Giforcas

02

“kan udah, ngapain ke rumah Asha?” Tanya Gysanna saat Jiwangga datang menjemputnya.

“Nggak tau, ikut aja dulu.”

Valdo dan lainnya sudah menunggu di depan rumah Asha, menunggu pemilik rumah membukakan mereka pintu.

Setelah pintu terbuka, bukannya Asha melainkan orang lain yang membukanya.

“Masuk.” Katanya dengan wajah datar lalu berjalan keluar.

“DISHAA, HP LO KETINGGALAN.” Teriak Asha sambil berlari keluar dan melemparkan Disha hpnya.

Untung tangan Disha gercep hingga hp itu tidak terjatuh.

Teman Asha yang melihat itu hanya diam dan heran melihat mereka berdua.

“Ayo masuk, gue udah siapin semuanya.” Asha masuk dan disusul oleh lainnya.

'Valdo?' batin Disha saat sekilas melihat Valdo.

“Jadi, kita mau ngapain di sini?” Tanya Valdo to the point.

“Sekarang giliran kalian bantuin gue.” Asha mengeluarkan beberapa puzzle kecil dan papan untuk menyusun puzzle itu.

“Mau main?” Lala terlihat semangat saat melihat puzzle, dia sangat menyukai puzzle.

“Iya, ini kayak permainan. Di akhir kalian bakal tau alasan gue minta bantuan kalian.” Asha mulai menyimpan puzzle pertama di atas papan dan disusul yang lain.

Saat hampir selesai, sisa satu puzzle yang masih kosong dan mereka harus mencari di mana puzzle itu.

“Kalau gitu, mending gue kerjain kode-kode aja.” Kata Akhdan pelan.


Sedangkan Disha yang baru masuk ke dalam gedung Perfilman, ia ingin bertemu dengan aktor sekaligus orang yang bisa membantunya.

“Ada Kafeno?” Tanya Disha ke salah satu staff. Dia hanya menunjukkan jalan menuju ruangan Kafeno.

Setelah jauh berjalan, akhirnya Disha menemukan ruangan Kafeno lalu membukanya. Karena terlihat banyak wartawan, Disha memutuskan untuk keluar namun ditahan oleh seseorang yang Disha tau dia adalah manager Kafeno, Mitcha.

“Tunggu di sini.” Kata Mitcha ak Mita. Wajahnya terlihat cantik dan lembut, namun ucapannya terdengar tegas dan sedikit menakutkan.

Setelah wartawan pergi, hanya Mitcha dan Kafeno di dalam ruangan.

“Gue ke sini mau minta bantuan lo.” Kata Disha to the point. Dia sudah menghubungi Kafeno 3 hari yang lalu dan baru mendapatkan balasan subuh tadi.

“Hh, lo nggak mau duduk dulu gitu?” Kafeno terkekeh namun terlihat mengintimidasi.

“Nggak segampang itu, lo tau kan gue siapa?” Lanjut Kafeno.

“Javiell mau datang.” Kata Mita setelah membaca isi pesan dari ponselnya.

Javiell adalah lawan main Kafeno, dan dia datang untuk berlatih sedikit sebelum pengambilan gambar.

“Lo keluar dulu, setelah take gue panggil lo.” Kafeno berdiri dan bersiap-siap di depan cermin sambil melirik Disha yang sudah terlihat keluar dari ruangannya.

“Ta, menurut lo gue harus bantuin dia?” Tanya Kafeno

“Nggak tau, tapi lo harus hati-hati juga, jangan sam....”

“Kafen, Mita gue dateng.” Javiell membuka pintu membuat mereka berdua kaget dan memasang wajah pura-pura tersenyum.

“Gue bawain kopi dari fans gue, enak banget.” Javiell meletakkan kopi dan cemilan di atas meja.

“Makasih, ayo mulai.” Kafeno duduk dan disusul oleh Javiell.

Setelah mereka latihan dan take, beberapa wartawan kembali menghampiri mereka.

“Jadi gimana perasaan anda setelah membintangi drama ini?” Tanya Trixie sekaligus teman Kafeno.

“Apa anda senang bermain dengan Javiell yang dikenal sebagai aktris populer?”

“Apakah anda berniat untuk berkencan dengan lawan main anda?”

Pertanyaan terakhir hanya dibalas senyum oleh Kafeno dan Javiell.

Setelah bebas dari wartawan, Kafeno meninggalkan lokasi dan pulang ke rumahnya.

Tidak lupa menyuruh Mita menghubungi Disha untuk datang.

