harayuki

Missing You.

Read Me First Cerita ini hanyalah fanfiksi, semua yang ada di sini murni imajinasi author dan bukan suatu hal yang bisa di tiru.

WARNING – Canon compilant, mengambil latar saat dance practice NCT U – Bathroom Sex – Dirty Talk – Semi Public Sex


Toilet bukanlah tempat yang bagus untuk bercinta.

Atau setidaknya, hal itu tidak pernah terlintas sedikitpun di pikiran Jungwoo. Memang benar, toilet gedung latihan mereka bersih juga memiliki bilik yang besar. Tapi bukan berarti Jungwoo mempertimbangkannya sebagai tempat bercinta bersama sang kekasih.

Hari ini Jungwoo memiliki jadwal latihan bersama untuk projek besar NCT yang kesekian kalinya. Jadwalnya yang sudah padat ditambah waktu comeback yang sangat singkat tentu saja membuat Jungwoo sangat kelelahan.

Dan lagi, ia tidak punya waktu banyak dengan Jaehyun.

Jungwoo, tentu saja, sangat merindukan kekasihnya itu. Ia rindu hari-hari di mana ia hanya menghabiskan waktu di ranjang, berbaring seharian dan memeluk Jaehyun. Ia juga rindu berkencan dengan Jaehyun, walau hanya sekedar menonton film atau mengobrol dalam waktu yang lama.

Hari ini ia bertemu dengan Jaehyun, tentu saja. Namun ada 20 orang juga yang ada disekitarnya. Mana mungkin ia melepas rindu dengan Jaehyun, apalagi Taeyong sudah mewanti-wantinya;

“Tidak ada, aku tekankan sekali lagi, tidak ada yang boleh bermesraan saat latihan,” lalu Taeyong menunjuk Jungwoo dan Jaehyun. “Terutama kalian berdua. Ingat, setiap gerak gerik kita akan direkam. Oke?”

Sial. Padahal ia ingin sekali memeluk Jaehyun.

Tapi sepertinya Jaehyun acuh, pemuda tampan itu sesekali mencuri pandang pada Jungwoo tanpa berani mendekatinya. Tapi itu membuat Jungwoo sadar kalau ia sedang diperhatikan, walau mata Jaehyun hampir tidak terlihat karena tertutup oleh bucket hat yang dikenakannya.

Sangat intens.

Saat pelatih meneriakan untuk beristirahat, Jungwoo kaget bukan main saat Jaehyun menarik tangannya keluar.

Hyung?

Jaehyun bergumam, “Ikut aku, nanti aku jelaskan.”

Setelahnya, Jungwoo tidak berkata apapun lagi. Namun sepertinya member lain menyadari kalau mereka bergegas keluar.

“Kalian mau kemana?” Teriak Doyoung.

Lalu tawa terdengar, itu Johnny dan Mark. “Ada panggilan ya? Paling juga mau melakukan itu.” goda Johnny.

Jisung mengernyit, “Itu maksudnya apa?”

“Jisung tak perlu tahu, kau masih kecil.” Haechan menggelengkan kepalanya, menepuk pundak Jisung dengan prihatin.

“KEMBALI SEBELUM ISTIRAHAT BERAKHIR YA!” Taeyong berteriak. “ATAU TIDAK AKU AKAN MEMISAHKAN KALIAN!”

Jaehyun menyahut, “Tenang, kami akan kembali sebelum 20 menit!”


Jaehyun menariknya ke kamar mandi. Pemuda itu mendorong Jungwoo masuk ke dalam satu bilik kamar mandi lalu disusul dengannya.

Hyung sejak tadi menatapku begitu. Ada sesuatu yang salah?” Jungwoo bertanya, wajahnya memerah saat kekasihnya melangkah lebih dekat padanya.

Alis Jaehyun terangkat sedikit, seolah mengatakan Menatapmu dengan cara apa?, dan sudut kecil di bibirnya terangkat. Jungwoo mendengus, ia jadi lebih baik dalam membaca raut wajah Jaehyun sekarang. “Seperti kau ingin memakanku.” tambah Jungwoo.

“Aku terlihat seperti itu?” Nada menggoda Jaehyun membuat punggung Jungwoo merinding, terlebih lagi saat tubuh mereka sudah saling menghimpit.

“Y-ya,” Jungwoo tergagap, wajahnya menghadap pada Jaehyun saat gerakan kekasihnya mendekatkan bibir mereka. “Aku bisa merasakannya, aku bahkan bisa melihatnya dari cermin kalau kau selalu memperhatikanku... ah! ”

Suaranya tertahan saat Jaehyun menempelkan bibirnya yang lembut ke leher Jungwoo dan mulai mengisap, meninggalkan bekas merah di kulit yang sangat terlihat yang pasti akan memar nantinya.

“Hmm, maaf. Itu karena aku merindukanmu.” Bisik Jaehyun. “Maaf membuatmu tak nyaman. Apa yang harus aku lakukan untukmu?”

“Um, kau harus…” Respon yang tepat adalah memberitahu Jaehyun untuk menghentikannya, bahwa mereka dapat melakukan apapun yang mereka inginkan selepas latihan, tetapi cara Jaehyun meninggalkan kecupan ringan di lehernya, menggerakkan tangannya ke punggungnya lalu menangkup pinggangnya, memberi waktu bagi akal sehat Jungwoountuk melarikan diri. “...lakukan apa yang kau inginkan, hyung.”

Seringai balasannya singkat, dan Jaehyun tidak membuang waktu dengan membuka kaos putih Jungwoo dan melanjutkan memberikan kissmark pada leher Jungwoo.

Lengan Jungwoo terulur untuk mencengkeram bahu kekasihnya, erangan mengganggu usahanya untuk protes. “Tunggu hyung! Pintunya terbuka! Bagaimana jika seseorang—ah, seseorang masuk dan melihat kita?”

“Jangan panik, aku sudah mengunci pintu.”

Tunggu! Apa?

Jungwoo membuka paksa matanya untuk mengintip ke pintu dan memastikan bahwa pintu itu memang terkunci.

Sebelum Jungwoo bisa memberikan tanggapan, tangan di pinggangnya mengangkatnya, dan dia secara naluriah melingkarkan kakinya pada pinggang Jaehyun saat kekasihnya mulai menempelkannya di dinding kamar mandi.

Dari posisi baru mereka, Jungwoo bisa melihat dirinya hampir sepenuhnya di cermin yang tertempel pada dinding di atas toilet. Cahaya lampu yang remang-remang tetap menunjukkan segalanya pada Jungwoo, pemandangan di mana Jaehyun mengisap lehernya dan meninggalkan kissmark lalu turun ke dadanya yang sekarang terekspos. Semua itu mengirim getaran kenikmatan melalui Jungwoo.

“Cukup, hyung. Jangan terlalu meninggalkan banyak tanda.” Jungwoo mengingatkan. “Nanti terekam oleh kamera.”

Jungwoo bersumpah jika ia mendengar Jaehyun berdecih, “Tapi aku suka menandaimu, kau sangat cantik dengan tandaku membekas padamu.”

Jungwoo mendesah. Setelah ini, ia harus berpikir untuk menutupi tanda yang diberikan Jaehyun agar tidak tertangkap kamera.

Gerakan itu mengarah ke bagian depan celana Jungwoo yang bergesekan dengan Jaehyun, dan rasanya luar biasa.

Sudah lama Jungwoo tidak merasakan miliknya tersentuh.

Fuck,” desah Jaehyun saat merasakan penis Jungwoo menegang di balik celananya. Ia bergerak untuk menangkap bibir Jungwoo dalam ciuman untuk pertama kalinya di hari itu. Jungwoo membuka mulutnya untuk memungkinkan Jaehyun menyelipkan lidahnya, dan untuk beberapa saat mereka menikmati sensasi penis mereka yang menggosok melalui celana mereka satu sama lain dan kenikmatan dari ciuman panas mereka.

Jungwoo melepaskan satu tangan di antara mereka, memercayai Jaehyun untuk menopang berat badannya, dan mulai membuka celana mereka. Ia berhenti ketika dia merasakan gumpalan di saku celana Jaehyun, dan mengeluarkan sebotol pelumas dalam botol kecil bersama dengan kondom.

Hyung, kau benar-benar mempersiapkan semua ini, bukan?” tuduhnya, dan senyum lebar Jaehyun cukup menjawab pertanyaannya.

Jaehyun selesai menurunkan celana mereka. Jungwoo yang hendak membuka tutup pelumas di tangannya tertahan oleh suara Jaehyun. “Biarkan aku—” ciuman lembut ditekankan ke bibirnya “—mempersiapkanmu.”

Jungwoo setuju, menuangkan pelumas ke telapak tangan Jaehyun. Dengan hati-hati, Jaehyun memasukan jarinya ke dalam lubang Jungwoo, membuatnya tersentak karena sensasi dingin menyapa lubangnya.

“Ahngh...” Jungwoo mendesah, merasakan jari tengah Jaehyun yang meluncur mudah ke dalam lubangnya. Terasa mengganjal namun Jungwoo merindukan sensasi ini.

“Tahan ya, sayang.” Ciuman lain ditekankan ke bibirnya, dan Jungwoo tidak bisa menahan senyum pada perlakuan manis Jaehyun. Kekasihnya itu selalu lembut dan hati-hati, tidak mau Jungwoo merasa kesakitan dan selalu mendahulukan kenyamanan Jungwoo. Tidak ada yang membuat Jungwoo merasa lebih spesial dibanding perlakuan Jaehyun padanya.

Pikirannya terganggu oleh jari lain yang menyelinap di samping yang pertama, kali ini mendorong dalam-dalam dan memaksa erangan rendah keluar dari mulutnya. Setelah beberapa saat, Jaehyun mulai dengan gerakan menggunting dan merenggangkan lubang Jungwoo dengan sesuatu yang jauh lebih besar nantinya.

“Sudah berapa lama kita tidak bermain, hm?” Jaehyun bertanya, bibirnya mengecup helai biru Jungwoo. “Kau sangat sempit. Sebentar, aku akan merenggangkannya agar kau lebih siap dengan penisku.”

“Mhh... tidak ada waktu banyak—” Jungwoo menahan erangannya. “Yang lain... ah... akan mencari kita.”

“Tidak masalah, aku akan menjelaskan pada mereka.” Bisik Jaehyun.

Jungwoo merasa itu bukan hal baik, Jaehyun akan berkata jujur dibanding mencari alibi dengan lamanya mereka menghabiskan waktu berdua di toilet. Mungkin sebaiknya Jungwoo yang bicara dan membuat alasan.

“Ah! Hyung!”

Jaehyun menyelipkan satu jari lagi dan Jungwoo mengeluarkan erangan yang lebih keras karena sensasi penuh dalam lubangnya.

Jari-jari Jaehyun bergerak masuk dan keluar, mendorong dinding rektumnya untuk mencari sweet spot Jungwoo. Ia menemukannya setelah beberapa saat mencari, mendengar jeritan kesenangan yang dilepaskan oleh Jungwoo membuatnya tersenyum senang.

“Di sini ya, sayang?” Jaehyun terkekeh, ia kembali menekan sweet spot Jungwoo.

Mmh... lagi... enak!”

Jungwoo meracau, tidak lagi peduli tentang fakta bahwa mereka ada di dalam bilik kamar mandi, melupakan fakta bahwa siapapun bisa mendengar mereka, juga tidak lagi memikirkan bahwa mereka harus cepat kembali ke ruang latihan dan mengakhiri kesenangan mereka sebelum waktu istirahat habis.

Saat Jaehyun mengeluarkan jari-jarinya, puas dengan betapa kenikmatan tercetak jelas di wajah Jungwoo. Matanya menangkap lubang Jungwoo yang sudah dipersiapkan dengan baik, lubangnya terlihat lebih longgar, mengembang dan mengempis, mengundang Jaehyun untuk segera mengisinya dan menyumpalnya agar tetap penuh. Penisnya Jungwoo yang bergesekan dengan perutnya juga menunjukkan gairah, tegang dan mengeras, meneteskan air mani ke perutnya yang telanjang.

Baby, kau sangat menginginkanku, bukan?”

“Y-ya! Aku membutuhkanmu di dalam diriku!”

Jaehyun tidak repot-repot menjawab secara lisan, hanya mengarahkan penisnya ke pintu masuk Jungwoo, menekan penisnya dengan perlahan. Ia mengerang saat panas yang hangat menyelimutinya, memeluknya dan mengisapnya kuat. Saat Jaehyun menekan sepenuhnya ke dalam lubang hangat itu, Jungwoo menghela napas dengan senang dan menggerakkan pinggulnya dengan tidak sabar. Posisi mereka agak tidak nyaman, apa dengan Jaehyun yang menggendongnya, dan Jungwoo mencoba untuk mendorong penis Jaehyun agar masuk lebih dalam di dalam dirinya.

“Tahan, Jungwoo. Aku tidak mau kau lecet nantinya,” dengan lembut ia meremas bokong Jungwoo, salah satu yang paling ia sukai. “Kita masih harus latihan setelah ini.”

Jaehyun mengambil waktu sejenak untuk diam agar Jungwoo terbiasa dengan penisnya yang besar, tangannya mengencang di sekitar si yang lebih muda untuk membuatnya tetap diam dan bersandar di pintu. Kemudian Jaehyun mulai mendorong masuk tanpa peringatan, menarik erangan keras dari tenggorokan Jungwoo.

“Ah! Jaehyun... terlalu... ngh... dalam...”

Erangan mereka memenuhi udara saat Jaehyun mendorong tubuhnya pada Jungwoo membuat dada mereka bersentuhan. Dengan hentakan kecil, sekali lagi Jaehyun mencari prostat kekasihnya. Menghentakkan tubuh mereka berdua seirama.

“Ah! Hyung di situ! Di situ!”

Jaehyun tersenyum saat ia menemukannya, Jungwoo tersentak, kaki berkedut di pinggang yang lain dan hampir menangis karena kenikmatan. Dorongan berulang dan tak henti-hentinya terhadap prostatnya membuat Jungwoo seperti melihat bintang-bintang saat kekasihnya menumbuk prostatnya dengan penis yang mengeras, menenggelamkannya dalam kenikmatan.

Jaehyun sendiri ikut mengerang saat penisnya dipijat oleh dinding rektum Jungwoo yang hangat, menghisap penis Jaehyun untuk membawanya lebih dalam. Ia refleks menangkup bokong Jungwoo lebih kuat, dorongannya menjadi semakin ceroboh dan tak beraturan.

“Jaeh... ungh... lebih dalam lagi.” Mata Jungwoo sudah terpejam sepenuhnya, tangannya melingkar pada leher kokoh Jaehyun. Ia hanya fokus pada kenikmatan yang mengalir dalam tubuhnya, merasakan kerasnya penis Jaehyun dalam dirinya, menumbuknya dengan dalam dan membuatnya merasa penuh.

Jungwoo merindukan ini. Ia sangat merindukan di mana Jaehyun mendominasi dirinya, memberikan kenikmatan yang selalu Jungwoo inginkan.

Persetan dengan latihan, jadwal padatnya, dan apapun itu. Ia ingin selalu seperti ini dengan Jaehyun, dan ia berharap waktu berhenti sekarang jadi ia tidak perlu kembali berlatih.

Jaehyun sendiri mengerang, desahan beratnya menggelitik telinga Jungwoo. Ia mendorong tubuhnya lebih dalam, mencari kehangatan yang ia rindukan. “Jungwoo... ah...” ia mengulum cuping telinga Jungwoo. “I miss you so bad.”

Jaehyun menggeser tubuhnya, sehingga memungkinkan dirinya untuk menggenggam penis Jungwoo, menggosok kepala penisnya dengan ibu jarinya dalam gerakan yang ia tahu dinikmati oleh kekasihnya. “Keluar, sayang. Tidak apa, keluarkan semuanya di tanganku, jangan kau tahan.”

Ucapan Jaehyun bagai perintah, si yang lebih muda tersentak saat ia orgasme. “Ah! Hyung... aku keluar! Ah!”

Dinding rektum Jungwoo berkontraksi, mengencangkan dindingnya dan meremas penis Jaehyun di dalamnya. Air mata mengalir karena tidak bisa menahan kenikmatan, sperma Jungwoo membasahi perut telanjangnya dan kaos Jaehyun.

“Jungwoo... hngh... aku keluar di dalam ya.” Setelahnya, Jaehyun juga mencapai klimaksnya. Dengan satu hentakkan, ia membiarkan penisnya berada di dalam sang kekasih, merasakan pijitan nikmat yang merangsangnya untuk menyemburkan spermanya.

Mereka berdua terdiam sejenak, berusaha menetralkan perasaan nikmat yang menerbangkan keduanya. Jaehyun mengambil napas dalam lalu menarik penisnya dalam lubang Jungwoo. Matanya menangkap sperma yang keluar dari lubang Jungwoo yang masih terbuka lebar, jatuh pada pahanya yang putih dan itu membuat Jaehyun merasa tergoda. Dengan lembut menurunkan Jungwoo yang masih gemetar ke lantai, menopang tubuh kekasihnya.

“Kau sudah puas?” Jungwoo cemberut Jaehyun memakaikan kaos padanya.

Setelahnya, Jaehyun dengan lembut melingkarkan lengannya di pinggang ramping Jungwoo, meletakkan dagunya di bahu kekasihnya dan berkata, dan mengambil alih. “Maaf sayang, aku tidak bisa menahannya.” ia bersenandung, menempelkan pipinya ke pipi Jungwoo.

“Kalau kita ketahuan bisa malu, hyung! Kau tahu bagaimana seringnya Johnny-hyung dan Doyoung-hyung mengolok kita.”

Jaehyun sekali lagi mengecup pipi Jungwoo, “ Maaf, tapi aku benar-benar merindukanmu.” bisiknya. “I miss you and I want you. Kita jarang bertemu, jarang menghabiskan waktu bersama akhir-akhir ini, aku merasa kita semakin menjauh.”

Jungwoo terdiam. Perasaan bersalah kini meliputinya saat melihat wajah sendu Jaehyun dan mendengar pernyataannya. Ia menangkup wajah Jaehyun dan mengecup bibirnya. “Maaf, aku juga merindukanmu. Setelah latihan ayo kita berkencan!”

Jaehyun terkekeh, ia mengecup pelipis Jungwoo. Helai biru Jungwoo menempel pada kulitnya karena keringat. “Ayo.”

Lalu, Jaehyun membantu Jungwoo untuk membersihkan diri, dan berpakaian dengan rapi. Sepertinya 20 menit sudah lewat, namun mereka tak mau terburu-buru, dan Jaehyun juga Jungwoo harus membersihkan diri mereka, tidak mau terlihat seperti orang yang baru saja melakukan seks di kamar mandi.

Hyung, bajumu kotor karena cairanku. Bahkan terlihat basah sekarang.” Jungwoo dengan panik melihat kaos Jaehyun yang basah karena sengaja terbasuh air, membersihkan sperma Jungwoo yang menempel di sana. “Bagaimana ini?”

Jaehyun tersenyum, “Tenang saja, aku bawa cardigan, nanti bisa kututupi dengan itu.”

“Kau memang benar-benar sudah mempersiapkan segalanya bukan?” Jungwoo mendengus. “Pelumas, kondom, kardigan... Kau memang hebat.” sindirnya.

Jaehyun dengan cepat merangkul pinggang Jungwoo, “Karena aku benar-benar merindukanmu, Jungwoo.”

Sebelum mereka keluar, Jaehyun kembali menyesap bibir Jungwoo. Setelah ini, mereka harus siap menerima ejekan dari Johnny dan Doyoung. Juga omelan dari Taeyong mungkin? Oh, jangan lupakan Taeil yang juga akan menatap mereka dan tersenyum menggoda.


Harayuki.

Kesurupan.


“Loh, Jungwoo? Kamu di sini juga?”

Berpura-pura bodoh, Jaehyun langsung berjalan menghampiri Jungwoo yang sedang mengamuk (menggebrak meja kasir dan memarahi Haechan dan Mark) di depan meja kasir. Jaehyun memasang tampang kaget, yang jelas palsu sekali, lalu tertawa canggung.

“Lo ngapain di sini?” Jungwoo sewot. Sudah jelas ia sedang kesal sehabis ditipu, padahal dia ingin sekali melihat Haechan kesurupan—lumayan tontonan gratis. Malangnya ia malah bertemu Jaehyun.

Ia masih kesal karena Jaehyun mengirim foto Doyoung dan Taeyong sedang berpelukan begitu, Jungwoo 'kan jadi iri dengki.

“Ya, ngopi lah.” Jaehyun tertawa. Palsu, dia kesini 'kan memang ingin bertemu Jungwoo. “Kamu ngopi juga?”

Jeno dan Mark sudah melirik dirinya dengan tatapan takjub. Ya, takjub akan skill ngibul milik Jaehyun yang sudah level legendary ini.

“Gak.” Jungwoo membalas ketus. Matanya langsung memicing tajam pada Haechan—bahkan pandangannya lebih tajam daripada omongan tetangga. “Gue mau liat si Haechan kesurupan, taunya hoax. Penipu lo semua!”

Haechan tidak terima jadi sasaran kebencian pun ikut nyolot. “Heh, lagian gue ga tau menau ya si bule kampung fitnah gue kesurupan! Ya kali malaikat kayak gue kesurupan, gila kali lo!”

