fluffypow

Haruto masih memandang asahi tak percaya, mulutnya juga masih sedikit terbuka sejak perkataan yang ia dengar datang bagai petir di hari cerah.

Apa kata sahi? Ini semua junkyu yang suruh? Maksutmu untuk datang ke seoul? Dan sekarang kau sudah di depan sebuah gedung yang ternyata apart beratus ratus juta?? Gila.

“Jadi lo komplotan gitu? Dari kapan hah” suara haruto sedikit meninggi di akhir. Membuat asahi memalingkan pandangannya ke arah pintu lobby yang seolah memanggil mereka cepat masuk. Keadaan mereka sekarang masih di dalam mobil yang menjemput dari bandara tadi. Untunglah supir ini benar benar memiliki akses, jadi mereka tidak usah khawatir akan di klakson karna menutup jalan. Dan juga bangunan ini tak sembarang orang bisa masuk. Lalu apa?

“Ga komplotan. Dia yang minta tolong. Dan ini juga dia baru bilang tadi pas gue ngajak lo. Mendadak kan? Ya marah ke dia coba sana dah dah” asahi masih mencoba menjelaskan dan didorongnya badan panjang itu ke arah pintu, menyuruh keluar. Haru sendiri sedari tadi terus menatap tak percaya-menutup mulut-lalu mengomel-dan kembali memotong ucapan asahi. Begitu terus.

“Apa? Masuk? Ogah” putusnya cepat dengan tangan yang terlipat di dada. Ia masih tak percaya. Hei orang gila mana? Oh tentu saja kim junkyu one and only.

Asahi kembali menghembuskan nafasnya kasar. Lalu beralih menatap supir di depan yang diam. 'gaenak anjir' batinnya.

Tak lama hening,

Tok tok

Kaca mobil posisi haru diketuk pelan. Keduanya menoleh. Dan lihat, cengiran jihoon itu cih.

Supir itu paham, toh tuannya itu fluffies jadi ia pasti membukakan kunci pintu mobil dahulu.

“Heh bocah, masuk sana. Gue udah cape banget lu jangan berantakin dah yak hush sna” kata park jihoon cepat kemudian menarik tungkai lengan panjang itu keluar. Dan berhasil.

“Gak ya anjing lo kira gue barang disuruh dateng segampang itu hab-mpph” haruto terus menyumpah serapahi perlakuan junkyu-yang kemudian dibekap jihoon.

“Masuk. Nih kartu. Lantai 13 pintu putih. Dadah haru” kata jihoon lagi. Sepertinya jihoon ini harus debut aktor deh, dia berkata di awal dengan nada mengintimadasi dan kemudian mendorong dan melambai santai tak lupa senyum pada badan yang berjalan lemas itu. Cepat sekali dia mengontrol muka.

Asahi dan jihoon masih diam sampai kemudian punggung haru benar benar hilang di pintu lift. “Lu cari cara sendiri ya, gue pergi dadah sahii” kata jihoon lagi lalu naik ke taksi yang entah sejak kapan menunggu di belakang mobil asahi.

Asahi diam.

Tik tok tik tok

“Anjing????” Sadarnya kemudian kalau ia ditinggal.


Lantai 12, satu lantai lagi. Haruto sebenernya sedikit gugup. Ia tidak tau apa yang akan ia temui nanti. Dan ia merasa asing disini. Takut pikirnya.

Ting

Lift terbuka. Haruto keluar dengan hela nafas yang semakin berat. Rasanya perutnya itu ikut berputar putar.

Tunggu sebentar. Mana kamarnya? Hey jangan main main!

Oh

Dia kurang berjalan jauh, dan apa ini? Waw selantai hanya diisi tiga kamar dan letaknya saling berjauhan? Dapat dipastikan memang ini unit yang besar. 'chaebol' batinnya.

Kembali ia telusuri lorong beasar itu. Di lantai ini ada 3kamar dan semua warna pintunya berbeda.

“Putih putih oh ini” ucapnya dengan menatap pintu putih yang dimaksut.

“Ekhem. Hahh-haru-hahh. Hm ok udah rapi” dehemnya lalu beralih menetralkan jantung dan kemudian memeriksa hoodie hitamnya. Ah kenapa ia hanya pakai hoodie sih?

Ctak

Pintu terbuka otomatis dengan perlahan setelah ia memerlihatkan kartu kedepan sensor. Ia diam sebentar lalu memberanikan diri masuk.

Lalu berhenti lagi. Tak mungkin kan dia masuk pakai sepatu? Matanya menatap sekitar.

“jangan bilang..” haru sedikit menunduk melihat benda itu. Sandal rumah berbahan bulu putih dengan aksen telinga hewan apa itu? Ah dia tak tahu yang penting bukan kelinci. Dan ada insial H berwarna hitam disana.

