendadak kan? Ya marah ke dia coba sana dah dah” asahi masih mencoba menjelaskan dan didorongnya badan panjang itu ke arah pintu, menyuruh keluar. Haru sendiri sedari tadi terus menatap tak percaya-menutup mulut-lalu mengomel-dan kembali memotong ucapan asahi. Begitu terus.

“Apa? Masuk? Ogah” putusnya cepat dengan tangan yang terlipat di dada. Ia masih tak percaya. Hei orang gila mana? Oh tentu saja kim junkyu one and only.

Asahi kembali menghembuskan nafasnya kasar. Lalu beralih menatap supir di depan yang diam. 'gaenak anjir' batinnya.

Tak lama hening,

Tok tok

Kaca mobil posisi haru diketuk pelan. Keduanya menoleh. Dan lihat, cengiran jihoon itu cih.

Supir itu paham, toh tuannya itu fluffies jadi ia pasti membukakan kunci pintu mobil dahulu.

“Heh bocah, masuk sana. Gue udah cape banget lu jangan berantakin dah yak hush sna” kata park jihoon cepat kemudian menarik tungkai lengan panjang itu keluar. Dan berhasil.

“Gak ya anjing lo kira gue barang disuruh dateng segampang itu hab-mpph” haruto terus menyumpah serapahi perlakuan junkyu-yang kemudian dibekap jihoon.

“Masuk. Nih kartu. Lantai 13 pintu putih. Dadah haru” kata jihoon lagi. Sepertinya jihoon ini harus debut aktor deh, dia berkata di awal dengan nada mengintimadasi dan kemudian mendorong dan melambai santai tak lupa senyum pada badan yang berjalan lemas itu. Cepat sekali dia mengontrol muka.

Asahi dan jihoon masih diam sampai kemudian punggung haru benar benar hilang di pintu lift. “Lu cari cara sendiri ya, gue pergi dadah sahii” kata jihoon lagi lalu naik ke taksi yang entah sejak kapan menunggu di belakang mobil asahi.

Asahi diam.

Tik tok tik tok

“Anjing????” Sadarnya kemudian kalau ia ditinggal.


Lantai 12, satu lantai lagi. Haruto sebenernya sedikit gugup. Ia tidak tau apa yang akan ia temui nanti. Dan ia merasa asing disini. Takut pikirnya.

Ting

Lift terbuka. Haruto keluar dengan hela nafas yang semakin berat. Rasanya perutnya itu ikut berputar putar.

Tunggu sebentar. Mana kamarnya? Hey jangan main main!

Oh

Dia kurang berjalan jauh, dan apa ini? Waw selantai hanya diisi tiga kamar dan letaknya saling berjauhan? Dapat dipastikan memang ini unit yang besar. 'chaebol' batinnya.

Kembali ia telusuri lorong beasar itu. Di lantai ini ada 3kamar dan semua warna pintunya berbeda.

“Putih putih oh ini” ucapnya dengan menatap pintu putih yang dimaksut.

“Ekhem. Hahh-haru-hahh. Hm ok udah rapi” dehemnya lalu beralih menetralkan jantung dan kemudian memeriksa hoodie hitamnya. Ah kenapa ia hanya pakai hoodie sih?

Ctak

Pintu terbuka otomatis dengan perlahan setelah ia memerlihatkan kartu kedepan sensor. Ia diam sebentar lalu memberanikan diri masuk.

Lalu berhenti lagi. Tak mungkin kan dia masuk pakai sepatu? Matanya menatap sekitar.

“jangan bilang..” haru sedikit menunduk melihat benda itu. Sandal rumah berbahan bulu putih dengan aksen telinga hewan apa itu? Ah dia tak tahu yang penting bukan kelinci. Dan ada insial H berwarna hitam disana.

“Bodolah anying gue udah dipaksa kesini trobos aelah” acuhnya kemudian. Memakai sandal itu cepat dan mulai menelusuri tempat barunya ini.

Dapur,ruang tv,dan balkon sudah ia susuri semua. Berarti tinggal 4ruangan berpintu yang belum ia coba masuki.

'gede banget sih jadi lama kan. Lagian ngapa dia yang nyuruh kesini tapi gue yang nyari gini maksutnya tuh apa?' gerutunya dalam hati.

Cklek

Rupanya bey cape ngetik, dan di tebakan pintu pertama haruto, ia menemukannya.

Pemuda dengan anting sebelah salib perak yang sedang duduk mengahadap meja set pc yang menyala. Di kepalanya juga masih bertengger sebuah headphone. Tak menghiraukan kedatangannya.

Haruto menahan nafasnya. Degupnya memburu. Padahal ia hanya melangkah patah patah ke arah sudut-menghampiri sosok tadi.

'diam. Tahan. Tarik. Keluarin' huah. Rasanya dadanya akan meledak kalau begini terus. Dan kemudian dengan langkah berani ia mengambil langkah besar, membuat suara tak tak antara kakinya dan lantai semakin terdengar.