“Ya, gue 'kan pengen bohongin Jungwoo aja gitu.” Mark cengengesan. Kata-katanya dusta, padahal ia begitu karena disuap oleh Jaehyun.

“Ya tapi lo ga usah pake bawa gue kesurupan ya setan!” Damprat Haechan lagi, tidak terima nama baiknya tercemar. “Ayang, aku ga setan 'kan?”

Jeno gelagapan saat Haechan mulai merangkulnya. Mau bilang mirip (karena kenyataannya Haechan suka bertingkah aneh-aneh saja) tapi takut di banting, mau bilang engga tapi itu artinya Jeno bohong.

Jadi, dia cari jalan aman aja.

“Aku cinta banget sama kamu, sunshine.” kata Jeno, dikecupnya dahi Haechan lembut sampai ia meleleh-leleh.

Romantis sekali.

“Hoekh, gue mau muntah.”

Kalau saja Jungwoo tidak berpura-pura muntah, menatap penuh rasa jijik dan dengan lebay mengibaskan tangan. Jomblo gitu, selalu sirik dengan kemesraan orang lain.

“Sirik mulu lo!” Hardik Haechan. “Makanya lo cari pacar anjir, biar ga usah kedengkian kalau liat orang pacaran.”

Jaehyun sudah mesem-mesem tidak jelas mendengarnya—merasa kalau dia yang akan menjadi orang yang mengakhiri status jomblo Jungwoo. Sementara Jungwoo cemberut, yang ia mau hanya Doyoung, tapi 'kan si pujaan hati sudah punya pacar.

Tidak adil memang hidup tuh.

Jungwoo, dengan dramatis, berbalik dari Haechan. “Dah ah, gue mau balik. Ga seru di sini, ada bucin.”

Belum saja dia jadi bucin.

Baru saja Jungwoo mau melangkah, Jaehyun langsung menahannya, memegang pergelangan tangan Jungwoo. Kalau ini film romansa, langsung ada kerlap kerlip di sekitar mereka, lagu romantis seperti Can't Help Falling in Love akan berkumandang. Sayangnya ini bukan film romansa.

Jaehyun menahan Jungwoo bukan semata karena ia ingin Jungwoo tinggal, hanya saja nanti sia-sia uang yang sudah dia keluarkan untuk menyogok Jeno, Haechan, dan Mark, dua ratus ribu itu jumlah yang lumayan.

Jadi, ia akan memaksimalkan pendekatan ini. Semoga saja berbuah manis, Jaehyun 'kan sedang ikhtiar.

“Jangan pergi,” lolos dengan bodohnya dari bibir Jaehyun.

Jungwoo mengernyit, melihat wajah Jaehyun lalu ke tangannya yang digenggam olehnya, lalu kembali ke wajahnya sebelum dia menepis tangan Jaehyun. “Apaan? Gue mau balik, kenapa lo tahan-tahan.”

Jaehyun gelagapan, bingung mau menjawab apa. Ingin menjawab; aku mau kita kencan disini, menghabiskan waktu berdua bersama—tapi takut ditabok Jungwoo. Ia putar otak sekarang, kalau kata Taeyong cepet pepet, membuat Jaehyun semakin ngebet pada Jungwoo.

Tapi saran Taeyong bukan yang terbaik untuk saat ini, maafin gue Taeyong, tapi saran lo bakal bikin gue ditabok Jungwoo, batin Jaehyun miris. Sekarang yang tersisa adalah cara Doyoung—

perlahan aja

Jadi dengan mantapnya Jaehyun berkata, “Gue mau konsultasi masalah anjing.”

Sudah dibilang 'kan Jaehyun itu cupu dalam hal percintaan.


Harayuki.

Kesurupan.


“Loh, Jungwoo? Kamu di sini juga?”

Berpura-pura bodoh, Jaehyun langsung berjalan menghampiri Jungwoo yang sedang mengamuk (menggebrak meja kasir dan memarahi Haechan dan Mark) di depan meja kasir. Jaehyun memasang tampang kaget, yang jelas palsu sekali, lalu tertawa canggung.

“Lo ngapain di sini?” Jungwoo sewot. Sudah jelas ia sedang kesal sehabis ditipu, padahal dia ingin sekali melihat Haechan kesurupan—lumayan tontonan gratis. Malangnya ia malah bertemu Jaehyun.

Ia masih kesal karena Jaehyun mengirim foto Doyoung dan Taeyong sedang berpelukan begitu, Jungwoo 'kan jadi iri dengki.

“Ya, ngopi lah.” Jaehyun tertawa. Palsu, dia kesini 'kan memang ingin bertemu Jungwoo. “Kamu ngopi juga?”

Jeno dan Mark sudah melirik dirinya dengan tatapan takjub. Ya, takjub akan skill ngibul milik Jaehyun yang sudah level legendary ini.

“Gak.” Jungwoo membalas ketus. Matanya langsung memicing tajam pada Haechan—bahkan pandangannya lebih tajam daripada omongan tetangga. “Gue mau liat si Haechan kesurupan, taunya hoax. Penipu lo semua!”

Haechan tidak terima jadi sasaran kebencian pun ikut nyolot. “Heh, lagian gue ga tau menau ya si bule kampung fitnah gue kesurupan! Ya kali malaikat kayak gue kesurupan, gila kali lo!”

“Ya, gue 'kan pengen bohongin Jungwoo aja gitu.” Mark cengengesan. Kata-katanya dusta, padahal ia begitu karena disuap oleh Jaehyun.

“Ya tapi lo ga usah pake bawa gue kesurupan ya setan!” Damprat Haechan lagi, tidak terima nama baiknya tercemar. “Ayang, aku ga setan 'kan?”

Jeno gelagapan saat Haechan mulai merangkulnya. Mau bilang mirip (karena kenyataannya Haechan suka bertingkah aneh-aneh saja) tapi takut di banting, mau bilang engga tapi itu artinya Jeno bohong.

Jadi, dia cari jalan aman aja.

“Aku cinta banget sama kamu, sunshine.” kata Jeno, dikecupnya dahi Haechan lembut sampai ia meleleh-leleh.

Romantis sekali.

“Hoekh, gue mau muntah.”

Kalau saja Jungwoo tidak berpura-pura muntah, menatap penuh rasa jijik dan dengan lebay mengibaskan tangan. Jomblo gitu, selalu sirik dengan kemesraan orang lain.

“Sirik mulu lo!” Hardik Haechan. “Makanya lo cari pacar anjir, biar ga usah kedengkian kalau liat orang pacaran.”

Jaehyun sudah mesem-mesem tidak jelas mendengarnya—merasa kalau dia yang akan menjadi orang yang mengakhiri status jomblo Jungwoo. Sementara Jungwoo cemberut, yang ia mau hanya Doyoung, tapi 'kan si pujaan hati sudah punya pacar.

Tidak adil memang hidup tuh.

Jungwoo, dengan dramatis, berbalik dari Haechan. “Dah ah, gue mau balik. Ga seru di sini, ada bucin.”

_Belum saja dia jadi bucin. _

Baru saja Jungwoo mau melangkah, Jaehyun langsung menahannya, memegang pergelangan tangan Jungwoo. Kalau ini film romansa, langsung ada kerlap kerlip di sekitar mereka, lagu romantis seperti Can't Help Falling in Love akan berkumandang. Sayangnya ini bukan film romansa.

Jaehyun menahan Jungwoo bukan semata karena ia ingin Jungwoo tinggal, hanya saja nanti sia-sia uang yang sudah dia keluarkan untuk menyogok Jeno, Haechan, dan Mark, dua ratus ribu itu jumlah yang lumayan.

Jadi, ia akan memaksimalkan pendekatan ini. Semoga saja berbuah manis, Jaehyun 'kan sedang ikhtiar.

“Jangan pergi,” lolos dengan bodohnya dari bibir Jaehyun.

Jungwoo mengernyit, melihat wajah Jaehyun lalu ke tangannya yang digenggam olehnya, lalu kembali ke wajahnya sebelum dia menepis tangan Jaehyun. “Apaan? Gue mau balik, kenapa lo tahan-tahan.”

Jaehyun gelagapan, bingung mau menjawab apa. Ingin menjawab; aku mau kita kencan disini, menghabiskan waktu berdua bersama—tapi takut ditabok Jungwoo. Ia putar otak sekarang, kalau kata Taeyong cepet pepet, membuat Jaehyun semakin ngebet pada Jungwoo.

Tapi saran Taeyong bukan yang terbaik untuk saat ini, maafin gue Taeyong, tapi saran lo bakal bikin gue ditabok Jungwoo, batin Jaehyun miris. Sekarang yang tersisa adalah cara Doyoung—

perlahan aja.

Jadi dengan mantapnya Jaehyun berkata, “Gue mau konsultasi masalah anjing.”

Sudah dibilang 'kan Jaehyun itu cupu dalam hal percintaan.


Harayuki.

Kesurupan.


“Loh, Jungwoo? Kamu di sini juga?”

Berpura-pura bodoh, Jaehyun langsung berjalan menghampiri Jungwoo yang sedang mengamuk (menggebrak meja kasir dan memarahi Haechan dan Mark) di depan meja kasir. Jaehyun memasang tampang kaget, yang jelas palsu sekali, lalu tertawa canggung.

“Lo ngapain di sini?” Jungwoo sewot. Sudah jelas ia sedang kesal sehabis ditipu, padahal dia ingin sekali melihat Haechan kesurupan—lumayan tontonan gratis. Malangnya ia malah bertemu Jaehyun.

Ia masih kesal karena Jaehyun mengirim foto Doyoung dan Taeyong sedang berpelukan begitu, Jungwoo 'kan jadi iri dengki.

“Ya, ngopi lah.” Jaehyun tertawa. Palsu, dia kesini 'kan memang ingin bertemu Jungwoo. “Kamu ngopi juga?”

Jeno dan Mark sudah melirik dirinya dengan tatapan takjub. Ya, takjub akan skill ngibul milik Jaehyun yang sudah level legendary ini.

“Gak.” Jungwoo membalas ketus. Matanya langsung memicing tajam pada Haechan—bahkan pandangannya lebih tajam daripada omongan tetangga. “Gue mau liat si Haechan kesurupan, taunya hoax. Penipu lo semua!”

Haechan tidak terima jadi sasaran kebencian pun ikut nyolot. “Heh, lagian gue ga tau menau ya si bule kampung fitnah gue kesurupan! Ya kali malaikat kayak gue kesurupan, gila kali lo!”

“Ya, gue 'kan pengen bohongin Jungwoo aja gitu.” Mark cengengesan. Kata-katanya dusta, padahal ia begitu karena disuap oleh Jaehyun.

“Ya tapi lo ga usah pake bawa gue kesurupan ya setan!” Damprat Haechan lagi, tidak terima nama baiknya tercemar. “Ayang, aku ga setan 'kan?”

Jeno gelagapan saat Haechan mulai merangkulnya. Mau bilang mirip (karena kenyataannya Haechan suka bertingkah aneh-aneh saja) tapi takut di banting, mau bilang engga tapi itu artinya Jeno bohong.

Jadi, dia cari jalan aman aja.

“Aku cinta banget sama kamu, sunshine.” kata Jeno, dikecupnya dahi Haechan lembut sampai ia meleleh-leleh.

Romantis sekali.

“Hoekh, gue mau muntah.”

Kalau saja Jungwoo tidak berpura-pura muntah, menatap penuh rasa jijik dan dengan lebay mengibaskan tangan. Jomblo gitu, selalu sirik dengan kemesraan orang lain.

“Sirik mulu lo!” Hardik Haechan. “Makanya lo cari pacar anjir, biar ga usah kedengkian kalau liat orang pacaran.”

Jaehyun sudah mesem-mesem tidak jelas mendengarnya—merasa kalau dia yang akan menjadi orang yang mengakhiri status jomblo Jungwoo. Sementara Jungwoo cemberut, yang ia mau hanya Doyoung, tapi 'kan si pujaan hati sudah punya pacar.

Tidak adil memang hidup tuh.

Jungwoo, dengan dramatis, berbalik dari Haechan. “Dah ah, gue mau balik. Ga seru di sini, ada bucin.”

_Belum saja dia jadi bucin. _

Baru saja Jungwoo mau melangkah, Jaehyun langsung menahannya, memegang pergelangan tangan Jungwoo. Kalau ini film romansa, langsung ada kerlap kerlip di sekitar mereka, lagu romantis seperti Can't Help Falling in Love akan berkumandang. Sayangnya ini bukan film romansa.

Jaehyun menahan Jungwoo bukan semata karena ia ingin Jungwoo tinggal, hanya saja nanti sia-sia uang yang sudah dia keluarkan untuk menyogok Jeno, Haechan, dan Mark, dua ratus ribu itu jumlah yang lumayan.

Jadi, ia akan memaksimalkan pendekatan ini. Semoga saja berbuah manis, Jaehyun 'kan sedang ikhtiar.

“Jangan pergi,” lolos dengan bodohnya dari bibir Jaehyun.

Jungwoo mengernyit, melihat wajah Jaehyun lalu ke tangannya yang digenggam olehnya, lalu kembali ke wajahnya sebelum dia menepis tangan Jaehyun. “Apaan? Gue mau balik, kenapa lo tahan-tahan.”

Jaehyun gelagapan, bingung mau menjawab apa. Ingin menjawab; aku mau kita kencan disini, menghabiskan waktu berdua bersama—tapi takut ditabok Jungwoo. Ia putar otak sekarang, kalau kata Taeyong cepet pepet, membuat Jaehyun semakin ngebet pada Jungwoo.

Tapi saran Taeyong bukan yang terbaik untuk saat ini, maafin gue Taeyong, tapi saran lo bakal bikin gue ditabok Jungwoo, batin Jaehyun miris. Sekarang yang tersisa adalah cara Doyoung—

perlahan aja.

Jadi dengan mantapnya Jaehyun berkata, “Gue mau konsultasi masalah anjing.”

Sudah dibilang 'kan Jaehyun itu cupu dalam hal percintaan.


Harayuki.

Kesurupan.


“Loh, Jungwoo? Kamu di sini juga?”

Berpura-pura bodoh, Jaehyun langsung berjalan menghampiri Jungwoo yang sedang mengamuk (menggebrak meja kasir dan memarahi Haechan dan Mark) di depan meja kasir. Jaehyun memasang tampang kaget, yang jelas palsu sekali, lalu tertawa canggung.

“Lo ngapain di sini?” Jungwoo sewot. Sudah jelas ia sedang kesal sehabis ditipu, padahal dia ingin sekali melihat Haechan kesurupan—lumayan tontonan gratis. Malangnya ia malah bertemu Jaehyun.

Ia masih kesal karena Jaehyun mengirim foto Doyoung dan Taeyong sedang berpelukan begitu, Jungwoo 'kan jadi iri dengki.

“Ya, ngopi lah.” Jaehyun tertawa. Palsu, dia kesini 'kan memang ingin bertemu Jungwoo. “Kamu ngopi juga?”

Jeno dan Mark sudah melirik dirinya dengan tatapan takjub. Ya, takjub akan skill ngibul milik Jaehyun yang sudah level legendary ini.

“Gak.” Jungwoo membalas ketus. Matanya langsung memicing tajam pada Haechan—bahkan pandangannya lebih tajam daripada omongan tetangga. “Gue mau liat si Haechan kesurupan, taunya hoax. Penipu lo semua!”

Haechan tidak terima jadi sasaran kebencian pun ikut nyolot. “Heh, lagian gue ga tau menau ya si bule kampung fitnah gue kesurupan! Ya kali malaikat kayak gue kesurupan, gila kali lo!”

“Ya, gue 'kan pengen bohongin Jungwoo aja gitu.” Mark cengengesan. Kata-katanya dusta, padahal ia begitu karena disuap oleh Jaehyun.

“Ya tapi lo ga usah pake bawa gue kesurupan ya setan!” Damprat Haechan lagi, tidak terima nama baiknya tercemar. “Ayang, aku ga setan 'kan?”

Jeno gelagapan saat Haechan mulai merangkulnya. Mau bilang mirip (karena kenyataannya Haechan suka bertingkah aneh-aneh saja) tapi takut di banting, mau bilang engga tapi itu artinya Jeno bohong.

Jadi, dia cari jalan aman aja.

“Aku cinta banget sama kamu, sunshine.” kata Jeno, dikecupnya dahi Haechan lembut sampai ia meleleh-leleh.

Romantis sekali.

“Hoekh, gue mau muntah.”

Kalau saja Jungwoo tidak berpura-pura muntah, menatap penuh rasa jijik dan dengan lebay mengibaskan tangan. Jomblo gitu, selalu sirik dengan kemesraan orang lain.

“Sirik mulu lo!” Hardik Haechan. “Makanya lo cari pacar anjir, biar ga usah kedengkian kalau liat orang pacaran.”

Jaehyun sudah mesem-mesem tidak jelas mendengarnya—merasa kalau dia yang akan menjadi orang yang mengakhiri status jomblo Jungwoo. Sementara Jungwoo cemberut, yang ia mau hanya Doyoung, tapi 'kan si pujaan hati sudah punya pacar.

Tidak adil memang hidup tuh.

Jungwoo, dengan dramatis, berbalik dari Haechan. “Dah ah, gue mau balik. Ga seru di sini, ada bucin.”

_Belum saja dia jadi bucin. _

Baru saja Jungwoo mau melangkah, Jaehyun langsung menahannya, memegang pergelangan tangan Jungwoo. Kalau ini film romansa, langsung ada kerlap kerlip di sekitar mereka, lagu romantis seperti Can't Help Falling in Love akan berkumandang. Sayangnya ini bukan film romansa.

Jaehyun menahan Jungwoo bukan semata karena ia ingin Jungwoo tinggal, hanya saja nanti sia-sia uang yang sudah dia keluarkan untuk menyogok Jeno, Haechan, dan Mark, dua ratus ribu itu jumlah yang lumayan.

Jadi, ia akan memaksimalkan pendekatan ini. Semoga saja berbuah manis, Jaehyun 'kan sedang ikhtiar.

“Jangan pergi,” lolos dengan bodohnya dari bibir Jaehyun.

Jungwoo mengernyit, melihat wajah Jaehyun lalu ke tangannya yang digenggam olehnya, lalu kembali ke wajahnya sebelum dia menepis tangan Jaehyun. “Apaan? Gue mau balik, kenapa lo tahan-tahan.”

Jaehyun gelagapan, bingung mau menjawab apa. Ingin menjawab; aku mau kita kencan disini, menghabiskan waktu berdua bersama—tapi takut ditabok Jungwoo. Ia putar otak sekarang, kalau kata Taeyong cepet pepet, membuat Jaehyun semakin ngebet pada Jungwoo.

Tapi saran Taeyong bukan yang terbaik untuk saat ini, maafin gue Taeyong, tapi saran lo bakal bikin gue ditabok Jungwoo, batin Jaehyun miris. Sekarang yang tersisa adalah cara Doyoung—

perlahan aja.

Jadi dengan mantapnya Jaehyun berkata, “Gue mau konsultasi masalah anjing.”

Sudah dibilang 'kan Jaehyun itu cupu dalam hal percintaan.


Harayuki.

Triplicity


WARNING: BACA DULU SEBELUM LANJUT KE STORY 1. Ini itu PWP alias Porn Without Plot 2. 3.672 words, isinya murni fiksi porno 3. Double penetration, consensual sex, dirty talk 4. Bahasa super duper kotor; mention of k*ntol, *we, banyak bahasa ga senonoh 5. Ini hanya bacaan ya, be wise, bukan untuk ditiru. Bijaklah dalam membaca

MOHON JANGAN SHARE LINK.


Jungwoo tahu tidak seharusnya ia mengggoda dua kekasihnya.

Tapi ia sedang sangat bernafsu, ia ingin tubuhnya di jamah, ia tidak tahan, ingin ada sesuatu yang menyumpal lubangnya, namun kekasihnya tidak ada untuk memuaskan keinginannya. Pikirannya tertuju pada mainan baru yang sengaja ia beli beberapa minggu lalu; sebuah dildo. Kenapa tidak memuaskan dirinya sendiri dengan mainan itu? Toh, sudah hampir sebulan dildo itu terbungkus rapi dalam kotak dan berada di laci lemari paling atas. Dildo itu miliknya, bukan? Bukankah ia harus menggunakannya? Setidaknya untuk memuaskan hasratnya.

Mengapa ia tidak menggunakannya? Ia tidak mungkin menunggu Jaehyun dan Yoonoh hingga selesai dengan acara bermain bowling mingguan mereka, kemungkinan dua kekasihnnya itu tidak akan kembali sampai larut malam. Dia memiliki seluruh apartemen untuk dirinya sendiri. Persetan, Jungwoo akan memuaskan dirinya sendiri.

Sendiri, hingga ide jahil muncul dalam benaknya. Kenapa tidak menggoda kekasihmu sesekali dengan mengirimkan video mesum, huh? Mencoba mainan baru, merekam dirinya sendiri, lalu mengirimkannya untuk sang terkasih terdengar gila, namun entah kenapa membuat hati Jungwoo membuncah kegirangan.