“Bodolah anying gue udah dipaksa kesini trobos aelah” acuhnya kemudian. Memakai sandal itu cepat dan mulai menelusuri tempat barunya ini.

Dapur,ruang tv,dan balkon sudah ia susuri semua. Berarti tinggal 4ruangan berpintu yang belum ia coba masuki.

'gede banget sih jadi lama kan. Lagian ngapa dia yang nyuruh kesini tapi gue yang nyari gini maksutnya tuh apa?' gerutunya dalam hati.

Cklek

Rupanya bey cape ngetik, dan di tebakan pintu pertama haruto, ia menemukannya.

Pemuda dengan anting sebelah salib perak yang sedang duduk mengahadap meja set pc yang menyala. Di kepalanya juga masih bertengger sebuah headphone. Tak menghiraukan kedatangannya.

Haruto menahan nafasnya. Degupnya memburu. Padahal ia hanya melangkah patah patah ke arah sudut-menghampiri sosok tadi.

'diam. Tahan. Tarik. Keluarin' huah. Rasanya dadanya akan meledak kalau begini terus. Dan kemudian dengan langkah berani ia mengambil langkah besar, membuat suara tak tak antara kakinya dan lantai semakin terdengar.

Tapi sosok itu masih beku. Tangannya hanya bergerak diatas mouse biru itu. Haruto sudah berdiri tepat dibelakang kursi putarnya, jadi ia bisa lihat apa yang pemuda itu lakukan sampai menghiraukan kehadirannya itu. Yang bisa haru lihat seperti nada notasi lagu? Pokonya semacam itu.

“Ekhem”

Haruto memutar kursi putar itu cepat yang berarti juga Membalikkan badan itu. Dan sekarang ia bisa lihat wajah yang lima hari ini berkeliling dipikarannya sebelum tidur. Lalu tebak apa selanjutnya?

Mata itu terpejam. Tapi berbalik, bibirnya tersenyum penuh. Haru mengernyit.

'PH MAKSUTMU MISKA??' -inner haru

Selama sekian detik haru diam. Masih menatap muka junkyu yang nyengir lebar tapi mata merem. 'kata gue muka lo minta tampol' inner haru lagi.

Dan gerakan selanjutnya membuat junkyu terbahak keras. Kedua tangan lebih tepatnya jari telunjuk haru itu menarik paksa kantong matanyaーmemaksa dibuka.

'“cih” decih haru kecil

Junkyu kembali memasang muka datarnya dan dengan santainya menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi. Menunggu aksi haru selanjutnya.

“Ga kaget...” Kata haru dengan suara rendah dan meraih kedua pergelangan itu. Menariknya sampai si empu berdiri tegak dihadapannya. Junkyu masih diam walaupun sebenarnya ia ingin eum nanti saja.

Dan tanpa junkyu kira, Haru memajukan badannya. Membuat kedua badan mereka menempel.

Dua detik..

Junkyu masih diam. 'jantung gue kalo diafain konser rame kali ya, dugun dugun gini' batin OOT junkyu.

Dirasa memang junkyu tak ada niatan bergerak, haruto menurunkan kepalanya dan menumpunya di bahu junkyu.

15detik mereka mempertahankan posisi ini.

“Oke selesai” bisik junkyu. Dan kemudian tangannya melingkar di badan harunya yang semakin erat setiap sekonnya. Kini haru memilih diam, menutup matanya di bahu junkyu sembari menetralkan jantungnya. Menikmati pelukan dan kecupan kecupan ringan di rambut, telinga dan sedikit lehernya.

Junkyu tak puas hanya mengecupi dan memeluk sendiri begini. Lantas ia angkat tangan haru yang tergantung bebas, dan diarahkannya ke badannya sendiriーnyuruh meluk balik.

“Es krim nya abis gak” suara junkyu memecah keheningan. Sudah cukup waktu mereka terdiam di posisi ini, tapi kedua dari mereka sepertinya tidak mau menyudahinya.

Haru menggeleng lemah. Entah kenapa kepalanya terasa berat dipelukan itu.

Junkyu tertawa kecil. “Gamau tanya apa gituu” tanyanya lagi dengan tangan yang mengusap hoodie itu teratur.

Diam. Tak ada jawaban dari yang ditanya. Lalu junkyu memegang dua lengan itu. Memisahkan badan mereka. Dan kemudian menatap mata yang terlihat sayu itu.

“Sejak kapan?”

“Apanya” jawab haru pelan

“Pakai parfum aku” lanjut junkyu dengan senyum penuh arti

Haruto berpikir sebentar. Oh iya! Ini hoodie yang kemarin dibelikan junkyu saat ia diculik dan kalian tau kan, semua di semprot sama junkyu

“Kamu yang ngasih” pendeknya

“Kenapa mau pakai?” teasing haru still continue..