Tapi sosok itu masih beku. Tangannya hanya bergerak diatas mouse biru itu. Haruto sudah berdiri tepat dibelakang kursi putarnya, jadi ia bisa lihat apa yang pemuda itu lakukan sampai menghiraukan kehadirannya itu. Yang bisa haru lihat seperti nada notasi lagu? Pokonya semacam itu.

“Ekhem”

Haruto memutar kursi putar itu cepat yang berarti juga Membalikkan badan itu. Dan sekarang ia bisa lihat wajah yang lima hari ini berkeliling dipikarannya sebelum tidur. Lalu tebak apa selanjutnya?

Mata itu terpejam. Tapi berbalik, bibirnya tersenyum penuh. Haru mengernyit.

'PH MAKSUTMU MISKA??' -inner haru

Selama sekian detik haru diam. Masih menatap muka junkyu yang nyengir lebar tapi mata merem. 'kata gue muka lo minta tampol' inner haru lagi.

Dan gerakan selanjutnya membuat junkyu terbahak keras. Kedua tangan lebih tepatnya jari telunjuk haru itu menarik paksa kantong matanyaーmemaksa dibuka.

'“cih” decih haru kecil

Junkyu kembali memasang muka datarnya dan dengan santainya menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi. Menunggu aksi haru selanjutnya.

“Ga kaget...” Kata haru dengan suara rendah dan meraih kedua pergelangan itu. Menariknya sampai si empu berdiri tegak dihadapannya. Junkyu masih diam walaupun sebenarnya ia ingin eum nanti saja.

Dan tanpa junkyu kira, Haru memajukan badannya. Membuat kedua badan mereka menempel.

Dua detik..

Junkyu masih diam. 'jantung gue kalo diafain konser rame kali ya, dugun dugun gini' batin OOT junkyu.

Dirasa memang junkyu tak ada niatan bergerak, haruto menurunkan kepalanya dan menumpunya di bahu junkyu.

15detik mereka mempertahankan posisi ini.

“Oke selesai” bisik junkyu. Dan kemudian tangannya melingkar di badan harunya yang semakin erat setiap sekonnya. Kini haru memilih diam, menutup matanya di bahu junkyu sembari menetralkan jantungnya. Menikmati pelukan dan kecupan kecupan ringan di rambut, telinga dan sedikit lehernya.

Junkyu tak puas hanya mengecupi dan memeluk sendiri begini. Lantas ia angkat tangan haru yang tergantung bebas, dan diarahkannya ke badannya sendiriーnyuruh meluk balik.

“Es krim nya abis gak” suara junkyu memecah keheningan. Sudah cukup waktu mereka terdiam di posisi ini, tapi kedua dari mereka sepertinya tidak mau menyudahinya.

Haru menggeleng lemah. Entah kenapa kepalanya terasa berat dipelukan itu.

Junkyu tertawa kecil. “Gamau tanya apa gituu” tanyanya lagi dengan tangan yang mengusap hoodie itu teratur.

Diam. Tak ada jawaban dari yang ditanya. Lalu junkyu memegang dua lengan itu. Memisahkan badan mereka. Dan kemudian menatap mata yang terlihat sayu itu.

“Sejak kapan?”

“Apanya” jawab haru pelan

“Pakai parfum aku” lanjut junkyu dengan senyum penuh arti

Haruto berpikir sebentar. Oh iya! Ini hoodie yang kemarin dibelikan junkyu saat ia diculik dan kalian tau kan, semua di semprot sama junkyu

“Kamu yang ngasih” pendeknya

“Kenapa mau pakai?” teasing haru still continue..

“Udah dibeliin” pendek haru lagi

“Ya kan bisa pake yang lain” senyuman junkyu semakin lebar melihat muka haru yang mulai ditekuk

“hem” haru hanya membaladnya dengan dehaman. Dan memajukan badannya lagiーmau peluk. Tapi tidak dengan junkyu yang lalu duduk di kursinya lagi.

“Apa? Aku mau duduk capek berdiri” jelas junkyu saat mata haru menatapnya lekat

“Kenapa? mau kayak tadi lagi?” Goda junkyu lagi.

Ya ampun

Haruto tak sadar mengangguk. Dan dengan cepat menggeleng dengan mata mebesar. 'keceplosan anying'

“Bilang dulu dong” kata junkyu lagi. 'Seru juga ganggu hawu' pikirnya

“cepet” haru capek mau balik

“Bilang kangen pake cara sendiri dong” smirk nakal junkyu

Haruto bergeming sesaat. Lalu mengarahkan pandangannya ke kamar kyu. Rapih, dengan dominasi warna krem dan coklat kayu.

“Gatau caranya” cicit haru kemudian. Ia tak dapat ide.

Sedang junkyu sendiri menahan gemasnya melihat itu semua.

Haru menatap junkyu tepat di manik matanya. Baik, junkyu ga bisa diginiin.

Ia beranjak dan meraih sebelah tangan itu. Lalu mendudukkan haru diujung kasur.

“Siap siap” kata junkyu lagi yang hanya dibalas tatapan bingung haru.