Dia memutuskan untuk mencobanya di kamar. Sengaja menyiapkan ponselnya dalam sudut yang tepat agar bisa menangkap dirinya yang sedang masturbasi, lalu menyiapkan segalanya—lube adalah yang terpenting, juga dildo barunya. Jungwoo tidak asing dengan benda itu, sebelum bertemu dengan Jaehyun dan Yoonoh, hanya dirinya sendiri yang bermain untuk memuaskan hasratnya. Ukuran yang ia pilih tentu besar, Jungwoo—yang tidak diketahui banyak orang—adalah seorang size queen, dia suka ketika lubangnya disumpal dan disodok penis besar.

Setelah membersihkan dirinya, Jungwoo menanggalkan semua pakaian yang melekat pada tubuhnya. Kamera sudah menyala, merekam semua yang Jungwoo lakukan. Ia mulai menuangkan lube bada telapak tangannya, melumuri jemari panjangnya dengan cairan beraroma strawberry itu. Dengan menggoda, Jungwoo membuka kakinya lebar-lebar, sengaja mengangkang di hadapan kamera. Jari telunjuknya masuk menggoda liangnya sendiri, sebelum jari kedua masuk membiarkan lubang yang sempit itu melonggar.

Merasa sudah cukup, ia menempatkan dildo di belakang dirinya, sangat berhati-hati, ia mengangkat pinggulnya dan meletakkan ujung dildo pada lubangnya. Lambat dan menyakitkan, terlalu besar dan penuh. “Angh.” Desah Jungwoo tertahan, merasakan dildo itu meregangkannya begitu lebar hingga ia hampir tidak bisa bernapas saat mainannya itu masuk dengan mudah dan menyentuh titik prostatnya. Kenikmatan dan rasa sakit melebur menjadi satu, dan Jungwoo bisa merasakan dirinya tanpa sadar menahan napas saat lubangnya menyesuaikan diri.

Jungwoo mendorong dildo di tangannya dengan perlahan, membiarkan lubangnya merenggang dengan benda besar yang mengisinya. Ia sengaja menggunakan banyak pelumas untuk memastikan agar dirinya tak kesakitan, hingga ia bisa mendengar suara licin dan kotor saat dia mendorong dildonya keluar masuk.

“Ungh,” gumamnya, merintih saat ia merasakan ujung dildo itu menyentuh prostatnya. Sekelebat bayangan Jaehyun dan Yoonoh muncul di benaknya, ia sangat ingin kedua kekasihnya memakainya, membiarkan mereka berdua menidurinya. Ia ingin Jaehyun mengisinya dan kemudian membiarkan Yoonoh juga ikut memasukinya; penis besar dan tebal milik dua kekasihnya, berada di dalamnya, memuaskannya.

“Ahng… enak…” Ia mempercepat pompaannya pada lubang yang mulai melebar. Ia merengek, menggiling ke dasar dildo saat itu menumbuknya dengan kuat. Merasa ia akan mencapai pelepasannya, Jungwoo semakin meracau, gerakan tangannya tidak beraturan tapi menumbuk titik yang tepat. “Mas… ngh… kak—Jungwoo mau keluar!” tumbukkannya lebih dalam dan keras dari dari sebelumnya.

Matanya terpejam kuat, tangannya yang memegang dildo terlepas, merasakan dinding rektumnya berkedut kuat, mengirim kontraksi pada penisnya. “Ah!” satu lolongan kuat lepas saat melalui orgasmenya, tubuhnya bergetar kuat, merasakan sperma yang keluar membasahi perutnya sendiri.

“Haah… haah…” Jungwoo mengatur napas, matanya sedikit terbuka. Ia merasakan basah dan lengket di sekujur tubuhnya. Disaat seperti ini, rasanya ia ingin kedua kekasihnya menemani. Biasanya Jaehyun akan mengecupi sayang wajahnya, lalu Yoonoh akan membisikkan pujian untuknya.

Sekarang ia ingin dua kekasihnya menemaninya di sini.

Tapi sekarang, misinya adalah mengirim video mesum masturbasinya pada sang kekasih.


“Lonte lagi main sendiri, hm? Siapa yang suruh main sendiri?” sebuah suara terdengar dari ambang pintu. Jungwoo tidak menyadari saat dua kekasihnya sedang menontoninya saat mencapai pelepasan pertamanya. Ia terlampau kaget menyadari dua kekasihnya langsung pulang sebelum petang datang.

“Sayang lagi main sama mainan barunya ya? Sampai muncrat gitu kamu.” tambah Yoonoh. Oh, Jungwoo merasa wajahnya memanas.

Kedua pria itu berdiri di ambang pintu kamar. Jaehyun mengenakan celana olahraga tersampir rendah dan Yoonoh mengenakan celana boxernya, penisnya menegang dibalik kain tipis. Mereka berdua menatapnya, Jaehyun menyeringai seperti dia memenangkan sesuatu dan Yoonoh tersenyum menggoda.

“Kamu denger gak?” Jaehyun bertanya sekali lagi, tubuhnya bersandar pada kusen pintu. “Kamu main sendiri ya, enak banget. Emang gak bisa ditinggal sebentar, langsung gatel minta ada yang masukin.”

“Aku—” Jungwoo tahu kalau Jaehyun bukan menghinanya, pria tampan itu memang senang melempar kata-kata kotor jika terangsang, dan sialnya itu juga membuat Jungwoo semakin terbakar nafsu. “—pengen dimasukin, pengen dipenuhin.” Akhirnya ia juga terbawa oleh Jaehyun.

“Sialan,” Yoonoh mendesis, tertawa dengan suara rendahnya. “Kamu seksi banget kalau lagi sange, sayang.”

“Enak ya ngegodain kita?” Jaehyun bertanya, ia berjalan kearah kasur, perlahan mendorong Jungwoo sehingga dia bersandar di dadanya. Tangannya mengarah pada dildo yang masih menyumpal Jungwoo lalu memainkannya. Ia mengangkat Jungwoo dalam pelukannya, menyeringai saat pemuda itu merintih dengan setiap gerakan dildo di dalam dirinya.

Jaehyun melepaskan pelukannya pada Jungwoo hanya untuk melucuti pakaiannya, membiarkan Jungwoo melihat penisnya yang panjang juga sudah mengeras. Yoonoh juga melakukan hal yang sama, dengan cepat melucuti celananya, pandangannya tak lepas dari Jungwoo.

“Mas… Kakak…” Jungwoo merengek.

Jaehyun kemudian duduk di belakangnya, menarik tubuh Jungwoo ke belakang untuk berbaring di dadanya. “Sengaja banget ngirim video begitu, mau diewe ‘kan sama kita?”

“M-mau. Mau dimasukin sama kakak sama mas.” Jungwoo mengaku dengan jujur, pipinya memanas lagi saat Jaehyun menyelipkan telapak tangannya ke dadanya dan di atas putingnya yang sensitif.

“Mau dimainin sama mas?” Yoonoh ikut bermain pada tubuh Jungwoo, mengusap tangannya ke atas dan ke bawah bagian dalam paha Jungwoo. “Mau dimasukin ya lobangnya? Dasar gatel emang kamu.”

Mata Jungwoo melebar saat Yoonoh menarik dildo di dalam dirinya dan Jungwoo dengan cepat menggeleng. “Mas Yoonoh—mau… ga mau dilepas.”

Yoonoh hanya menyeringai padanya dan Jungwoo tahu dia seharusnya tidak menganggap gigi tajam itu begitu menarik tetapi dia tidak bisa menahannya. “Kalau ga dilepas, gimana mau disumpel pake kontol kita, hm?”

Jungwoo bahkan tidak mendapat kesempatan untuk menjawab. Yoonoh menarik dildo, menariknya perlahan keluar dari lubangnya bersamaan dengan Jaehyun mencubit putingnya dan menariknya gemas. Penisnya tersentak pada rangsangan yang diberikan dua kekasihnya, rengekan dan jari-jari kaki melengkung merasakan lega dan nikmat saat lubangnya terbuka lebar setelah dildo yang menyumpalnya berhasil keluar. Lubangnya bahkan tidak bisa menutup sepenuhnya, menganga sedikit saat cairan lube menetes darinya. Yoonoh dan Jaehyun mengerang, melihat pemandangan yang sangat membakar gairah mereka.

“Sayang liat, lobang kamu sampai muncrat gini.” Yoonoh memasukkan dua jari ke lubang Jungwoo, menyodoknya semakin dalam pada lubang sensitif itu. Jungwoo sangat basah, bahkan sampai lubangnya sampai mengeluarkan suara, suara licin dan terdengar kotor saat Yoonoh memasuk dan keluarkan jarinya dari lubangnya yang bengkak. “Longgar banget. Mas yakin sih kalau kontol mas yang masuk bakal enak banget di dalem. Kamu udah becek banget. Apalagi kalau mas keluar di dalem, makin penuh pasti.” Jemarinya menekuk di dalam lubang hangat Jungwoo, mencari titik nikmat sang terkasih. “Mau ga aku masukin? Biar makin penuh, kamu kan suka kontol gede.”

“Mau! Mau!” Jungwoo merengek, lubangnya berkontraksi menekan jari Yoonoh saat Jaehyun menghisap lehernya. “Mau… dimasukin kontol gedenya mas Yoonoh, mau dienakin.”

“Lonte emang banyak maunya.” Jaehyun terkekeh, suaranya dalam tepat berbisik di telinga kiri Jungwoo. Jungwoo menggigil saat Jaehyun menjilati lehernya, pipinya, meraih dagunya untuk menjilat mulut Jungwoo. Pemuda manis itu tidak bisa menahan diri untuk tidak mengerang dalam ciuman mereka, penisnya mengeluarkan precum saat lidah Jaehyun menekan jauh ke dalam mulutnya. -Basah, berantakan, mendominasi.

“Kayaknya ini lonte bisa langsung dipake,” komentar Yoonoh, ia arahkan ibu jarinya ke bibir bengkak Jungwoo. “Udah kebuka lebar banget, siap dimasukin ya sayang?”

Yoonoh tersenyum, menggeser ibu jarinya hanya untuk mendengar Jungwoo merengek ke dalam mulut Jaehyun. Ia tidak repot-repot membuang waktu lagi, memegang penis panjangnya yang sudah mengacung, mensejajarkannya dengan lubang Jungwoo yang mengatup dan mengempis. Gerakannya tidak lambat, tahu jika Jungwoo sudah siap menerimanya setelah menyodok dirinya sendiri dengan dildo besar seolah hidupnya bergantung pada hal itu.

“Nih, coba rasain gimana mas masukin lobang kamu. Dibanding sama kontol bohongan tadi, mendingan mas yang sodok.” Yoonoh menyelipkan tangannya di bawah kaki Jungwoo, menarik lututnya ke atas lalu mendorong penisnya dengan kuat. “Bangsat. Kamu basah banget sayang, licin banget ini lobang. Kedengeran ‘kan suaranya, kamu ngisep kontol mas kenceng banget. Padahal abis diewe sama dildo, masih ga puas aja kamu, sampe nyedot kontol mas gini.”

“Emang dia ga pernah puas, maunya dikontolin terus.” komentar Jaehyun, menggeser tangannya ke bawah untuk menggenggam penis Jungwoo. Penisnya kembali mengeras dan berkedut dalam sentuhan tangan Jaehyun, membuat Jaehyun ingin menghisapnya.

“Enak dipake sama Yoonoh?” lanjut Jaehyun. Ia mulai mengocok penis Jungwoo dan meremasnya pelan. “Liat tuh, gampang banget kamu dimasukkinnya, sampe kelejotan gini.”

“Aaah… mas—aku suka…” Jungwoo menggeleng kuat merasakan stimulasi tak ada jeda dari dua kekasihnya. Jungwoo membuka matanya, melihat ke bawah, mendapati penis Yoonoh meluncur masuk dan keluar dari lubangnya dengan mudah.

“Suka ya dimasukin kontolnya mas?” Jaehyun menempelkan bibirnya ke telinga Jungwoo, berbisik dengan suara pelan. “Kamu emang suka ‘kan kalau kita pake? Liat badan kamu nih, disentuh dikit aja langsung ngaceng, lobangnya minta diisi terus. Kesayangan mas sama kakak nakal banget.”

“Kak Jaehyun…” Jungwoo merengek, mendesah lebih keras. “Kak… Jungwoo mau—ah, jangan berenti…mau keluar…. mau keluar!”

“Sayang udah mau keluar?” Yoonoh menyeringai, mengulurkan tangan untuk membelai penis Jungwoo saat Jaehyun memijat testisnya. “Gapapa sayang, keluarin aja semuanya. Mas juga bakal keluar di dalem ya, mau ngisi lobang lonte yang gak ada puasnya. Mau ya diisi pake pejunya mas? Biar kamu makin enak, makin penuh. Anak baik, Jungwoo. Sayang sempit banget—ah!” Mata Yoonoh terpejam, dorongannya tergagap saat dia masuk ke dalam Jungwoo, menekan dalam-dalam untuk memastikan ia memenuhi Jungwoo dengan spermanya.

“Iya! Iya! Jungwoo suka mas keluar di dalem… biar penuh!” Jungwoo mulai meracau, kepala jatuh kembali ke bahu Jaehyun. Dia begitu terangsang oleh setiap kata yang Yoonoh ucapkan, merasakan penis Yoonoh yang berkedut dengan kuat, lalu memenuhinya dengan sperma hangat, membuat perutnya terasa penuh.

Jaehyun mulai membawa jari-jarinya pada sperma Jungwoo yang mulai mengering di perutnya, bekas pelepasannya yang pertama. Ia menarik sperma itu dengan jarinya, membawanya pada dada Jungwoo, melukis dada bidang sang kekasih dengan cairannya sendiri. Lalu ia membawanya ke mulut Jungwoo, memaksanya masuk dan menggesernya di sepanjang lidahnya. Jaehyun tidak khawatir tentang Jungwoo menyukainya atau tidak, mereka sering melakukan ini dan Jungwoo selalu suka jika dirinya berantakan. “Mirip lacur kecil kamu tuh, sayang. Emang suka ya jadi tempat buang peju?”

Jungwoo menganggukkan kepalanya. Memang benar, ia meyukainya ketila Jaehyun dan Yoonoh mengisi lubangnya dengan cairan hangat, memakainya sebagai pelepas nafsu mereka “Su-suka…. mau dimasukin kak Jaehyun juga.”

“Iya sayangku, nanti kakak masukin kamu juga sampai puas. Sampai kendor lobang kamu.” Jaehyun menyeringai, membiarkan Jungwoo bersandar di dada Yoonoh saat dia merentangkan bokong Jungwoo dengan tangannya, mengagumi lubang kecilnya yang menganga saat air mani keluar dari lubangnya. “Habis mas ngenakin kamu, biar kakak yang enakin kamu. Suka ‘kan digilir sama kita? Ngelayanin kita begini?”

“Suka!” Jungwoo berseru, mencoba fokus dengan setiap ucapan Jaehyun walau kepalanya terasa berputar kuat karena rangsangan pada tiap inchi tubuhnya. Ia sudah datang dua kali dan merasa kedua kekasihnya masih akan mengerjainya. Yoonoh mulai menjilati putingnya sementara jari Jaehyun sudah mulai bermain di pintu lubang Jungwoo yang melebar. “Mas sama kakak masuknya barengan aja, Jungwoo mau ngerasain kalian di dalem.”

Mereka berdua membeku dan untuk sesaat Jungwoo mengatakan hal itu, mengira pemuda manis itu mengatakan hal yang salah tapi kemudian Jaehyun menarik jarinya menjauh dan mengatur penisnya dalam satu napas, mendorong ke dalam di napas berikutnya. Jungwoo hampir pusing dengan perakuan tanpa aba-aba Jaehyun, ia langsung mencengkeram bahu Yoonoh dengan putus asa.

“Emang kamu ga ada puasnya ya, ga mau digilir tapi maunya dimasukin dua kontol sekaligus ya,” erangnya, menempelkan dahinya ke bahu Jungwoo. “Yoonoh, lo denger ‘kan? Ayo masukin dia, biar ngerasain enaknya dientot dua orang sekaligus.”

Sebelumnya, mereka tidak pernah melakukan hal ini. Jikalau ingin bercinta, Yoonoh dan Jaehyun selalu bergantian untuk memuaskan keinginan Jungwoo. Mendengar ucapan itu tentu membuat mereka berdua terbakar nafsu.

“Bener-bener ya kamu,” Yoonoh terkekeh, “ga bisa ga bikin kakak sama mas ga sange.” Ia memposisikan dirinya di hadapan Jungwoo, menyejajarkan penisnya kembali pada lubang Jungwoo yang sudah terisi oleh penis gemuk Jaehyun. “Kalau sakit tepuk pundak mas ya?” Jaehyun membantu untuk mengangkat kaki Jungwoo, menahan pahanya agar sang pemuda manis terbuka lebih lebar.

“Iya,” Jungwoo menganggukkan kepalanya, pipinya menempel di dada Yoonoh saat ia mencoba untuk membuat dirinya tetap rileks untuk membuat peregangan lebih mudah.

Yoonoh perlahan mendorong masuk, penis masih sedikit sensitif saat meluncur ke lubang hangat Jungwoo. Ia bisa merasakan penis keras Jaehyun dari lubang basah Jungwoo yang hangat. Jungwoo masih memiliki begitu banyak pelumas di dalam dirinya sehingga hampir tidak ada gesekan, penisnya meluncur dengan mulus. Ketika penisnya sudah berada di dalam bersama dengan milik Jaehyun, mereka semua mengambil waktu sejenak untuk mengatur napas.

“Angh…” Jungwoo merengek, air mata berkumpul di sudut matanya. “Sakit… tapi enak… kakak sama mas ada di dalem Jungwoo,” ia memberitahu mereka, jari-jarinya menancap di bahu Yoonoh cukup keras, menciptakan luka goresan di pundak kokoh itu. “Penuh banget, suka…” gumamnya, “Mas… Kakak ada di dalem adek, rasanya enak banget.”

“Pinter banget sayangnya mas, bisa ngelahap dua kontol sekaligus.” Yoonoh memuji. Ia mengusap pipi Jungwoo dengan lembut.

Jungwoo mengangguk, dengan suara parau dia berkata, “Be-bergerak. Biar makin enak.”

“Oke, sayang,” Jaehyun menenangkannya, membelai rambutnya dengan satu tangan sementara yang lain dengan lembut membelai penisnya yang sensitif mencoba mengurangi rasa sakit dari peregangan. Jemari Jaehyun bermain di puting Jungwoo, juga memberikan ciuman pada pelipis Jungwoo saat ia menarik keluar perlahan sebelum mendorong kembali. Mereka dengan hati-hati mengatur ritme, satu orang selalu meluncur masuk sementara yang lain menarik keluar. Jika lubang Jungwoo terdengar kotor dan becek sebelumnya, sekarang terdengar lebih cabul dari sebelumnya. Sperma dan lube merembes dari lubang Jungwoo, turun ke bokong hingga ranjang mereka. Dua penis meluncur kedalam lubang longgar itu, bola mereka bertubrukan dengan kulit Jungwoo.

“Sayang, kamu pinter banget. Liat deh lubang kamu, pinter banget manjain kitanya. You’re the best, taking our cocks very well.” Jaehyun menekan ciuman di bahu Jungwoo, menggeser lidahnya di sepanjang lehernya. “Enak kan dimasukin sama dua kontol? Penuh ya sekarang?”

“I-iya,” Jungwoo terisak, air mata mengalir deras dari matanya sekarang. Yoonoh mencubit putingnya, Jaehyun mengisap lebih banyak tanda memberi klaim pada kulit putihnya, selalu ada penis yang meluncur ke dalam dirinya menyentuh prostatnya, ia bisa mendengar lubangnya mengisap dan menyeruput dua penis besar kekasihnya. Ia mengerang putus asa, ingin lubangnya lebih dihancurkan lagi oleh Yoonoh dan Jaehyun, ingin mereka memberinya lebih banyak lagi. “Enak banget… penuh. Kakak sama mas di dalem…. pake Jungwoo…”

“Liat nih, dientot sampe gak bisa mikir apa-apa kesayangan aku,” Yoonoh tersenyum senang melihat keadaan kekasihnya, “Pinter banget sayangnya mas, terus isep sayang. Enak banget di dalem kamu.”

“Jungwoo, pinter banget, emang paling hebat.” Jaehyun setuju, menyeringai di bahu Jungwoo saat dia menggerakkan tangan membelai perut Jungwoo yang lengket. “Kamu bisa ngerasain kan, disodok dua kontol, penuh banget pasti.” Ia menekan, dan mengocok penis Jungwoo. Tangannya yang lain menahan paha dalam Jungwoo dan mengangkat sedikit tubuh kekasihnya. “Kamu bisa ngerasain kan? Kakak sama mas yang bikin lubang kamu makin lebar, makin penuh. Nih kan, sampe keenakan begini kesayanganku,” Ia menekan keras, tersenyum saat mendengar rengekan Jungwoo.

“Kak Jaehyun… ah—kenceng banget… pelan-pelan. Jungwoo mau keluar lagi—”

Jaehyun mengabaikannya, menyeringai saat dia bertemu dengan tatapan Yoonoh di atas rambut Jungwoo. “Gapapa sayang, keluar lagi. Kasih unjuk kakak sama mas kalau kamu keenakan. Muncrat lagi sampe bikin badan kamu kotor semua. Emang pinter banget kamu, udah keluar tiga kali aja masih kepengen dientot terus.” Jaehyun menekan penisnya kedalam begitu kuat, bersamaan dengan Yoonoh yang melakukan hal yang sama.

