Missing You.
Read Me First
Cerita ini hanyalah fanfiksi, semua yang ada di sini murni imajinasi author dan bukan suatu hal yang bisa di tiru.
WARNING
– Canon compilant, mengambil latar saat dance practice NCT U
– Bathroom Sex
– Dirty Talk
– Semi Public Sex
Toilet bukanlah tempat yang bagus untuk bercinta.
Atau setidaknya, hal itu tidak pernah terlintas sedikitpun di pikiran Jungwoo. Memang benar, toilet gedung latihan mereka bersih juga memiliki bilik yang besar. Tapi bukan berarti Jungwoo mempertimbangkannya sebagai tempat bercinta bersama sang kekasih.
Hari ini Jungwoo memiliki jadwal latihan bersama untuk projek besar NCT yang kesekian kalinya. Jadwalnya yang sudah padat ditambah waktu comeback yang sangat singkat tentu saja membuat Jungwoo sangat kelelahan.
Dan lagi, ia tidak punya waktu banyak dengan Jaehyun.
Jungwoo, tentu saja, sangat merindukan kekasihnya itu. Ia rindu hari-hari di mana ia hanya menghabiskan waktu di ranjang, berbaring seharian dan memeluk Jaehyun. Ia juga rindu berkencan dengan Jaehyun, walau hanya sekedar menonton film atau mengobrol dalam waktu yang lama.
Hari ini ia bertemu dengan Jaehyun, tentu saja. Namun ada 20 orang juga yang ada disekitarnya. Mana mungkin ia melepas rindu dengan Jaehyun, apalagi Taeyong sudah mewanti-wantinya;
“Tidak ada, aku tekankan sekali lagi, tidak ada yang boleh bermesraan saat latihan,” lalu Taeyong menunjuk Jungwoo dan Jaehyun. “Terutama kalian berdua. Ingat, setiap gerak gerik kita akan direkam. Oke?”
Sial. Padahal ia ingin sekali memeluk Jaehyun.
Tapi sepertinya Jaehyun acuh, pemuda tampan itu sesekali mencuri pandang pada Jungwoo tanpa berani mendekatinya. Tapi itu membuat Jungwoo sadar kalau ia sedang diperhatikan, walau mata Jaehyun hampir tidak terlihat karena tertutup oleh bucket hat yang dikenakannya.
Sangat intens.
Saat pelatih meneriakan untuk beristirahat, Jungwoo kaget bukan main saat Jaehyun menarik tangannya keluar.
“Hyung?“
Jaehyun bergumam, “Ikut aku, nanti aku jelaskan.”
Setelahnya, Jungwoo tidak berkata apapun lagi. Namun sepertinya member lain menyadari kalau mereka bergegas keluar.
“Kalian mau kemana?” Teriak Doyoung.
Lalu tawa terdengar, itu Johnny dan Mark. “Ada panggilan ya? Paling juga mau melakukan itu.” goda Johnny.
Jisung mengernyit, “Itu maksudnya apa?”
“Jisung tak perlu tahu, kau masih kecil.” Haechan menggelengkan kepalanya, menepuk pundak Jisung dengan prihatin.
“KEMBALI SEBELUM ISTIRAHAT BERAKHIR YA!” Taeyong berteriak. “ATAU TIDAK AKU AKAN MEMISAHKAN KALIAN!”
Jaehyun menyahut, “Tenang, kami akan kembali sebelum 20 menit!”
Jaehyun menariknya ke kamar mandi. Pemuda itu mendorong Jungwoo masuk ke dalam satu bilik kamar mandi lalu disusul dengannya.
“Hyung sejak tadi menatapku begitu. Ada sesuatu yang salah?” Jungwoo bertanya, wajahnya memerah saat kekasihnya melangkah lebih dekat padanya.
Alis Jaehyun terangkat sedikit, seolah mengatakan Menatapmu dengan cara apa?, dan sudut kecil di bibirnya terangkat. Jungwoo mendengus, ia jadi lebih baik dalam membaca raut wajah Jaehyun sekarang. “Seperti kau ingin memakanku.” tambah Jungwoo.
