fluffypow

Telah sampai di tujuannya. Dengan terburu ia ke stand lilin dan bunga.

Ah untung masih banyak batinnya lega saat melihat masih banyak lilin berjejer belum digunakan. Ah pas ia melirik stand bunga disebelahnya..habis.

“Ah tak apa. Lagian itu bukan bunga kesukaan hyung” gelengnya pelan kemudian.

“Aku yang tak sempat singgah tadi. Besok kembali lagi” ujarnya lagi

Dan kakinya melangkah ke arah yang sudah ia hafal betul. Tersenyum kecil.

“A A ANJRI- ANJAYANI PAK JAYA MAKSUT GUE” jelas ia kaget dan hampir mengumpat-untung ia ingat tempat apa ini.

Hampir ia tersandung oleh eumm.. badan? Serba hitam. Dengan pencahayaan yang redup itu hampir tak terlihat. Dengan posisi terduduk dengan kepala yang menunduk dan menghadap ke kayu penyangga figura, makin hampir tak terlihat bukan?

Eh,, tunggu sebentar..

“ee-e iini ada yang nyamper ka yoshi-i??” Gagapnya ketakutan setelah sadar,,

Space lilin disitu sudah terisi satu,, figura hyung nya yang ada dua tingkat lebih rendah,,dan adanya tubuh entah siapa yang sepertinya err tertidur?? sepertinya iya.

Aduh ini gimana“ “Gue kan kalo ini juga sambil duduk“ “Lah tempat gue diambil ni orang“ “Ih idup ga sih?kayak mati“ “Gue usir jangan?“ “Dia siapa...bukan h han eum h word kan??“ “Ya tuhan lindungi har-

“AAAAAAK” teriaknya lagi. Kepala orang yang sejak tadi ia perhatikan bergerak miring, seperti melihatnya tapi dengan mata tertutup!

“Ah tuhan jantungku” ia jatuh mendudukkan diri. Dengan jarak yang cukup dari tubuh asing itu tentunya.

“Eum permisi..” ucapnya pelan memanjangkan tangannya. Memilih untuk mengambil figura yoshi hyungnya kemudian ia pangku lembut

Lalu mundur beberapa langkah lagi, menjaga jarak.

“Helo hyung” suaranya terkesan lembut dengan lowtone khasnya.

“Kak lagi apa?” sekarang dengan tangan yang mengusap bagian pinggir bingkai.

“Udah ketemu bunda ayah disana?” senyumnya terbit.

“Salam ya. Bilang juga, haru udah maafin kok karna gak pamitan”

“Kan haru udah nyusahin om tante, emang punya hak marah?”

“Mereka juga baik, ka yosh dapet itu semua..”

“Tapi kenapa kak yosh duluan? Mending haru-u yyang g-gantiin kak yosh” hisaknya keluar perlahan.

“Em-maafin ha-haru” kepalanya menunduk. Ia tatap mata yang hampir hilang karna tersenyum itu, manis.

Telah sampai di tujuannya. Dengan terburu ia ke stand lilin dan bunga.

Ah untung masih banyak batinnya lega saat melihat masih banyak lilin berjejer belum digunakan. Ah pas ia melirik stand bunga disebelahnya..habis.

“Ah tak apa. Lagian itu bukan bunga kesukaan hyung” gelengnya pelan kemudian.

“Aku yang tak sempat singgah tadi. Besok kembali lagi” ujarnya lagi

Dan kakinya melangkah ke arah yang sudah ia hafal betul. Tersenyum kecil.

“A A ANJRI- ANJAYANI PAK JAYA MAKSUT GUE” jelas ia kaget dan hampir mengumpat-untung ia ingat tempat apa ini.

Hampir ia tersandung oleh eumm.. badan? Serba hitam. Dengan pencahayaan yang redup itu hampir tak terlihat. Dengan posisi terduduk dengan kepala yang menunduk dan menghadap ke kayu penyangga figura, makin hampir tak terlihat bukan?

Eh,, tunggu sebentar..