“Ah! Ah! Mas—haah… kak… enak.” Jungwoo mendesah lebih keras dan semakin keras saat mereka meningkatkan kecepatan mereka.

“Kak Jaehyun,” Jungwoo menggelengkan kepalanya, “penuh banget, aku mau keluar—ga kuat lagi.”

Yoonoh menarik-narik putingnya dan bersenandung. “Gapapa sayang keluar aja, ayo sini mas bantuin ya biar keluar lagi.”

“Ungh… iya,” Jungwoo setuju, pipinya terasa panas karena malu dan terangsang hingga Yoonoh bisa merasakan panas di kulitnya.

“Ayo keluar sayang, tunjukin sama kakak sama mas saking keenakannya Jungwoo sampe keluar pipis pipis, biar kakak genjot sampe kamu keluar ya cantik,” bisik Jaehyun menggoda di telinganya, suaranya mengirimkan rasa dingin yang menggetarkan di tulang punggung Jungwoo.

“Ah!” Jungwoo tidak bisa menahan diri untuk tidak berteriak, pahanya bergetar saat Jaehyun menekan penisnya lebih keras. Ia bisa merasakan dua penis besar yang berkedut dalam lubangnya, memberikan rangsangan lebih pada tubuh sensitifnya.

Jaehyun menyodokkan penisnya sekeras yang ia bisa dalam rektum Jungwoo yang memijatnya nikmat, mempercepat tumbukkannya dan tangannya mengocok penis Jungwoo. Ia berusaha membantu Jungwoo mendapat pelepasan ketiganya, ibu jari Jaehyun mulai mengusap kepala penis Jungwoo yang mulai mengeluarkan precum.

“Ayo, sayang,” Jaehyun menggigit leher Jungwoo saat Yoonoh memberikan ciuman di pipinya yang berlinang air mata. Jungwoo hanya bertahan beberapa saat lagi sebelum dia datang dengan lolongan sangat keras. Yoonoh harus mengangkat tangan untuk menutupi mulutnya atau tetangga mereka mendengar suara jeritan Jungwoo, tidak ingin ada yang menggedor pintu mereka dan menghentikan kegiatan panas mereka. Jungwoo gemetar dalam pelukan kedua kekasihnya, air maninya menetes dari kemaluannya saat ia sampai pada orgasme yang ketiga di hari ini. Yoonoh dan Jaehyun tidak menghentikan apa pun yang mereka lakukan, bercinta dengan Jungwoo, memuaskan diri mereka sendiri berusaha mencapai kenikmatan. Kedua kekasihnya memaju mundurkan penis besar mereka dalam tempo kuat, bahkan Jungwoo bisa merasakan urat-urat besar bergesekan dengan rektumnya.

“Ah, kak… mas… tunggu,” Jungwoo memohon, terpental di antara mereka. Merasakan ia masih terlalu sensitif selepas orgasmenya. “Ah… kak—pelan,” ia hampir menangis sekarang, kuku menggaruk bahu Yoonoh saat Jaehyun terus membelai kemaluannya dan menekannya dengan keras.

“Kenapa sayang? Sakit?” Jaehyun bertanya, sedikit melambat.

Jungwoo terisak dan menempelkan dahinya ke dada Yoonoh. “Engga—”

“Kalau gitu lanjut ya, tahan sebentar lagi.” Jaehyun mempercepat genjotannya kembali. Ia merasa akan sampai dalam waktu dekat, sedikit lagi tapi ia ingin bertahan. Ia tahu Yoonoh juga akan keluar. Mereka telah membayangkan ini belasan kali sejak mereka mulai menjalin hubungan dengan Jungwoo, sejak mereka mencicipi tubuh kekasih manisnya. Jaehyun dan Yoonoh selalu menahan diri mereka untuk tidak mengedepankan fantasi liar mereka seperti ini, namun Jungwoo malah menawarkan dirinya. Membuat sepasang kembar tampan itu lepas kendali.

“Mas… kak… AH!” Jungwoo menjerit keras lagi dan Yoonoh dengan cepat menutup mulutnya. Jaehyun dan Yoonoh berhenti, melihat Jungwoo, yang keempat kalinya, menyemburkan sperma.

“Astaga sayang, kamu keluar lagi?” Yoonoh mengerang melihat bagaimana berantakannya kekasihnya. Jungwoo hanya berteriak pada telapak tangan Yoonoh, tubuhnya menegang, bokongnya terangkat. Jaehyun dan Yoonoh bisa merasakan dinding rektum Jungwoo yang masih menijat penis mereka.

“Cantik banget sih.” Jaehyun memuji lembut, ia mengecup pelipis Jungwoo. “Kakak sama mas lanjutin lagi ya genjot kamunya. Biar kamu diisi sama peju kita.”

Selang beberapa saat, Jaehyun menarik kembali penisnya sebelum menghentakkannya dengan kuat. Yoonoh mendesah merasakan gesekkan pada kulit penisnya, hingga ia melakukan hal yang sama dengan Jaehyun. Mereka berdua menekan sedalam mungkin ke dalam lubang Jungwoo yang membengkak, memberinya persis apa yang Jungwoo minta sejak mereka memulai ini semua.

“Sayang, mas mau keluar ya.” Yoonoh mendesah, tidak menghentikkan sodokannya. Jaehyun mengerang, merasakan penisnya dihisap kuat oleh lubang Jungwoo.

Mereka akhirnya mengisi lubang Jungwoo dengan sperma mereka. Kedua pemuda itu mengerang tertahan saat merasakan sensasi hangat dari sperma mereka yang begitu banyak juga pijatan lembut dari rektum Jungwoo. Mereka berdua berbisik pada Jungwoo, memujinya lembut kamu yang terbaik, dan pinter banget kesayangan kita tanpa henti.

“Pinter banget cantiknya kakak, hebat bisa muasin kite berdua,” bisik Jaehyun, ia mencium helaian rambut Jungwoo yang mulai lepek akan keringat. “Mas sama kakak udah kasih apa yang kamu mau. Seneng ‘kan diisi sama peju kita, makin penuh kamu sayang.”

“Hebat kesayangannya mas,” Yoonoh mengecup pucuk hidung Jungwoo, “bisa muasin mas sama kakak barengan gini. Gak ada lagi yang sehebat kamu sayang, mas sayang banget sama kamu. Jungwoo pinter banget.”

”'Sayang mas sama kakak juga,” gumam Jungwoo, bibirnya menyunggingkan senyum bangga nan tipis namun tidak membuka matanya. Terlampau letih.

“Mau mandi sayang?” Yoonoh kembali bertanya saat Jaehyun mulai menarik penisnya keluar. Jaehyun menarik Jungwoo kembali ke dadanya, membaringkan tubuh mereka saat Yoonoh juga menarik keluar penisnya.

“Um… mau,” jawab Jungwoo, suaranya masih sedikit parau saat Jaehyun membelai rambutnya. Yoonoh melembut saat dia melihat Jungwoo, ia mengambil tisu basah lalu mulai membersihkan tubuh Jungwoo dengan lembut, mengusap sisa sisa sperma dan keringat yang menempel pada perut dan dada Jungwoo.

Saat Yoonoh membersihkan bagian bawah Jungwoo, ia melihat lubang Jungwoo yang masih terbuka, memerah dan membengkak, bisa melihat ada luka pada lubang nikmat kekasihnya. “Mas bersihin ya, kamu tahan ya sayang.” Ia memasukkan jarinya ke dalam, pelan dan selembut mungkin, sebelum dia menarik kembali dan memeriksa apakah berdarah. Semuanya terlihat baik-baik saja, mungkin ada lecet sedikit yang membuat Jungwoo mengerang sakit.

Yoonoh mengacungkan jempol pada Jaehyun, mengisyaratkan kalau Jungwoo baik-baik saja.

“Jungwoo mandi ya sama mas Yoonoh? Nanti mas bantuin kamu bersihin badan abis itu kita bisa makan. Kakak bakal masakin kamu ayam goreng mentega kesukaan kamu.” Jaehyun menjelaskan perlahan, suaranya lebih tenang dan lembut.

“Mmm, mau ayam,” Jungwoo tersenyum, bibrinya tertarik menampakkan gigi kelincinya. Menggemaskan, membuat Jaehyun tidak tahan dan langsung mengecup bibir itu. “Sayang sama kak Jaehyun,” Jungwoo berucap lemas, “Sayang sama mas Yoonoh juga.” Ia menambahkan dan masih tersenyum. Jungwoo meracau, pikirannya tidak bisa berjalan lurus, tenaganya sudah terkuras habis.

“Kecapean banget dia,” Yoonoh menggeleng, melihat tingkah laku lucu kekasihnya.

“Iya lah, digempur sampe empat kali keluar.” Jaehyun mendengus membalas Yoonoh, namun tangannya masih mengusap surai Jungwoo. “Sana lo mandi duluan sama Jungwoo, gue mau siapin makan malem.”

“Iya, sini gue mau gendong kesayangan gue.” Yoonoh mendorong Jaehyun dengan kakinya, mendapat protes dari kembarannya. Lalu dengan hati-hati ia mengangkat Jungwoo ke dalam pelukannya. “Pokoknya lima belas menit lagi harus udah jadi masakannya,”

“Bacot setan, kalau gitu lo aja yang masak, gue yang mandiin Jungwoo!” protes Jaehyun.

Namun Yoonoh langsung melangkah pergi, dengan Jungwoo digendongannya yang lemas dan mata terpejam. “Bawel. Gue mau bersihin kesayangan gue dulu nih. Abis ini lo mandi lah, bau peju sama keringet lo bisa bikin ga selera makan.”

“Bangsat emang si Yoonoh.”

Jungwoo hanya bisa tersenyum mendengar cekcok dua kekasihnya. Selalu seperti ini, namun inilah yang membuatnya semakin betah terus bersama Jaehyun dan Yoonoh.

…..

CAPEK BANGET NULISNYA /nangis/ Rasanya sumpah…. Pegel ngeditnya, sampe mata siwer. Semoga gak ada typo ya, semoga kalian suka. Lagi, aku ingatkan, apapun yang ada di fic ini bukan untuk ditiru, hanya sebagai bahan bacaan aja ya Ini 100% filthy, I can’t help but write it, mohon dimaklumi :”

Again, jangan disebar luaskan ya! Mungkin aku (suatu saat nanti) bakal post di ao3, tapi biarkan ini jadi konsumsi kalian dulu aja.

Best regards,

Harayuki.

Deprived


Mohon di baca dulu ya: – Alpha/Omega Relationship, Alpha’s rut – Dom x Sub undertones – Mentioning of pregnancy kink – Canon compliant (latar belakang asli) – Mild dirty talk


Menjadi alpha itu merepotkan.

Jika dipikirkan kembali, Jaehyun berharap ia terlahir sebagai beta saja, setidaknya ia bisa menjalani hidup dengan normal dan tidak merasakan rut yang selalu mengganggunya setiap enam bulan sekali. Jaehyun bukan membenci gender keduanya sebagai seorang alpha, tapi ada beberapa hal yang membuat Jaehyun berharap ia bukanlah alpha.

Menjadi alpha itu merepotkan, masa rut itu menyebalkan, apalagi jika omegamu menolak untuk menemanimu melewatinya.

“Temani aku,” Jaehyun setengah memohon, menggenggam tangan Jungwoo dan megusap punggung tangannya. “Ya, ya? Aku gak mau sendiri, sakit.”

Manja? Memang. Ia tidak mau menghabiskan empat harinya terkurung dan merasa horny sendirian. Setidaknya jika bersama Jungwoo, ia bisa memeluk kekasihnya dan bermanja-manja (walau pasti mereka akan menghabiskan kebanyakan waktu mereka dengan melakukan seks) dan berduaan saja.

Namun Jungwoo menolaknya dengan gamblang, dan itu membuat Jaehyun benar-benar merasa kesal.

“Aku gak bisa ninggalin kerjaan aku, hyung.” Ujar sang omega.

Jaehyun mendengus, “Pasti kamu diberi ijin. Mereka selalu kasih kamu ijin, kenapa sekarang gak mau?”

Tiga tahun menjalin hubungan dengan Jungwoo, dua tahun selalu menghabiskan masa rut atau heat mereka bersama, tidak mungkin agensi tiba-tiba melarang mereka.

“Aku gak bisa ninggalin job MC aku.” Jungwoo berusaha menjelaskan sehati-hati mungkin, melihat wajah sang alpha yang menggelap dan kecewa membuat Jungwoo sedikit takut. Kekasihnya paling tidak suka jika keinginannya ditolak, dan Jungwoo hampir jarang menolak setiap keinginan Jaehyun.

Dan itu yang membuat Jaehyun merajuk, tidak ingin bicara pada Jungwoo setelah itu.

Jungwoo membiarkan Jaehyun merajuk begitu saja, sedikit merasa bersalah namun ia langsung menepis perasaan itu. Ia hanya memperingati Jaehyun tentang rut-nya yang akan datang di minggu ini dan menyuruhnya untuk mengambil libur selama beberapa hari. Jaehyun, yang terlalu besar egonya, hanya mengacuhkan Jungwoo, berharap kekasihnya luluh dan memilih untuk menemaninya.

Jaehyun benar-benar tidak mau menghabiskan lima hari, tiga jika ia beruntung, sendirian. Rut juga bukan hal yang ia suka, karena itu benar-benar membuatnya gila; ia tidak suka ketika ia kehilangan kontrol akan dirinya sendiri. Tanpa Jungwoo menemaninya, akan lebih menyakitkan dan membosankan.

Pada akhirnya ia tidak mengatakan apapun kepada Taeyong dan manager mereka, membiarkan tubuhnya merasakan gejolak rut yang akan datang entah kapan. Tubuhnya terasa berat dan panas, penciumannya menjadi lebih tajam, namun ia tetap acuh.

Hingga pada akhirnya, ia sampai pada batasnya. Jaehyun berdiri di tengah-tengah ruang latihan yang luas, terdiam menatap pantulannya—pucat, dengan napas memburu—di cermin besar yang hampir tertempel di seluruh sudut ruangan. Tubuhnya terasa kaku dan berat, kepalanya berputar pandangannya kabur, sampai ia jatuh berlutut pada lantai kayu yang ia pijak.

Jaehyun membutuhkan Jungwoo.

Ia menggeram tertahan, inilah mengapa ia membenci rut; terlalu sulit untuk mengendalikan alpha di dalam dirinya, terutama saat penciumannya menangkap aroma omega-nya. Jaehyun bisa mendengar suara saling bersahutan, memanggil namanya. Ia merasa ruangan latihan terasa menyesakkan, namun ia tidak bisa memproses apapun.

Dipikirannya sekarang hanya ada Jungwoo.

“Jungwoo!” Teriaknya. Ia memberontak saat merasa tubuhnya ditahan oleh orang lain. Matanya memanas mencari dimana omega-nya berada, ia membutuhkan sang omega.

Dengan lantang, ia berteriak. Sepenuh tenaga, ia mendorong siapapun yang menahannya. “Jungwoo! Aku membutuhkanmu!”

Suaranya terdengar frustrasi dan memilukan, sang alpha merindu omega-nya, ia hanya ingin omega-nya aman berada disisinya, bersama dengannya.


Menjadi omega dalam sebuah grup yang mayoritasnya alpha dan beta bukanlah hal yang mudah bagi Jungwoo. Terutama ketika indra penciumannya kelewat sensitif dengan aroma feromon alpha.

Terutama aroma alpha-nya.

“Jaehyun!”

Jungwoo tersentak ketika semua orang berteriak lantang, khawatir dan ketakutan, saat melihat Jaehyun limbung membentur lantai. Johnny dan Doyoung berlari, menghampiri Jaehyun yang meringkuk dan menggeram menahan sakit.

Ia lupa, menjadi alpha juga sulit.

Jungwoo menjauh, bersama dengan Haechan. Taeyong membawa mereka untuk tidak mendekati Jaehyun—sang alpha yang kini mengalami rut.

Rut. Jungwoo mengerjap. Matanya berkunang, kepalanya berputar. Aroma kayu manis dan tobacco terasa berat di udara, membelai indra penciumannya dan memaksanya untuk tunduk kepada sang alpha.

Aroma alpha-nya. Jaehyun membutuhkannya.

“Jungwoo!” Lolongan suara Jaehyun menggema di seluruh ruang latihan. Mata sang alpha memerah, begitu pula dengan kulit pucatnya. Jaehyun memberontak dalam kukungan Johnny dan Doyoung. Mark sudah menahan kakinya, Taeil berjalan mendekati mereka, berusaha membuat ketiga omega itu menjauh.

“Jungwoo! Aku membutuhkanmu!”

Lolongan frustrasi dari alphanya membuat Jungwoo jatuh pada lututnya. Tidak ada lagi yang ia inginkan selain membantu alpha-nya, menyerahkan dirinya, Jungwoo ingin tunduk pada sang alpha.

Dengan suara bergetar ia berucap. “Biarkan aku bersama Jaehyun-hyung.”


Mereka berdua, dalam satu ruangan minim cahaya, udara terlalu dingin karena pendingin udara yang menyala dengan suhu rendah. Jungwoo terduduk di kasur Jaehyun, membiarkan sang alpha tertidur di atas pahanya, memeluk pinggangnya dan membenamkan wajahnya pada perut Jungwoo. Dengan lembut telapak tangan Jungwoo megusap helaian rambut Jaehyun yang lepek akan keringat.

“Mau tidur?” tawar Jungwoo. Gelengan kuat adalah balasan dari Jaehyun, ia mendongkak dan menatap wajah Jungwoo dengan wajah memerah, terlalu menggemaskan untuk Jungwoo, dan memajukan bibirnya. Jungwoo terkekeh, “Kenapa, hyung?”

Selanjutnya kata yang keluar dari bibir Jaehyun adalah suatu yang telah ia duga. “Mau bikin anak sama kamu.”

“Mau? Gak boleh punya anak dulu.” Jungwoo tertawa menggoda, mengusap pipi sang alpha. “Jadi ga bisa. Udah ya, kamu di sini sendirian, aku mau balik latihan lagi sama yang lain.”

Godaan Jungwoo sukses membuat Jaehyun merenggut kesal, sang alpha terduduk menyilangkan kaki di hadapan Jungwoo. Lutut mereka bersentuhan, Jaehyun menarik tangan Jungwoo mendekat, “Gak boleh pergi.” Nada suaranya tegas. “Di sini, temenin aku.”

“Bayi banget sih kamu,”

“Biar aja aku bayi, ‘kan bayinya kamu.” Jaehyun menimpali, ia menjatuhkan kepalanya ke lekukan leher Jungwoo dan membuat suara yang rengekan. “Aku bayi gedenya, tapi nanti kalau kita punya anak kamu jadi punya bayi satu lagi.”

Jaehyun menyenderkan kepalanya pada pundak kiri Jungwoo, matanya terpejam menikmati belaian jemari Jungwoo pada rambutnya. Kepalanya ia miringkan, mengendus scent gland Jungwoo, aroma manis vanilla bercampur dengan mawar tercium sangat kuat, menandakan sang omega yang mulai terpikat akan feromonnya.

“Bau kamu manis banget,” Jaehyun menciumi leher Jungwoo, menghirup dalam wangi Jungwoo yang membuatnya semakin mabuk menginginkan kekashihnya. Jungwoo mendesah, merasakan deru napas Jaehyun menyentuh kulitnya membuat dirinya semakin memanas. Jaehyun menaruh tangannya pada pinggang Jungwoo, lalu meremas pinggang ramping kekasihnya.

“Jungwoo, sayang, aku enakin ya?” Iris coklat miliknya Jaehyun menggelap dikuasai nafsu, Jungwoo tersenyum senang melihatnya, kedua lengannya ia kalungkan dileher Jaehyun, “Bikin enak aku, mau ya?”

Jungwoo mengangguk, suaranya sedikit bergetar. “Please, aku mau bikin kamu keenakan.”

Jarak mereka kikis, dua bibir saling memangut. Kali ini Jaehyun tidak menahan diri lagi, ia membiarkan insting sebagai alpha mengambil alih. Dengan cepat ia balik mendominasi. Lidahnya mulai bergerak melumat bibir bawah Jungwoo dengan rakus, sesekali mengigitnya lembut sebelum menariknya hingga membuat suara leguhan lembut terlepas.

Itu suara yang candu, suara yang selalu membuatnya ingin mendengarkankan lagi dan lagi.

Tangan Jaehyun tidak tinggal diam. Satu tangannya menelusup masuk kedalam kaos yang masih setengah terpakai. Mengusap punggung Jungwoo dengan gerakan lambat dari atas hingga ke pangkal, membuat tubuh di bawahnya sedikit bergetar.

Sementara tangan yang lain Jaehyun gunakan untuk menekan tengkuk Jungwoo untuk memperdalam ciuman. Kali ini ia menyambut baik lidah Jungwoo pada sisi bibirnya. Mengajaknya bergulat didalam rongga mulut, saling memangut dengan tidak sabaran, mengecap semua rasa didalamnya, beberapa kali Jaehyun beralih menggoda langit-langit rongga mulut Jungwoo dengan lidahnya, membuat pemuda itu kembali meleguh nikmat.