Dan kemudian, junkyu yang dalam posisi berdiri, menubrukkan badan itu keras sampai haruto jatuh dibawahnya. Memeluknya lebih erat dari sebelumnya.

“aakkk kkkhh” suara aneh haru saat dada nya ditindih dan lehernya dipeluk erat. Sebenarnya dia mau ketawa tapi ya gabisa.

Tangan haru naik keatas dan membelai shirt hitam itu pelan.

“Udah nerima kan?” Suara lembut junkyu menariknya kembali ke dunia, padahal haru sedikit lagi melewati jembatan mimpi.

Haruto lelah, diluar juga hari sudah gelap. Jadi ia hanya menggerakkan kepalanya asal. Junkyu terkekeh melihat itu. Jadi dia hanya tetap mengusap kepala itu lembut, ia tahu haru butuh itu.

Dan tak lama haru yang jatuh tertidur di pelukan hangat itu.

(hikd bey jga mau ngerasainT-T)

Junkyu menyingkirkan poni yang perlahan jatuh mengahalangi wajah pacarnya itu. Ekhem.

Ia betah melihat wajah yang bagaimana bernafas teratur dengan indahnya ini.

“Tiap hari kayak gini yuk” ucapnya pada udara kosong.

“Nanti kita ngebo bareng wkwk” lanjutnya dengan tawa menyadari sepertinya ia yang harus lebih lambat tidur jika mau melihat pemandangan ini. Secara seorang kim junkyu yang tak pernah bangun pagi.

“Pokonya ini kim haru punya kim junkyu” ucapnya lagi setelah beberapa saat. Dan mengecup pelipis itu serta menahannya selama beberapa detik sebelum kembali memundurkan wajahnya.


(Kembali dan nyeritain asahi yang tadi di tinggal jihoon ya)

Entah asahi juga tak tahu kenapa ia tetap masuk ke apart ini. Setelah tadi turun dan meminta bantuan supir untuk meminta guest card ke resepsionis, ia hanya terus menyelusuri gedung mewah ini. Lumayan, di setiap dindingnya ada lukisan jadi asahi betah betah saja melihatnya.

Sudah sekitar 2jam dia naik turun lantai tak menentu, dan sekarang ia terhampar di minimarket yang ada di lantai 3.

“Ga nyangka..tapi ga kaget” ucapnya datar saat asal memencet lantai eh malah menemukan minimarket didalam apartemen. 'lucky me' inner asahi.

Berjalan di samping rak rak. Lalu mengambil satu dan membaca komposisisnya lalu menaruhnya kembali tanpa niat membeli. Iya, asahi doang.

Saat matanya menangkap kotak kotak strawberry merah itu matanya sedikit berbinar. Setelah memastikan kalau ia sudah cukup lama berkelilingーbiar haru dan kyu punya waktuーia pikir cukup, sepertinya dia sudah bisa naik. Kemana? Unit fluffies lah! Dia kan belom dikasi kartu ama junkyu kalo kalian lupa.

Setelah mengambil 4kotak strawberry tadi dengan santainya asahi berjalan ke kasir.

Oh ya, asahi pintar berbahasa korea kalau kalian bingung. Kenapa? Tuntutan pekerjaan.

Dan...sial.

“Wah maaf hyung ini beda mata uang” ucap kasir itu. Pasalnya asahi memberikan uang kertas yen di negara yang menggunakan won.

Asahi memerah sampai telinga seutuhnya. Malu banget.

“Oh ya aku guest. Nih kamar putih lantai 13. Nanti tagih kesana aja deh, bisa gak?” Bisik asahi pelan, malu kalo sampai terdengar pada orang yang mengantri dibelakangnya.

“Sebentar. Lantai 13 kamar putih. Oh mereka gak ngaktifin sebagian fasilitas disini” kata kasir itu lagi sesudah mengecek data kamar di komputer. Tak usah heran, semua apartemen di gangnam seperti ini.

Asahi udah misuh misuh aja dalam hati. 'junkyu tolol sedunia tolol tolol to-'

“Mba satu kotak banana uyu ke kamar, yang biasa. Sama ini sekalian strawberry punya eum stranger-ssi ini. Berapa semua?” Kata seorang yang daritadi melihat pernegoan dan mengantri dibelakang asahi.

“Oh sekalian? Semua 21.000 won jaehyuk-ssi” total kasir itu. Ia sudah hapal dengan pelanggan yang tiap 5hari sekali dan hanya untuk sekotak banana uyu itu.

Asahi dibuat melongo. Tapi dengan cepat ia menunduk. Telinganya pasti memerah, sial.

“Oke mba. Diantar ke atas ya” ucap pemuda yang disebut jaehyuk itu. Kemudian dibalas anggukan oleh si kasir.

Tangan pemuda itu meraih bag paper barang asahi dan membawanya keluar.

Asahi masih diam menatap semua itu. 'ni gimana anjrot'

Dan dengan terburu ia mengejar dan menghalangi jalan pemuda itu. “Ekhem. Ee stranger-ssi makasih sudah membantu, saya mau permisi” kata asahi dengan bakor yang lancar serta gestur ingin meraih paper bag itu.