“ee-e iini ada yang nyamper ka yoshi-i??” Gagapnya ketakutan setelah sadar,,

Space lilin disitu sudah terisi satu,, figura hyung nya yang ada dua tingkat lebih rendah,,dan adanya tubuh entah siapa yang sepertinya err tertidur?? sepertinya iya.

Aduh ini gimana“ “Gue kan kalo ini juga sambil duduk“ “Lah tempat gue diambil ni orang“ “Ih idup ga sih?kayak mati“ “Gue usir jangan?“ “Dia siapa...bukan h han eum h word kan??“ “Ya tuhan lindungi har-

“AAAAAAK” teriaknya lagi. Kepala orang yang sejak tadi ia perhatikan bergerak miring, seperti melihatnya tapi dengan mata tertutup!

“Ah tuhan jantungku” ia jatuh mendudukkan diri. Dengan jarak yang cukup dari tubuh asing itu tentunya.

“Eum permisi..” ucapnya pelan memanjangkan tangannya. Memilih untuk mengambil figura yoshi hyungnya kemudian ia pangku

Telah sampai di tujuannya. Dengan terburu ia ke stand lilin dan bunga.

Ah untung masih banyak batinnya lega saat melihat masih banyak lilin berjejer belum digunakan. Ah pas ia melirik stand bunga disebelahnya..habis.

“Ah tak apa. Lagian itu bukan bunga kesukaan hyung” gelengnya pelan kemudian.

“Aku yang tak sempat singgah tadi. Besok kembali lagi” ujarnya lagi

Dan kakinya melangkah ke arah yang sudah ia hafal betul. Tersenyum kecil.

“A A ANJRI- ANJAYANI PAK JAYA MAKSUT GUE” jelas ia kaget dan hampir mengumpat-untung ia ingat tempat apa ini.

Hampir ia tersandung oleh eumm.. badan? Serba hitam. Dengan pencahayaan yang redup itu hampir tak terlihat. Dengan posisi terduduk dengan kepala yang menunduk dan menghadap ke kayu penyangga figura, makin hampir tak terlihat bukan?

Eh,, tunggu sebentar..

“ee-e iini ada yang nyamper ka yoshi-i??” Gagapnya ketakutan setelah sadar,,

Space lilin disitu sudah terisi satu,, figura hyung nya yang ada dua tingkat lebih rendah,,dan adanya tubuh entah siapa yang sepertinya err tertidur?? sepertinya iya.

Aduh ini gimana Gue kan kalo ini juga sambil duduk Lah tempat gue diambil ni orang Ih idup ga sih?kayak mati Gue usir jangan? Dia siapa...bukan h han eum h word kan?? Ya tuhan lindungi har-

“AAAAAAK” teriaknya lagi. Kepala orang yang sejak tadi ia perhatikan bergerak miring,

Telah sampai di tujuannya. Dengan terburu ia ke stand lilin dan bunga.

Ah untung masih banyak batinnya lega saat melihat masih banyak lilin berjejer belum digunakan. Ah pas ia melirik stand bunga disebelahnya..habis.

“Ah tak apa. Lagian itu bukan bunga kesukaan hyung” gelengnya pelan kemudian.

“Aku yang tak sempat singgah tadi. Besok kembali lagi” ujarnya lagi

Dan kakinya melangkah ke arah yang sudah ia hafal betul. Tersenyum kecil.

“A A ANJRI- ANJAYANI PAK JAYA MAKSUT GUE” jelas ia kaget dan hampir mengumpat-untung ia ingat tempat apa ini.

Hampir ia tersandung oleh eumm.. badan? Serba hitam. Dengan pencahayaan yang redup itu hampir tak terlihat. Dengan posisi terduduk dengan kepala yang menunduk dan menghadap ke kayu penyangga figura, makin hampir tak terlihat bukan?

Eh,, tunggu sebentar..

“ee-e iini ada yang nyamper ka yoshi-i??” Gagapnya ketakutan setelah sadar,,

Space lilin disitu sudah terisi satu,, figura hyung nya yang ada dua tingkat lebih rendah,,dan adanya tubuh entah siapa yang sepertinya err tertidur?? sepertinya iya.