“Nghhh… Jaehyun...” Jungwoo sedikit memundurkan wajahnya untuk mengambil nafas, tetapi tangan Jaehyun kembali mendorong tengkuknya untuk kembali saling memangut. Tidak mempedulikan lelehan saliva yang mulai mengalir turun ke dagu, ia hanya ingin mengecap rasa candu itu lebih lama.

Akhirnya setelah beberapa saat keduanya saling memanggut, Jaehyun melepaskan pangutannya, namun ia kembali mengecup bibir Jungwoo singkat untuk memutus tautan benang saliva.

Keduanya saling menatap dengan nafas yang sama-sama memburu, mencoba meraup oksigen sebanyak mungkin. Jaehyun menyeringai, ia senang melihat wajah kekasihnya terlihat berantakan dengan bibir ranum yang mulai membengkak dan iris madu yang semakin sayu dipenuhi nafsu.

“Sebentar, hyung… ngh.”

Jaehyun mengusap pahanya lembut sebelum berpindah meremas bokongnya gemas. “Kamu punya siapa, hm?”

Jungwoo menggeleng, remasan tangan Jaehyun pada bokongnya dan gerakan tangan lain yang memainkan putingnya membuat pikiran tidak mampu berfokus.

“Jungwoo… jawab aku.” Jaehyun menenggelamkan wajahnya diceruk leher Jungwoo. Ia tahu Jungwoo senang ketika titik sensitifnya dipermainkan.

Jungwoo memejamkan mata, merasakan benda lunak yang basah dan sedikit kasar menyusuri leher jenjangnya, memberikan kecupan ringan dan menghisapnya kuat. Ia yakin tanda itu akan memberikan banyak bekas dilehernya besok pagi.

“Mm, kamu…” Jungwoo setengah terengah. “Jaehyun—ngh…”

“Kenapa, sayang?” Jaehyun berpindah menggoda telinganya, kali ini ia memberikan gigitan kecil diujung daun telinga dan dengan sengaja meniupkan nafas hangatnya di sana. Tubuhnya bergetar hebat dengan mulutnya yang kembali mendesah tertahan. Perlakuan Jaehyun sudah cukup membuatnya basah. Dia ingin sesuatu yang lain, sesuatu yang bisa memuaskan hasratnya.

“Ja-jangan disitu aja…” Kelopak matanya sedikit terbuka, perlahan ia mengangkat tubuhnya untuk terduduk, tangannya bergerak turun kebawah kaos yang ia kenakan. Dengan sigap Jungwoo langsung melucuti celana jeans dan dalamannya, menunjukkan sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. Manik Jaehyun mengikuti gerak jemari Jungwoo di bawah sana, sedikit membelak saat melihat cairan pelumas alami dari sang omega sudah mengalir deras dari lubangnya hingga paha dalam. Jaehyun menyeringai, mengerti maksud kekasih tercintanya.

“Cantik, kamu basah banget.”

Jaehyun melepas semua pakaian atasnya dengan sekali gerakan, dan melemparkannya kesembarang arah sebelum kembali mengukung Jungwoo yang saat ini sudah kembali terbaring diatas tempat tidur.

“Sayangku berantakan banget. Gak sabar mau aku masukin hm?”

Mata Jungwoo yang berair berkedip, bibir bawahnya ia gigit. “Mau kamu ada di dalem. Mau buat kamu enak.”

Jaehyun tersenyum kecil. Ia menyisir helaian silver kebelakang, memberikan kecupan lembut di dahi.

“Coba lebarin kakinya buatku.” Jungwoo menurut mendengar perintah alpha-nya. Kakinya tertekuk, ia memegang kedua lututnya lalu melebarkan kakinya, memampangkan semua yang ia punya kepada Jaehyun dengan senang hati.

“Jangan malu, gapapa, kamu ‘kan nunjukinnya ke aku, kekasih kamu.”

Jungwoo ingin berteriak protes, tetapi mulutnya sudah terlebih dulu dibuat bungkam dengan gerakan jari Jaehyun di atas miliknya yang sudah berkedut dan mengeluarkan cairan precum. Jaehyun menekan ujung kejantanannya, mencoba untuk membasahi jarinya dengan cairan itu.

“Kamu basah banget.”

Jungwoo merintih tertahan saat merasakan dua jari Jaehyun menerobos masuk kedalam lubangnya. Perlahan Jaehyun menggerakkan jarinya untuk menekan-nekan dinding lubangnya, sebelum menambahkan jari ketiga. Jungwoo tersentak dengan kegiatan yang tiba-tiba, tangannya secara refleks meremas sprei dibawahnya kuat-kuat, menyalurkan semua perasaan aneh dibawah sana.

“Sakit?” Jaehyun bertanya khawatir saat melihat wajah tak nyaman kekasihnya.

“Engh... rasanya aneh.” jawab Jungwoo sambil menahan suara desahannya.

Jaehyun memutuskan untuk mendorong jarinya semakin dalam dengan gerakan menggunting dan memutar, mencoba untuk mempersiapkan lubang basah itu sebelum dia memasukkan miliknya kedalam. Tak lama ia merasakan cairan pelumas Jungwoo kembali mengalir semakin banyak hingga menetes keluar, aroma manis semakin kuat membelai indra penciumannya.

Senyum tipis tersungging di wajah Jaehyun saat melihat reaksi tubuh omeganya, ia memang tidak perlu mempersiapkan Jungwoo terlalu lama, lubang Jungwoo sudah cukup basah, siap menerima apapun yang akan Jaehyun berikan padanya. Jaehyun berusaha mempertahankan kewarasannya, mengidahkan nafsunya untuk langsung menggempur lubang hangat itu dengan miliknya berulang kali.

Jaehyun menarik jarinya keluar, mengisap semua cairan Jungwoo yang menempel pada jarinya.

Rasanya manis, adiktif, dan menggoda. Jaehyun ingin merasakannya lagi, lebih banyak lagi. Dengan itu Jaehyun merunduk kebawah, kedua tangannya ikut menahan kaki Jungwoo untuk terbuka semakin lebar.

“Jaehyun-hyung—ah!” Jungwoo melemparkan kepalanya kebelakang, merasakan ujung lidah Jaehyun menerobos masuk ke lubangnya tanpa aba-aba.

“Kamu manis banget, sayang. Aku mau lagi, aku mau kamu.” Jaehyun menyapukan lidahnya pada pintu masuk lubang Jungwoo yang berkedut pelan, Jaehyun membubuhkan kecupan singkat sebelum kembali mendorong lidahnya masuk ke dalam.

“Ngh—ahh hyung...” Jungwoo merengek, kakinya yang di tahan oleh dua tangan Jaehyun bergerak meronta, berusaha menjauhkan Jaehyun dari lubangnya. Lidah Jaehyun mulai bergerak keluar-masuk dengan gerakan tidak beraturan. Jungwoo merasa perutnya seperti terikat, rasanya aneh namun ia tidak membencinya. Jungwoo melirik kebawah, melihat bagaimana wajah Jaehyun tenggelam diantara kedua kakinya. Tanpa sadar ia mengetat didalam, mengapit gerakan lidah Jaehyun didalam sana. Jaehyun mengerang pelan. Satu tangannya berpindah keatas, memainkan penis Jungwoo yang sudah mengeras seirama dengan gerakan lidahnya dibawah sana.

“Ah! Jae—ahh, jangan...”

Jaehyun menulikan telinganya, lidahnya bergerak semakin liar didalam rektum Jungwoo, membuat gerakan memutar dan menghisap cairan alami itu kuat. Sedangkan tangannya yang lain bergerak semakin cepat memompa kejantanan Jungwoo yang sudah siap menumpahkan cairannya.

“Hyung… berhenti” Desahannya terdengar semakin keras, tangannya sudah bergerak menarik helaian coklat Jaehyun. Kenikmatan seolah berkumpul di satu titik, membuat kepala Jungwoo berputar kuat, terlalu nikmat.

“Keluarkan sayang.”

Suara berat Jaehyun membuatnya semakin terangsang. Tubuhnya menggelinjang kuat. Dunianya seakan memutih, Jungwoo menyemburkan cairannya membasahi perutnya sendiri. Matanya terpejam erat dengan lelehan air liur yang menetes hingga ke dagu.

Setelah beberapa saat, Jaehyun mengeluarkan lidahnya dari lubang Jungwoo. Merasa puas dengan tindakannya.

“Masih kuat?”

Jaehyun bertanya dengan senyuman jahil, membuat Jungwoo yang masih terengah-engah karena perlepasan pertama membalasnya dengan tatapan kesal. Tentu saja dia tidak akan kalah. Dia belum mendapatkan apa yang ia mau.

Jungwoo membuka kakinya semakin lebar, persetan dengan harga dirinya. Kedua jarinya bergerak perlahan membuka lubangnya yang masih mengeluarkan cairan alami. “Aku masih kuat kok.”

Jaehyun menggeram, panas itu kembali menyerang tubuhnya saat melihat sang omega terkulai d bawahnya, karenanya. Jaehyun segera melepaskan celananya dan melemparkannya asal. Jungwoo menatap pada kejantanan Jaehyun yang sudah memerah seolah marah, mengeras seutuhnya. Ini bukan kali pertama ia melihat kemaluan sang terkasih, namun ia tetap merasa malu.

Jaehyun kembali merunduk untuk memberikan kecupan sayang di dahi, berusaha menenangkan Jungwoo dengan gesture kecil yang ia lakukan. Jungwoo meremas pundak Jaehyun kuat saat merasakan penis milik sang alpha sengaja menggesek pintu lubangnya pelan, beberapa kali ia bersikap seolah penis itu meleset masuk dan berakhir menggesek ujung lubangnya lagi. Jungwoo merengek, ia sudah tidak tahan.

“Ngh… Ayo masuk.”

“Hmm? Kenapa sayang? Kok malah kamu yang gak sabaran jadinya.” Jaehyun berujar jahil, lidahnya menyusuri pipi hingga pelipis Jungwoo.

Jungwoo menengadah, menatap alphanya dengan pandangan memelas. “…Jaehyun please.” Ia terengah, matanya basah, wajahnya memerah karena panas dari dua tubuh mereka yang saling menyapa. Jungwoo terlihat sangat menggoda.

Dan Jaehyun tidak bisa menahan dirinya.

Tanpa menunggu lebih lama ia segera menggosok kejantannya beberapa kali sebelum mendorongnya masuk. Lubang yang sudah terlalu licin itu membuat Jaehyun bisa masuk sepenuhnya dengan mudah. Tubuh Jungwoo kembali dibuat melengkung sempurna begitu merasakan dirinya sudah sangat penuh, “Ha… ah… Jaehyun…”

Jaehyun ikut mengatur napasnya beberapa saat sambil membiarkan Jungwoo terbiasa menerima miliknya terlebih dahulu. Walaupun ini bukan pertama kalinya keduanya bercinta, tetapi ukuran Jaehyun yang menurut Jungwoo terlalu besar itu membuatnya harus melakukannya dengan perlahan agar tidak menyakiti kekasihnya.

“Jaehyun, penuh…. hah...”

“Coba rasain sayang, aku ada di dalem kamu.” Jaehyun mengecup bibir Jungwoo, menyesap bibir bawahnya sesaat lalu kembali fokus pada kekasihnya. “Kalau kamu udah siap, bilang ya? Bair aku bergerak.”

Jungwoo menggangguk, merasakan denyutan penis Jaehyun di dalam tubuhnya membuat ia menginginkan lebih. “Bergerak aja, gak sakit.”

Jaehyun menarik nafasnya dalam-dalam sebelum menggerakkan pinggulnya perlahan, ketika dirasa desahannya mulai stabil, Jaehyun segera meninggikan kecepatannya. Kedua mata Jungwoo sukses membulat kaget berkat perilaku ini. Jaehyun memegang kedua paha Jungwoo agar tetap terbuka lebar sembari terus mencari satu titik yang mampu membuat Jungwoo berteriak lebih kencang.

Kedua mata Jungwoo yang berair menatap sosok Jaehyun yang berbayang di didepannya, “Ah! Itu—disana enak…” bisiknya sebelum mendesah lebih kencang dari sebelumnya.

“Ahh- Jaehyun, lagi... Aku mau lagi.”

Jaehyun meringis, merasakan dinding rektum hangat dan basah itu menjepit miliknya begitu ketat. Ia menarik miliknya perlahan sebelum melesakkan kembali dengan cepat, kemudian tanpa basa-basi ia mulai menghajar titik kenikmatan itu berulang kali.

Jungwoo mendesah semakin lepas, desahan itu terdengar seperti melodi indah yang semakin membuat Jaehyun semakin terangsang. Dengan gerakan yang cekatan Jaehyun membalikkan tubuh di bawahnya dengan cepat tanpa melepas penyatuan tubuh mereka.

Kali ini tangannya mengusap lembut tengkuk Jungwoo, “Milikku…” ucapnya tanpa sadar, “…kamu milikku…” ucapnya lagi sambil menjelajahi pundak yang terlihat mengkilat dengan lidahnya.

“Milikku…” Jaehyun menarik penisnya keluar hingga tersisa diujung sebelum kembali memasukan dirinya dalam satu sentakan.

“Akh—aah!”

Tubuh Jungwoo sedikit terguncang. Keduanya mulai menggeram dengan arti masing-masing. Jaehyun menggertakkan giginya, mengagumi betapa indahnya punggung Jungwoo. Lekuk tubuhnya sempurna, terasa pas dalam genggaman Jaehyun. Helaian silver Jungwoo yang tampak sangat cocok membuat kekasihnya sejuta kali lebih menawan.

Sayang masih ada yang kurang disana.

Tengkuk itu terlihat terlalu bersih dan merona, seharusnya ada tanda disana.

Jaehyun kembali memajukan tubuhnya hingga dadanya bertemu punggung omeganya, tangannya kembali meraih milik Jungwoo yang sudah siap menumpahkan isinya. Jungwoo mengerang, Jaehyun semakin mendekatkan wajahnya untuk mengedus bagian belakang lehernya. Jungwoo menyadari apa yang akan terjadi selanjutnya, sesuatu yang ia tunggu. Sesuatu yang ia inginkan sejak lama.

“Jungwoo, panggil namaku.” Bisik Jaehyun rendah tepat disebelah telinganya.

“Jaehyun...” Jungwoo mulai memanggilnya, Jaehyun mengecup tengkuknya dengan sedikit tekanan.

“Jaehyun… Jaehyun… ngh!”

Jungwoo merapalkan namanya berulang kali disela-sela leguhan dan desahannya. Tanpa sadar ia ikut meninggikan pinggulnya, membantu Jaehyun agar terus menghujam titik kenikmatannya berulang-kali. Suara antara kulit yang saling beradu bercampur dengan decitan ranjang yang sedikit bergerak. Perlahan Jungwoo juga ikut menggerakkan pinggulnya melawan arah tusukan Jaehyun. Membuat kejantanan itu melesak semakin dalam, menekan semua titik nikmat didalam dirinya.

“Jaehyun... ahh—jangan berhenti.”

Gerakan keduanya semakin berantakan, dengan wangi pheromone Jungwoo yang semakin kuat akhirnya mempengaruhi Jaehyun untuk membanting pinggulnya untuk yang terakhir kali. Tubuh mereka sama-sama menggenjang kuat. Jungwoo menumpahkan cairannya mengotori sprei dibawahnya. Sementara Jaehyun melepaskan benihnya didalam lubang hangat Jungwoo.

Tanpa menunggu pelepasan keduanya selesai, Jaehyun merunduk, memeluk Jungwoo dalam dekapannya. Wajahnya ia dekatkan pada tengkuk Jungwoo. Satu dorongan kuat membuatnya ingin menggigit tengkuk Jungwoo, memberikan tanda kepada sang omega, membuat mereka terikat seumur hidup. Hanya itu yang diinginkan Jaehyun; Jungwoo sebagai mate-nya, juga anak-anak mereka, hidup dalam keluarga yang ia dambakan.

Namun Jaehyun harus menahannya, tidak sekarang. Tidak mungkin ia menghancurkan impian yang sudah Jungwoo bangun dengan susah payah. Jaehyun menggeram, mencoba menekan nafsunya. Ia menjilati leher Jungwoo, memberikan hisapan kecil, berusaha sekuat mungkin untuk tidak menggigitnya.

Jaehyun bergerak melepaskan penyatuan mereka setelah knot-nya mulai kembali, membiarkan lelehan sperma yang begitu banyak mengalir keluar dari lubang basah yang masih mengedut pelan. Keduanya ambruk dengan nafas yang masih terengah-engah.

“Aku kasar ya? Maaf.”

Jungwoo menggeleng, ia berbalik untuk menangkup wajah Jaehyun. Mengusapnya dengan sayang sebelum memberikan kecupan singkat di pipi.

“Gak kok, kamu tetep ngutamain kenyamanan aku.” Suara Jungwoo serak menjawab Jaehyun. “Padahal aku tau, kamu banyak nahan diri.”

Jungwoo tersenyum, senyuman manis yang selalu Jaehyun suka. Tangannya segera menarik Jungwoo kedalam pelukannya, mendekapnya erat. Terkadang ia merasa tidak pantas mendapatkan omega yang begitu sempurna.

“Jungwoo, aku sayang kamu… Sayang banget.” Jaehyun mengeratkan dekapannya. “Makasih udah mau nemenin aku.”

Jungwoo membalas pelukannya erat, senyumannya semakin merekah. “Aku juga sayang banget sama kamu.”

Jungwoo terkekeh kecil, ia kembali menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Jaehyun. Sedangkan sang alpha merunduk memberikan kecupan ringan di pucuk kepala, sembari menyesap dalam-dalam wangi Jungwoo yang selalu menjadi favoritnya. Mereka terdiam beberapa saat sebelum Jaehyun kembali merasakan tubuhnya penisnya kembali berkedut dan menegang.

Jungwoo tersentak merasakan penis Jaehyun menyentuh perutnya. Rut Jaehyun kembali datang, belum ada sepuluh menit mereka beristrahat, kini sang alpha kembali tertampar oleh nafsunya sendiri. Jaehyun kembali menggerakkan pinggulnya pelan, dengan sengaja menggesekkan kejantanannya pada milik Jungwoo yang sudah setengah bangun.

“Nghh Jaehyun…”

“Ingin ronde kedua?”

“Mmm.”

Tentu saja Jungwoo harus siap, setidaknya selama tiga hari kedepan ia akan terus menemani Jaehyun.


Mungkin ini emang gak se hawt itu ya, di otak aku idenya bagus banget, pas ditulis aku ngerasa ada yang kurang huhuhu. Kalau kalian ada kritik, atau saran, atau ide, boleh langsung hit cc aku ya.

Have a good day, salam sayang. Harayuki.

Deprived


Mohon di baca dulu ya: – Alpha/Omega Relationship, Alpha’s rut – Dom x Sub undertones – Mentioning of pregnancy kink – Canon compliant (latar belakang asli) – Mild dirty talk


Menjadi alpha itu merepotkan.

Jika dipikirkan kembali, Jaehyun berharap ia terlahir sebagai beta saja, setidaknya ia bisa menjalani hidup dengan normal dan tidak merasakan rut yang selalu mengganggunya setiap enam bulan sekali. Jaehyun bukan membenci gender keduanya sebagai seorang alpha, tapi ada beberapa hal yang membuat Jaehyun berharap ia bukanlah alpha.

Menjadi alpha itu merepotkan, masa rut itu menyebalkan, apalagi jika omegamu menolak untuk menemanimu melewatinya.

“Temani aku,” Jaehyun setengah memohon, menggenggam tangan Jungwoo dan megusap punggung tangannya. “Ya, ya? Aku gak mau sendiri, sakit.”

Manja? Memang. Ia tidak mau menghabiskan empat harinya terkurung dan merasa horny sendirian. Setidaknya jika bersama Jungwoo, ia bisa memeluk kekasihnya dan bermanja-manja (walau pasti mereka akan menghabiskan kebanyakan waktu mereka dengan melakukan seks) dan berduaan saja.

Namun Jungwoo menolaknya dengan gamblang, dan itu membuat Jaehyun benar-benar merasa kesal.

“Aku gak bisa ninggalin kerjaan aku, hyung.” Ujar sang omega.

Jaehyun mendengus, “Pasti kamu diberi ijin. Mereka selalu kasih kamu ijin, kenapa sekarang gak mau?”

Tiga tahun menjalin hubungan dengan Jungwoo, dua tahun selalu menghabiskan masa rut atau heat mereka bersama, tidak mungkin agensi tiba-tiba melarang mereka.

“Aku gak bisa ninggalin job MC aku.” Jungwoo berusaha menjelaskan sehati-hati mungkin, melihat wajah sang alpha yang menggelap dan kecewa membuat Jungwoo sedikit takut. Kekasihnya paling tidak suka jika keinginannya ditolak, dan Jungwoo hampir jarang menolak setiap keinginan Jaehyun.

Dan itu yang membuat Jaehyun merajuk, tidak ingin bicara pada Jungwoo setelah itu.