“Aku terlihat seperti itu?” Nada menggoda Jaehyun membuat punggung Jungwoo merinding, terlebih lagi saat tubuh mereka sudah saling menghimpit.
“Y-ya,” Jungwoo tergagap, wajahnya menghadap pada Jaehyun saat gerakan kekasihnya mendekatkan bibir mereka. “Aku bisa merasakannya, aku bahkan bisa melihatnya dari cermin kalau kau selalu memperhatikanku... ah! ”
Suaranya tertahan saat Jaehyun menempelkan bibirnya yang lembut ke leher Jungwoo dan mulai mengisap, meninggalkan bekas merah di kulit yang sangat terlihat yang pasti akan memar nantinya.
“Hmm, maaf. Itu karena aku merindukanmu.” Bisik Jaehyun. “Maaf membuatmu tak nyaman. Apa yang harus aku lakukan untukmu?”
“Um, kau harus…” Respon yang tepat adalah memberitahu Jaehyun untuk menghentikannya, bahwa mereka dapat melakukan apapun yang mereka inginkan selepas latihan, tetapi cara Jaehyun meninggalkan kecupan ringan di lehernya, menggerakkan tangannya ke punggungnya lalu menangkup pinggangnya, memberi waktu bagi akal sehat Jungwoountuk melarikan diri. “...lakukan apa yang kau inginkan, hyung.”
Seringai balasannya singkat, dan Jaehyun tidak membuang waktu dengan membuka kaos putih Jungwoo dan melanjutkan memberikan kissmark pada leher Jungwoo.
Lengan Jungwoo terulur untuk mencengkeram bahu kekasihnya, erangan mengganggu usahanya untuk protes. “Tunggu hyung! Pintunya terbuka! Bagaimana jika seseorang—ah, seseorang masuk dan melihat kita?”
“Jangan panik, aku sudah mengunci pintu.”
Tunggu! Apa?
Jungwoo membuka paksa matanya untuk mengintip ke pintu dan memastikan bahwa pintu itu memang terkunci.
Sebelum Jungwoo bisa memberikan tanggapan, tangan di pinggangnya mengangkatnya, dan dia secara naluriah melingkarkan kakinya pada pinggang Jaehyun saat kekasihnya mulai menempelkannya di dinding kamar mandi.
Dari posisi baru mereka, Jungwoo bisa melihat dirinya hampir sepenuhnya di cermin yang tertempel pada dinding di atas toilet. Cahaya lampu yang remang-remang tetap menunjukkan segalanya pada Jungwoo, pemandangan di mana Jaehyun mengisap lehernya dan meninggalkan kissmark lalu turun ke dadanya yang sekarang terekspos. Semua itu mengirim getaran kenikmatan melalui Jungwoo.
“Cukup, hyung. Jangan terlalu meninggalkan banyak tanda.” Jungwoo mengingatkan. “Nanti terekam oleh kamera.”
Jungwoo bersumpah jika ia mendengar Jaehyun berdecih, “Tapi aku suka menandaimu, kau sangat cantik dengan tandaku membekas padamu.”
Jungwoo mendesah. Setelah ini, ia harus berpikir untuk menutupi tanda yang diberikan Jaehyun agar tidak tertangkap kamera.
Gerakan itu mengarah ke bagian depan celana Jungwoo yang bergesekan dengan Jaehyun, dan rasanya luar biasa.
Sudah lama Jungwoo tidak merasakan miliknya tersentuh.
“Fuck,” desah Jaehyun saat merasakan penis Jungwoo menegang di balik celananya. Ia bergerak untuk menangkap bibir Jungwoo dalam ciuman untuk pertama kalinya di hari itu. Jungwoo membuka mulutnya untuk memungkinkan Jaehyun menyelipkan lidahnya, dan untuk beberapa saat mereka menikmati sensasi penis mereka yang menggosok melalui celana mereka satu sama lain dan kenikmatan dari ciuman panas mereka.