“Udah dibeliin” pendek haru lagi

“Ya kan bisa pake yang lain” senyuman junkyu semakin lebar melihat muka haru yang mulai ditekuk

“hem” haru hanya membaladnya dengan dehaman. Dan memajukan badannya lagiーmau peluk. Tapi tidak dengan junkyu yang lalu duduk di kursinya lagi.

“Apa? Aku mau duduk capek berdiri” jelas junkyu saat mata haru menatapnya lekat

“Kenapa? mau kayak tadi lagi?” Goda junkyu lagi.

Ya ampun

Haruto tak sadar mengangguk. Dan dengan cepat menggeleng dengan mata mebesar. 'keceplosan anying'

Haruto masih memandang asahi tak percaya, mulutnya juga masih sedikit terbuka sejak perkataan yang ia dengar datang bagai petir di hari cerah.

Apa kata sahi? Ini semua junkyu yang suruh? Maksutmu untuk datang ke seoul? Dan sekarang kau sudah di depan sebuah gedung yang ternyata apart beratus ratus juta?? Gila.

“Jadi lo komplotan gitu? Dari kapan hah” suara haruto sedikit meninggi di akhir. Membuat asahi memalingkan pandangannya ke arah pintu lobby yang seolah memanggil mereka cepat masuk. Keadaan mereka sekarang masih di dalam mobil yang menjemput dari bandara tadi. Untunglah supir ini benar benar memiliki akses, jadi mereka tidak usah khawatir akan di klakson karna menutup jalan. Dan juga bangunan ini tak sembarang orang bisa masuk. Lalu apa?

“Ga komplotan. Dia yang minta tolong. Dan ini juga dia baru bilang tadi pas gue ngajak lo. Mendadak kan? Ya marah ke dia coba sana dah dah” asahi masih mencoba menjelaskan dan didorongnya badan panjang itu ke arah pintu, menyuruh keluar. Haru sendiri sedari tadi terus menatap tak percaya-menutup mulut-lalu mengomel-dan kembali memotong ucapan asahi. Begitu terus.

“Apa? Masuk? Ogah” putusnya cepat dengan tangan yang terlipat di dada. Ia masih tak percaya. Hei orang gila mana? Oh tentu saja kim junkyu one and only.

Asahi kembali menghembuskan nafasnya kasar. Lalu beralih menatap supir di depan yang diam. 'gaenak anjir' batinnya.

Tak lama hening,

Tok tok

Kaca mobil posisi haru diketuk pelan. Keduanya menoleh. Dan lihat, cengiran jihoon itu cih.

Supir itu paham, toh tuannya itu fluffies jadi ia pasti membukakan kunci pintu mobil dahulu.

“Heh bocah, masuk sana. Gue udah cape banget lu jangan berantakin dah yak hush sna” kata park jihoon cepat kemudian menarik tungkai lengan panjang itu keluar. Dan berhasil.

“Gak ya anjing lo kira gue barang disuruh dateng segampang itu hab-mpph” haruto terus menyumpah serapahi perlakuan junkyu-yang kemudian dibekap jihoon.

“Masuk. Nih kartu. Lantai 13 pintu putih. Dadah haru” kata jihoon lagi. Sepertinya jihoon ini harus debut aktor deh, dia berkata di awal dengan nada mengintimadasi dan kemudian mendorong dan melambai santai tak lupa senyum pada badan yang berjalan lemas itu. Cepat sekali dia mengontrol muka.

Asahi dan jihoon masih diam sampai kemudian punggung haru benar benar hilang di pintu lift. “Lu cari cara sendiri ya, gue pergi dadah sahii” kata jihoon lagi lalu naik ke taksi yang entah sejak kapan menunggu di belakang mobil asahi.

Asahi diam.

Tik tok tik tok

“Anjing????” Sadarnya kemudian kalau ia ditinggal.


Lantai 12, satu lantai lagi. Haruto sebenernya sedikit gugup. Ia tidak tau apa yang akan ia temui nanti. Dan ia merasa asing disini. Takut pikirnya.

Ting

Lift terbuka. Haruto keluar dengan hela nafas yang semakin berat. Rasanya perutnya itu ikut berputar putar.

Tunggu sebentar. Mana kamarnya? Hey jangan main main!

Oh

Dia kurang berjalan jauh, dan apa ini? Waw selantai hanya diisi tiga kamar dan letaknya saling berjauhan? Dapat dipastikan memang ini unit yang besar. 'chaebol' batinnya.

Kembali ia telusuri lorong beasar itu. Di lantai ini ada 3kamar dan semua warna pintunya berbeda.

“Putih putih oh ini” ucapnya dengan menatap pintu putih yang dimaksut.