Jungwoo membiarkan Jaehyun merajuk begitu saja, sedikit merasa bersalah namun ia langsung menepis perasaan itu. Ia hanya memperingati Jaehyun tentang rut-nya yang akan datang di minggu ini dan menyuruhnya untuk mengambil libur selama beberapa hari. Jaehyun, yang terlalu besar egonya, hanya mengacuhkan Jungwoo, berharap kekasihnya luluh dan memilih untuk menemaninya.

Jaehyun benar-benar tidak mau menghabiskan lima hari, tiga jika ia beruntung, sendirian. Rut juga bukan hal yang ia suka, karena itu benar-benar membuatnya gila; ia tidak suka ketika ia kehilangan kontrol akan dirinya sendiri. Tanpa Jungwoo menemaninya, akan lebih menyakitkan dan membosankan.

Pada akhirnya ia tidak mengatakan apapun kepada Taeyong dan manager mereka, membiarkan tubuhnya merasakan gejolak rut yang akan datang entah kapan. Tubuhnya terasa berat dan panas, penciumannya menjadi lebih tajam, namun ia tetap acuh.

Hingga pada akhirnya, ia sampai pada batasnya. Jaehyun berdiri di tengah-tengah ruang latihan yang luas, terdiam menatap pantulannya—pucat, dengan napas memburu—di cermin besar yang hampir tertempel di seluruh sudut ruangan. Tubuhnya terasa kaku dan berat, kepalanya berputar pandangannya kabur, sampai ia jatuh berlutut pada lantai kayu yang ia pijak.

Jaehyun membutuhkan Jungwoo.

Ia menggeram tertahan, inilah mengapa ia membenci rut; terlalu sulit untuk mengendalikan alpha di dalam dirinya, terutama saat penciumannya menangkap aroma omega-nya. Jaehyun bisa mendengar suara saling bersahutan, memanggil namanya. Ia merasa ruangan latihan terasa menyesakkan, namun ia tidak bisa memproses apapun.

Dipikirannya sekarang hanya ada Jungwoo.

“Jungwoo!” Teriaknya. Ia memberontak saat merasa tubuhnya ditahan oleh orang lain. Matanya memanas mencari dimana omega-nya berada, ia membutuhkan sang omega.

Dengan lantang, ia berteriak. Sepenuh tenaga, ia mendorong siapapun yang menahannya. “Jungwoo! Aku membutuhkanmu!”

Suaranya terdengar frustrasi dan memilukan, sang alpha merindu omega-nya, ia hanya ingin omega-nya aman berada disisinya, bersama dengannya.


Menjadi omega dalam sebuah grup yang mayoritasnya alpha dan beta bukanlah hal yang mudah bagi Jungwoo. Terutama ketika indra penciumannya kelewat sensitif dengan aroma feromon alpha.

Terutama aroma alpha-nya.

“Jaehyun!”

Jungwoo tersentak ketika semua orang berteriak lantang, khawatir dan ketakutan, saat melihat Jaehyun limbung membentur lantai. Johnny dan Doyoung berlari, menghampiri Jaehyun yang meringkuk dan menggeram menahan sakit.

Ia lupa, menjadi alpha juga sulit.

Jungwoo menjauh, bersama dengan Haechan. Taeyong membawa mereka untuk tidak mendekati Jaehyun—sang alpha yang kini mengalami rut.

Rut. Jungwoo mengerjap. Matanya berkunang, kepalanya berputar. Aroma kayu manis dan tobacco terasa berat di udara, membelai indra penciumannya dan memaksanya untuk tunduk kepada sang alpha.

Aroma alpha-nya. Jaehyun membutuhkannya.

“Jungwoo!” Lolongan suara Jaehyun menggema di seluruh ruang latihan. Mata sang alpha memerah, begitu pula dengan kulit pucatnya. Jaehyun memberontak dalam kukungan Johnny dan Doyoung. Mark sudah menahan kakinya, Taeil berjalan mendekati mereka, berusaha membuat ketiga omega itu menjauh.

“Jungwoo! Aku membutuhkanmu!”

Lolongan frustrasi dari alphanya membuat Jungwoo jatuh pada lututnya. Tidak ada lagi yang ia inginkan selain membantu alpha-nya, menyerahkan dirinya, Jungwoo ingin tunduk pada sang alpha.

Dengan suara bergetar ia berucap. “Biarkan aku bersama Jaehyun-hyung.”


Mereka berdua, dalam satu ruangan minim cahaya, udara terlalu dingin karena pendingin udara yang menyala dengan suhu rendah. Jungwoo terduduk di kasur Jaehyun, membiarkan sang alpha tertidur di atas pahanya, memeluk pinggangnya dan membenamkan wajahnya pada perut Jungwoo. Dengan lembut telapak tangan Jungwoo megusap helaian rambut Jaehyun yang lepek akan keringat.

“Mau tidur?” tawar Jungwoo. Gelengan kuat adalah balasan dari Jaehyun, ia mendongkak dan menatap wajah Jungwoo dengan wajah memerah, terlalu menggemaskan untuk Jungwoo, dan memajukan bibirnya. Jungwoo terkekeh, “Kenapa, hyung?”

Selanjutnya kata yang keluar dari bibir Jaehyun adalah suatu yang telah ia duga. “Mau bikin anak sama kamu.”

“Mau? Gak boleh punya anak dulu.” Jungwoo tertawa menggoda, mengusap pipi sang alpha. “Jadi ga bisa. Udah ya, kamu di sini sendirian, aku mau balik latihan lagi sama yang lain.”

Godaan Jungwoo sukses membuat Jaehyun merenggut kesal, sang alpha terduduk menyilangkan kaki di hadapan Jungwoo. Lutut mereka bersentuhan, Jaehyun menarik tangan Jungwoo mendekat, “Gak boleh pergi.” Nada suaranya tegas. “Di sini, temenin aku.”

“Bayi banget sih kamu,”

“Biar aja aku bayi, ‘kan bayinya kamu.” Jaehyun menimpali, ia menjatuhkan kepalanya ke lekukan leher Jungwoo dan membuat suara yang rengekan. “Aku bayi gedenya, tapi nanti kalau kita punya anak kamu jadi punya bayi satu lagi.”

Jaehyun menyenderkan kepalanya pada pundak kiri Jungwoo, matanya terpejam menikmati belaian jemari Jungwoo pada rambutnya. Kepalanya ia miringkan, mengendus scent gland Jungwoo, aroma manis vanilla bercampur dengan mawar tercium sangat kuat, menandakan sang omega yang mulai terpikat akan feromonnya.

“Bau kamu manis banget,” Jaehyun menciumi leher Jungwoo, menghirup dalam wangi Jungwoo yang membuatnya semakin mabuk menginginkan kekashihnya. Jungwoo mendesah, merasakan deru napas Jaehyun menyentuh kulitnya membuat dirinya semakin memanas. Jaehyun menaruh tangannya pada pinggang Jungwoo, lalu meremas pinggang ramping kekasihnya.

“Jungwoo, sayang, aku enakin ya?” Iris coklat miliknya Jaehyun menggelap dikuasai nafsu, Jungwoo tersenyum senang melihatnya, kedua lengannya ia kalungkan dileher Jaehyun, “Bikin enak aku, mau ya?”

Jungwoo mengangguk, suaranya sedikit bergetar. “Please, aku mau bikin kamu keenakan.”

Jarak mereka kikis, dua bibir saling memangut. Kali ini Jaehyun tidak menahan diri lagi, ia membiarkan insting sebagai alpha mengambil alih. Dengan cepat ia balik mendominasi. Lidahnya mulai bergerak melumat bibir bawah Jungwoo dengan rakus, sesekali mengigitnya lembut sebelum menariknya hingga membuat suara leguhan lembut terlepas.

Itu suara yang candu, suara yang selalu membuatnya ingin mendengarkankan lagi dan lagi.

Tangan Jaehyun tidak tinggal diam. Satu tangannya menelusup masuk kedalam kaos yang masih setengah terpakai. Mengusap punggung Jungwoo dengan gerakan lambat dari atas hingga ke pangkal, membuat tubuh di bawahnya sedikit bergetar.

Sementara tangan yang lain Jaehyun gunakan untuk menekan tengkuk Jungwoo untuk memperdalam ciuman. Kali ini ia menyambut baik lidah Jungwoo pada sisi bibirnya. Mengajaknya bergulat didalam rongga mulut, saling memangut dengan tidak sabaran, mengecap semua rasa didalamnya, beberapa kali Jaehyun beralih menggoda langit-langit rongga mulut Jungwoo dengan lidahnya, membuat pemuda itu kembali meleguh nikmat.

“Nghhh… Jaehyun...” Jungwoo sedikit memundurkan wajahnya untuk mengambil nafas, tetapi tangan Jaehyun kembali mendorong tengkuknya untuk kembali saling memangut. Tidak mempedulikan lelehan saliva yang mulai mengalir turun ke dagu, ia hanya ingin mengecap rasa candu itu lebih lama.

Akhirnya setelah beberapa saat keduanya saling memanggut, Jaehyun melepaskan pangutannya, namun ia kembali mengecup bibir Jungwoo singkat untuk memutus tautan benang saliva.

Keduanya saling menatap dengan nafas yang sama-sama memburu, mencoba meraup oksigen sebanyak mungkin. Jaehyun menyeringai, ia senang melihat wajah kekasihnya terlihat berantakan dengan bibir ranum yang mulai membengkak dan iris madu yang semakin sayu dipenuhi nafsu.

“Sebentar, hyung… ngh.”

Jaehyun mengusap pahanya lembut sebelum berpindah meremas bokongnya gemas. “Kamu punya siapa, hm?”

Jungwoo menggeleng, remasan tangan Jaehyun pada bokongnya dan gerakan tangan lain yang memainkan putingnya membuat pikiran tidak mampu berfokus.

“Jungwoo… jawab aku.” Jaehyun menenggelamkan wajahnya diceruk leher Jungwoo. Ia tahu Jungwoo senang ketika titik sensitifnya dipermainkan.

Jungwoo memejamkan mata, merasakan benda lunak yang basah dan sedikit kasar menyusuri leher jenjangnya, memberikan kecupan ringan dan menghisapnya kuat. Ia yakin tanda itu akan memberikan banyak bekas dilehernya besok pagi.

“Mm, kamu…” Jungwoo setengah terengah. “Jaehyun—ngh…”

“Kenapa, sayang?” Jaehyun berpindah menggoda telinganya, kali ini ia memberikan gigitan kecil diujung daun telinga dan dengan sengaja meniupkan nafas hangatnya di sana. Tubuhnya bergetar hebat dengan mulutnya yang kembali mendesah tertahan. Perlakuan Jaehyun sudah cukup membuatnya basah. Dia ingin sesuatu yang lain, sesuatu yang bisa memuaskan hasratnya.

“Ja-jangan disitu aja…” Kelopak matanya sedikit terbuka, perlahan ia mengangkat tubuhnya untuk terduduk, tangannya bergerak turun kebawah kaos yang ia kenakan. Dengan sigap Jungwoo langsung melucuti celana jeans dan dalamannya, menunjukkan sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. Manik Jaehyun mengikuti gerak jemari Jungwoo di bawah sana, sedikit membelak saat melihat cairan pelumas alami dari sang omega sudah mengalir deras dari lubangnya hingga paha dalam. Jaehyun menyeringai, mengerti maksud kekasih tercintanya.

“Cantik, kamu basah banget.”

Jaehyun melepas semua pakaian atasnya dengan sekali gerakan, dan melemparkannya kesembarang arah sebelum kembali mengukung Jungwoo yang saat ini sudah kembali terbaring diatas tempat tidur.

“Sayangku berantakan banget. Gak sabar mau aku masukin hm?”

Mata Jungwoo yang berair berkedip, bibir bawahnya ia gigit. “Mau kamu ada di dalem. Mau buat kamu enak.”

Jaehyun tersenyum kecil. Ia menyisir helaian silver kebelakang, memberikan kecupan lembut di dahi.

“Coba lebarin kakinya buatku.” Jungwoo menurut mendengar perintah alpha-nya. Kakinya tertekuk, ia memegang kedua lututnya lalu melebarkan kakinya, memampangkan semua yang ia punya kepada Jaehyun dengan senang hati.

“Jangan malu, gapapa, kamu ‘kan nunjukinnya ke aku, kekasih kamu.”

Jungwoo ingin berteriak protes, tetapi mulutnya sudah terlebih dulu dibuat bungkam dengan gerakan jari Jaehyun di atas miliknya yang sudah berkedut dan mengeluarkan cairan precum. Jaehyun menekan ujung kejantanannya, mencoba untuk membasahi jarinya dengan cairan itu.

“Kamu basah banget.”

Jungwoo merintih tertahan saat merasakan dua jari Jaehyun menerobos masuk kedalam lubangnya. Perlahan Jaehyun menggerakkan jarinya untuk menekan-nekan dinding lubangnya, sebelum menambahkan jari ketiga. Jungwoo tersentak dengan kegiatan yang tiba-tiba, tangannya secara refleks meremas sprei dibawahnya kuat-kuat, menyalurkan semua perasaan aneh dibawah sana.

“Sakit?” Jaehyun bertanya khawatir saat melihat wajah tak nyaman kekasihnya.

“Engh... rasanya aneh.” jawab Jungwoo sambil menahan suara desahannya.

Jaehyun memutuskan untuk mendorong jarinya semakin dalam dengan gerakan menggunting dan memutar, mencoba untuk mempersiapkan lubang basah itu sebelum dia memasukkan miliknya kedalam. Tak lama ia merasakan cairan pelumas Jungwoo kembali mengalir semakin banyak hingga menetes keluar, aroma manis semakin kuat membelai indra penciumannya.

Senyum tipis tersungging di wajah Jaehyun saat melihat reaksi tubuh omeganya, ia memang tidak perlu mempersiapkan Jungwoo terlalu lama, lubang Jungwoo sudah cukup basah, siap menerima apapun yang akan Jaehyun berikan padanya. Jaehyun berusaha mempertahankan kewarasannya, mengidahkan nafsunya untuk langsung menggempur lubang hangat itu dengan miliknya berulang kali.

Jaehyun menarik jarinya keluar, mengisap semua cairan Jungwoo yang menempel pada jarinya.

Rasanya manis, adiktif, dan menggoda. Jaehyun ingin merasakannya lagi, lebih banyak lagi. Dengan itu Jaehyun merunduk kebawah, kedua tangannya ikut menahan kaki Jungwoo untuk terbuka semakin lebar.

“Jaehyun-hyung—ah!” Jungwoo melemparkan kepalanya kebelakang, merasakan ujung lidah Jaehyun menerobos masuk ke lubangnya tanpa aba-aba.

“Kamu manis banget, sayang. Aku mau lagi, aku mau kamu.” Jaehyun menyapukan lidahnya pada pintu masuk lubang Jungwoo yang berkedut pelan, Jaehyun membubuhkan kecupan singkat sebelum kembali mendorong lidahnya masuk ke dalam.

“Ngh—ahh hyung...” Jungwoo merengek, kakinya yang di tahan oleh dua tangan Jaehyun bergerak meronta, berusaha menjauhkan Jaehyun dari lubangnya. Lidah Jaehyun mulai bergerak keluar-masuk dengan gerakan tidak beraturan. Jungwoo merasa perutnya seperti terikat, rasanya aneh namun ia tidak membencinya. Jungwoo melirik kebawah, melihat bagaimana wajah Jaehyun tenggelam diantara kedua kakinya. Tanpa sadar ia mengetat didalam, mengapit gerakan lidah Jaehyun didalam sana. Jaehyun mengerang pelan. Satu tangannya berpindah keatas, memainkan penis Jungwoo yang sudah mengeras seirama dengan gerakan lidahnya dibawah sana.

“Ah! Jae—ahh, jangan...”

Jaehyun menulikan telinganya, lidahnya bergerak semakin liar didalam rektum Jungwoo, membuat gerakan memutar dan menghisap cairan alami itu kuat. Sedangkan tangannya yang lain bergerak semakin cepat memompa kejantanan Jungwoo yang sudah siap menumpahkan cairannya.

“Hyung… berhenti” Desahannya terdengar semakin keras, tangannya sudah bergerak menarik helaian coklat Jaehyun. Kenikmatan seolah berkumpul di satu titik, membuat kepala Jungwoo berputar kuat, terlalu nikmat.

“Keluarkan sayang.”

Suara berat Jaehyun membuatnya semakin terangsang. Tubuhnya menggelinjang kuat. Dunianya seakan memutih, Jungwoo menyemburkan cairannya membasahi perutnya sendiri. Matanya terpejam erat dengan lelehan air liur yang menetes hingga ke dagu.

Setelah beberapa saat, Jaehyun mengeluarkan lidahnya dari lubang Jungwoo. Merasa puas dengan tindakannya.

“Masih kuat?”

Jaehyun bertanya dengan senyuman jahil, membuat Jungwoo yang masih terengah-engah karena perlepasan pertama membalasnya dengan tatapan kesal. Tentu saja dia tidak akan kalah. Dia belum mendapatkan apa yang ia mau.

Jungwoo membuka kakinya semakin lebar, persetan dengan harga dirinya. Kedua jarinya bergerak perlahan membuka lubangnya yang masih mengeluarkan cairan alami. “Aku masih kuat kok.”

Jaehyun menggeram, panas itu kembali menyerang tubuhnya saat melihat sang omega terkulai d bawahnya, karenanya. Jaehyun segera melepaskan celananya dan melemparkannya asal. Jungwoo menatap pada kejantanan Jaehyun yang sudah memerah seolah marah, mengeras seutuhnya. Ini bukan kali pertama ia melihat kemaluan sang terkasih, namun ia tetap merasa malu.

Jaehyun kembali merunduk untuk memberikan kecupan sayang di dahi, berusaha menenangkan Jungwoo dengan gesture kecil yang ia lakukan. Jungwoo meremas pundak Jaehyun kuat saat merasakan penis milik sang alpha sengaja menggesek pintu lubangnya pelan, beberapa kali ia bersikap seolah penis itu meleset masuk dan berakhir menggesek ujung lubangnya lagi. Jungwoo merengek, ia sudah tidak tahan.

“Ngh… Ayo masuk.”

“Hmm? Kenapa sayang? Kok malah kamu yang gak sabaran jadinya.” Jaehyun berujar jahil, lidahnya menyusuri pipi hingga pelipis Jungwoo.

Jungwoo menengadah, menatap alphanya dengan pandangan memelas. “…Jaehyun please.” Ia terengah, matanya basah, wajahnya memerah karena panas dari dua tubuh mereka yang saling menyapa. Jungwoo terlihat sangat menggoda.

Dan Jaehyun tidak bisa menahan dirinya.

Tanpa menunggu lebih lama ia segera menggosok kejantannya beberapa kali sebelum mendorongnya masuk. Lubang yang sudah terlalu licin itu membuat Jaehyun bisa masuk sepenuhnya dengan mudah. Tubuh Jungwoo kembali dibuat melengkung sempurna begitu merasakan dirinya sudah sangat penuh, “Ha… ah… Jaehyun…”

Jaehyun ikut mengatur napasnya beberapa saat sambil membiarkan Jungwoo terbiasa menerima miliknya terlebih dahulu. Walaupun ini bukan pertama kalinya keduanya bercinta, tetapi ukuran Jaehyun yang menurut Jungwoo terlalu besar itu membuatnya harus melakukannya dengan perlahan agar tidak menyakiti kekasihnya.

“Jaehyun, penuh…. hah...”

“Coba rasain sayang, aku ada di dalem kamu.” Jaehyun mengecup bibir Jungwoo, menyesap bibir bawahnya sesaat lalu kembali fokus pada kekasihnya. “Kalau kamu udah siap, bilang ya? Bair aku bergerak.”

Jungwoo menggangguk, merasakan denyutan penis Jaehyun di dalam tubuhnya membuat ia menginginkan lebih. “Bergerak aja, gak sakit.”

Jaehyun menarik nafasnya dalam-dalam sebelum menggerakkan pinggulnya perlahan, ketika dirasa desahannya mulai stabil, Jaehyun segera meninggikan kecepatannya. Kedua mata Jungwoo sukses membulat kaget berkat perilaku ini. Jaehyun memegang kedua paha Jungwoo agar tetap terbuka lebar sembari terus mencari satu titik yang mampu membuat Jungwoo berteriak lebih kencang.

Kedua mata Jungwoo yang berair menatap sosok Jaehyun yang berbayang di didepannya, “Ah! Itu—disana enak…” bisiknya sebelum mendesah lebih kencang dari sebelumnya.

“Ahh- Jaehyun, lagi... Aku mau lagi.”

Jaehyun meringis, merasakan dinding rektum hangat dan basah itu menjepit miliknya begitu ketat. Ia menarik miliknya perlahan sebelum melesakkan kembali dengan cepat, kemudian tanpa basa-basi ia mulai menghajar titik kenikmatan itu berulang kali.

Jungwoo mendesah semakin lepas, desahan itu terdengar seperti melodi indah yang semakin membuat Jaehyun semakin terangsang. Dengan gerakan yang cekatan Jaehyun membalikkan tubuh di bawahnya dengan cepat tanpa melepas penyatuan tubuh mereka.

Kali ini tangannya mengusap lembut tengkuk Jungwoo, “Milikku…” ucapnya tanpa sadar, “…kamu milikku…” ucapnya lagi sambil menjelajahi pundak yang terlihat mengkilat dengan lidahnya.