Jungwoo melepaskan satu tangan di antara mereka, memercayai Jaehyun untuk menopang berat badannya, dan mulai membuka celana mereka. Ia berhenti ketika dia merasakan gumpalan di saku celana Jaehyun, dan mengeluarkan sebotol pelumas dalam botol kecil bersama dengan kondom.
“Hyung, kau benar-benar mempersiapkan semua ini, bukan?” tuduhnya, dan senyum lebar Jaehyun cukup menjawab pertanyaannya.
Jaehyun selesai menurunkan celana mereka. Jungwoo yang hendak membuka tutup pelumas di tangannya tertahan oleh suara Jaehyun. “Biarkan aku—” ciuman lembut ditekankan ke bibirnya “—mempersiapkanmu.”
Jungwoo setuju, menuangkan pelumas ke telapak tangan Jaehyun. Dengan hati-hati, Jaehyun memasukan jarinya ke dalam lubang Jungwoo, membuatnya tersentak karena sensasi dingin menyapa lubangnya.
“Ahngh...” Jungwoo mendesah, merasakan jari tengah Jaehyun yang meluncur mudah ke dalam lubangnya. Terasa mengganjal namun Jungwoo merindukan sensasi ini.
“Tahan ya, sayang.” Ciuman lain ditekankan ke bibirnya, dan Jungwoo tidak bisa menahan senyum pada perlakuan manis Jaehyun. Kekasihnya itu selalu lembut dan hati-hati, tidak mau Jungwoo merasa kesakitan dan selalu mendahulukan kenyamanan Jungwoo. Tidak ada yang membuat Jungwoo merasa lebih spesial dibanding perlakuan Jaehyun padanya.
Pikirannya terganggu oleh jari lain yang menyelinap di samping yang pertama, kali ini mendorong dalam-dalam dan memaksa erangan rendah keluar dari mulutnya. Setelah beberapa saat, Jaehyun mulai dengan gerakan menggunting dan merenggangkan lubang Jungwoo dengan sesuatu yang jauh lebih besar nantinya.
“Sudah berapa lama kita tidak bermain, hm?” Jaehyun bertanya, bibirnya mengecup helai biru Jungwoo. “Kau sangat sempit. Sebentar, aku akan merenggangkannya agar kau lebih siap dengan penisku.”
“Mhh... tidak ada waktu banyak—” Jungwoo menahan erangannya. “Yang lain... ah... akan mencari kita.”
“Tidak masalah, aku akan menjelaskan pada mereka.” Bisik Jaehyun.
Jungwoo merasa itu bukan hal baik, Jaehyun akan berkata jujur dibanding mencari alibi dengan lamanya mereka menghabiskan waktu berdua di toilet. Mungkin sebaiknya Jungwoo yang bicara dan membuat alasan.
“Ah! Hyung!”
Jaehyun menyelipkan satu jari lagi dan Jungwoo mengeluarkan erangan yang lebih keras karena sensasi penuh dalam lubangnya.
Jari-jari Jaehyun bergerak masuk dan keluar, mendorong dinding rektumnya untuk mencari sweet spot Jungwoo. Ia menemukannya setelah beberapa saat mencari, mendengar jeritan kesenangan yang dilepaskan oleh Jungwoo membuatnya tersenyum senang.
“Di sini ya, sayang?” Jaehyun terkekeh, ia kembali menekan sweet spot Jungwoo.
“Mmh... lagi... enak!”
Jungwoo meracau, tidak lagi peduli tentang fakta bahwa mereka ada di dalam bilik kamar mandi, melupakan fakta bahwa siapapun bisa mendengar mereka, juga tidak lagi memikirkan bahwa mereka harus cepat kembali ke ruang latihan dan mengakhiri kesenangan mereka sebelum waktu istirahat habis.
Saat Jaehyun mengeluarkan jari-jarinya, puas dengan betapa kenikmatan tercetak jelas di wajah Jungwoo. Matanya menangkap lubang Jungwoo yang sudah dipersiapkan dengan baik, lubangnya terlihat lebih longgar, mengembang dan mengempis, mengundang Jaehyun untuk segera mengisinya dan menyumpalnya agar tetap penuh. Penisnya Jungwoo yang bergesekan dengan perutnya juga menunjukkan gairah, tegang dan mengeras, meneteskan air mani ke perutnya yang telanjang.