“Ekhem. Hahh-haru-hahh. Hm ok udah rapi” dehemnya lalu beralih menetralkan jantung dan kemudian memeriksa hoodie hitamnya. Ah kenapa ia hanya pakai hoodie sih?

Ctak

Pintu terbuka otomatis dengan perlahan setelah ia memerlihatkan kartu kedepan sensor. Ia diam sebentar lalu memberanikan diri masuk.

Lalu berhenti lagi. Tak mungkin kan dia masuk pakai sepatu? Matanya menatap sekitar.

“jangan bilang..” haru sedikit menunduk melihat benda itu. Sandal rumah berbahan bulu putih dengan aksen telinga hewan apa itu? Ah dia tak tahu yang penting bukan kelinci. Dan ada insial H berwarna hitam disana.

“Bodolah anying gue udah dipaksa kesini trobos aelah” acuhnya kemudian. Memakai sandal itu cepat dan mulai menelusuri tempat barunya ini.

Dapur,ruang tv,dan balkon sudah ia susuri semua. Berarti tinggal 4ruangan berpintu yang belum ia coba masuki.

'gede banget sih jadi lama kan. Lagian ngapa dia yang nyuruh kesini tapi gue yang nyari gini maksutnya tuh apa?' gerutunya dalam hati.

Cklek

Rupanya bey cape ngetik, dan di tebakan pintu pertama haruto, ia menemukannya.

Pemuda dengan anting sebelah salib perak yang sedang duduk mengahadap meja set pc yang menyala. Di kepalanya juga masih bertengger sebuah headphone. Tak menghiraukan kedatangannya.

Haruto menahan nafasnya. Degupnya memburu. Padahal ia hanya melangkah patah patah ke arah sudut-menghampiri sosok tadi.

'diam. Tahan. Tarik. Keluarin' huah. Rasanya dadanya akan meledak kalau begini terus. Dan kemudian dengan langkah berani ia mengambil langkah besar, membuat suara tak tak antara kakinya dan lantai semakin terdengar.

Tapi sosok itu masih beku. Tangannya hanya bergerak diatas mouse biru itu. Haruto sudah berdiri tepat dibelakang kursi putarnya, jadi ia bisa lihat apa yang pemuda itu lakukan sampai menghiraukan kehadirannya itu.

Haruto masih memandang asahi tak percaya, mulutnya juga masih sedikit terbuka sejak perkataan yang ia dengar datang bagai petir di hari cerah.

Apa kata sahi? Ini semua junkyu yang suruh? Maksutmu untuk datang ke seoul? Dan sekarang kau sudah di depan sebuah gedung yang ternyata apart beratus ratus juta?? Gila.

“Jadi lo komplotan gitu? Dari kapan hah” suara haruto sedikit meninggi di akhir. Membuat asahi memalingkan pandangannya ke arah pintu lobby yang seolah memanggil mereka cepat masuk. Keadaan mereka sekarang masih di dalam mobil yang menjemput dari bandara tadi. Untunglah supir ini benar benar memiliki akses, jadi mereka tidak usah khawatir akan di klakson karna menutup jalan. Dan juga bangunan ini tak sembarang orang bisa masuk. Lalu apa?

“Ga komplotan. Dia yang minta tolong. Dan ini juga dia baru bilang tadi pas gue ngajak lo. Mendadak kan? Ya marah ke dia coba sana dah dah” asahi masih mencoba menjelaskan dan didorongnya badan panjang itu ke arah pintu, menyuruh keluar. Haru sendiri sedari tadi terus menatap tak percaya-menutup mulut-lalu mengomel-dan kembali memotong ucapan asahi. Begitu terus.

“Apa? Masuk? Ogah” putusnya cepat dengan tangan yang terlipat di dada. Ia masih tak percaya. Hei orang gila mana? Oh tentu saja kim junkyu one and only.

Asahi kembali menghembuskan nafasnya kasar. Lalu beralih menatap supir di depan yang diam. 'gaenak anjir' batinnya.

Tak lama hening,

Tok tok

Kaca mobil posisi haru diketuk pelan. Keduanya menoleh. Dan lihat, cengiran jihoon itu cih.

Supir itu paham, toh tuannya itu fluffies jadi ia pasti membukakan kunci pintu mobil dahulu.

“Heh bocah, masuk sana. Gue udah cape banget lu jangan berantakin dah yak hush sna” kata park jihoon cepat kemudian menarik tungkai lengan panjang itu keluar. Dan berhasil.

“Gak ya anjing lo kira gue barang disuruh dateng segampang itu hab-mpph” haruto terus menyumpah serapahi perlakuan junkyu-yang kemudian dibekap jihoon.

“Masuk. Nih kartu. Lantai 13 pintu putih. Dadah haru” kata jihoon lagi. Sepertinya jihoon ini harus debut aktor deh, dia berkata di awal dengan nada mengintimadasi dan kemudian mendorong dan melambai santai tak lupa senyum pada badan yang berjalan lemas itu. Cepat sekali dia mengontrol muka.