Aduh ini gimana nyapanya

bertemu..mungkin?

Ah,taman ini tak pernah berubah. Sengaja dirawat oleh pemerintah. Tugu peringatan atau bahkan sebagai pengganti rumah abu bagi korban jatuhnya pesawat yang mengangkut sebagian besar tentara jepang yang kembali setelah membantu negeri ginseng itu di perbatasan. Meninggalkan luka bagi yang ditinggalkan. Sempat juga hubungan kedua negara itu dalam keadaan dingin. Mereka pasukan kebanggaan jepang, tentu saja sangat disayangkan. Walau tak semua.

Junkyu menghela pelan,berjalan ke arah stand bunga dan lilin. Lampu temaram berwarna keemasan mulai memancar bergabung dengan yang lain. Hari ini, tepat peringatan tahun ke3 setelah insiden tersebut terjadi. Dan junkyu bahkan belum bangun dari mimpinya.

Lebih dari 120figura terpampang didepannya, yang hampir semuanya sudah memiliki lilin.

Berjalan pelan kearah sudut dengan masih sedikit menunduk. Berhenti. Menatap ujung sepatunya yang sudah berhadapan dengan kayu penyangga.

Kemudian tersenyum kecil.

“Hai, aku datang.” Ujarnya kecil, masih menunduk.

“Maaf baru datang lagi. 5bulan lalu gak seramai ini ya? ha ha”

“Hei junkyu bodoh taruh cepat lilinnya” bicaranya sendiri.

Melangkahkan kakinya pelan, tak lama mengangkat kepalanya. Tersenyum..

..manis. Manis sekali, dengan mata memerah melengkapi.

“Apa sekarang? Haha” mengusap ujung matanya pelan.

“Kok canggung sih sama tunangan sendiri.. aduh kyu bodoh ya? Maaf ja- ah maaf yoshi.”

Bahunya mulai bergetar kecil.

“Yy-yoshi yang belum ss-sempat aa-aku ganti marganya” hisaknya pelan.

Selalu selemah ini. Dengan perkataan yang sama persis.

Tangannya bergetar. Mulai menyentuh foto yang dihitam putihkan. Tapi dengan senyum cerahnya,, ah benda bening itu keluar tanpa ditahan.

“Sayang..” panggilnya pelan.

Menurunkan figura itu dua tingkat lebih rendah, disusul dengan mendudukkan dirinya sendiri. Bersandar pada kayu penyannga. Seolah sedang duduk bersama dengan kasihnya.

Menarik nafas panjang, menoleh. “Kamu gak kangen aku?” tersenyum sedih.

“Kamu mau aku gimana”

“Katanya mau pulang bentar tapi apa-Ah” air matanya terlalu cepat turun. Jatuh ke bunga yang masih digenggamnya.

“Ah yosh—” ucapannya menggantung. Mendongak melihat langit, menahan tangis.

Memejamkan matanya tak cukup. Digigitnya keras bibirnya meredam suara tak gentle itu.

Lima menit..

Tujuh menit..

“Aku nemuin kamu sekarang ya?”

“Kamu ga ada. Tiap bulan emas aku nangisin kamu. Kesakitan sendiri.” menarik nafas,,

“Sekarang aku hidup untuk apa? Demi siapa? Bahagiaku udah perg-haah” jatuh lagi,menetes lebih banyak.

Angin pelan menyapu wajahnya. Kembali menoleh. Berhadapan dengan kasihnya.

Dengan mata sembab tersenyum kecil “kamu gamau ketawain aku? Biasanya ketawa bilang lucu. Sekarang gamau ketawa,hemm?” Dahinya ia tumpukan padanya.

Merasakan angin yang terus meniupnya pelan. Beralih menatap bulan diatas sana. Ia bisa lihat ada yang seolah mengucap 'relakanlah'.