“Milikku…” Jaehyun menarik penisnya keluar hingga tersisa diujung sebelum kembali memasukan dirinya dalam satu sentakan.

“Akh—aah!”

Tubuh Jungwoo sedikit terguncang. Keduanya mulai menggeram dengan arti masing-masing. Jaehyun menggertakkan giginya, mengagumi betapa indahnya punggung Jungwoo. Lekuk tubuhnya sempurna, terasa pas dalam genggaman Jaehyun. Helaian silver Jungwoo yang tampak sangat cocok membuat kekasihnya sejuta kali lebih menawan.

Sayang masih ada yang kurang disana.

Tengkuk itu terlihat terlalu bersih dan merona, seharusnya ada tanda disana.

Jaehyun kembali memajukan tubuhnya hingga dadanya bertemu punggung omeganya, tangannya kembali meraih milik Jungwoo yang sudah siap menumpahkan isinya. Jungwoo mengerang, Jaehyun semakin mendekatkan wajahnya untuk mengedus bagian belakang lehernya. Jungwoo menyadari apa yang akan terjadi selanjutnya, sesuatu yang ia tunggu. Sesuatu yang ia inginkan sejak lama.

“Jungwoo, panggil namaku.” Bisik Jaehyun rendah tepat disebelah telinganya.

“Jaehyun...” Jungwoo mulai memanggilnya, Jaehyun mengecup tengkuknya dengan sedikit tekanan.

“Jaehyun… Jaehyun… ngh!”

Jungwoo merapalkan namanya berulang kali disela-sela leguhan dan desahannya. Tanpa sadar ia ikut meninggikan pinggulnya, membantu Jaehyun agar terus menghujam titik kenikmatannya berulang-kali. Suara antara kulit yang saling beradu bercampur dengan decitan ranjang yang sedikit bergerak. Perlahan Jungwoo juga ikut menggerakkan pinggulnya melawan arah tusukan Jaehyun. Membuat kejantanan itu melesak semakin dalam, menekan semua titik nikmat didalam dirinya.

“Jaehyun... ahh—jangan berhenti.”

Gerakan keduanya semakin berantakan, dengan wangi pheromone Jungwoo yang semakin kuat akhirnya mempengaruhi Jaehyun untuk membanting pinggulnya untuk yang terakhir kali. Tubuh mereka sama-sama menggenjang kuat. Jungwoo menumpahkan cairannya mengotori sprei dibawahnya. Sementara Jaehyun melepaskan benihnya didalam lubang hangat Jungwoo.

Tanpa menunggu pelepasan keduanya selesai, Jaehyun merunduk, memeluk Jungwoo dalam dekapannya. Wajahnya ia dekatkan pada tengkuk Jungwoo. Satu dorongan kuat membuatnya ingin menggigit tengkuk Jungwoo, memberikan tanda kepada sang omega, membuat mereka terikat seumur hidup. Hanya itu yang diinginkan Jaehyun; Jungwoo sebagai mate-nya, juga anak-anak mereka, hidup dalam keluarga yang ia dambakan.

Namun Jaehyun harus menahannya, tidak sekarang. Tidak mungkin ia menghancurkan impian yang sudah Jungwoo bangun dengan susah payah. Jaehyun menggeram, mencoba menekan nafsunya. Ia menjilati leher Jungwoo, memberikan hisapan kecil, berusaha sekuat mungkin untuk tidak menggigitnya.

Jaehyun bergerak melepaskan penyatuan mereka setelah knot-nya mulai kembali, membiarkan lelehan sperma yang begitu banyak mengalir keluar dari lubang basah yang masih mengedut pelan. Keduanya ambruk dengan nafas yang masih terengah-engah.

“Aku kasar ya? Maaf.”

Jungwoo menggeleng, ia berbalik untuk menangkup wajah Jaehyun. Mengusapnya dengan sayang sebelum memberikan kecupan singkat di pipi.

“Gak kok, kamu tetep ngutamain kenyamanan aku.” Suara Jungwoo serak menjawab Jaehyun. “Padahal aku tau, kamu banyak nahan diri.”

Jungwoo tersenyum, senyuman manis yang selalu Jaehyun suka. Tangannya segera menarik Jungwoo kedalam pelukannya, mendekapnya erat. Terkadang ia merasa tidak pantas mendapatkan omega yang begitu sempurna.

“Jungwoo, aku sayang kamu… Sayang banget.” Jaehyun mengeratkan dekapannya. “Makasih udah mau nemenin aku.”

Jungwoo membalas pelukannya erat, senyumannya semakin merekah. “Aku juga sayang banget sama kamu.”

Jungwoo terkekeh kecil, ia kembali menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Jaehyun. Sedangkan sang alpha merunduk memberikan kecupan ringan di pucuk kepala, sembari menyesap dalam-dalam wangi Jungwoo yang selalu menjadi favoritnya. Mereka terdiam beberapa saat sebelum Jaehyun kembali merasakan tubuhnya penisnya kembali berkedut dan menegang.

Jungwoo tersentak merasakan penis Jaehyun menyentuh perutnya. Rut Jaehyun kembali datang, belum ada sepuluh menit mereka beristrahat, kini sang alpha kembali tertampar oleh nafsunya sendiri. Jaehyun kembali menggerakkan pinggulnya pelan, dengan sengaja menggesekkan kejantanannya pada milik Jungwoo yang sudah setengah bangun.

“Nghh Jaehyun…”

“Ingin ronde kedua?”

“Mmm.”

Tentu saja Jungwoo harus siap, setidaknya selama tiga hari kedepan ia akan terus menemani Jaehyun.


Mungkin ini emang gak se hawt itu ya, di otak aku idenya bagus banget, pas ditulis aku ngerasa ada yang kurang huhuhu. Kalau kalian ada kritik, atau saran, atau ide, boleh langsung hit cc aku ya.

Have a good day, salam sayang. Harayuki.

Mohon di baca dulu ya: – Alpha/Omega Relationship, Alpha’s rut – Dom x Sub undertones – Mentioning of pregnancy kink – Canon compliant (latar belakang asli) – Mild dirty talk


Menjadi alpha itu merepotkan.

Jika dipikirkan kembali, Jaehyun berharap ia terlahir sebagai beta saja, setidaknya ia bisa menjalani hidup dengan normal dan tidak merasakan rut yang selalu mengganggunya setiap enam bulan sekali. Jaehyun bukan membenci gender keduanya sebagai seorang alpha, tapi ada beberapa hal yang membuat Jaehyun berharap ia bukanlah alpha.

Menjadi alpha itu merepotkan, masa rut itu menyebalkan, apalagi jika omegamu menolak untuk menemanimu melewatinya.

“Temani aku,” Jaehyun setengah memohon, menggenggam tangan Jungwoo dan megusap punggung tangannya. “Ya, ya? Aku gak mau sendiri, sakit.”

Manja? Memang. Ia tidak mau menghabiskan empat harinya terkurung dan merasa horny sendirian. Setidaknya jika bersama Jungwoo, ia bisa memeluk kekasihnya dan bermanja-manja (walau pasti mereka akan menghabiskan kebanyakan waktu mereka dengan melakukan seks) dan berduaan saja.

Namun Jungwoo menolaknya dengan gamblang, dan itu membuat Jaehyun benar-benar merasa kesal.

“Aku gak bisa ninggalin kerjaan aku, hyung.” Ujar sang omega.

Jaehyun mendengus, “Pasti kamu diberi ijin. Mereka selalu kasih kamu ijin, kenapa sekarang gak mau?”

Tiga tahun menjalin hubungan dengan Jungwoo, dua tahun selalu menghabiskan masa rut atau heat mereka bersama, tidak mungkin agensi tiba-tiba melarang mereka.

“Aku gak bisa ninggalin job MC aku.” Jungwoo berusaha menjelaskan sehati-hati mungkin, melihat wajah sang alpha yang menggelap dan kecewa membuat Jungwoo sedikit takut. Kekasihnya paling tidak suka jika keinginannya ditolak, dan Jungwoo hampir jarang menolak setiap keinginan Jaehyun.

Dan itu yang membuat Jaehyun merajuk, tidak ingin bicara pada Jungwoo setelah itu.

Jungwoo membiarkan Jaehyun merajuk begitu saja, sedikit merasa bersalah namun ia langsung menepis perasaan itu. Ia hanya memperingati Jaehyun tentang rut-nya yang akan datang di minggu ini dan menyuruhnya untuk mengambil libur selama beberapa hari. Jaehyun, yang terlalu besar egonya, hanya mengacuhkan Jungwoo, berharap kekasihnya luluh dan memilih untuk menemaninya.

Jaehyun benar-benar tidak mau menghabiskan lima hari, tiga jika ia beruntung, sendirian. Rut juga bukan hal yang ia suka, karena itu benar-benar membuatnya gila; ia tidak suka ketika ia kehilangan kontrol akan dirinya sendiri. Tanpa Jungwoo menemaninya, akan lebih menyakitkan dan membosankan.

Pada akhirnya ia tidak mengatakan apapun kepada Taeyong dan manager mereka, membiarkan tubuhnya merasakan gejolak rut yang akan datang entah kapan. Tubuhnya terasa berat dan panas, penciumannya menjadi lebih tajam, namun ia tetap acuh.

Hingga pada akhirnya, ia sampai pada batasnya. Jaehyun berdiri di tengah-tengah ruang latihan yang luas, terdiam menatap pantulannya—pucat, dengan napas memburu—di cermin besar yang hampir tertempel di seluruh sudut ruangan. Tubuhnya terasa kaku dan berat, kepalanya berputar pandangannya kabur, sampai ia jatuh berlutut pada lantai kayu yang ia pijak.

Jaehyun membutuhkan Jungwoo.

Ia menggeram tertahan, inilah mengapa ia membenci rut; terlalu sulit untuk mengendalikan alpha di dalam dirinya, terutama saat penciumannya menangkap aroma omega-nya. Jaehyun bisa mendengar suara saling bersahutan, memanggil namanya. Ia merasa ruangan latihan terasa menyesakkan, namun ia tidak bisa memproses apapun.

Dipikirannya sekarang hanya ada Jungwoo.

“Jungwoo!” Teriaknya. Ia memberontak saat merasa tubuhnya ditahan oleh orang lain. Matanya memanas mencari dimana omega-nya berada, ia membutuhkan sang omega.

Dengan lantang, ia berteriak. Sepenuh tenaga, ia mendorong siapapun yang menahannya. “Jungwoo! Aku membutuhkanmu!”

Suaranya terdengar frustrasi dan memilukan, sang alpha merindu omega-nya, ia hanya ingin omega-nya aman berada disisinya, bersama dengannya.


Menjadi omega dalam sebuah grup yang mayoritasnya alpha dan beta bukanlah hal yang mudah bagi Jungwoo. Terutama ketika indra penciumannya kelewat sensitif dengan aroma feromon alpha.

Terutama aroma alpha-nya.

“Jaehyun!”

Jungwoo tersentak ketika semua orang berteriak lantang, khawatir dan ketakutan, saat melihat Jaehyun limbung membentur lantai. Johnny dan Doyoung berlari, menghampiri Jaehyun yang meringkuk dan menggeram menahan sakit.

Ia lupa, menjadi alpha juga sulit.

Jungwoo menjauh, bersama dengan Haechan. Taeyong membawa mereka untuk tidak mendekati Jaehyun—sang alpha yang kini mengalami rut.

Rut. Jungwoo mengerjap. Matanya berkunang, kepalanya berputar. Aroma kayu manis dan tobacco terasa berat di udara, membelai indra penciumannya dan memaksanya untuk tunduk kepada sang alpha.

Aroma alpha-nya. Jaehyun membutuhkannya.

“Jungwoo!” Lolongan suara Jaehyun menggema di seluruh ruang latihan. Mata sang alpha memerah, begitu pula dengan kulit pucatnya. Jaehyun memberontak dalam kukungan Johnny dan Doyoung. Mark sudah menahan kakinya, Taeil berjalan mendekati mereka, berusaha membuat ketiga omega itu menjauh.

“Jungwoo! Aku membutuhkanmu!”

Lolongan frustrasi dari alphanya membuat Jungwoo jatuh pada lututnya. Tidak ada lagi yang ia inginkan selain membantu alpha-nya, menyerahkan dirinya, Jungwoo ingin tunduk pada sang alpha.

Dengan suara bergetar ia berucap. “Biarkan aku bersama Jaehyun-hyung.”


Mereka berdua, dalam satu ruangan minim cahaya, udara terlalu dingin karena pendingin udara yang menyala dengan suhu rendah. Jungwoo terduduk di kasur Jaehyun, membiarkan sang alpha tertidur di atas pahanya, memeluk pinggangnya dan membenamkan wajahnya pada perut Jungwoo. Dengan lembut telapak tangan Jungwoo megusap helaian rambut Jaehyun yang lepek akan keringat.

“Mau tidur?” tawar Jungwoo. Gelengan kuat adalah balasan dari Jaehyun, ia mendongkak dan menatap wajah Jungwoo dengan wajah memerah, terlalu menggemaskan untuk Jungwoo, dan memajukan bibirnya. Jungwoo terkekeh, “Kenapa, hyung?”

Selanjutnya kata yang keluar dari bibir Jaehyun adalah suatu yang telah ia duga. “Mau bikin anak sama kamu.”

“Mau? Gak boleh punya anak dulu.” Jungwoo tertawa menggoda, mengusap pipi sang alpha. “Jadi ga bisa. Udah ya, kamu di sini sendirian, aku mau balik latihan lagi sama yang lain.”

Godaan Jungwoo sukses membuat Jaehyun merenggut kesal, sang alpha terduduk menyilangkan kaki di hadapan Jungwoo. Lutut mereka bersentuhan, Jaehyun menarik tangan Jungwoo mendekat, “Gak boleh pergi.” Nada suaranya tegas. “Di sini, temenin aku.”

“Bayi banget sih kamu,”

“Biar aja aku bayi, ‘kan bayinya kamu.” Jaehyun menimpali, ia menjatuhkan kepalanya ke lekukan leher Jungwoo dan membuat suara yang rengekan. “Aku bayi gedenya, tapi nanti kalau kita punya anak kamu jadi punya bayi satu lagi.”

Jaehyun menyenderkan kepalanya pada pundak kiri Jungwoo, matanya terpejam menikmati belaian jemari Jungwoo pada rambutnya. Kepalanya ia miringkan, mengendus scent gland Jungwoo, aroma manis vanilla bercampur dengan mawar tercium sangat kuat, menandakan sang omega yang mulai terpikat akan feromonnya.

“Bau kamu manis banget,” Jaehyun menciumi leher Jungwoo, menghirup dalam wangi Jungwoo yang membuatnya semakin mabuk menginginkan kekashihnya. Jungwoo mendesah, merasakan deru napas Jaehyun menyentuh kulitnya membuat dirinya semakin memanas. Jaehyun menaruh tangannya pada pinggang Jungwoo, lalu meremas pinggang ramping kekasihnya.

“Jungwoo, sayang, aku enakin ya?” Iris coklat miliknya Jaehyun menggelap dikuasai nafsu, Jungwoo tersenyum senang melihatnya, kedua lengannya ia kalungkan dileher Jaehyun, “Bikin enak aku, mau ya?”

Jungwoo mengangguk, suaranya sedikit bergetar. “Please, aku mau bikin kamu keenakan.”

Jarak mereka kikis, dua bibir saling memangut. Kali ini Jaehyun tidak menahan diri lagi, ia membiarkan insting sebagai alpha mengambil alih. Dengan cepat ia balik mendominasi. Lidahnya mulai bergerak melumat bibir bawah Jungwoo dengan rakus, sesekali mengigitnya lembut sebelum menariknya hingga membuat suara leguhan lembut terlepas.

Itu suara yang candu, suara yang selalu membuatnya ingin mendengarkankan lagi dan lagi.

Tangan Jaehyun tidak tinggal diam. Satu tangannya menelusup masuk kedalam kaos yang masih setengah terpakai. Mengusap punggung Jungwoo dengan gerakan lambat dari atas hingga ke pangkal, membuat tubuh di bawahnya sedikit bergetar.

Sementara tangan yang lain Jaehyun gunakan untuk menekan tengkuk Jungwoo untuk memperdalam ciuman. Kali ini ia menyambut baik lidah Jungwoo pada sisi bibirnya. Mengajaknya bergulat didalam rongga mulut, saling memangut dengan tidak sabaran, mengecap semua rasa didalamnya, beberapa kali Jaehyun beralih menggoda langit-langit rongga mulut Jungwoo dengan lidahnya, membuat pemuda itu kembali meleguh nikmat.

“Nghhh… Jaehyun...” Jungwoo sedikit memundurkan wajahnya untuk mengambil nafas, tetapi tangan Jaehyun kembali mendorong tengkuknya untuk kembali saling memangut. Tidak mempedulikan lelehan saliva yang mulai mengalir turun ke dagu, ia hanya ingin mengecap rasa candu itu lebih lama.

Akhirnya setelah beberapa saat keduanya saling memanggut, Jaehyun melepaskan pangutannya, namun ia kembali mengecup bibir Jungwoo singkat untuk memutus tautan benang saliva.

Keduanya saling menatap dengan nafas yang sama-sama memburu, mencoba meraup oksigen sebanyak mungkin. Jaehyun menyeringai, ia senang melihat wajah kekasihnya terlihat berantakan dengan bibir ranum yang mulai membengkak dan iris madu yang semakin sayu dipenuhi nafsu.

“Sebentar, hyung… ngh.”

Jaehyun mengusap pahanya lembut sebelum berpindah meremas bokongnya gemas. “Kamu punya siapa, hm?”

Jungwoo menggeleng, remasan tangan Jaehyun pada bokongnya dan gerakan tangan lain yang memainkan putingnya membuat pikiran tidak mampu berfokus.

“Jungwoo… jawab aku.” Jaehyun menenggelamkan wajahnya diceruk leher Jungwoo. Ia tahu Jungwoo senang ketika titik sensitifnya dipermainkan.

Jungwoo memejamkan mata, merasakan benda lunak yang basah dan sedikit kasar menyusuri leher jenjangnya, memberikan kecupan ringan dan menghisapnya kuat. Ia yakin tanda itu akan memberikan banyak bekas dilehernya besok pagi.

“Mm, kamu…” Jungwoo setengah terengah. “Jaehyun—ngh…”

“Kenapa, sayang?” Jaehyun berpindah menggoda telinganya, kali ini ia memberikan gigitan kecil diujung daun telinga dan dengan sengaja meniupkan nafas hangatnya di sana. Tubuhnya bergetar hebat dengan mulutnya yang kembali mendesah tertahan. Perlakuan Jaehyun sudah cukup membuatnya basah. Dia ingin sesuatu yang lain, sesuatu yang bisa memuaskan hasratnya.

“Ja-jangan disitu aja…” Kelopak matanya sedikit terbuka, perlahan ia mengangkat tubuhnya untuk terduduk, tangannya bergerak turun kebawah kaos yang ia kenakan. Dengan sigap Jungwoo langsung melucuti celana jeans dan dalamannya, menunjukkan sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. Manik Jaehyun mengikuti gerak jemari Jungwoo di bawah sana, sedikit membelak saat melihat cairan pelumas alami dari sang omega sudah mengalir deras dari lubangnya hingga paha dalam. Jaehyun menyeringai, mengerti maksud kekasih tercintanya.

“Cantik, kamu basah banget.”

Jaehyun melepas semua pakaian atasnya dengan sekali gerakan, dan melemparkannya kesembarang arah sebelum kembali mengukung Jungwoo yang saat ini sudah kembali terbaring diatas tempat tidur.

“Sayangku berantakan banget. Gak sabar mau aku masukin hm?”

Mata Jungwoo yang berair berkedip, bibir bawahnya ia gigit. “Mau kamu ada di dalem. Mau buat kamu enak.”

Jaehyun tersenyum kecil. Ia menyisir helaian silver kebelakang, memberikan kecupan lembut di dahi.

“Coba lebarin kakinya buatku.” Jungwoo menurut mendengar perintah alpha-nya. Kakinya tertekuk, ia memegang kedua lututnya lalu melebarkan kakinya, memampangkan semua yang ia punya kepada Jaehyun dengan senang hati.

“Jangan malu, gapapa, kamu ‘kan nunjukinnya ke aku, kekasih kamu.”

Jungwoo ingin berteriak protes, tetapi mulutnya sudah terlebih dulu dibuat bungkam dengan gerakan jari Jaehyun di atas miliknya yang sudah berkedut dan mengeluarkan cairan precum. Jaehyun menekan ujung kejantanannya, mencoba untuk membasahi jarinya dengan cairan itu.

“Kamu basah banget.”

Jungwoo merintih tertahan saat merasakan dua jari Jaehyun menerobos masuk kedalam lubangnya. Perlahan Jaehyun menggerakkan jarinya untuk menekan-nekan dinding lubangnya, sebelum menambahkan jari ketiga. Jungwoo tersentak dengan kegiatan yang tiba-tiba, tangannya secara refleks meremas sprei dibawahnya kuat-kuat, menyalurkan semua perasaan aneh dibawah sana.

“Sakit?” Jaehyun bertanya khawatir saat melihat wajah tak nyaman kekasihnya.