“Emang gue bilang mau ngasih? Kan cuma bayar” suara pemuda itu.

“Jaehyuk. Yoon jaehyuk. Buka stranger” tambahnya

Asahi menatap tak percaya ke pemuda di hadapannya. Wah bnar benar..

“Oh kalau begitu saya permisi yoon jaehyuk-ssi” pamit asahi dengan penekanan serta senyum terpaksanya.

'gue ngidam berry si anying' inner sahi

“Eh eh canda doang,

Haruto masih memandang asahi tak percaya, mulutnya juga masih sedikit terbuka sejak perkataan yang ia dengar datang bagai petir di hari cerah.

Apa kata sahi? Ini semua junkyu yang suruh? Maksutmu untuk datang ke seoul? Dan sekarang kau sudah di depan sebuah gedung yang ternyata apart beratus ratus juta?? Gila.

“Jadi lo komplotan gitu? Dari kapan hah” suara haruto sedikit meninggi di akhir. Membuat asahi memalingkan pandangannya ke arah pintu lobby yang seolah memanggil mereka cepat masuk. Keadaan mereka sekarang masih di dalam mobil yang menjemput dari bandara tadi. Untunglah supir ini benar benar memiliki akses, jadi mereka tidak usah khawatir akan di klakson karna menutup jalan. Dan juga bangunan ini tak sembarang orang bisa masuk. Lalu apa?

“Ga komplotan. Dia yang minta tolong. Dan ini juga dia baru bilang tadi pas gue ngajak lo. Mendadak kan? Ya marah ke dia coba sana dah dah” asahi masih mencoba menjelaskan dan didorongnya badan panjang itu ke arah pintu, menyuruh keluar. Haru sendiri sedari tadi terus menatap tak percaya-menutup mulut-lalu mengomel-dan kembali memotong ucapan asahi. Begitu terus.

“Apa? Masuk? Ogah” putusnya cepat dengan tangan yang terlipat di dada. Ia masih tak percaya. Hei orang gila mana? Oh tentu saja kim junkyu one and only.

Asahi kembali menghembuskan nafasnya kasar. Lalu beralih menatap supir di depan yang diam. 'gaenak anjir' batinnya.

Tak lama hening,

Tok tok

Kaca mobil posisi haru diketuk pelan. Keduanya menoleh. Dan lihat, cengiran jihoon itu cih.

Supir itu paham, toh tuannya itu fluffies jadi ia pasti membukakan kunci pintu mobil dahulu.

“Heh bocah, masuk sana. Gue udah cape banget lu jangan berantakin dah yak hush sna” kata park jihoon cepat kemudian menarik tungkai lengan panjang itu keluar. Dan berhasil.

“Gak ya anjing lo kira gue barang disuruh dateng segampang itu hab-mpph” haruto terus menyumpah serapahi perlakuan junkyu-yang kemudian dibekap jihoon.

“Masuk. Nih kartu. Lantai 13 pintu putih. Dadah haru” kata jihoon lagi. Sepertinya jihoon ini harus debut aktor deh, dia berkata di awal dengan nada mengintimadasi dan kemudian mendorong dan melambai santai tak lupa senyum pada badan yang berjalan lemas itu. Cepat sekali dia mengontrol muka.

Asahi dan jihoon masih diam sampai kemudian punggung haru benar benar hilang di pintu lift. “Lu cari cara sendiri ya, gue pergi dadah sahii” kata jihoon lagi lalu naik ke taksi yang entah sejak kapan menunggu di belakang mobil asahi.

Asahi diam.

Tik tok tik tok

“Anjing????” Sadarnya kemudian kalau ia ditinggal.


Lantai 12, satu lantai lagi. Haruto sebenernya sedikit gugup. Ia tidak tau apa yang akan ia temui nanti. Dan ia merasa asing disini. Takut pikirnya.

Ting

Lift terbuka. Haruto keluar dengan hela nafas yang semakin berat. Rasanya perutnya itu ikut berputar putar.

Tunggu sebentar. Mana kamarnya? Hey jangan main main!

Oh

Dia kurang berjalan jauh, dan apa ini? Waw selantai hanya diisi tiga kamar dan letaknya saling berjauhan? Dapat dipastikan memang ini unit yang besar. 'chaebol' batinnya.

Kembali ia telusuri lorong beasar itu. Di lantai ini ada 3kamar dan semua warna pintunya berbeda.

“Putih putih oh ini” ucapnya dengan menatap pintu putih yang dimaksut.

“Ekhem. Hahh-haru-hahh. Hm ok udah rapi” dehemnya lalu beralih menetralkan jantung dan kemudian memeriksa hoodie hitamnya. Ah kenapa ia hanya pakai hoodie sih?

Ctak

Pintu terbuka otomatis dengan perlahan setelah ia memerlihatkan kartu kedepan sensor. Ia diam sebentar lalu memberanikan diri masuk.

Lalu berhenti lagi. Tak mungkin kan dia masuk pakai sepatu? Matanya menatap sekitar.