Setelahnya mendecih kecil “maksutmu apa? sudahlah hanya yoshi lalu kau hancurkan juga? Leluhurku berbuat apa sampai kau menghukumku seumur hidup?” suaranya lemah,sudah tak ada tenaga.

Teman bicaranya malah tersenyum lebar. 'Tunggulah sebentar lagi' dengan gestur jari tengah dan ibu jari bertemu, akan menjentikkan jari menutup lapisan bulan.

'Ah, iya. Aku berbuat kesalahan saat kau dengan-'

“BAJINGAN. KESALAHAN??!” emosi kyu meledak. Nafasnya sedikit memburu.

'dasar sopanlah sedik-'

“Dewi bodoh” umpatnya tertahan

'tunggulah saja.dasar batu'

Junkyu kembali menyandarkan punggungnya. Memejamkan mata karna dewi bulan bodoh itu menutup aksesnya. Pergi.

“Kau disana bertemu dia? Kalau iya jambak saja, wakilkan aku”

“Jangan dianggap ok?Sekarang dengerin aku ya? Kita disini bareng kok,tenang.“tangannya meraba pelan bagian rambut pada gambar. Seolah bisa merasakannya

Dan mengalirlah pembicaraan sepihak itu. Dengan tawa atau tangis hisak yang sudah tak dapat dibedakan.

Ah,taman ini tak pernah berubah. Sengaja dirawat oleh pemerintah. Tugu peringatan atau bahkan sebagai pengganti rumah abu bagi korban jatuhnya pesawat yang mengangkut sebagian besar tentara jepang yang kembali setelah membantu negeri ginseng itu di perbatasan. Meninggalkan luka bagi yang ditinggalkan. Sempat juga hubungan kedua negara itu dalam keadaan dingin. Mereka pasukan kebanggaan jepang, tentu saja sangat disayangkan. Walau tak semua.

Junkyu menghela pelan,berjalan ke arah stand bunga dan lilin. Lampu temaram berwarna keemasan mulai memancar bergabung dengan yang lain. Hari ini, tepat peringatan tahun ke3 setelah insiden tersebut terjadi. Dan junkyu bahkan belum bangun dari mimpinya.

Lebih dari 120figura terpampang didepannya, yang hampir semuanya sudah memiliki lilin.

Berjalan pelan kearah sudut dengan masih sedikit menunduk. Berhenti. Menatap ujung sepatunya yang sudah berhadapan dengan kayu penyangga.

Kemudian tersenyum kecil.

“Hai, aku datang.” Ujarnya kecil, masih menunduk.

“Maaf baru datang lagi. 5bulan lalu gak seramai ini ya? ha ha”

“Hei junkyu bodoh taruh cepat lilinnya” bicaranya sendiri.

Melangkahkan kakinya pelan, tak lama mengangkat kepalanya. Tersenyum..

..manis. Manis sekali, dengan mata memerah melengkapi.

“Apa sekarang? Haha” mengusap ujung matanya pelan.

“Kok canggung sih sama tunangan sendiri.. aduh kyu bodoh ya? Maaf ja- ah maaf yoshi.”

Bahunya mulai bergetar kecil.

“Yy-yoshi yang belum ss-sempat aa-aku ganti marganya” hisaknya pelan.

Selalu selemah ini. Dengan perkataan yang sama persis.

Tangannya bergetar. Mulai menyentuh foto yang dihitam putihkan. Tapi dengan senyum cerahnya,, ah benda bening itu keluar tanpa ditahan.

“Sayang..” panggilnya pelan.

Menurunkan figura itu dua tingkat lebih rendah, disusul dengan mendudukkan dirinya sendiri. Bersandar pada kayu penyannga. Seolah sedang duduk bersama dengan kasihnya.

Menarik nafas panjang, menoleh. “Kamu gak kangen aku?” tersenyum sedih.

“Kamu mau aku gimana”

“Katanya mau pulang bentar tapi apa-Ah” air matanya terlalu cepat turun. Jatuh ke bunga yang masih digenggamnya.

“Ah yosh—” ucapannya menggantung. Mendongak melihat langit, menahan tangis.