“Engh... rasanya aneh.” jawab Jungwoo sambil menahan suara desahannya.

Jaehyun memutuskan untuk mendorong jarinya semakin dalam dengan gerakan menggunting dan memutar, mencoba untuk mempersiapkan lubang basah itu sebelum dia memasukkan miliknya kedalam. Tak lama ia merasakan cairan pelumas Jungwoo kembali mengalir semakin banyak hingga menetes keluar, aroma manis semakin kuat membelai indra penciumannya.

Senyum tipis tersungging di wajah Jaehyun saat melihat reaksi tubuh omeganya, ia memang tidak perlu mempersiapkan Jungwoo terlalu lama, lubang Jungwoo sudah cukup basah, siap menerima apapun yang akan Jaehyun berikan padanya. Jaehyun berusaha mempertahankan kewarasannya, mengidahkan nafsunya untuk langsung menggempur lubang hangat itu dengan miliknya berulang kali.

Jaehyun menarik jarinya keluar, mengisap semua cairan Jungwoo yang menempel pada jarinya.

Rasanya manis, adiktif, dan menggoda. Jaehyun ingin merasakannya lagi, lebih banyak lagi. Dengan itu Jaehyun merunduk kebawah, kedua tangannya ikut menahan kaki Jungwoo untuk terbuka semakin lebar.

“Jaehyun-hyung—ah!” Jungwoo melemparkan kepalanya kebelakang, merasakan ujung lidah Jaehyun menerobos masuk ke lubangnya tanpa aba-aba.

“Kamu manis banget, sayang. Aku mau lagi, aku mau kamu.” Jaehyun menyapukan lidahnya pada pintu masuk lubang Jungwoo yang berkedut pelan, Jaehyun membubuhkan kecupan singkat sebelum kembali mendorong lidahnya masuk ke dalam.

“Ngh—ahh hyung...” Jungwoo merengek, kakinya yang di tahan oleh dua tangan Jaehyun bergerak meronta, berusaha menjauhkan Jaehyun dari lubangnya. Lidah Jaehyun mulai bergerak keluar-masuk dengan gerakan tidak beraturan. Jungwoo merasa perutnya seperti terikat, rasanya aneh namun ia tidak membencinya. Jungwoo melirik kebawah, melihat bagaimana wajah Jaehyun tenggelam diantara kedua kakinya. Tanpa sadar ia mengetat didalam, mengapit gerakan lidah Jaehyun didalam sana. Jaehyun mengerang pelan. Satu tangannya berpindah keatas, memainkan penis Jungwoo yang sudah mengeras seirama dengan gerakan lidahnya dibawah sana.

“Ah! Jae—ahh, jangan...”

Jaehyun menulikan telinganya, lidahnya bergerak semakin liar didalam rektum Jungwoo, membuat gerakan memutar dan menghisap cairan alami itu kuat. Sedangkan tangannya yang lain bergerak semakin cepat memompa kejantanan Jungwoo yang sudah siap menumpahkan cairannya.

“Hyung… berhenti” Desahannya terdengar semakin keras, tangannya sudah bergerak menarik helaian coklat Jaehyun. Kenikmatan seolah berkumpul di satu titik, membuat kepala Jungwoo berputar kuat, terlalu nikmat.

“Keluarkan sayang.”

Suara berat Jaehyun membuatnya semakin terangsang. Tubuhnya menggelinjang kuat. Dunianya seakan memutih, Jungwoo menyemburkan cairannya membasahi perutnya sendiri. Matanya terpejam erat dengan lelehan air liur yang menetes hingga ke dagu.

Setelah beberapa saat, Jaehyun mengeluarkan lidahnya dari lubang Jungwoo. Merasa puas dengan tindakannya.

“Masih kuat?”

Jaehyun bertanya dengan senyuman jahil, membuat Jungwoo yang masih terengah-engah karena perlepasan pertama membalasnya dengan tatapan kesal. Tentu saja dia tidak akan kalah. Dia belum mendapatkan apa yang ia mau.

Jungwoo membuka kakinya semakin lebar, persetan dengan harga dirinya. Kedua jarinya bergerak perlahan membuka lubangnya yang masih mengeluarkan cairan alami. “Aku masih kuat kok.”

Jaehyun menggeram, panas itu kembali menyerang tubuhnya saat melihat sang omega terkulai d bawahnya, karenanya. Jaehyun segera melepaskan celananya dan melemparkannya asal. Jungwoo menatap pada kejantanan Jaehyun yang sudah memerah seolah marah, mengeras seutuhnya. Ini bukan kali pertama ia melihat kemaluan sang terkasih, namun ia tetap merasa malu.

Jaehyun kembali merunduk untuk memberikan kecupan sayang di dahi, berusaha menenangkan Jungwoo dengan gesture kecil yang ia lakukan. Jungwoo meremas pundak Jaehyun kuat saat merasakan penis milik sang alpha sengaja menggesek pintu lubangnya pelan, beberapa kali ia bersikap seolah penis itu meleset masuk dan berakhir menggesek ujung lubangnya lagi. Jungwoo merengek, ia sudah tidak tahan.

“Ngh… Ayo masuk.”

“Hmm? Kenapa sayang? Kok malah kamu yang gak sabaran jadinya.” Jaehyun berujar jahil, lidahnya menyusuri pipi hingga pelipis Jungwoo.

Jungwoo menengadah, menatap alphanya dengan pandangan memelas. “…Jaehyun please.” Ia terengah, matanya basah, wajahnya memerah karena panas dari dua tubuh mereka yang saling menyapa. Jungwoo terlihat sangat menggoda.

Dan Jaehyun tidak bisa menahan dirinya.

Tanpa menunggu lebih lama ia segera menggosok kejantannya beberapa kali sebelum mendorongnya masuk. Lubang yang sudah terlalu licin itu membuat Jaehyun bisa masuk sepenuhnya dengan mudah. Tubuh Jungwoo kembali dibuat melengkung sempurna begitu merasakan dirinya sudah sangat penuh, “Ha… ah… Jaehyun…”

Jaehyun ikut mengatur napasnya beberapa saat sambil membiarkan Jungwoo terbiasa menerima miliknya terlebih dahulu. Walaupun ini bukan pertama kalinya keduanya bercinta, tetapi ukuran Jaehyun yang menurut Jungwoo terlalu besar itu membuatnya harus melakukannya dengan perlahan agar tidak menyakiti kekasihnya.

“Jaehyun, penuh…. hah...”

“Coba rasain sayang, aku ada di dalem kamu.” Jaehyun mengecup bibir Jungwoo, menyesap bibir bawahnya sesaat lalu kembali fokus pada kekasihnya. “Kalau kamu udah siap, bilang ya? Bair aku bergerak.”

Jungwoo menggangguk, merasakan denyutan penis Jaehyun di dalam tubuhnya membuat ia menginginkan lebih. “Bergerak aja, gak sakit.”

Jaehyun menarik nafasnya dalam-dalam sebelum menggerakkan pinggulnya perlahan, ketika dirasa desahannya mulai stabil, Jaehyun segera meninggikan kecepatannya. Kedua mata Jungwoo sukses membulat kaget berkat perilaku ini. Jaehyun memegang kedua paha Jungwoo agar tetap terbuka lebar sembari terus mencari satu titik yang mampu membuat Jungwoo berteriak lebih kencang.

Kedua mata Jungwoo yang berair menatap sosok Jaehyun yang berbayang di didepannya, “Ah! Itu—disana enak…” bisiknya sebelum mendesah lebih kencang dari sebelumnya.

“Ahh- Jaehyun, lagi... Aku mau lagi.”

Jaehyun meringis, merasakan dinding rektum hangat dan basah itu menjepit miliknya begitu ketat. Ia menarik miliknya perlahan sebelum melesakkan kembali dengan cepat, kemudian tanpa basa-basi ia mulai menghajar titik kenikmatan itu berulang kali.

Jungwoo mendesah semakin lepas, desahan itu terdengar seperti melodi indah yang semakin membuat Jaehyun semakin terangsang. Dengan gerakan yang cekatan Jaehyun membalikkan tubuh di bawahnya dengan cepat tanpa melepas penyatuan tubuh mereka.

Kali ini tangannya mengusap lembut tengkuk Jungwoo, “Milikku…” ucapnya tanpa sadar, “…kamu milikku…” ucapnya lagi sambil menjelajahi pundak yang terlihat mengkilat dengan lidahnya.

“Milikku…” Jaehyun menarik penisnya keluar hingga tersisa diujung sebelum kembali memasukan dirinya dalam satu sentakan.

“Akh—aah!”

Tubuh Jungwoo sedikit terguncang. Keduanya mulai menggeram dengan arti masing-masing. Jaehyun menggertakkan giginya, mengagumi betapa indahnya punggung Jungwoo. Lekuk tubuhnya sempurna, terasa pas dalam genggaman Jaehyun. Helaian silver Jungwoo yang tampak sangat cocok membuat kekasihnya sejuta kali lebih menawan.

Sayang masih ada yang kurang disana.

Tengkuk itu terlihat terlalu bersih dan merona, seharusnya ada tanda disana.

Jaehyun kembali memajukan tubuhnya hingga dadanya bertemu punggung omeganya, tangannya kembali meraih milik Jungwoo yang sudah siap menumpahkan isinya. Jungwoo mengerang, Jaehyun semakin mendekatkan wajahnya untuk mengedus bagian belakang lehernya. Jungwoo menyadari apa yang akan terjadi selanjutnya, sesuatu yang ia tunggu. Sesuatu yang ia inginkan sejak lama.

“Jungwoo, panggil namaku.” Bisik Jaehyun rendah tepat disebelah telinganya.

“Jaehyun...” Jungwoo mulai memanggilnya, Jaehyun mengecup tengkuknya dengan sedikit tekanan.

“Jaehyun… Jaehyun… ngh!”

Jungwoo merapalkan namanya berulang kali disela-sela leguhan dan desahannya. Tanpa sadar ia ikut meninggikan pinggulnya, membantu Jaehyun agar terus menghujam titik kenikmatannya berulang-kali. Suara antara kulit yang saling beradu bercampur dengan decitan ranjang yang sedikit bergerak. Perlahan Jungwoo juga ikut menggerakkan pinggulnya melawan arah tusukan Jaehyun. Membuat kejantanan itu melesak semakin dalam, menekan semua titik nikmat didalam dirinya.

“Jaehyun... ahh—jangan berhenti.”

Gerakan keduanya semakin berantakan, dengan wangi pheromone Jungwoo yang semakin kuat akhirnya mempengaruhi Jaehyun untuk membanting pinggulnya untuk yang terakhir kali. Tubuh mereka sama-sama menggenjang kuat. Jungwoo menumpahkan cairannya mengotori sprei dibawahnya. Sementara Jaehyun melepaskan benihnya didalam lubang hangat Jungwoo.

Tanpa menunggu pelepasan keduanya selesai, Jaehyun merunduk, memeluk Jungwoo dalam dekapannya. Wajahnya ia dekatkan pada tengkuk Jungwoo. Satu dorongan kuat membuatnya ingin menggigit tengkuk Jungwoo, memberikan tanda kepada sang omega, membuat mereka terikat seumur hidup. Hanya itu yang diinginkan Jaehyun; Jungwoo sebagai mate-nya, juga anak-anak mereka, hidup dalam keluarga yang ia dambakan.

Namun Jaehyun harus menahannya, tidak sekarang. Tidak mungkin ia menghancurkan impian yang sudah Jungwoo bangun dengan susah payah. Jaehyun menggeram, mencoba menekan nafsunya. Ia menjilati leher Jungwoo, memberikan hisapan kecil, berusaha sekuat mungkin untuk tidak menggigitnya.

Jaehyun bergerak melepaskan penyatuan mereka setelah knot-nya mulai kembali, membiarkan lelehan sperma yang begitu banyak mengalir keluar dari lubang basah yang masih mengedut pelan. Keduanya ambruk dengan nafas yang masih terengah-engah.

“Aku kasar ya? Maaf.”

Jungwoo menggeleng, ia berbalik untuk menangkup wajah Jaehyun. Mengusapnya dengan sayang sebelum memberikan kecupan singkat di pipi.

“Gak kok, kamu tetep ngutamain kenyamanan aku.” Suara Jungwoo serak menjawab Jaehyun. “Padahal aku tau, kamu banyak nahan diri.”

Jungwoo tersenyum, senyuman manis yang selalu Jaehyun suka. Tangannya segera menarik Jungwoo kedalam pelukannya, mendekapnya erat. Terkadang ia merasa tidak pantas mendapatkan omega yang begitu sempurna.

“Jungwoo, aku sayang kamu… Sayang banget.” Jaehyun mengeratkan dekapannya. “Makasih udah mau nemenin aku.”

Jungwoo membalas pelukannya erat, senyumannya semakin merekah. “Aku juga sayang banget sama kamu.”

Jungwoo terkekeh kecil, ia kembali menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Jaehyun. Sedangkan sang alpha merunduk memberikan kecupan ringan di pucuk kepala, sembari menyesap dalam-dalam wangi Jungwoo yang selalu menjadi favoritnya. Mereka terdiam beberapa saat sebelum Jaehyun kembali merasakan tubuhnya penisnya kembali berkedut dan menegang.

Jungwoo tersentak merasakan penis Jaehyun menyentuh perutnya. Rut Jaehyun kembali datang, belum ada sepuluh menit mereka beristrahat, kini sang alpha kembali tertampar oleh nafsunya sendiri. Jaehyun kembali menggerakkan pinggulnya pelan, dengan sengaja menggesekkan kejantanannya pada milik Jungwoo yang sudah setengah bangun.

“Nghh Jaehyun…”

“Ingin ronde kedua?”

“Mmm.”

Tentu saja Jungwoo harus siap, setidaknya selama tiga hari kedepan ia akan terus menemani Jaehyun.


Mungkin ini emang gak se hawt itu ya, di otak aku idenya bagus banget, pas ditulis aku ngerasa ada yang kurang huhuhu. Kalau kalian ada kritik, atau saran, atau ide, boleh langsung hit cc aku ya.

Have a good day, salam sayang. Harayuki.

Makan Siang Kedua.


McDonald's menjadi tempat pertemuan mereka yang kedua kali. Rencana Jaehyun untuk mengajak Jungwoo makan siang di tempat-tempat cozzy nan kekinian harus pupus, padahal ia berpikir untuk berkencan dengan Jungwoo ala anak-anak hits kampus jaman sekarang. Biar bisa dipamerkan di insta story-nya juga.

Jungwoo malah memilih McDonald's, murah katanya, lagi pula makanannya juga enak. Jaehyun manut saja, apa yang Jungwoo mau ia turuti, belum apa-apa ia sudah terdeteksi bucin.

Semuanya terasa menyenangkan, jika saja Jungwoo tidak terus membahas Doyoung.

“Ih sumpah ya, kak Doyoung itu gantenf banget gak sih? Dia kayaknya bisa semua hal deh. Trus dia—”

Demi apapun di dunia ini, betapa Jaehyun menyukai suara Jungwoo. Namun pemuda itu tak hentinya menceritakan tentang seribu hal kebaikan Kim Doyoung membuat Jaehyun jengah juga.

“Bener gak?”

Jaehyun tersentak ketika ditodong pertanyaan oleh Jungwoo. Mampus, dia tidak tahu tadi Jungwoo bertanya apa, ia dalam mode menulikan pendengarannya demi kesehatan batinnya.

Dengan gelagapan, Jaehyun meminum cola-nya. “Um, bener apa ya?”

“Jaehyun, ih! Lo ga dengerin gue ngomong apa?” Jungwoo merengeke kesal, bibir bawahnya maju. Bagaimana ia bisa mendengarkan Jungwoo kalau yang ia bahas hanya satu topik; Doyoung.

Jaehyun ini menyukai Jungwoo, mendengar sang gebetan selalu memuji orang lain (yang bahkan tidak ada di sini) tentu membuat Jaehyun kesal.

“Gue denger kok, tapi gak semua,” Jaehyun mengambil nafas dalam. “Lo daritadi bahasnya Doyoung sih, gue kan mau denger cerita soal lo, bukan Doyoung.”

Jungwoo mengerjap, kaget dengan ucapan Jaehyun. Pemuda tampan dengan cap playboy kampus duduk di hadapannya dengan wajah tertekuk dan bibir cemberut. “Lo mau gue cerita soal diri gue? Cerita apaan?”

Jaehyun menimang sesaat, “Ya... cerita soal Obok boleh, atau temen-temen lo gimana, kuliah lo gimana, pokoknya yang gak ada Doyoung di dalemnya aja.”

Jungwoo duduk menegak, ia letakan burgernya yang baru dimakan setengahnya. Setelahnya ia menatap Jaehyun lekat sambil berpikir mungkin ini yang Jaehyun lakukan untuk menggoda orang-orang agar mau menjadi pacarnya. Ia sudah berburuk sangka sekarang.

“Kenapa lo harus tau tentang gue?” Jungwoo mendengus, “Lagian hidup gue sama kayak mahasiswa pada umumnya, ga ada yang spesial lah.”

“Masa gak ada yang spesial? Orang kamu sendiri 'kan spesial.” Timbal Jaehyun, tak sadar ia baru saja menggombali Jungwoo.

Jungwoo mengernyit, menatap jijik dan aneh mendengar perkataan Jaehyun. “Apaan sih lo, aneh.”

Jaehyun ternganga, kelewat syok baru saja dikatai aneh oleh Jungwoo. “Lo yang aneh, naksir sama Doyoung yang udah jelas pacar orang.”

“Cinta itu gak bisa memilih kemana dia akan berlabuh ya!” kata-kata khas anak senja keluar dari mulut Jungwoo, alisnya tertekuk kesal. “Lo ga ngerti rasanya.”

Oke, Jaehyun bisa bilang ini agak berlebihan. Tidak ingin memperpanjang percakapan ini, ia memutuskan untuk mengganti topik. “Eh gue juga miara anjing loh.”

“Oh ya? Mana gue mau liat!”

Jaehyun tidak tahu antara Jungwoo mudah sekali teralihkan pikirannya atau karena ia tidak ingin membahas Doyoung lebih lanjut, pemuda dengan manik indah itu berbinar menatap Jaehyun.

Lucu, menggemaskan, terlihat inosen.

Tak sadar Jaehyun menyunggingkan senyum. “Bener mau liat?” anggukan antusias dari Jungwoo membuat Jaehyun mengambil ponselnya, membuka kunci layar lalu langsung menekan folder galeri.

Si tampan hanya punya tiga hal di galerinya; foto hewan peliharaannya, meme, dan juga screenshot receh dari percakapannya dengan teman-temannya. Ia membuka salah satu foto anjing kesayangannya dan menunjukkannya pada Jungwoo.

“Lucu!” Jungwoo memekik kegirangan, ia mengambil ponsel Jaehyun dan membawanya lebih dekat. “Gemes banget, ini golden retriever kan? Ya ampun Jaehyun, lo punya anjing gemesin banget.”

Jaehyun bangga mendengarnya, jadi ingin seleberasi di sana karena berhasil mengambil atensi Jungwoo. “Iya 'kan? Lagi lincah-lincahnya juga tuh anak.”

“Berapa umurnya?” tanya Jungwoo sembari menyerahkan kembali ponsel itu pada empunya. “Trus namanya siapa?”

“Hawthorn Strums Cobain.”

Jungwoo melongo, “Hah?”

“Hawthorn Strums Cobain,” ulang Jaehyun, kali ini dengan penekanan ditiap katanya.

Jungwoo mengerjap, bingung ingin bereaksi apa. “Namanya panjang ya.” sejujurnya Jungwoo tidak bisa mengingat siapa nama anjing Jaehyun. “Trus dipanggilnya siapa?”

“Panggil aja Oton.”

Setelahnya Jungwoo tergelak bukan main. Tawa dari Jungwoo tentu membuat Jaehyun kebingungan, ia tidak sedang melucu tapi bisa membuat si manis tertawa. “Ke-kenapa kamu ketawa?” tanya Jaehyun bodoh.

Jungwoo memegangi perutnya yang sakit karena tertawa, “Oton? Kamu capek-capek kasih nama panjang yang keren tapi akhirnya dipanggil Oton dong!”

“Abisnya biar singkat aja gitu.” Jaehyun seperti melakukan pembelaan. “Keren ga namanya?”

Jungwoo mengangguk saja, ia masih tak bisa menghentikan tawanya. “Iya iya, keren kok.” Jungwoo mengangkat dua jempolnya. “Kapan-kapan boleh lah Oton main sama Obok.”

Seperti mendapatkan lampu hijau untuk bertemu dengan Jungwoo lagi, Jaehyun langsung mengangguk cepat. “Boleh boleh! Nanti kita bawa mereka ke taman anjing tempat biasa anjingku main aja.”

“Iya iya, bisa diatur lah.”

Di hari itu, pembicaraan tentang Doyoung terhenti karena seekor anjing. Dalam hati Jaehyun berterimakasih pada anjing kesayangannya.


Note: Hawthorn Strums Cobain itu nama kucing aku yang hilang ╥﹏╥ dan aku pikir Jaehyun adalah orang yang akan namain anjingnya begini kkkk

Also, Cobain dibacanya ko-beyn. Nama gitaris legendaris shshsh

Hope you like it!!!!!!

Salam cinta, Harayuki.