“jangan bilang..” haru sedikit menunduk melihat benda itu. Sandal rumah berbahan bulu putih dengan aksen telinga hewan apa itu? Ah dia tak tahu yang penting bukan kelinci. Dan ada insial H berwarna hitam disana.

“Bodolah anying gue udah dipaksa kesini trobos aelah” acuhnya kemudian. Memakai sandal itu cepat dan mulai menelusuri tempat barunya ini.

Dapur,ruang tv,dan balkon sudah ia susuri semua. Berarti tinggal 4ruangan berpintu yang belum ia coba masuki.

'gede banget sih jadi lama kan. Lagian ngapa dia yang nyuruh kesini tapi gue yang nyari gini maksutnya tuh apa?' gerutunya dalam hati.

Cklek

Rupanya bey cape ngetik, dan di tebakan pintu pertama haruto, ia menemukannya.

Pemuda dengan anting sebelah salib perak yang sedang duduk mengahadap meja set pc yang menyala. Di kepalanya juga masih bertengger sebuah headphone. Tak menghiraukan kedatangannya.

Haruto menahan nafasnya. Degupnya memburu. Padahal ia hanya melangkah patah patah ke arah sudut-menghampiri sosok tadi.

'diam. Tahan. Tarik. Keluarin' huah. Rasanya dadanya akan meledak kalau begini terus. Dan kemudian dengan langkah berani ia mengambil langkah besar, membuat suara tak tak antara kakinya dan lantai semakin terdengar.

Tapi sosok itu masih beku. Tangannya hanya bergerak diatas mouse biru itu. Haruto sudah berdiri tepat dibelakang kursi putarnya, jadi ia bisa lihat apa yang pemuda itu lakukan sampai menghiraukan kehadirannya itu. Yang bisa haru lihat seperti nada notasi lagu? Pokonya semacam itu.

“Ekhem”

Haruto memutar kursi putar itu cepat yang berarti juga Membalikkan badan itu. Dan sekarang ia bisa lihat wajah yang lima hari ini berkeliling dipikarannya sebelum tidur. Lalu tebak apa selanjutnya?

Mata itu terpejam. Tapi berbalik, bibirnya tersenyum penuh. Haru mengernyit.

'PH MAKSUTMU MISKA??' -inner haru

Selama sekian detik haru diam. Masih menatap muka junkyu yang nyengir lebar tapi mata merem. 'kata gue muka lo minta tampol' inner haru lagi.

Dan gerakan selanjutnya membuat junkyu terbahak keras. Kedua tangan lebih tepatnya jari telunjuk haru itu menarik paksa kantong matanyaーmemaksa dibuka.

'“cih” decih haru kecil

Junkyu kembali memasang muka datarnya dan dengan santainya menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi. Menunggu aksi haru selanjutnya.

“Ga kaget...” Kata haru dengan suara rendah dan meraih kedua pergelangan itu. Menariknya sampai si empu berdiri tegak dihadapannya. Junkyu masih diam walaupun sebenarnya ia ingin eum nanti saja.

Dan tanpa junkyu kira, Haru memajukan badannya. Membuat kedua badan mereka menempel.

Dua detik..

Junkyu masih diam. 'jantung gue kalo diafain konser rame kali ya, dugun dugun gini' batin OOT junkyu.

Dirasa memang junkyu tak ada niatan bergerak, haruto menurunkan kepalanya dan menumpunya di bahu junkyu.

15detik mereka mempertahankan posisi ini.

“Oke selesai” bisik junkyu. Dan kemudian tangannya melingkar di badan harunya yang semakin erat setiap sekonnya. Kini haru memilih diam, menutup matanya di bahu junkyu sembari menetralkan jantungnya. Menikmati pelukan dan kecupan kecupan ringan di rambut, telinga dan sedikit lehernya.

Junkyu tak puas hanya mengecupi dan memeluk sendiri begini. Lantas ia angkat tangan haru yang tergantung bebas, dan diarahkannya ke badannya sendiriーnyuruh meluk balik.

“Es krim nya abis gak” suara junkyu memecah keheningan. Sudah cukup waktu mereka terdiam di posisi ini, tapi kedua dari mereka sepertinya tidak mau menyudahinya.

Haru menggeleng lemah. Entah kenapa kepalanya terasa berat dipelukan itu.

Junkyu tertawa kecil. “Gamau tanya apa gituu” tanyanya lagi dengan tangan yang mengusap hoodie itu teratur.

Diam. Tak ada jawaban dari yang ditanya. Lalu junkyu memegang dua lengan itu. Memisahkan badan mereka. Dan kemudian menatap mata yang terlihat sayu itu.

“Sejak kapan?”

“Apanya” jawab haru pelan

“Pakai parfum aku” lanjut junkyu dengan senyum penuh arti

Haruto berpikir sebentar. Oh iya! Ini hoodie yang kemarin dibelikan junkyu saat ia diculik dan kalian tau kan, semua di semprot sama junkyu

“Kamu yang ngasih” pendeknya

“Kenapa mau pakai?” teasing haru still continue..

