Keributan

“Binar.” panggil Mahen dengan suaranya yang dingin, terlihat laki-laki itu sedang menahan amarahnya. Garfaldo belum juga pulang, ia masih mengamati dari luar pagar saat Binar dan kekasihnya yang tampak mulai memasuki pergulatan.

“Apa? Mau ribut? Gue cape, besok aja.” ketus Binar merespon Mahen. Tangan Mahen meraih lengan Binar, mencengkramnya cukup kuat sehingga membawa badan Binar mengikuti pergerakannya.

Mahen membuat Binar duduk di kursi sampingnya, “lepas Hen.” pinta Binar menahan ringisannya, ia tidak mau Garfaldo mendengarnya.

“Lo diem makanya disini, nurut. Gue pacar lo, jangan coba-coba buat ngelawan.” tekan Mahen pada Binar yang membuatnya mengangguk terpaksa.

“Mau apa? Lo mau apa?” tanya Binar pelan, Mahen melepas cengkramannya pada Binar, “jauhin Garfa, jangan kegatelan, kalau lo gitu lagi, sekalian aja jual diri ke anak-anak di kampus.”

Binar menatap Mahen dengan matanya yang menahan tangis, “gue serendah apasih Hen di mata lo? Gue gak pernah bilang lo gatel atau sampe nyuruh lo buat nyewa psk karena lo deket sama banyak cewe, lo kenapa sih Hen? Kenapa jahat banget sama gue?” suara Binar terdengar lebih besar dan bergetar saat bertanya hal itu pada Mahen.

“Karena lo murahan Binar, lo mau jalan sama banyak cowo sampe malem. Jujur aja deh, lo abis di pake kan sama Garfa?”

Tanpa pikir panjang Garfaldo turun dari motornya lalu menghampiri Mahen, satu pukulan keras pun melayang pada pipi Mahen yang membuat tubuhnya terjatuh.

“Lo mikir gak sama yang lo omongin? Lo mikir gak kalo itu nyakitin Binar? Sumpah, cewe sebaik Binar gak cocok jadi pacar lo bego, jadi lo nyadar diri sekarang, masih banyak cowo lain yang lebih baik buat sama Binar ketimbang sampah kayak lo.” bentak Garfaldo emosi, tangannya berada di kerah baju Mahen, namun Mahen tidak menunjukkan tanda-tanda ia jera.

Binar hanya menutup mulutnya menggunakan tangan ketika menyaksikan aksi baku hantam di depannya itu.

“Salah satu contoh cowo lain yang lebih baik buat Binar itu lo, gitu?” tanya Mahen dengan senyum miringnya, rasa Garfaldo untuk ingin melenyapkan orang di bawahnya ini semakin besar.

“Iya, jelas. Gue jauh lebih bisa ngehargain dia ketimbang lo yang gatau apa-apa tentang ngehargain orang lain.” Mahen mendorong Garfaldo dari atasnya, ia berdiri sambil merapihkan bajunya.

“Kalau lo mau ambil silahkan ambil aja, tapi gue gak bakal ngelepas dia dengan mudah, jadi inget baik-baik Fa, lo gak bakalan dapetin Binar.” ujar Mahen meremehkan, setelah itu ia pergi dari kediaman Binar, meninggalkan Binar dan Garfaldo yang sama-sama masih terdiam.

“Makasih Fa, gue masuk dulu ya.” pamit Binar masih dengan keadaan yang kaget. Garfaldo mencoba mencegah Binar untuk masuk terlebih dahulu namun gadis itu sudah buru-buru mengunci pintu rumahnya.

Wajar.

Binar mengetahui jika Garfaldo menyukainya setelah menyimpulkan percakapan antara dua laki-laki itu tadi, jadi wajar baginya untuk kaget dan langsung cepat-cepat menghindari Garfaldo.

“Anjing Mahen.” umpat Garfaldo.