Memejamkan matanya tak cukup. Digigitnya keras bibirnya meredam suara tak gentle itu.

Lima menit..

Tujuh menit..

“Aku nemuin kamu sekarang ya?”

“Kamu ga ada. Tiap bulan emas aku nangisin kamu. Kesakitan sendiri.” menarik nafas,,

“Sekarang aku hidup untuk apa? Demi siapa? Bahagiaku udah perg-haah” jatuh lagi,menetes lebih banyak.

Angin pelan menyapu wajahnya. Kembali menoleh. Berhadapan dengan kasihnya.

Dengan mata sembab tersenyum kecil “kamu gamau ketawain aku? Biasanya ketawa bilang lucu. Sekarang gamau ketawa,hemm?” Dahinya ia tumpukan padanya.

Merasakan angin yang terus meniupnya pelan. Beralih menatap bulan diatas sana. Ia bisa lihat ada yang seolah mengucap 'relakanlah'.

Setelahnya mendecih kecil “maksutmu apa? sudahlah hanya yoshi lalu kau hancurkan juga? Leluhurku berbuat apa sampai kau menghukumku seumur hidup?” suaranya lemah,sudah tak ada tenaga.

Teman bicaranya malah tersenyum lebar. 'Tunggulah sebentar lagi' dengan gestur jari tengah dan ibu jari bertemu, akan menjentikkan jari menutup lapisan bulan.

'Ah, iya. Aku berbuat kesalahan saat kau dengan-'

“BAJINGAN. KESALAHAN??!” emosi kyu meledak. Nafasnya sedikit memburu.

'dasar sopanlah sedik-'

“Dewi bodoh” umpatnya tertahan

'tunggulah saja.dasar batu'

Junkyu kembali menyandarkan punggungnya. Memejamkan mata karna dewi bulan bodoh itu menutup aksesnya. Pergi.

“Kau disana bertemu dia? Kalau iya jambak saja, wakilkan aku”

“Jangan dianggap ok?Sekarang dengerin aku ya? Kita disini bareng kok,tenang.“tangannya meraba pelan bagian rambut pada gambar. Seolah bisa merasakannya

Dan mengalirlah pembicaraan sepihak itu. Dengan tawa atau tangis hisak yang sudah tak dapat dibedakan.

#mulai?

Ah,taman ini tak pernah berubah. Sengaja dirawat oleh pemerintah. Tugu peringatan atau bahkan sebagai pengganti rumah abu bagi korban jatuhnya pesawat yang mengangkut sebagian besar tentara jepang yang kembali setelah membantu negeri ginseng itu di perbatasan. Meninggalkan luka bagi yang ditinggalkan. Sempat juga hubungan kedua negara itu dalam keadaan dingin. Mereka pasukan kebanggaan jepang, tentu saja sangat disayangkan. Walau tak semua.

Junkyu menghela pelan,berjalan ke arah stand bunga dan lilin. Lampu temaram berwarna keemasan mulai memancar bergabung dengan yang lain. Hari ini, tepat peringatan tahun ke3 setelah insiden tersebut terjadi. Dan junkyu bahkan belum bangun dari mimpinya.

Lebih dari 120figura terpampang didepannya, yang hampir semuanya sudah memiliki lilin.

Berjalan pelan kearah sudut dengan masih sedikit menunduk. Berhenti. Menatap ujung sepatunya yang sudah berhadapan dengan kayu penyangga.

Kemudian tersenyum kecil.

“Hai, aku datang.” Ujarnya kecil, masih menunduk.

“Maaf baru datang lagi. 5bulan lalu gak seramai ini ya? ha ha”

“Hei junkyu bodoh taruh cepat lilinnya” bicaranya sendiri.

Melangkahkan kakinya pelan, tak lama mengangkat kepalanya. Tersenyum..

..manis. Manis sekali, dengan mata memerah melengkapi.

“Apa sekarang? Haha” mengusap ujung matanya pelan.