“Baby, kau sangat menginginkanku, bukan?”
“Y-ya! Aku membutuhkanmu di dalam diriku!”
Jaehyun tidak repot-repot menjawab secara lisan, hanya mengarahkan penisnya ke pintu masuk Jungwoo, menekan penisnya dengan perlahan. Ia mengerang saat panas yang hangat menyelimutinya, memeluknya dan mengisapnya kuat. Saat Jaehyun menekan sepenuhnya ke dalam lubang hangat itu, Jungwoo menghela napas dengan senang dan menggerakkan pinggulnya dengan tidak sabar. Posisi mereka agak tidak nyaman, apa dengan Jaehyun yang menggendongnya, dan Jungwoo mencoba untuk mendorong penis Jaehyun agar masuk lebih dalam di dalam dirinya.
“Tahan, Jungwoo. Aku tidak mau kau lecet nantinya,” dengan lembut ia meremas bokong Jungwoo, salah satu yang paling ia sukai. “Kita masih harus latihan setelah ini.”
Jaehyun mengambil waktu sejenak untuk diam agar Jungwoo terbiasa dengan penisnya yang besar, tangannya mengencang di sekitar si yang lebih muda untuk membuatnya tetap diam dan bersandar di pintu. Kemudian Jaehyun mulai mendorong masuk tanpa peringatan, menarik erangan keras dari tenggorokan Jungwoo.
“Ah! Jaehyun... terlalu... ngh... dalam...”
Erangan mereka memenuhi udara saat Jaehyun mendorong tubuhnya pada Jungwoo membuat dada mereka bersentuhan. Dengan hentakan kecil, sekali lagi Jaehyun mencari prostat kekasihnya. Menghentakkan tubuh mereka berdua seirama.
“Ah! Hyung di situ! Di situ!”
Jaehyun tersenyum saat ia menemukannya, Jungwoo tersentak, kaki berkedut di pinggang yang lain dan hampir menangis karena kenikmatan. Dorongan berulang dan tak henti-hentinya terhadap prostatnya membuat Jungwoo seperti melihat bintang-bintang saat kekasihnya menumbuk prostatnya dengan penis yang mengeras, menenggelamkannya dalam kenikmatan.
Jaehyun sendiri ikut mengerang saat penisnya dipijat oleh dinding rektum Jungwoo yang hangat, menghisap penis Jaehyun untuk membawanya lebih dalam. Ia refleks menangkup bokong Jungwoo lebih kuat, dorongannya menjadi semakin ceroboh dan tak beraturan.
“Jaeh... ungh... lebih dalam lagi.” Mata Jungwoo sudah terpejam sepenuhnya, tangannya melingkar pada leher kokoh Jaehyun. Ia hanya fokus pada kenikmatan yang mengalir dalam tubuhnya, merasakan kerasnya penis Jaehyun dalam dirinya, menumbuknya dengan dalam dan membuatnya merasa penuh.
Jungwoo merindukan ini. Ia sangat merindukan di mana Jaehyun mendominasi dirinya, memberikan kenikmatan yang selalu Jungwoo inginkan.
Persetan dengan latihan, jadwal padatnya, dan apapun itu. Ia ingin selalu seperti ini dengan Jaehyun, dan ia berharap waktu berhenti sekarang jadi ia tidak perlu kembali berlatih.
Jaehyun sendiri mengerang, desahan beratnya menggelitik telinga Jungwoo. Ia mendorong tubuhnya lebih dalam, mencari kehangatan yang ia rindukan. “Jungwoo... ah...” ia mengulum cuping telinga Jungwoo. “I miss you so bad.”
Jaehyun menggeser tubuhnya, sehingga memungkinkan dirinya untuk menggenggam penis Jungwoo, menggosok kepala penisnya dengan ibu jarinya dalam gerakan yang ia tahu dinikmati oleh kekasihnya. “Keluar, sayang. Tidak apa, keluarkan semuanya di tanganku, jangan kau tahan.”