“Udah dibeliin” pendek haru lagi

“Ya kan bisa pake yang lain” senyuman junkyu semakin lebar melihat muka haru yang mulai ditekuk

“hem” haru hanya membaladnya dengan dehaman. Dan memajukan badannya lagiーmau peluk. Tapi tidak dengan junkyu yang lalu duduk di kursinya lagi.

“Apa? Aku mau duduk capek berdiri” jelas junkyu saat mata haru menatapnya lekat

“Kenapa? mau kayak tadi lagi?” Goda junkyu lagi.

Ya ampun

Haruto tak sadar mengangguk. Dan dengan cepat menggeleng dengan mata mebesar. 'keceplosan anying'

“Bilang dulu dong” kata junkyu lagi. 'Seru juga ganggu hawu' pikirnya

“cepet” haru capek mau balik

“Bilang kangen pake cara sendiri dong” smirk nakal junkyu

Haruto bergeming sesaat. Lalu mengarahkan pandangannya ke kamar kyu. Rapih, dengan dominasi warna krem dan coklat kayu.

“Gatau caranya” cicit haru kemudian. Ia tak dapat ide.

Sedang junkyu sendiri menahan gemasnya melihat itu semua.

Haru menatap junkyu tepat di manik matanya. Baik, junkyu ga bisa diginiin.

Ia beranjak dan meraih sebelah tangan itu. Lalu mendudukkan haru diujung kasur.

“Siap siap” kata junkyu lagi yang hanya dibalas tatapan bingung haru.

Dan kemudian, junkyu yang dalam posisi berdiri, menubrukkan badan itu keras sampai haruto jatuh dibawahnya. Memeluknya lebih erat dari sebelumnya.

“aakkk kkkhh” suara aneh haru saat dada nya ditindih dan lehernya dipeluk erat. Sebenarnya dia mau ketawa tapi ya gabisa.

Tangan haru naik keatas dan membelai shirt hitam itu pelan.

“Udah nerima kan?” Suara lembut junkyu menariknya kembali ke dunia, padahal haru sedikit lagi melewati jembatan mimpi.

Haruto lelah, diluar juga hari sudah gelap. Jadi ia hanya menggerakkan kepalanya asal. Junkyu terkekeh melihat itu. Jadi dia hanya tetap mengusap kepala itu lembut, ia tahu haru butuh itu.

Dan tak lama haru yang jatuh tertidur di pelukan hangat itu.

(hikd bey jga mau ngerasainT-T)

Junkyu menyingkirkan poni yang perlahan jatuh mengahalangi wajah pacarnya itu. Ekhem.

Ia betah melihat wajah yang bagaimana bernafas teratur dengan indahnya ini.

“Tiap hari kayak gini yuk” ucapnya pada udara kosong.

“Nanti kita ngebo bareng wkwk” lanjutnya dengan tawa menyadari sepertinya ia yang harus lebih lambat tidur jika mau melihat pemandangan ini. Secara seorang kim junkyu yang tak pernah bangun pagi.

“Pokonya ini kim haru punya kim junkyu” ucapnya lagi setelah beberapa saat. Dan mengecup pelipis itu serta menahannya selama beberapa detik sebelum kembali memundurkan wajahnya.


Haruto masih memandang asahi tak percaya, mulutnya juga masih sedikit terbuka sejak perkataan yang ia dengar datang bagai petir di hari cerah.

Apa kata sahi? Ini semua junkyu yang suruh? Maksutmu untuk datang ke seoul? Dan sekarang kau sudah di depan sebuah gedung yang ternyata apart beratus ratus juta?? Gila.

“Jadi lo komplotan gitu? Dari kapan hah” suara haruto sedikit meninggi di akhir. Membuat asahi memalingkan pandangannya ke arah pintu lobby yang seolah memanggil mereka cepat masuk. Keadaan mereka sekarang masih di dalam mobil yang menjemput dari bandara tadi. Untunglah supir ini benar benar memiliki akses, jadi mereka tidak usah khawatir akan di klakson karna menutup jalan. Dan juga bangunan ini tak sembarang orang bisa masuk. Lalu apa?

“Ga komplotan. Dia yang minta tolong. Dan ini juga dia baru bilang tadi pas gue ngajak lo. Mendadak kan? Ya marah ke dia coba sana dah dah” asahi masih mencoba menjelaskan dan didorongnya badan panjang itu ke arah pintu, menyuruh keluar. Haru sendiri sedari tadi terus menatap tak percaya-menutup mulut-lalu mengomel-dan kembali memotong ucapan asahi. Begitu terus.

“Apa? Masuk? Ogah” putusnya cepat dengan tangan yang terlipat di dada. Ia masih tak percaya. Hei orang gila mana? Oh tentu saja kim junkyu one and only.

Asahi kembali menghembuskan nafasnya kasar. Lalu beralih menatap supir di depan yang diam. 'gaenak anjir' batinnya.

Tak lama hening,

Tok tok

Kaca mobil posisi haru diketuk pelan. Keduanya menoleh. Dan lihat, cengiran jihoon itu cih.