Asahi dan jihoon masih diam sampai kemudian punggung haru benar benar hilang di pintu lift. “Lu cari cara sendiri ya, gue pergi dadah sahii” kata jihoon lagi lalu naik ke taksi yang entah sejak kapan menunggu di belakang mobil asahi.

Asahi diam.

Tik tok tik tok

“Anjing????” Sadarnya kemudian kalau ia ditinggal.


Lantai 12, satu lantai lagi. Haruto sebenernya sedikit gugup. Ia tidak tau apa yang akan ia temui nanti. Dan ia merasa asing disini. Takut pikirnya.

Ting

Lift terbuka. Haruto keluar dengan hela nafas yang semakin berat. Rasanya perutnya itu ikut berputar putar.

Tunggu sebentar. Mana kamarnya? Hey jangan main main!

Oh

Dia kurang berjalan jauh, dan apa ini? Waw selantai hanya diisi tiga kamar dan letaknya saling berjauhan? Dapat dipastikan memang ini unit yang besar. 'chaebol' batinnya.

Kembali ia telusuri lorong beasar itu. Di lantai ini ada 3kamar dan semua warna pintunya berbeda.

“Putih putih oh ini” ucapnya dengan menatap pintu putih yang dimaksut.

“Ekhem. Hahh-haru-hahh. Hm ok udah rapi” dehemnya lalu beralih menetralkan jantung dan kemudian memeriksa hoodie hitamnya. Ah kenapa ia hanya pakai hoodie sih?

Ctak

Pintu terbuka otomatis dengan perlahan setelah ia memerlihatkan kartu kedepan sensor. Ia diam sebentar lalu memberanikan diri masuk.

Lalu berhenti lagi. Tak mungkin kan dia masuk pakai sepatu? Matanya menatap sekitar.

“jangan bilang..” haru sedikit menunduk melihat benda itu. Sandal rumah berbahan bulu putih dengan aksen telinga hewan apa itu? Ah dia tak tahu yang penting bukan kelinci. Dan ada insial H berwarna hitam disana.

Haruto masih memandang asahi tak percaya, mulutnya juga masih sedikit terbuka sejak perkataan yang ia dengar datang bagai petir di hari cerah.

Apa kata sahi? Ini semua junkyu yang suruh? Maksutmu untuk datang ke seoul? Dan sekarang kau sudah di depan sebuah gedung yang ternyata apart beratus ratus juta?? Gila.

“Jadi lo komplotan gitu? Dari kapan hah” suara haruto sedikit meninggi di akhir. Membuat asahi memalingkan pandangannya ke arah pintu lobby yang seolah memanggil mereka cepat masuk. Keadaan mereka sekarang masih di dalam mobil yang menjemput dari bandara tadi. Untunglah supir ini benar benar memiliki akses, jadi mereka tidak usah khawatir akan di klakson karna menutup jalan. Dan juga bangunan ini tak sembarang orang bisa masuk. Lalu apa?

“Ga komplotan. Dia yang minta tolong. Dan ini juga dia baru bilang tadi pas gue ngajak lo. Mendadak kan? Ya marah ke dia coba sana dah dah” asahi masih mencoba menjelaskan dan didorongnya badan panjang itu ke arah pintu, menyuruh keluar. Haru sendiri sedari tadi terus menatap tak percaya-menutup mulut-lalu mengomel-dan kembali memotong ucapan asahi. Begitu terus.

“Apa? Masuk? Ogah” putusnya cepat dengan tangan yang terlipat di dada. Ia masih tak percaya. Hei orang gila mana? Oh tentu saja kim junkyu one and only.

Asahi kembali menghembuskan nafasnya kasar. Lalu beralih menatap supir di depan yang diam. 'gaenak anjir' batinnya.

Tak lama hening,

Tok tok

Kaca mobil posisi haru diketuk pelan. Keduanya menoleh. Dan lihat, cengiran jihoon itu cih.

Supir itu paham, toh tuannya itu fluffies jadi ia pasti membukakan kunci pintu mobil dahulu.

“Heh bocah, masuk sana. Gue udah cape banget lu jangan berantakin dah yak hush sna” kata park jihoon cepat kemudian menarik tungkai lengan panjang itu keluar. Dan berhasil.

“Gak ya anjing lo kira gue barang disuruh dateng segampang itu hab-mpph” haruto terus menyumpah serapahi perlakuan junkyu-yang kemudian dibekap jihoon.

“Masuk. Nih kartu. Lantai 13 pintu putih. Dadah haru” kata jihoon lagi. Sepertinya jihoon ini harus debut aktor deh, dia berkata di awal dengan nada mengintimadasi dan kemudian mendorong dan melambai santai tak lupa senyum pada badan yang berjalan lemas itu. Cepat sekali dia mengontrol muka.