Setelah menunggu, bukannya Disha yang datang tapi Yikaru dan Alandra. Mereka adalah teman Mita yang sengaja datang untuk mengajak Mita keluar karena mereka tau tugasnya sudah selesai.

“Boleh ya, Fen. Bentar aja, lo tau kan kita orang baik.” Bujuk Yikaru.

“Ayolah, kita ngajak Mita juga nggak sering kan. Baru kali ini aja.” Alandra memberikan makanan ke Kafeno.

“Jangan sogok gue.” Kafeno lalu berbalik dan melihat Mita.

“Lo mau pergi?”

“Bentar doang.” Kata Mita dingin.

“Terus tuh orang?” Kata Kafeno menyinggung Disha.

“Lo tungguin aja. Dia bentar lagi datang kan?”

“Yaudah boleh.” Kata Kafeno

Setelah mendapatkan persetujuan Kafeno, Mita dan kedua temannya pergi. Tidak lama mereka pergi, Disha datang dan menunggu di depan sendirian.

Kafeno sengaja tidak mengangkat telfon Disha dan melihatnya dari jendela. Dia ingin tau apakah tujuan Disha benar-benar penting atau tidak. Jika dia pergi, maka keputusannya kali ini benar, tidak percaya dengan omongan orang lain.

Satu jam sudah berlalu, dan Disha masih setia berdiri di depan pintu sambil menunggu Kafeno. Mita dan teman-temannya juga sudah datang membawa beberapa kantongan berisi makanan.

“Ayo masuk, mungkin Kafen nggak denger.” Ajak Mita setelah membuka pintu, dan kaget karena melihat Kafeno duduk santai sambil megunyah cemilannya.

'awas lo' batin Disha. Dia mencoba sabar dan tetap senyum.

Untung saja Mita dan teman-temannya baik.

“Kalian deket nggak sama Javiell.” Tanya Disha kepada Yikaru dan Alandra.

“Duduk, Dish.” Ajak Mita.

“Ngapain lo nanyain Javiell?” Tanya Kafeno sinis.

“Gue liat lo nggak niat bantuin gue, daripada gue buang-buang waktu, mending gue cari orang lain aja.” Kata Disha tanpa melihat Kafeno.

“Yau..–”

“Kafeno mau, kok. Kita santai aja dulu, kenalan biar tau satu sama lain.” Kata Mita memotong omongan Kafeno.

Mita mendapatkan tatapan dari Kafeno namun hanya dibalas senyuman.

“Dia kan orang baik, jadi pasti mau.” Kata Yikaru

“Udah ganteng, baik, mau netarktir kita makan lagi.” Kata Trixie yang tiba-tiba datang entah dari mana. Dia melirik makanan yang ada di atas meja.

“Udah ada, baik banget emang Sobat gue satu ini.” Kata Trixie sambil cemilan yang sudah terbuka.

Mereka berkenalan satu sama lain, entah perasaan Disha atau memang seperti itu, ia merasa sifat Mita berubah. Cara bicaranya sudah tidak setegas tadi dan wajahnya sudah sangat terlihat cantik.

“Itu dari gue sama Alandra yaa.” Kata Yikaru

“Iye ah.” Trixie melirik Disha

Disha yang merasa dilihat memperkenalkan dirinya. Mereka mengobrol dan membicarakan tentang pekerjaan masing2.

Setelah Disha membicarakan tujuannya mencari Kafeno, mereka sedikit kaget dan bingung. Mengapa Disha meminta hal itu dan apa alasannya.

“Sebagai gantinya, gue bakalan pindahin lo ke agensi lain. Lo mau itu, kan?” Kata Disha

Kafeno memang dari dulu ingin pindah agensi, karena agensinya saat ini membuatnya tidak nyaman.

“Kalau Kafen pindah, gue kekurangan berita skandal dong.” Kata Trixie yang langsung mendapatkan jitakan dari Kafeno.

“Bangke lo.” Kata Kafeno.

“Canda, Fen.” Trixie mengusap kepalanya.

“Kalau misal tadi gue nggak mau, emang Javiell bisa bantuin lo?” Tanya Kafen.

“Bisa.”

Disha meminta Kafen untuk mengubah salah satu dialognya, dan mengganti scenenya. Itu bukan hal yang sulit karena memang dari awal dialog dan adegannya seperti itu, diubah karena Kafeno menggantikan aktor sebelumnya yang menerima tawaran drama lain yang dianggap ratingnya lebih tinggi daripada ini.

“Yaudah sama Javiell aja.” Kata Kafeno cuek.

“Kalau bisa langsung ke lo nya, kenapa harus ke Javiell?” Disha duduk di depan Kafeno.