“Kok canggung sih sama tunangan sendiri.. aduh kyu bodoh ya? Maaf ja- ah maaf yoshi.”

Bahunya mulai bergetar kecil.

“Yy-yoshi yang belum ss-sempat aa-aku ganti marganya” hisaknya pelan.

Selalu selemah ini. Dengan perkataan yang sama persis.

Tangannya bergetar. Mulai menyentuh foto yang dihitam putihkan. Tapi dengan senyum cerahnya,, ah benda bening itu keluar tanpa ditahan.

“Sayang..” panggilnya pelan.

Menurunkan figura itu dua tingkat lebih rendah, disusul dengan mendudukkan dirinya sendiri. Bersandar pada kayu penyannga. Seolah sedang duduk bersama dengan kasihnya.

Menarik nafas panjang, menoleh. “Kamu gak kangen aku?” tersenyum sedih.

“Kamu mau aku gimana”

“Katanya mau pulang bentar tapi apa-Ah” air matanya terlalu cepat turun. Jatuh ke bunga yang masih digenggamnya.

“Ah yosh—” ucapannya menggantung. Mendongak melihat langit, menahan tangis.

Memejamkan matanya tak cukup. Digigitnya keras bibirnya meredam suara tak gentle itu.

Lima menit..

Tujuh menit..

“Aku nemuin kamu sekarang ya?”

“Kamu ga ada. Tiap bulan emas aku nangisin kamu. Kesakitan sendiri.” menarik nafas,,

“Sekarang aku hidup untuk apa? Demi siapa? Bahagiaku udah perg-haah” jatuh lagi,menetes lebih banyak.

Angin pelan menyapu wajahnya. Kembali menoleh. Berhadapan dengan kasihnya.

Dengan mata sembab tersenyum kecil “kamu gamau ketawain aku? Biasanya ketawa bilang lucu. Sekarang gamau ketawa,hemm?” Dahinya ia tumpukan padanya.

Merasakan angin yang terus meniupnya pelan. Beralih menatap bulan diatas sana. Ia bisa lihat ada yang seolah mengucap 'relakanlah'.

Setelahnya mendecih kecil “maksutmu apa? sudahlah hanya yoshi lalu kau hancurkan juga? Leluhurku berbuat apa sampai kau menghukumku seumur hidup?” suaranya lemah,sudah tak ada tenaga.

Teman bicaranya malah tersenyum lebar. 'Tunggulah sebentar lagi' dengan gestur jari tengah dan ibu jari bertemu, akan menjentikkan jari menutup lapisan bulan.

'Ah, iya. Aku berbuat kesalahan saat kau dengan-'

“BAJINGAN. KESALAHAN??!” emosi kyu meledak. Nafasnya sedikit memburu.

'dasar sopanlah sedik-'

“Dewi bodoh” umpatnya tertahan

'tunggulah saja.dasar batu'

Junkyu kembali menyandarkan punggungnya. Memejamkan mata karna dewi bulan bodoh itu menutup aksesnya. Pergi.

“Kau disana bertemu dia? Kalau iya jambak saja, wakilkan aku”

“Jangan dianggap ok?Sekarang dengerin aku ya? Kita disini bareng kok,tenang.“tangannya meraba pelan bagian rambut pada gambar. Seolah bisa merasakannya

Dan mengalirlah pembicaraan sepihak itu. Dengan tawa atau tangis hisak yang sudah tak dapat dibedakan.

#mulai?

Ah,taman ini tak pernah berubah. Sengaja dirawat oleh pemerintah. Tugu peringatan atau bahkan sebagai pengganti rumah abu bagi korban jatuhnya pesawat yang mengangkut sebagian besar tentara jepang yang kembali setelah membantu negeri ginseng itu di perbatasan. Meninggalkan luka bagi yang ditinggalkan. Sempat juga hubungan kedua negara itu dalam keadaan dingin. Mereka pasukan kebanggaan jepang, tentu saja sangat disayangkan. Walau tak semua.