Asahi dan jihoon masih diam sampai kemudian punggung haru benar benar hilang di pintu lift. “Lu cari cara sendiri ya, gue pergi dadah sahii” kata jihoon lagi lalu naik ke taksi yang entah sejak kapan menunggu di belakang mobil asahi.

Asahi diam.

Tik tok tik tok

“Anjing????” Sadarnya kemudian kalau ia ditinggal.


Lantai 12, satu lantai lagi. Haruto sebenernya sedikit gugup. Ia tidak tau apa yang akan ia temui nanti. Dan ia merasa asing disini. Takut pikirnya.

Ting

Lift terbuka. Haruto keluar dengan hela nafas yang semakin berat. Rasanya perutnya itu ikut berputad putar

Haruto masih memandang asahi tak percaya, mulutnya juga masih sedikit terbuka sejak perkataan yang ia dengar datang bagai petir di hari cerah.

Apa kata sahi? Ini semua junkyu yang suruh? Maksutmu untuk datang ke seoul? Dan sekarang kau sudah di depan sebuah gedung yang ternyata apart beratus ratus juta?? Gila.

“Jadi lo komplotan gitu? Dari kapan hah” suara haruto sedikit meninggi di akhir. Membuat asahi memalingkan pandangannya ke arah pintu lobby yang seolah memanggil mereka cepat masuk. Keadaan mereka sekarang masih di dalam mobil yang menjemput dari bandara tadi. Untunglah supir ini benar benar memiliki akses, jadi mereka tidak usah khawatir akan di klakson karna menutup jalan. Dan juga bangunan ini tak sembarang orang bisa masuk. Lalu apa?

“Ga komplotan. Dia yang minta tolong. Dan ini juga dia baru bilang tadi pas gue ngajak lo. Mendadak kan? Ya marah ke dia coba sana dah dah” asahi masih mencoba menjelaskan dan didorongnya badan panjang itu ke arah pintu, menyuruh keluar. Haru sendiri sedari tadi terus menatap tak percaya-menutup mulut-lalu mengomel-dan kembali memotong ucapan asahi. Begitu terus.

“Apa? Masuk? Ogah” putusnya cepat dengan tangan yang terlipat di dada. Ia masih tak percaya. Hei orang gila mana? Oh tentu saja kim junkyu one and only.

Asahi kembali menghembuskan nafasnya kasar. Lalu beralih menatap supir di depan yang diam. 'gaenak anjir' batinnya.

Tak lama hening,

Tok tok

Kaca mobil posisi haru diketuk pelan. Keduanya menoleh. Dan lihat, cengiran jihoon itu cih.

Supir itu paham, toh tuannya itu fluffies jadi ia pasti membukakan kunci pintu mobil dahulu.

“Heh bocah, masuk sana. Gue udah cape banget lu jangan berantakin dah yak hush sna” kata park jihoon cepat kemudian menarik tungkai lengan panjang itu keluar. Dan berhasil.

“Gak ya anjing lo kira gue barang disuruh dateng segampang itu hab-mpph” haruto terus menyumpah serapahi perlakuan junkyu-yang kemudian dibekap jihoon.

“Masuk. Nih kartu. Lantai 13 pintu putih. Dadah haru” kata jihoon lagi. Sepertinya jihoon ini harus debut aktor deh, dia berkata di awal dengan nada mengintimadasi dan kemudian mendorong dan melambai santai tak lupa senyum pada badan yang berjalan lemas itu. Cepat sekali dia mengontrol muka.

Asahi dan jihoon masih diam sampai kemudian punggung haru benar benar hilang di pintu lift. “Lu cari cara sendiri ya, gue pergi dadah sahii” kata jihoon lagi lalu naik ke taksi yang entah sejak kapan menunggu di belakang mobil asahi.

Asahi diam.

Tik tok tik tok

“Anjing????” Sadarnya kemudian kalau ia ditinggal.

___________________

Lantai 12, satu lantai lagi. Haruto sebenernya sedikit gugup. Ia tidak tau apa yang akan ia temui nanti. Dan ia merasa asing disini. Takut pikirnya.

Ting

Lift terbuka. Haruto keluar dengan hela nafas yang semakin berat. Rasanya perutnya itu ikut berputad putar

Haruto masih memandang asahi tak percaya, mulutnya juga masih sedikit terbuka sejak perkataan yang ia dengar datang bagai petir di hari cerah.

Apa kata sahi? Ini semua junkyu yang suruh? Maksutmu untuk datang ke seoul? Dan sekarang kau sudah di depan sebuah gedung yang ternyata apart beratus ratus juta?? Gila.