“Gue tau lo orangnya sombong, egois, sok keren. Tapi kalau kata Mita lo orang baik, gue percaya.” Kata Disha mantap.

“yaudah, gue kasian liat lo ngemis di depan gue.” Kafeno menatap Disha sambil menyengir.

'gue colok mata lo ya.' batin Disha.

“Makasih, Fen.” Disha berdiri lalu pamit.

“Kok cepet?” Tanya Alandra.

“Kan udah, besok lagi gue dateng. Sekalian ngurus agensi yang nerima aktor baik kalian.” Kata Disha sambil melirik Kafeno, lalu pamit pulang.

“Gue mau Forcas Entertainment.” Teriak Kafeno setelah Disha menutup pintu, namun masih bisa didengar oleh dia.

“Untung gue butuh lo yah bangke.” Kata Disha lalu pergi.

“Besok-besok, kalau mau nyuruh-” Kafeno ingin memarahi Mita namun Mita langsung memperlihatkan profile Disha.

“oke, setelah itu, lo yang nyuruh dia.” Kata Kafeno.

Disha punya akses untuk masuk ke Forcas karena kekasihnya adalah Direktur di sana. Dan setelah Kafeno tau, dia ingin menyuruh Disha untuk memasukkannya ke sana, walaupun tanpa disuruh pun Disha akan melakukannya.

Esok harinya, Kafeno mengubah dialog dan beberapa adegan saat syuting. Walaupun sutradara sedikit emosi karena Kafeno mengubah tanpa memberitahu.

Tapi karena hal itu juga, reputasi Kafeno dan dramanya jadi naik dan beberapa wartawan mengangkat beritanya, tentang Kafeno yang jago dalam berakting.

Setelah pemberitahuan dia keluar dari agensinya, beberapa agensi menawarinya namun tidak ada salah satu diantaranya dari Forcas Entertainment.

“Heh, lo udah janji kan sama gue.” Kata Kafeno setelah Disha mengangkat panggilan darinya.

“Besok lo datang aja ke kantornya, udah gue urusin.” Kata Disha lalu mematikan sambungannya.

“Gila nih orang.” Umpat Kafeno

“Lo juga, tapi kali ini gilanya lo gue suka.” Kata Trixie.

“Gue nggak nyangka sih lo bakal senekat ini buat jadi terkenal.” Javiell juga ikut kumpul bersama mereka.

Ada Mita, Alandra dan Yikaru juga, mereka telah menenangkan Kafeno karena emosi tidak mendapatkam tawaran dari Forcas ent.

“Gue kan udah terkenal, hal kayak gini kecil sih.” Kafeno masih dengan sifat sombongnya.

“Gaya lo.” Kata Mita.

“Terus, kalau lo pindah siapa yang harus gue ajarin buat ngurus lo?” Lanjutnya.

“Nggak ada lah. Lo juga harus pindah Mitos”

“Ogah, lo aja belum fix di FE.”

“Kayaknya fix sih ini, Disha udah ngirimin gue email.” Kata Javiell memperlihatkan email dari Disha tentang pemindahan Kafeno dan Javiell.

“KOK LO JUGA?” Kompak Alandra dan Yikaru berteriak.

“Sebagai lawan main Kafeno, tentu aja Javiell ikut bantuin karena dia juga ngubah dialognya.” Kata Trixie sok berwibawa.

“Jadi guys, mau gimanapun, pekerjaan kita beda, kalau takdir bilang kita selalu sama-sama ya nggak bakalan bisa berubah.” Kata Javiell lalu merentangkan tangannya.

“Aaa lo jangan buat gue terhura deh.” Alandra memeluk Javiell diikuti Yikaru dan Trixie. Mereka lalu melirik Mita dan Kafeno.

“Alay lo.” Kata Mita dingin.

“Halah, sok cool lo.” Kafeno menarik Mita dan mereka berpelukan bersama.

Mereka adalah teman semasa SMA, dan karena pekerjaan mereka berbeda, jadi jarang ada waktu berkumpul. Javiell dan Kafeno juga beda agensi, Alandra dan Yikaru yang bekerja di balik layar, hanya bisa memantau mereka dari jauh, apalagi Mita jarang ada waktu karena mengurus Kafeno.

Saat ini, mereka sudah mempunyai waktu berkumpul, pekerjaan mereka bukan lagi jadi penghalang.

“Disha di mana ya?” Tanya Yikaru setelah mereka meluangkan waktu dari pekerjaan.

“Mana urus gue.” Kata Kafeno.

Namun dia langsung mendapatkan tatapan tajam dari teman-temannya.

“Iya iya, gue telpon nih.”