Supir itu paham, toh tuannya itu fluffies jadi ia pasti membukakan kunci pintu mobil dahulu.

“Heh bocah, masuk sana. Gue udah cape banget lu jangan berantakin dah yak hush sna” kata park jihoon cepat kemudian menarik tungkai lengan panjang itu keluar. Dan berhasil.

“Gak ya anjing lo kira gue barang disuruh dateng segampang itu hab-mpph” haruto terus menyumpah serapahi perlakuan junkyu-yang kemudian dibekap jihoon.

“Masuk. Nih kartu. Lantai 13 pintu putih. Dadah haru” kata jihoon lagi. Sepertinya jihoon ini harus debut aktor deh, dia berkata di awal dengan nada mengintimadasi dan kemudian mendorong dan melambai santai tak lupa senyum pada badan yang berjalan lemas itu. Cepat sekali dia mengontrol muka.

Asahi dan jihoon masih diam sampai kemudian punggung haru benar benar hilang di pintu lift. “Lu cari cara sendiri ya, gue pergi dadah sahii” kata jihoon lagi lalu naik ke taksi yang entah sejak kapan menunggu di belakang mobil asahi.

Asahi diam.

Tik tok tik tok

“Anjing????” Sadarnya kemudian kalau ia ditinggal.


Lantai 12, satu lantai lagi. Haruto sebenernya sedikit gugup. Ia tidak tau apa yang akan ia temui nanti. Dan ia merasa asing disini. Takut pikirnya.

Ting

Lift terbuka. Haruto keluar dengan hela nafas yang semakin berat. Rasanya perutnya itu ikut berputar putar.

Tunggu sebentar. Mana kamarnya? Hey jangan main main!

Oh

Dia kurang berjalan jauh, dan apa ini? Waw selantai hanya diisi tiga kamar dan letaknya saling berjauhan? Dapat dipastikan memang ini unit yang besar. 'chaebol' batinnya.

Kembali ia telusuri lorong beasar itu. Di lantai ini ada 3kamar dan semua warna pintunya berbeda.

“Putih putih oh ini” ucapnya dengan menatap pintu putih yang dimaksut.

“Ekhem. Hahh-haru-hahh. Hm ok udah rapi” dehemnya lalu beralih menetralkan jantung dan kemudian memeriksa hoodie hitamnya. Ah kenapa ia hanya pakai hoodie sih?

Ctak

Pintu terbuka otomatis dengan perlahan setelah ia memerlihatkan kartu kedepan sensor. Ia diam sebentar lalu memberanikan diri masuk.

Lalu berhenti lagi. Tak mungkin kan dia masuk pakai sepatu? Matanya menatap sekitar.

“jangan bilang..” haru sedikit menunduk melihat benda itu. Sandal rumah berbahan bulu putih dengan aksen telinga hewan apa itu? Ah dia tak tahu yang penting bukan kelinci. Dan ada insial H berwarna hitam disana.

“Bodolah anying gue udah dipaksa kesini trobos aelah” acuhnya kemudian. Memakai sandal itu cepat dan mulai menelusuri tempat barunya ini.

Dapur,ruang tv,dan balkon sudah ia susuri semua. Berarti tinggal 4ruangan berpintu yang belum ia coba masuki.

'gede banget sih jadi lama kan. Lagian ngapa dia yang nyuruh kesini tapi gue yang nyari gini maksutnya tuh apa?' gerutunya dalam hati.

Cklek

Rupanya bey cape ngetik, dan di tebakan pintu pertama haruto, ia menemukannya.

Pemuda dengan anting sebelah salib perak yang sedang duduk mengahadap meja set pc yang menyala. Di kepalanya juga masih bertengger sebuah headphone. Tak menghiraukan kedatangannya.

Haruto menahan nafasnya. Degupnya memburu. Padahal ia hanya melangkah patah patah ke arah sudut-menghampiri sosok tadi.

'diam. Tahan. Tarik. Keluarin' huah. Rasanya dadanya akan meledak kalau begini terus. Dan kemudian dengan langkah berani ia mengambil langkah besar, membuat suara tak tak antara kakinya dan lantai semakin terdengar.

Tapi sosok itu masih beku. Tangannya hanya bergerak diatas mouse biru itu. Haruto sudah berdiri tepat dibelakang kursi putarnya, jadi ia bisa lihat apa yang pemuda itu lakukan sampai menghiraukan kehadirannya itu. Yang bisa haru lihat seperti nada notasi lagu? Pokonya semacam itu.

“Ekhem”

Haruto memutar kursi putar itu cepat yang berarti juga Membalikkan badan itu. Dan sekarang ia bisa lihat wajah yang lima hari ini berkeliling dipikarannya sebelum tidur. Lalu tebak apa selanjutnya?

Mata itu terpejam. Tapi berbalik, bibirnya tersenyum penuh. Haru mengernyit.

'PH MAKSUTMU MISKA??' -inner haru

Selama sekian detik haru diam. Masih menatap muka junkyu yang nyengir lebar tapi mata merem. 'kata gue muka lo minta tampol' inner haru lagi.