“Jadi lo komplotan gitu? Dari kapan hah” suara haruto sedikit meninggi di akhir. Membuat asahi memalingkan pandangannya ke arah pintu lobby yang seolah memanggil mereka cepat masuk. Keadaan mereka sekarang masih di dalam mobil yang menjemput dari bandara tadi. Untunglah supir ini benar benar memiliki akses, jadi mereka tidak usah khawatir akan di klakson karna menutup jalan. Dan juga bangunan ini tak sembarang orang bisa masuk. Lalu apa?

“Ga komplotan. Dia yang minta tolong. Dan ini juga dia baru bilang tadi pas gue ngajak lo. Mendadak kan? Ya marah ke dia coba sana dah dah” asahi masih mencoba menjelaskan dan didorongnya badan panjang itu ke arah pintu, menyuruh keluar. Haru sendiri sedari tadi terus menatap tak percaya-menutup mulut-lalu mengomel-dan kembali memotong ucapan asahi. Begitu terus.

“Apa? Masuk? Ogah” putusnya cepat dengan tangan yang terlipat di dada. Ia masih tak percaya. Hei orang gila mana? Oh tentu saja kim junkyu one and only.

Asahi kembali menghembuskan nafasnya kasar. Lalu beralih menatap supir di depan yang diam. 'gaenak anjir' batinnya.

Tak lama hening,

Tok tok

Haruto masih memandang asahi tak percaya, mulutnya juga masih sedikit terbuka sejak perkataan yang ia dengar datang bagai petir di hari cerah.

Apa kata sahi? Ini semua junkyu yang suruh? Maksutmu untuk datang ke seoul? Dan sekarang kau sudah di depan sebuah gedung yang ternyata apart beratus ratus juta??

Haruto masih memandang asahi tak percaya, mulutnya juga masih sedikit terbuka sejak perkataan yang datang bagai petir di hari cerah.

Apa kata sahi? Ini semua junkyu yang suruh? wht the fck.

mau?

Semenjak kedua nya dapat pesan bersamaan tadi pagi, haru berubah jadi lebih lembut. Lembut yang dalam artian nerima gitu aja apa yang dilakuin sama junkyu. Kabar junkyu? Kesenengan sampe menuju tak terbatas dan melampauinya.

Contohnya tadi saat mereka di lift, junkyu curi kesempatan. Ngambil tangan yang lebih dingin dari dia,dibawa masuk ke dalam kantung mantelnya yang lebih hangat. Terasa sesak karna diisi dua, tapi tetap membuat kedua hati menghangat.

Dan lagi, saat haru yang awalnya ribut sendiri menanyakan tentang segala outfit—dengan bibir kering yang dimajukan. Yah, naluri mengambil alih isi otak junkyu. Saat tangannya sudah siap memberikan satu bag yang daritadi dicari haru malah dilepas. Bergerak ingin sedikit melembabkan benda kenyal yang ditatapnya. Haru bukan bodoh saat tau junkyu mendekat, tapi matanya tak menatap maniknya. Bibir. Tapi dia tetap memilih diam. Sampai tangan hangat terkesan panas itu menangkup pipi dinginnya. Mempertemukan kedua belah benda tak bertulang. Hanya kecupan kecil. Haru menatap kelopak mata yang terpejam didepannya. 'bahkan bulu matanya juga indah' batinnya tenang—lalu secara otomatis ikut terpejam. Junkyu dengan hati meletup letup bahagia menarik sudut bibirnya,tapi dilepas kembali cepat karna itu membuat bibirnya secara tidak penuh menempel pada milik haru.

Dirasa sudah cukup, dengan satu langkah berani ia menggigit kuat bibir bawah yang dikecupnya. Bibir penuh itu terbuka kaget, tapi langsung kembali digigit junkyu pada bagian atas. Perlahan ia melepas tempelan itu. Senyumnya mengembang 'sudah tak sepucat tadi'. Sebagai penutup, junkyu kembali memajukan wajahnya, menempelkan bibir dengan sedikit lidah yang terjulur keluar. Menyapu pelan bibir penuh haru—dengan kecupan ringan di ujung bibir. Saat ia kembali memundurkan wajah memberi jarak. Senyum lebarnya terangkat rapi,lagi'sudah lebih lembab,bahkan karena aku'.

“Ekhem” deheman junkyu menariknya kembali. Haru sepenuhnya kembali sadar dari keterkejutannya. Membalik tubuhnya ketika dilihatnya pemuda yang satunya juga memunggunginya. 'hey kapan..?' matanya menatap lembut paper bag yang sudah menggantung di sela jari nya. Tersadar lagi akan semua, dia memilih cepat kabur ke toilet dengan degupan jantung dan perasaan hati yang membuncah.

Gelak junkyu terdengar kecil. “Bahkan hawu membeku hanya karna kecupan”

“Pfft merahnya tak hanya dibibir, merambat cepat ke telinga” gumamnya lagi dengan senyum lebar dan tangan yang meraba bibir atasnya pelan.