Junkyu menghela pelan,berjalan ke arah stand bunga dan lilin. Lampu temaram berwarna keemasan mulai memancar bergabung dengan yang lain. Hari ini, tepat peringatan tahun ke3 setelah insiden tersebut terjadi. Dan junkyu bahkan belum bangun dari mimpinya.

Lebih dari 120figura terpampang didepannya, yang hampir semuanya sudah memiliki lilin.

Berjalan pelan kearah sudut dengan masih sedikit menunduk. Berhenti. Menatap ujung sepatunya yang sudah berhadapan dengan kayu penyangga.

Kemudian tersenyum kecil.

“Hai, aku datang.” Ujarnya kecil, masih menunduk.

“Maaf baru datang lagi. 5bulan lalu gak seramai ini ya? ha ha”

“Hei junkyu bodoh taruh cepat lilinnya” bicaranya sendiri.

Melangkahkan kakinya pelan, tak lama mengangkat kepalanya. Tersenyum..

..manis. Manis sekali, dengan mata memerah melengkapi.

“Apa sekarang? Haha” mengusap ujung matanya pelan.

“Kok canggung sih sama tunangan sendiri.. aduh kyu bodoh ya? Maaf ja- ah maaf yoshi.”

Bahunya mulai bergetar kecil.

“Yy-yoshi yang belum ss-sempat aa-aku ganti marganya” hisaknya pelan.

Selalu selemah ini. Dengan perkataan yang sama persis.

Tangannya bergetar. Mulai menyentuh foto yang dihitam putihkan. Tapi dengan senyum cerahnya,, ah benda bening itu keluar tanpa ditahan.

“Sayang..” panggilnya pelan.

Menurunkan figura itu dua tingkat lebih rendah, disusul dengan mendudukkan dirinya sendiri. Bersandar pada kayu penyannga. Seolah sedang duduk bersama dengan kasihnya.

Menarik nafas panjang, menoleh. “Kamu gak kangen aku?” tersenyum sedih.

“Kamu mau aku gimana”

“Katanya mau pulang bentar tapi apa-Ah” air matanya terlalu cepat turun. Jatuh ke bunga yang masih digenggamnya.

“Ah yosh—” ucapannya menggantung. Mendongak melihat langit, menahan tangis.

Memejamkan matanya tak cukup. Digigitnya keras bibirnya meredam suara tak gentle itu.

Lima menit..

Tujuh menit..

“Aku nemuin kamu sekarang ya?”

“Kamu ga ada. Tiap bulan emas aku nangisin kamu. Kesakitan sendiri.” menarik nafas,,

“Sekarang aku hidup untuk apa? Demi siapa? Bahagiaku udah perg-haah” jatuh lagi,menetes lebih banyak.

Angin pelan menyapu wajahnya. Kembali menoleh. Berhadapan dengan kasihnya.

Dengan mata sembab tersenyum kecil “kamu gamau ketawain aku? Biasanya ketawa bilang lucu. Sekarang gamau ketawa,hemm?” Dahinya ia tumpukan padanya.

Merasakan angin yang terus meniupnya pelan. Beralih menatap bulan diatas sana. Ia bisa lihat ada yang seolah mengucap 'relakanlah'.

Setelahnya mendecih kecil “maksutmu apa? sudahlah hanya yoshi lalu kau hancurkan juga? Leluhurku berbuat apa sampai kau menghukumku seumur hidup?” suaranya lemah,sudah tak ada tenaga.

Teman bicaranya malah tersenyum lebar. 'Tunggulah sebentar lagi' dengan gestur jari tengah dan ibu jari bertemu, akan menjentikkan jari menutup lapisan bulan.

“Ah, iya. Aku berbuat kesalahan saat kau dengan-”

“BAJINGAN. KESALAHAN??!” emosi kyu meledak. Nafasnya sedikit memburu.

'dasar sopanlah sedik-'

“Dewi bodoh” umpatnya tertahan

'tunggulah saja dasar batu'

Junkyu kembali menyandarkan punggungnya. Memejamkan mata karna dewi bulan bodoh itu menutup aksesnya. Pergi.