Ucapan Jaehyun bagai perintah, si yang lebih muda tersentak saat ia orgasme. “Ah! Hyung... aku keluar! Ah!”
Dinding rektum Jungwoo berkontraksi, mengencangkan dindingnya dan meremas penis Jaehyun di dalamnya. Air mata mengalir karena tidak bisa menahan kenikmatan, sperma Jungwoo membasahi perut telanjangnya dan kaos Jaehyun.
“Jungwoo... hngh... aku keluar di dalam ya.” Setelahnya, Jaehyun juga mencapai klimaksnya. Dengan satu hentakkan, ia membiarkan penisnya berada di dalam sang kekasih, merasakan pijitan nikmat yang merangsangnya untuk menyemburkan spermanya.
Mereka berdua terdiam sejenak, berusaha menetralkan perasaan nikmat yang menerbangkan keduanya. Jaehyun mengambil napas dalam lalu menarik penisnya dalam lubang Jungwoo. Matanya menangkap sperma yang keluar dari lubang Jungwoo yang masih terbuka lebar, jatuh pada pahanya yang putih dan itu membuat Jaehyun merasa tergoda. Dengan lembut menurunkan Jungwoo yang masih gemetar ke lantai, menopang tubuh kekasihnya.
“Kau sudah puas?” Jungwoo cemberut Jaehyun memakaikan kaos padanya.
Setelahnya, Jaehyun dengan lembut melingkarkan lengannya di pinggang ramping Jungwoo, meletakkan dagunya di bahu kekasihnya dan berkata, dan mengambil alih. “Maaf sayang, aku tidak bisa menahannya.” ia bersenandung, menempelkan pipinya ke pipi Jungwoo.
“Kalau kita ketahuan bisa malu, hyung! Kau tahu bagaimana seringnya Johnny-hyung dan Doyoung-hyung mengolok kita.”
Jaehyun sekali lagi mengecup pipi Jungwoo, “ Maaf, tapi aku benar-benar merindukanmu.” bisiknya. “I miss you and I want you. Kita jarang bertemu, jarang menghabiskan waktu bersama akhir-akhir ini, aku merasa kita semakin menjauh.”
Jungwoo terdiam. Perasaan bersalah kini meliputinya saat melihat wajah sendu Jaehyun dan mendengar pernyataannya. Ia menangkup wajah Jaehyun dan mengecup bibirnya. “Maaf, aku juga merindukanmu. Setelah latihan ayo kita berkencan!”
Jaehyun terkekeh, ia mengecup pelipis Jungwoo. Helai biru Jungwoo menempel pada kulitnya karena keringat. “Ayo.”
Lalu, Jaehyun membantu Jungwoo untuk membersihkan diri, dan berpakaian dengan rapi. Sepertinya 20 menit sudah lewat, namun mereka tak mau terburu-buru, dan Jaehyun juga Jungwoo harus membersihkan diri mereka, tidak mau terlihat seperti orang yang baru saja melakukan seks di kamar mandi.
“Hyung, bajumu kotor karena cairanku. Bahkan terlihat basah sekarang.” Jungwoo dengan panik melihat kaos Jaehyun yang basah karena sengaja terbasuh air, membersihkan sperma Jungwoo yang menempel di sana. “Bagaimana ini?”
Jaehyun tersenyum, “Tenang saja, aku bawa cardigan, nanti bisa kututupi dengan itu.”
“Kau memang benar-benar sudah mempersiapkan segalanya bukan?” Jungwoo mendengus. “Pelumas, kondom, kardigan... Kau memang hebat.” sindirnya.
Jaehyun dengan cepat merangkul pinggang Jungwoo, “Karena aku benar-benar merindukanmu, Jungwoo.”
Sebelum mereka keluar, Jaehyun kembali menyesap bibir Jungwoo. Setelah ini, mereka harus siap menerima ejekan dari Johnny dan Doyoung. Juga omelan dari Taeyong mungkin? Oh, jangan lupakan Taeil yang juga akan menatap mereka dan tersenyum menggoda.
Harayuki.