. .

Junkyu memang sedikit terkejut saat mobil yang menjemputnya memiliki kursi penumpang yang tergabung panjang. Tak terpisah seperti mobil yang biasa dipakai. Tapi tak jadi bertanya heran. 'biar lebih lengket kane nih'.

Satu tangannya melingkar. Awalnya dipundak untuk merangkul. Tak ada penolakan, jadi junkyu menurunkan tangannya. Meletakkannya dipinggang, yang sempat membuat haru duduk tegap untuk sesaat. Tidak lama tubuh haru kembali rileks, menerima tangan yang melingkar itu. Dan bahkan tangannya yang berada di sisi yang sama balas menutup tangan junkyu di pinggangnya. Hanya memegang, ia belum sanggup atas dirinya jika sampai menggengam sepihak

Dan begitu selanjutnya sampai mobil berhenti di depan galeri seni. Dengan banyak papan bunga ucapan selamat menghiasi bagian depan.

“Kita turun terpisah. Pasti banyak media yang mengikutimu. Dah bye” putus haru cepat. Dan secepat itu dia bergerak membuka dan meninggalkan sisi mobil.

Dan junkyu,, yang sedikit sedih karna genggaman yang lepas. Tapi juga lega, karna ia belum siap dengan adanya headline berita dengan namanya akan kabar memiliki orang dekat.

“Pak tunggu 20menit baru aku turun ya” kata nya kecil.

. .

Dan kemudian junkyu menyesali keputusan 20menitnya. Ia terlambat pembukaan 12menit lalu. Dapat ditatapnya ditengah ruangan—piano dan haru yang sangat terlihat cocok menjadi satu. Dengan melodi yang hampir masuk bagian akhir. Ia melewati bagian manisnya.

. .

Setelah kejadian tadi, junkyu ditarik jihoon yang terakhir dilihatnya 3hari lalu. Menariknya menjauh untuk menemui seseorang. Oh iya, karna acara satu tahunan galeri asahi bersifat pribadi, maka yang ada didalamnya tentu memiliki hubungan baik dengan si pemuda blonde. Dan siapa sangka asahi berteman dengan komposer yang selalu dinanti collab nya dengan fluffies—Noa kazama.

Dan itu dapat menarik seluruh perhatian junkyu. Memakan waktu lama saat dirinya,yedam dan jihoon membicarakan apapun agar si komposer merasa nyaman. Dan berlanjut dengan tawaran kerja sama. Sampai dengan pemutusan akan bertemu lagi secepatnya.

Semua mulus dengan mulut luwes park jihoon. Ucapan yang keluar darinya selalu meyakinkan. Membuat noa nyaman. Semua selesai, mereka berjabat tangan. Tapi berbeda saat kulitnya yang berhadapan dengan kukit komposer-kazama noaitu.

“Kucing gue lepas” gumam junkyu.

“Ah,maaf? Apa?” Tanya Noa saat tangannya tak sengaja ditekan kuat.

“Ng tidak tidak, maaf. Semoga panggilanmu datang lebih cepat. Aku permisi dulu” lanjut junkyu dengan ringisan saat sadar tangnnya terlalu kuat menggenggam.

Dengan jalan langkah lebar ia mencari sosok dengan anting tergantung sebelah di sisi kiri—yang sama dengannya. Melirik jam nya, 'anjir sejam gue tinggal. Haru mana'.

“Asahi” panggilnya.

Asahi segera menunduk sopan ke orang dihadapannya. Membuat gestur sampai jumpa lalu berbalik.

“Oh david. Lo kenapa?” Wajah bingung didepannya terlihat jelas.

“Lo ada liat haru? Kemana dia? Ada sama lo ga daritadi?”

“Eh bang selow. Travis. Panggil travis kalau diluar. Dia mau dipanggil gitu sama lo aja harusnya lo seneng—

Junkyu semakin menyatukan ujung alisnya,bingung.

—tadi travis sama gue. Sempet nanyain lo. Abistu gatau kemana” lanjut asahi.

“Dia nanya apa?gimana?” Tangan junkyu sudah memegang kedua sisi asahi.

Dengan pelan ditolak. Ini tempat umum dan asahi tak mau ada barita oot muncul. “Gatau dave. Gue gatau. Coba kebelakang dia suka kesana kalo dateng”

“Belakang? Ok. Dah sahi” pamitnya lagi dengan langkah langsung menuju kebelakang.

. .

Disana hanya ada beberapa kursi santai yang dikelilingi tumbuhan. Dan beberapa pernik lainnya. Serta..pagar kecil yang rantainya terbuka. Tanda ada orang yang habis keluar. Meninggalkan tempat ini padahal ada gerbang didepan