Ah,taman ini tak pernah berubah. Sengaja dirawat oleh pemerintah. Tugu peringatan atau bahkan sebagai pengganti rumah abu bagi korban jatuhnya pesawat yang mengangkut sebagian besar tentara jepang yang kembali setelah membantu negeri ginseng itu di perbatasan. Meninggalkan luka bagi yang ditinggalkan. Sempat juga hubungan kedua negara itu dalam keadaan dingin. Mereka pasukan kebanggaan jepang, tentu saja sangat disayangkan. Walau tak semua.
Junkyu menghela pelan,berjalan ke arah stand bunga dan lilin. Lampu temaram berwarna keemasan mulai memancar bergabung dengan yang lain. Hari ini, tepat peringatan tahun ke3 setelah insiden tersebut terjadi. Dan junkyu bahkan belum bangun dari mimpinya.
Lebih dari 120figura terpampang didepannya, yang hampir semuanya sudah memiliki lilin.
Berjalan pelan kearah sudut dengan masih sedikit menunduk. Berhenti. Menatap ujung sepatunya yang sudah berhadapan dengan kayu penyangga.
Kemudian tersenyum kecil.
“Hai, aku datang.” Ujarnya kecil, masih menunduk.
“Maaf baru datang lagi. 5bulan lalu gak seramai ini ya? ha ha”
“Hei junkyu bodoh taruh cepat lilinnya” bicaranya sendiri.
Melangkahkan kakinya pelan, tak lama mengangkat kepalanya. Tersenyum..
..manis. Manis sekali, dengan mata memerah melengkapi.
“Apa sekarang? Haha” mengusap ujung matanya pelan.
“Kok canggung sih sama tunangan sendiri.. aduh kyu bodoh ya? Maaf ja- ah maaf yoshi.”
Bahunya mulai bergetar kecil.
“Yy-yoshi yang belum ss-sempat aa-aku ganti marganya” hisaknya pelan.
Selalu selemah ini. Dengan perkataan yang sama persis.
Tangannya bergetar. Mulai menyentuh foto yang dihitam putihkan. Tapi dengan senyum cerahnya,, ah benda bening itu keluar tanpa ditahan.
“Sayang..” panggilnya pelan.
Menurunkan figura itu dua tingkat lebih rendah, disusul dengan mendudukkan dirinya sendiri. Bersandar pada kayu penyannga. Seolah sedang duduk bersama dengan kasihnya.
Menarik nafas panjang, menoleh. “Kamu gak kangen aku?” tersenyum sedih.
“Kamu mau aku gimana”
“Katanya mau pulang bentar tapi apa-Ah” air matanya terlalu cepat turun. Jatuh ke bunga yang masih digenggamnya.
“Ah yosh—” ucapannya menggantung. Mendongak melihat langit, menahan tangis.
Memejamkan matanya tak cukup. Digigitnya keras bibirnya meredam suara tak gentle itu.
Lima menit..
Tujuh menit..
“Aku nemuin kamu sekarang ya?”
“Kamu ga ada. Tiap bulan emas aku nangisin kamu. Kesakitan sendiri.” menarik nafas,,
“Sekarang aku hidup untuk apa? Demi siapa? Bahagiaku udah perg-haah” jatuh lagi,menetes lebih banyak.