Dan gerakan selanjutnya membuat junkyu terbahak keras. Kedua tangan lebih tepatnya jari telunjuk haru itu menarik paksa kantong matanyaーmemaksa dibuka.

'“cih” decih haru kecil

Junkyu kembali memasang muka datarnya dan dengan santainya menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi. Menunggu aksi haru selanjutnya.

“Ga kaget...” Kata haru dengan suara rendah dan meraih kedua pergelangan itu. Menariknya sampai si empu berdiri tegak dihadapannya. Junkyu masih diam walaupun sebenarnya ia ingin eum nanti saja.

Dan tanpa junkyu kira, Haru memajukan badannya. Membuat kedua badan mereka menempel.

Dua detik..

Junkyu masih diam. 'jantung gue kalo diafain konser rame kali ya, dugun dugun gini' batin OOT junkyu.

Dirasa memang junkyu tak ada niatan bergerak, haruto menurunkan kepalanya dan menumpunya di bahu junkyu.

15detik mereka mempertahankan posisi ini.

“Oke selesai” bisik junkyu. Dan kemudian tangannya melingkar di badan harunya yang semakin erat setiap sekonnya. Kini haru memilih diam, menutup matanya di bahu junkyu sembari menetralkan jantungnya. Menikmati pelukan dan kecupan kecupan ringan di rambut, telinga dan sedikit lehernya.

Junkyu tak puas hanya mengecupi dan memeluk sendiri begini. Lantas ia angkat tangan haru yang tergantung bebas, dan diarahkannya ke badannya sendiriーnyuruh meluk balik.

“Es krim nya abis gak” suara junkyu memecah keheningan. Sudah cukup waktu mereka terdiam di posisi ini, tapi kedua dari mereka sepertinya tidak mau menyudahinya.

Haru menggeleng lemah. Entah kenapa kepalanya terasa berat dipelukan itu.

Junkyu tertawa kecil. “Gamau tanya apa gituu” tanyanya lagi dengan tangan yang mengusap hoodie itu teratur.

Diam. Tak ada jawaban dari yang ditanya. Lalu junkyu memegang dua lengan itu. Memisahkan badan mereka. Dan kemudian menatap mata yang terlihat sayu itu.

“Sejak kapan?”

“Apanya” jawab haru pelan

“Pakai parfum aku” lanjut junkyu dengan senyum penuh arti

Haruto berpikir sebentar. Oh iya! Ini hoodie yang kemarin dibelikan junkyu saat ia diculik dan kalian tau kan, semua di semprot sama junkyu

“Kamu yang ngasih” pendeknya

“Kenapa mau pakai?” teasing haru still continue..

“Udah dibeliin” pendek haru lagi

“Ya kan bisa pake yang lain” senyuman junkyu semakin lebar melihat muka haru yang mulai ditekuk

“hem” haru hanya membaladnya dengan dehaman. Dan memajukan badannya lagiーmau peluk. Tapi tidak dengan junkyu yang lalu duduk di kursinya lagi.

“Apa? Aku mau duduk capek berdiri” jelas junkyu saat mata haru menatapnya lekat

“Kenapa? mau kayak tadi lagi?” Goda junkyu lagi.

Ya ampun

Haruto tak sadar mengangguk. Dan dengan cepat menggeleng dengan mata mebesar. 'keceplosan anying'

“Bilang dulu dong” kata junkyu lagi. 'Seru juga ganggu hawu' pikirnya

“cepet” haru capek mau balik

“Bilang kangen pake cara sendiri dong” smirk nakal junkyu

Haruto bergeming sesaat. Lalu mengarahkan pandangannya ke kamar kyu. Rapih, dengan dominasi warna krem dan coklat kayu.

“Gatau caranya” cicit haru kemudian. Ia tak dapat ide.

Sedang junkyu sendiri menahan gemasnya melihat itu semua.

Haru menatap junkyu tepat di manik matanya. Baik, junkyu ga bisa diginiin.

Ia beranjak dan meraih sebelah tangan itu. Lalu mendudukkan haru diujung kasur.

“Siap siap” kata junkyu lagi yang hanya dibalas tatapan bingung haru.

Dan kemudian, junkyu yang dalam posisi berdiri, menubrukkan badan itu keras sampai haruto jatuh dibawahnya. Memeluknya lebih erat dari sebelumnya.

“aakkk kkkhh” suara aneh haru saat dada nya ditindih dan lehernya dipeluk erat. Sebenarnya dia mau ketawa tapi ya gabisa.

Tangan haru naik keatas dan membelai shirt hitam itu pelan.

“Udah nerima kan?” Suara lembut junkyu menariknya kembali ke dunia, padahal haru sedikit lagi melewati jembatan mimpi.

Haruto lelah, diluar juga hari sudah gelap. Jadi ia hanya menggerakkan kepalanya asal. Junkyu terkekeh melihat itu. Jadi dia hanya tetap mengusap kepala itu lembut, ia tahu haru butuh itu.

Dan tak lama haru yang jatuh tertidur di pelukan hangat itu.

(hikd bey jga mau ngerasainT-T)