“Kau disana bertemu dia? Kalau iya jambak saja, wakilkan aku”

“Jangan dianggap ya. Sekarang dengerin aku ya? Aku juga nemenin kamu disini kok” tangannya meraba pelan bagian rambut pada gambar. Seolah bisa merasakanny

Dan mengalirlah pembicaraan sepihak itu. Dengan tawa atau tangis hisak yang sudah tak dapat dibedakan.

#mulai?

Ah,taman ini tak pernah berubah. Sengaja dirawat oleh pemerintah. Tugu peringatan atau bahkan sebagai pengganti rumah abu bagi korban jatuhnya pesawat yang mengangkut sebagian besar tentara jepang yang kembali setelah membantu negeri ginseng itu di perbatasan. Meninggalkan luka bagi yang ditinggalkan. Sempat juga hubungan kedua negara itu dalam keadaan dingin. Mereka pasukan kebanggaan jepang, tentu saja sangat disayangkan. Walau tak semua.

Junkyu menghela pelan,berjalan ke arah stand bunga dan lilin. Lampu temaram berwarna keemasan mulai memancar bergabung dengan yang lain. Hari ini, tepat peringatan tahun ke3 setelah insiden tersebut terjadi. Dan junkyu bahkan belum bangun dari mimpinya.

Lebih dari 120figura terpampang didepannya, yang hampir semuanya sudah memiliki lilin.

Berjalan pelan kearah sudut dengan masih sedikit menunduk. Berhenti. Menatap ujung sepatunya yang sudah berhadapan dengan kayu penyangga.

Kemudian tersenyum kecil.

“Hai, aku datang.” Ujarnya kecil, masih menunduk.

“Maaf baru datang lagi. 5bulan lalu gak seramai ini ya? ha ha”

“Hei junkyu bodoh taruh cepat lilinnya” bicaranya sendiri.

Melangkahkan kakinya pelan, tak lama mengangkat kepalanya. Tersenyum..

..manis. Manis sekali, dengan mata memerah melengkapi.

“Apa sekarang? Haha” mengusap ujung matanya pelan.

“Kok canggung sih sama tunangan sendiri.. aduh kyu bodoh ya? Maaf ja- ah maaf yoshi.”

Bahunya mulai bergetar kecil.

“Yy-yoshi yang belum ss-sempat aa-aku ganti marganya” hisaknya pelan.

Selalu selemah ini. Dengan perkataan yang sama persis.

Tangannya bergetar. Mulai menyentuh foto yang dihitam putihkan. Tapi dengan senyum cerahnya,, ah benda bening itu keluar tanpa ditahan.

“Sayang..” panggilnya pelan.

Menurunkan figura itu dua tingkat lebih rendah, disusul dengan mendudukkan dirinya sendiri. Bersandar pada kayu penyannga. Seolah sedang duduk bersama dengan kasihnya.

Menarik nafas panjang, menoleh. “Kamu gak kangen aku?” tersenyum sedih.

“Kamu mau aku gimana”

“Katanya mau pulang bentar tapi apa-Ah” air matanya terlalu cepat turun. Jatuh ke bunga yang masih digenggamnya.

“Ah yosh—” ucapannya menggantung. Mendongak melihat langit, menahan tangis.

Memejamkan matanya tak cukup. Digigitnya keras bibirnya meredam suara tak gentle itu.

Lima menit..

Tujuh menit..

“Aku nemuin kamu sekarang ya?”

“Kamu ga ada. Tiap bulan emas aku nangisin kamu. Kesakitan sendiri.” menarik nafas,,

“Sekarang aku hidup untuk apa? Demi siapa? Bahagiaku udah perg-haah” jatuh lagi,menetes lebih banyak.

Angin pelan menyapu wajahnya. Kembali menoleh. Berhadapan dengan kasihnya.

Dengan mata sembab tersenyum kecil “kamu gamau ketawain aku? Biasanya ketawa bilang lucu. Sekarang gamau ketawa,hm?” Dahinya ia tumpukan padanya